Anda di halaman 1dari 22

PENAFSIRAN RASA CEMAS AKAN TAHAP KEDEWASAAN

(Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Lagu “Takut” Idgitaf) 

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Metode Penelitian
Komunikasi Kualitatif

Dosen Pengampu:
Alex Sobur, Drs., M.Si.

Disusun Oleh:
Vickia Zairacantika
(10080019162)
Kelas B

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
penulis dapat menyusun proposal penelitian yang berjudul “Penafsiran Rasa Cemas
Akan Tahap Kedewasaan (Analisis Semiotika Roland Barthes dalam Lagu “Takut”
Idgitaf) dengan lancar.
Adapun maksud penyusunan proposal penelitian ini untuk memenuhi tugas Ujian
Akhir Semester mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Rasa terima kasih
penulis tidak terkirakan kepada yang terhormat Bapak Alex Sobur, Drs., M.Si. selaku
dosen mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif yang sudah memberikan
tugas ini, sehingga penulis dapat menambah wawasan dan pengetahuannya.
Penulis menyadari, proposal penelitian ini masih kurang banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
proposal penelitian ini.

Bandung, Juni 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembangnya kehidupan masyarakat saat ini memengaruhi komunikasi yang
terjadi, hal ini menjadikan bentuk komunikasi audio visual lebih banyak
mendominasi. Komunikasi audio visual adalah suatu proses penyampaian pesan
atau informasi dari sumber kapada satu penerima atau lebih dengan cara
memvisualisasikan sekaligus memperdengarkan isi pesan atau informasi kepada
penerima dengan melalui media yang menunjangnya. Media yang menunjangnya itu
adalah media elektronik. Lagu sendiri merupakan salah satu bentuk komunikasi
yang menyampaikan pesan dengan menggunakan audio visual.
Adanya lagu tidak terlepas dari unsur verbal dan visual. Merujuk pada definisi
komunikasi yang dijelaskan oleh Suprapto (2009:5) bahwa kata komunikasi berasal
dari bahasa latin, yakni communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran
pikiran. Oleh karena itu, secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi
haruslah terdapat unsur-unsur kesamaan makna agar terjadinya suatu pertukaran
pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan
(penerima pesan). Melalui definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa lagu menjadi
media yang efektif untuk melakukan kegiatan komunikasi antara pencipta lagu dan
pendengarnya.
Sebuah lagu memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia dalam
berlangsungnya kehidupan sehari-hari. Alunan irama serta lirik lagu dapat mewakili
perasaan pendengarnya. Selain menjadi sebuah hiburan, lagu juga mampu
memengaruhi kehidupan manusia sebagai pengisi aktivitas, selingan dalam hidup
hingga mampu memotivasi manusia. Sebuah lagu akan memuat lirik-lirik yang
diciptakan sesuai dengan keadaan yang sedang dialami atau dirasakan oleh
penciptanya. Keadaan sosial dalam sebuah era dapat dilihat melalui banyak media,
salah satunya dapat terlihat dari sebuah lagu yang diciptakan pada saat itu.
Sehingga lagu tersebut memiliki berbagai macam makna. Melalui lagu yang
diciptakan oleh pencipta lagu, pendengar diajak untuk menginterpretasikan melalui
otak yang menyimpan pengalaman dan pengetahuan serta mengolahnya sebagai
landasan dasar dalam mencerna lirik lagu. Dalam pengertian lainnya sebuah lagu
yang diciptakan secara cerdas bisa membawa pendengar untuk menghayati dan
meresapi makna dari sebuah lirik.
Salah satu lagu yang memiliki makna mendalam yaitu lagu “Takut” oleh Idgitaf
dimana setiap liriknya bercerita mengenai suatu kecemasan anak remaja yang akan
memasuki umur kepala 2 dan adanya rasa ketakutan yang dialami manusia difase
kehidupan usia dewasa. Untuk mengetahui makna-makna yang terkandung dalam
sebuah lirik lagu, dapat digunakan pisau analisis semiotika. Dengan semiotika
Roland Barthes yang mengembangakan pemikiran dari Ferdinand de Saussure,
lirik-lirik yang terdapat dalam lagu “Takut” oleh Idgitaf ditempatkan sebagai lirik yang
berkaitan dengan tanda yang dimaknai. Secara sederhana, semiotika dapat
dikatakan sebagai teori yang dipergunakan untuk mengetahui makna melalui tanda.
Ferdinand de Saussure menaruh perhatian pada hubungan penanda dan petanda.
Tanda bagi Saussure terdiri dari penanda dan petanda. Penanda adalah bentuk fisik
sedangkan petanda adalah konsep mental yang dirujuk (Fiske, 2011).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metodologi semiotika,
sedangkan arti dari semiotika merupakan suatu ilmu atau metode analisis untuk
mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya
berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama
manusia. dan pada penelitian ini menggunakan teori dari Roland Barthes bahwa
semiologi adalah tujuan untuk mengambil berbagai sistem tanda seperti substansi
dan batasan, gambar – gambar, berbagai macam gesture, berbagai suara musik,
serta berbagai objek, yang menyatu dalam system of significance. Dan Roland
Barthes juga menjelaskan bahwa dalam mengembangkan semiotika menjadi dua
tingkatan yaitu denotasi dan konotasi.
Dalam teori Barthes, ia mengembangkan semiotika dengan dua tingkatan tanda,
yaitu representasi dan tingkatan makna (Russmana, 2014: 200). Menurut Barthes,
representasi adalah tanda yang memiliki tingkat kemiripan yang tinggi dengan
indikator yang menghasilkan makna yang sebenarnya. Bagi Barthes, representasi
adalah sistem semantik tingkat pertama sedangkan makna adalah sistem semantik
tingkat kedua. Barthes (Russmana, 2014: 201) berpendapat bahwa sastra adalah
contoh paling jelas dari sistem semantik tingkat kedua yang didasarkan pada bahasa
sebagai sistem pertama.
Pada tahap demotasi ini, dalam hal ini tanda diperiksa hanya dari sudut
pandang bahasa, yaitu dari makna harfiahnya. Untuk memahami bahasa ini, kita bisa
memasuki tahap kedua. Ini tentang memeriksa tanda-tanda secara konotasi. Tahap
Konotasi ini adalah interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan,
emosi, dan nilai budaya pengguna. Karena semantik beroperasi pada tingkat pribadi,
keberadaan mereka tidak disadari. Semiotika Baltik juga memiliki mitos sebagai
sistem makna tingkat kedua. Mitos adalah bentuk di mana ideologi diciptakan. Mitos
muncul dengan hipotesis berdasarkan pengamatan yang tidak memadai. Barthes
berpendapat bahwa cara utama mitos bekerja adalah dengan menaturalisasi sejarah
(Fiske, 2011). Dalam Rusmana (2014: 206) mitos dibuat oleh orang-orang, itu
tergantung pada konteks di mana cerita mitologi ada, sehingga dapat dengan mudah
diubah atau dihancurkan. Mitos ini penting dipahami agar dapat memahami
signifikasi dari tanda. Peneliti menggunakan semiotika Barthes ini untuk memahami
makna lirik lagu yang dikaji.
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti berkeinginan untuk meneliti lebih
dalam terkait permasalahan yang dikaji di atas secara terstruktur dalam bentuk
penelitian yang berjudul “Penafsiran Rasa Cemas Akan Tahap Kedewasaan (Analisis
Semiotika Roland Barthes dalam Lagu “Takut” Idgitaf).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menetapkan rumusan
masalah, yaitu bagaimana makna denotasi dan konotasi melalui lirik lagu yang
mengandung rasa cemas akan tahap kedewasaan dalam lagu “Takut” Idgitaf.

1.3 Identifikasi Masalah / Pertanyaan Penelitian


Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneli dapat mengidentifikasi
beberapa masalah, antara lain:
1. Bagaimana makna denotasi melalui lirik lagu yang mengandung rasa cemas akan
tahap kedewasaan dalam lagu “Takut” Idgitaf?
2. Bagaimana makna konotasi melalui lirik lagu yang mengandung rasa cemas akan
tahap kedewasaan dalam lagu “Takut” Idgitaf?
3. Bagaimana makna mitos pada lirik lagu yang mengandung rasa cemas akan
tahap kedewasaan dalam lagu “Takut” Idgitaf?

1.4 Tujuan Penelitian


Berdasarkan dari latar belakang dan juga permasalahan yang telah dipaparkan
diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui makna denotasi melalui lirik lagu yang mengandung rasa
cemas akan tahap kedewasaan dalam lagu “Takut” Idgitaf.
2. Untuk mengetahui makna konotasi melalui lirik lagu yang mengandung rasa
cemas akan tahap kedewasaan dalam lagu “Takut” Idgitaf.
3. Untuk mengetahui makna mitos pada lirik lagu yang mengandung rasa cemas
akan tahap kedewasaan dalam lagu “Takut” Idgitaf.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian bisa menjadi landasan berpikir bagi masyarakat,
bahwa lagu tidak hanya sebagai sarana hiburan, tetapi juga membawa
pengaruh, terdapat makna dan dapat memberikan emosi tertentu.

1.5.2 Manfaat Teoritis


Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan pengetahuan
dan pengembangan dalam bidang ilmu komunikasi serta khususnya kajian
semiotika.
BAB II
TINJAUAN TEORETIS

2.1 Review Penelitian Terdahulu


Untuk memperkuat penelitian ini, penulis menemukan beberapa penelitian
dengan judul yang hampir sama seperti judul penelitian penulis. Namun, penulis
mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan
kajian pada penelitian penulis. Adapun penelitian terdahulu yang berasal dari
beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis:
Penelitian terdahulu yang dipilih oleh peneliti yaitu jurnal yang diambil dari Jurnal
Ilmu Komunikasi dan Bisnis, STIKOM London School of Public Relations Jakarta,
Volume 4, Nomor 2, Tahun 2019 oleh David Ardhy Aritonang & Yohannes Don
Bosco Doho yang berjudul “Analisis Semiotika Roland Barthes Terhadap Lirik Lagu
Band Noah “Puisi Adinda””. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami
bagaimana aspek penanda dan petanda yang terkandung dalam lirik lagu “Puisi
Adinda” yang dipopulerkan oleh Band Noah serta memahami bagaimana makna
denotasi, konotasi, mitologi yang terkandung di dalamnya. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretatif deskriptif.
Penelitian kedua yang dipilih oleh peneliti yaitu penelitian dengan judul “Analisis
semiotika makna kesendirian pada lirik lagu “Ruang Sendiri” karya Tulus”” oleh
Axcell Nathaniel & Amelia Wisda Sannie yang terdapat dalam Jurnal Ilmu Sastra
dan Linguistik Volume 19, Nomor 2 Tahun 2018. Penelitian ini mengkaji makna
kesendirian pada lirik lagu “Ruang Sendiri” karya Tulus melalui analisis semiotika
Roland Barthes. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
kualitatif semiotika.
Penelitian ketiga adalah penelitian yang dilakukan Chepi Nurdiansyah yang
terdapat dalam Jurnal Komunikasi, Universitas Bina Sarana Informatika, Volume 9,
Nomor 2, Tahun 2018 yang berjudul “Analisis Semiotik Makna Motivasi Berkarya
Lirik Lagu Zona Nyaman Karya Fourtwenty”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui makna yang terkandung pada lirik lagu tersebut. Teori yang digunakan
dan relevan dalam penelitian ini adalah Teori Roland Barthes dan dalam penelitian
ini menggunakan metode penelitian kualitatif.

Tabel 2.1
Review Penelittian Sejenis
Peneliti David Ardhy Axcell Nathaniel & Chepi Vickia
Aritonang & Amelia Wisda Nurdiansyah Zairacantika
Yohannes Don Sannie (2018) (2018) (2022)
Bosco Doho (2019)
Judul Analisis Semiotika Analisis semiotika Analisis Semiotik Penafsiran Rasa
Penelitian Roland Barthes makna kesendirian Makna Motivasi Cemas Akan
Terhadap Lirik Lagu pada lirik lagu Berkarya Lirik Tahap
Band Noah “Puisi “Ruang Sendiri” Lagu Zona Kedewasaan
Adinda”. karya Tulus”. Nyaman Karya (Analisis
Fourtwenty Semiotika Roland
Barthes dalam
Lagu “Takut”
Idgitaf
Metodologi Menggunakan Menggunakan Penelitian ini Menggunakan
Penelitian metode penelitian metode penelitian menggunakan metode penelitian
kualitatif semiotika kualitatif dengan metode penelitian kualitatif analisis
pendekatan kualitatif semiotika
interpretatif semiotika
deskriptif.
Hasil Dalam hasil Hasil penelitian Hasil penelitian
Penelitian penelitian ini, menunjukkan menunjukkan
diperoleh gambaran bahwa makna bahwa makna
yang lebih jelas denotasi dari lirik dalam lirik lagu
mengenai curahan lagu “Ruang Zona Nyaman
hati sang tokoh Sendiri” adalah milik Fourtwenty
utama terhadap keinginan penulis memiliki makna
pasangannya dan lagu merasakan pesan motivasi
kelangsungan rasanya sendiri, berkarya. Dalam
perjalanan kisah bebas, dan tanpa bait pertama
cintanya selain itu kekasih mengandung
juga hubungan bersamanya. makna bahwa
interpersonal secara Konotasinya manusia pasti
terperinci di penulis merasa mencari banyak
dalamnya yaitu adanya rasa bosan sekali yang
hubungan cinta. terhadap terjebak dalam
Pemilihan kata “Puisi pasangannya, situasi yang
Adinda” sebagai tidak tahu lagi membosankan
judul lagu mewakili bagaimana hanya untuk
sosok perempuan perasaannya mendapatkan
yang ia cintai. kepada uang. Dalam bait
Harapan pencipta pasangannya. kedua
lagu agar lagu ini Makna mitosnya, mengandung
dapat diingat dan pencipta lagu ingin makna kesakitan
dijadikan menyampaikan yang selalu
pembelajaran bahwa didapat hanya di
sebagai salah satu kesendirian, waktu diam kan tanpa
perisitiwa kehidupan untuk melakukan tindakan karena
yang pasti pernah hal sendiri, tidak sudah
atau sedang dan selalu dengan terbelenggu
akan diahadapi oleh pasangannya. rutinitas
lapisan masyarakat. pekerjaan. Dalam
bait ketiga
terkandung
makna bahwa
sifat dasar
manusia yang
mempunyai
banyak keinginan
harus diimbangi
dengan kodrat
manusia yaitu
makhluk sosial.
Kemudian, dalam
bait keempat
terkandung
makna bahwa
jika hanya diam
saja manusia
tidak akan bisa
merubah
keadaan
hidupnya.
Persamaan Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan
metode penelitian metode penelitian metode penelitian metode penelitian
semiotika semiotika semiotika semiotika
Perbedaan Perbedaan terdapat Perbedaan Objek penelitian Objek penelitian
dalam objek terdapat metode dan berbeda dari dan berbeda dari
penelitian dan peneletian yang segi perspektif segi perspektif
berbeda dari segi digunakan serta yang digunakan. yang digunakan.
perspektif yang dari segi perspektif
digunakan yang berbeda.

2.2 Kerangka Teoretis

2.2.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan sebuah bagian penting yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Menurut Edward
Depari (Onong, 2000:62) komunikasi adalah proses penyampaian gagasan
harapan dan pesan melalui lambang tertentu, mengandung arti dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Schemerhorn dalam
bukunya yang berjudul Managing Organizational Behavior menyatakan bahwa
komunikasi dapat diartikan sebagai proses antara pribadi dalam mengirim dan
menerima simbol-simbol yang berarti dalam kepentingan mereka. (Widjaja,
2008:8).
Menurut Deddy Mulyana (2005:5) komunikasi terjadi jika setidaknya suatu
sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu
pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik bentuk verbal (kata-kata) atau
bentuk nonverbal (nonkata-kata), tanpa harus memastikan terlebih dulu bahwa
kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem symbol yang sama.
Dari uraian diatas dapat didefinisikan secara umum sebagai usaha
penyampaian pesan antar manusia. Penyampaian pesan ini melibatkan
pertukaran simbol atau tanda baik verbal maupun nonverbal.

2.2.2 Lirik Lagu Sebagai Pesan Komunikasi


Menurut Laswell, komunikasi adalah pesan yang disampaikan dari
komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) melalui saluran-saluran
tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memberikan
dampak atau effect kepada komunikan sesuai yang diinginkan komunikator.
Komunikasi tersebut memenuhi unsur who, says what, in which channel, to
whom, with what effect.
Dalam terjadinya proses komunikasi, pesan merupakan hal yang utama.
Pengertian dari pesan yaitu segala sesuatu, secara verbal maupun non-verbal,
yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan untuk mewujudkan
suatu komunikasi. Pada dasarnya, pesan bersifat abstrak. Lambang
komunikasi digunakan sebagai media untuk menyalurkan pesan berupa suara,
mimik, gerak, dan bahasa. Media tersebut digunakan secara umum agar dapat
dimengerti sebagai alat bantu komunikasi.
Sebagai suatu media dalam komunikasi, sebuah lagu dapat
menyampaikan pesan melalui lirik di dalamnya. Musisi berperan sebagai
komunikator, dan lirik lagu menjadi saluran bagi pengarang untuk
menyampaikan pesan kepada komunikan (pendengar). Pesan berupa ekspresi
dari pengarang untuk mengungkapkan kegundahan, kemarahan, cinta, atau
kritik yang disampaikan kepada pendengar sebagai penerima pesan. Ketika
sebuah lagu diciptakan dan diperdengarkan terjadi pertukaran gagasan, ide,
serta opini antara pengarang dengan pendengar. pengarang menyampaikan isi
pikirannya berupa nada dan lirik agar pendengar mampu menangkap pesan
yang terkandung didalamnya. Dalam pertukaran gagasan, ide, serta opini
tersebut proses komunikasi terjadi melalui lambang musik berupa nada, dan
lirik berupa teks dalam sebuah lagu.

2.2.3 Tanda Verbal


Tanda verbal digunakan sebagai proses penyampaian pikiran, pesan atau
perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan simbol yang
menggunakan satu kata maupun lebih sebagai medianya. Media yang populer
adalah bahasa. Bahasa sudah dianggap menjadi suatu sistem kode verbal
(Elfryan, 2012).

Terdapat dua jalan untuk mengetahui tanda verbal pada sebuah teks
(Dyer, 1979), yakni :
1) Analisis non tekstual: Dilakukan dengan cara bertanya langsung pada
yang membuat lirik lagu tersebut. Hal ini kemungkinan tidak selalu
bisa dilakukan karena bisa saja sang pencipta lagu sudah mati atau
tinggal di tempat yang jauh.
2) Analisis tekstual: Dilakukan dengan cara dibantu oleh seorang
penerjemah ahli bahasa tersebut.

2.2.4 Makna
Menurut teori yang dikembangkan Ferdinand de Saussure, makna adalah
pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada sebuahtanda
linguistik. Jika tanda linguistik tersebut disamakan identitasnya dengan kata
atau leksem, berartimakna adalah pengertian atau konsep yang dimiliki oleh
setiap kata atau leksem. Jika disamakan denganmorfem, maka makna adalah
pengertian atau konsep yang dimiliki oleh setiap morfem, baik morfemdasar
maupun morfem afiks. Secara sederhana, pengertian makna dijabarkan
menjadi, 1. Maksud pembicara; 2. Pengaruh penerapan bahasa dalam
pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok; 3. Hubungan dalam
arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran
dan semua hal yang ditunjukkannya; dan 4. Cara menggunakan lambang-
lambang bahasa. (Harimurti, 2001).

2.2.5 Semiotika
Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai
pembangkitan makna. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, setidaknya
orang lain tersebut memahami maksud pesan kita, kurang lebih secara tepat.
Supaya komunikasi dapat terlaksana, maka kita harus membuat pesan dalam
bentuk tanda (bahasa, kata). Semiotika merupakan ilmu yang membahas
tentang tanda atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda
merupakan perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di
dunia ini, di tengah-tengah manusia (Sobur, 2004). Semiotika berasal dari
bahasa Yunani, semeion yang artinya adalah “tanda” dan seme yang artinya
adalah penafsir tanda.
Sementara menurut Leche (2001:191) semiotika adalah teori tentang
tanda dan penanda, dan (Segers, 2000:4) menjelaskan lebih detail, semiotika
adalah suatu disiplin yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang terjadi
dengan sarana signs “tanda – tanda” dan berdasarkan pada sign system
(code). Berbicara tentang kegunaan semiotika tidak dapat dilepaskan dari
pragamatik, yaitu untuk mengetahui apa yang dilakukan dengan tanda, apa
reaksi manusia ketika berhadapan dengan tanda. Dengan kata lain,
permasalahannya terdapat pada produksi daan konsumsi arti. Semiotika dapat
diterapkan di berbagai bidang antara lain: semiotika musik, semiotika bahasa
tulis, semiotika komunikasi visual, semiotika kode budaya, dsb. Pengkajian film
masuk dalam ranah semiotika visual.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model semiotika Roland
Barthes yang merupakan penerus dari pemikiran Ferdinand de Sausuuree.
Teori semiotika modern dikembangkan oleh Ferdinand de Sausure yang
merupakan seorang ahli lingustik dari Eropa, Sausure membagi semiologi
menjadi dua bagian yaitu penanda (signifier) yang berwujud huruf kata, gambar
dan bunyi, sedangkan bagian lain disebut petanda (signified) yang terletak
pada tingkatan isi dan gagasan mengenai apa yang terkandung di dalamnya.
Roland Barthes lebih memfokuskan pemaknaan kepada makna
tambahanan (connotative) dan arti penunjukan (denotative). Pada semiotika
Roland Barthes proses representasi tanda akan berpusat pada makna
denotasi, konotasi dan mitos. Pengertian denotasi secara umum dimengerti
sebagai makna yang sesungguhnya dan merupakan sistem signifikasi tingkat
pertama, sedangkan konotasi secara umum dimengerti sebagai signifikasi
tingkat kedua. Konotasi juga sering disebut operasi ideologi. Mitos merupakan
sistem komunikasi, karena mitos hadir dari pola pikir seseorang dalam
menafsirkan pesan (Sobur, 2009:62)

2.2.6 Teori Semiotika Roland Barthes


Kancah penelitian semiotika tak bisa begitu saja melepaskan nama
Roland Barthes (1915-1980) ahli semiotika yang mengembangkan kajian yang
sebelumnya punya warna kental strukturalisme kepada semiotika teks
(Wibowo, 2013: 21). Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir
strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi
Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama,
eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Barthes
berpendapat bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-
asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Barthes lahir pada
tahun 1915 dari keluarga kelas menengah Protestan di Cherbourg dan
dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya
Prancis (Sobur, 2009: 63).
Meskipun semiologi Barthes menjadikan linguistik Saussure sebagai
modelnya, tetapi Barthes telah perlu mengingatkan bahwa semiologi tidak bisa
sama dan sebangun dengan linguistik. Klasifikasi penanda linguistik misalnya,
tidak bisa dikerjakan begitu saja pada petanda semiologis. Petanda dari
garmen busana misalnya, bahkan meski diperantarai melalui tuturan (majalah),
tidaklah tentu didistribusikan seperti petanda dari bahasa selama keduanya tak
memiliki panjang yang sama (disebuah kata, disana sebuah kalimat). Petanda
itu tidak memiliki material lain kecuali penanda tipikalnya. Dalam kasus sistem
isologi seperti ini, orang kemudian tidak bisa menerimanya kecuali dengan
memaksakan padanya sebuah meta bahasa (Sobur, 2009: 63).
Dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna
tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang
melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang
berarti bagi penyempurna semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan
dan tatanan denotatif. Konotasi dan denotasi sering dijelaskan dalam istilah
tingkatan representasi atau tingkatan nama. Secara ringkas, denotasi dan
konotasi dapat dijelaskan sebagai berikut (Birowo, 2004: 57):
Denotasi adalah interaksi antara signifier dan signified dalam sign, dan
antara sign dengan referent (objek) dalam realitas eksternal. Konotasi adalah
interaksi yang muncul ketika sign bertemu dengan perasaan atau emosi
pembaca atau pengguna dan nilai-nilai budaya mereka. Makna menjadi
subjektif atau intersubjektif. Tanda lebih terbuka dalam penafsirannya pada
konotasi dari pada denotasi. Secara sederhana, denotasi dijelaskan sebagai
kata yang tidak mengandung makna atau perasaan-perasaan tambahan.
Maknanya disebut makna denotatif. Makna denotatif memiliki beberapa istilah
lain seperti makna denotasional, makna refrensial, makna konseptual, atau
makna idenasional. Sedangkan konotasi adalah kata yang mengandung arti
tambahan, perasaan tertentu, atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar
yang umum.
Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna
emotif, atau makna evaluatif (Sumadiria, 2006: 27). Konotasi identik dengan
operasi ideologi, yang disebutnya sebagai “mitos” dan berfungsi untuk
mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang
berlaku pada suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga
dimensi penanda, petanda dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik,
mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau,
dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran kedua
(Sobur, 2004: 69). Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak
intersubjektif. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda
terhadap sebuah objek, sedangkan makna konotasi adalah bagaimana cara
menggambarkannya. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan
isi, tanda bekerja melalui mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan
menjelaskan atau memahami berbagai aspek tentang realitas atau gejala alam.
Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi
(Wibowo, 2011: 16).

2.2.7 Kerangka Pemikiran


Dalam menyusun kerangka berpikir berarti peneliti berusaha untuk
membuat argumen yang rasional terhadap teori yang digunakan guna
menganilisis permasalahan yang sedang diteliti. Adapun kerangka berpikir
dalam penelitian ini adalah berawal dari maraknya kekhawatiran dan ketakutan
yang dialami manusia difase kehidupan usia dewasa yang terdapat di dalam
realitas sosial.
Kerangka pemikiran merupakan pola gambaran penelitian yang hendak
dilakukan peneliti dalam rangka menghubungkan, membahas dan
menganalisan objek penelitian yaitu lagu “Takut” oleh Idgitaf dengan subyek
penelitian, teorisemiotika Roland Barthes, yang akan dicari makna dengan
mengenali makna lagu yang menunjukkan penafsiran rasa cemas akan tahap
kedewasaan.

Analisis Semiotika
Roland Barthes

Mitos Rasa Cemas Akan


Tahap Kedewasaan dalam
lagu Lagu “Takut”
Idgitaf.

Mitos Rasa Cemas


Akan Tahap
Kedewasaan

 Konotasi
 Denotasi
 Mitos

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


3.1.1 Paradigma, Metode, Pendekatan Penelitian
Peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme dalam penelitian ini.
Paradigma konstruktivisme digunakan dalam penelitian ini karena peneliti
ingin mengetahui dan mendapatkan penmahaman yang dapat membantu
proses suatu peristiwa atau realitas diskontruksi itu terbentuk. Paradigma
konstruksionis ini kerap disebut dengan paradigma produksi dan pertukaran.
(Wiranata, 2014).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang
mengungkap dan menganalisis hal-hal yang tidak terlihat, yaitu penelitian
kualitatif yang berusaha mengamati hubungan yang tersirat. Kirk dan Miller
(1986: 9). Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu
mencari tahu apa makna yang terkandung dari lagu “Takut” Idgitaf.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode
analisis semiotika Roland Barthes. Peneliti menggunakan metode analisis
tersebut karena ingin mengetahui penggambaran dan penjelasan penelitian
secara mendalam. Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan bukan
berwujud angka, melainkan kata-kata (deskripsi terperinci), sehingga tidak
perlu melalui proses perhitungan (Moleong, 2005). Tujuan penelitian kualitatif
adalah untuk menjelaskan secara rinci fenomena melalui pengumpulan data
yang akurat, sehingga fokusnya adalah pada masalah kedalaman data
(kualitas) daripada kuantitas data (kuantitas). (Kriyantono, 2010, 56-57).

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah studi
dokumentasi karena objek penelitian berupa dokumen yaitu lagu. Pemerolehan
data ditempuh melalui penelusuran berbagai sumber yang diprediksi memuat data
yang diperlukan dalam penelitian ini.
1. Penelitian Kepustakaan
Penelitian yang dilakukan yaitu dengan menghimpun informasi yang
relevan dengan topik yang sedang diteliti yang dapat diperoleh melalui
buku-buku, karya ilmiah, ensiklopedia, internet dan sumber-sumber
lainnya
2. Pengamatan Langsung
Penelitian dilakukan dengan pengamatan langsung pada objek yang akan
diteliti. Peneliti hanya menganalisis objek berupa lagu tanpa adanya
wawancara dengan pihak terkait karena di dalam semiotika dokumen
berupa lirik lagu akan dianalisis secara mendalam berdasarkan penafsiran
dari peneliti. Sehingga peneliti dapat menganalisis serta mendeskripsikan
dengan menggunakan semiologi model Roland Barthes. Pengamatan
langsung didukung dengan data yang terbagi 3 bagian yaitu :
1. Data primer
Data primer yakni data pokok atau data utama. Data primer untuk
penelitian ini adalah data yang diperoleh dari lagu “Takut” oleh Idgitaf
yang berdurasi 5 menit 9 detik. Dalam penelitian ini, lirik lagu yang
diambil adalah lirik lagu yang mengandung makna denotatif, konotatif,
serta mitos.
2. Data sekunder
Data sekunder yakni data yang didapatkan dari literatur yang
mendukung data primer, seperti kamus, internet, artikel, buku-buku
yang berhubungan dengan penelitian, catatan kuliah dan sebagainya.

3.3 Objek Penelitian


Objek penelitian dari penelitian ini yaitu lagu yang dinyanyikan oleh Idgitaf,
“Takut” karena di dalam analisis semiotika perlu untuk menganalisis makna apa saja
yang terkandung dalam lagu tersebut sehingga diperlukan analisis secara
mendalam untuk memperoleh hasil dari rumusan masalah yang akan diteliti. Peneliti
memerlukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti, yaitu lagu “Takut” Idgitaf
untuk mengetahui bagaimana kekhawatiran dan ketakutan yang dialami manusia
difase kehidupan usia dewasa.
DAFTAR PUSTAKA

Suprapto, T. (2009). Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi. Media Pressindo.


Fiske, J. (2011). Introduction to Communication Studies 3 rded. New York, NY:
Routledge.
Rusmana, D. (2014). Filsafat Semiotika Paradigma, Teori, dan Metode Intrepretasi
Tanda dari Semiotika structural hingga Dekonstruksi Praktis. Bandung: CV
Pustaka Media.
Effendy, O. U. (2000). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.
Widjaja, H. A. W. (2008). Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Dyer, R. (1979). Stars. London: British Film Institute, 1979. Heavenly Bodies: Film Stars
and Society.
Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik Umum. Jakarta: Gramedia.
Sobur, A. (2009). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wibowo. (2011). Manajemen Kinerja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nurdiansyah, C. (2018). Analisis Semiotik Makna Motivasi Berkarya Lirik Lagu Zona
Nyaman Karya Fourtwenty. Jurnal Komunikasi, 9(2), 161–167.
Nathaniel, A., & Sannie, A. W. (2020). Analisis semiotika makna kesendirian pada lirik
lagu “Ruang Sendiri” karya Tulus. SEMIOTIKA: Jurnal Ilmu Sastra Dan
Linguistik, 19(2), 107-117.
Aritonang, D. A., & Doho, Y. D. B. (2020). Analisis Semiotika Roland Barthes Terhadap
Lirik Lagu Band Noah “Puisi Adinda”. Jurnal Ilmu Komunikasi dan Bisnis, 4(2),
77-103.

Anda mungkin juga menyukai