Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ACHMAD NUR FAUZI

LK. 2.2 Menentukan Solusi

No. Eksplorasi alternatif solusi Solusi yang relevan Analisis penentuan solusi
1 Akar permasalahan : Siswa masih belum Berdasarkan kajian literatur Dari analisis kajian literatur dan wawancara dengan
menemukan dan menerapkan gaya belajar dan wawancara dengan teman sejawat dan pakar maka Layanan Bimbingan
yang tepat. teman sejawat dan pakar Klasikal penguasaan brainstroming dipilih karena
maka ditemukan alternatif siswa bisa saling bertukar pendapat mengenai gaya
HASIL WAWANCARA DENGAN PAKAR DAN solusi sebagai berikut: dan cara belajar yang tepat sesuai keadaan dirinya
TEMAN SEJAWAT: masing-masing.
1. Siswa perlu memahami Bimbingan Klasikal METODE
kecenderungan gaya belajarnya. Meskipun Metode brainstromung memerlukan waktu
BRAINSTROMING. yang relative lama dalam proses diskusinya,
2. Siswa menerapkan gaya belajar
yang tepat dengan dirinya. kemudian akan didominasi oleh siswa yang pandai
3. Metode penyampainan yang tepat saja. Namun metode ini bisa menjadi awal pijakan
bisa menggunakan layanan klasikal untuk membiasakan siswa agar siap menyampaikan
penguasaan konten. pendapat sehingga mampu Meningkatkan partisipasi
4. Layanan klasikal metode siswa dalam menerima pelajaran. Didukung dengan
brainstorming. bantuan dari temannya yang sudah pandai atau dari
guru. Macam-macam pengalaman cara belajar dari
BIMBINGAN KLASIKAL PENGUASAAN KONTEN. beragam siswa di kelas bisa menjadi pertimbangan
Menurut Sukardi (2008) mendefinisikan untuk menentukan cara belajar sesuai gaya belajar
layanan penguasaan konten adalah yang paling sesuai.
layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan siswa memahami dan Menurut Aqib (2013) brainstorming dilakukan dengan
mengembangkan sikap dan kebiasaan melontarkan suatu masalah ke siswa oleh guru,
belajar yang baik, keterampilan dan materi kemudian siswa menjawab atau menyatakan
belajar yang cocok dengan kecepatan dan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah
kesulitan belajarnya, serta tuntutan tersebut berkembang menjadi masalah baru.
kemampuan yang berguna dalam Perbedaan dengan diskusi adalah dalam
kehidupan sehari-hari. brainstorming pendapat yang disampaikan siswa tidak
memerlukan sanggahan atau komentar, sehingga
Sokiyah (2010: 37) berpendapat bahwa siswa akan lebih percaya diri untuk berpendapat.
layanan penguasaan konten adalah
“layanan konseling yang memungkinkan Keunggulan bimbingan klasikal:
klien mengembangkan diri berkenaan 1. Informasi yang disampaikan atau jenis kegiatan
dengan sikap dan kebiasaan belajar yang bimbingan yang dilakukan dapat menjangkau
baik, materi pelajaran yang cocok dengan sejumlah siswa secara merata para siswa sekelas
kecepatan dan kesulitan belajarnya”. dapat menerima informasi yang sama dari suatu
sumber apakah guru/konselor atau sumber
Menurut Mugiarso (2006: 61) yang lain secara bersama-sama dengan demikian
mengemukakan tujuan layanan dapat meminimalkan pemahaman yang keliru
penguasaan konten adalah untuk atau kesalahan persepsi
memungkinkan siswa memahami dan 2. Bimbingan klasikal membuka peluang untuk
mengembangkan sikap dan kebiasaan siswa secara serempak mempunyai pengalaman
belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang sama dan seragam
belajar yang cocok dengan kecepatan dan 3. Bimbingan klasikal memberikan kesempatan
kesulitan belajarnya serta tuntutan bagi siswa-siswa untuk mengimprovisasi
kemampuan yang berguna dalam kemampuan kreativitasnya dan sportifitasnya
kehidupan dan perkembangan dirinya. apabila konselor mampu me – management kelas
dengan baik.
BIMBINGAN KLASIKAL METODE 4. Bimbingan klasikal memungkinkan para siswa
BRAINSTROMING: saling memahami berbagai terbuka, menilai,
Menurut Aqib (2013), brainstorming adalah mengomentari, dengan jujur dan tulus sesuai
suatu teknik atau cara mengajar yang pengarahan konselor
dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. 5. Bimbingan klasikal membantu siswa membina
Metode ini dilakukan dengan melontarkan sikap asertif yang sangat diperlukan siswa dalam
suatu masalah ke siswa oleh guru, kehidupan mereka di masa mendatang
kemudian siswa menjawab atau 6. Bimbingan klasikal akan memberikan peluang
menyatakan pendapat, atau komentar bagi siswa untuk belajar bertoleransi siswa dapat
sehingga mungkin masalah tersebut memahami mengenal, menerima dan dapat
berkembang menjadi masalah baru. mengarahkan diri secara positif apabila konselor
mampu mengelola kelas dengan baik
Menurut Roestiyah (2012), brainstorming 7. Bimbingan klasikal memberikan kesempatan
adalah suatu teknik atau cara mengajar bagi guru / konselor mengenal bakat-bakat
yang dilaksanakan oleh guru di dalam khusus siswa melalui observasi kelas, antara lain
kelas, dengan cara melontarkan suatu kepemimpinan, seni olah raga, managerial.
masalah ke kelas oleh guru, kemudian
peserta didik menjawab atau menyatakan 8. Dalam bimbingan klasikal juga akan membuka
pendapat, atau komentar sehingga peluang bagi guru / konselor menjaring masalah-
mungkin masalah tersebut berkembang masalah siswa secara spesifik seperti kelainan
menjadi masalah baru, atau dapat tingkah laku yang muncul pada siswanya seperti
diartikan pula sebagai satu cara untuk siswa yang penakut (phobia), pemalu, egois, dan
mendapatkan ide dari sekelompok agresif.
manusia dalam waktu singkat. 9. Dalam bimbingan klasikal konselor
menggunakan metode-metode pembelajaran yang
Menurut Aqib (2013) brainstorming bervariasi, menarik dan menyenangkan dan
dilakukan dengan melontarkan suatu dapat dinikmati oleh siswa bersama-sama
masalah ke siswa oleh guru, kemudian 10. Metode belajar konseptual yang digunakan guru
siswa menjawab atau menyatakan / konselor dalam bimbingan klasikal
pendapat, atau komentar sehingga memungkinkan siswa akan belajar dari
mungkin masalah tersebut berkembang mengalami sendiri bukan dari pemberian orang.
menjadi masalah baru. Perbedaan dengan Kemampuan pengetahuan dan keterampilan
diskusi adalah dalam brainstorming mereka semakin diperluaskan sehingga siswa
pendapat yang disampaikan siswa tidak mengetahui: apa yang dimaksudkan dengan
memerlukan sanggahan atau komentar, belajar, bagaimana belajar, dan apa kegunaan
sehingga siswa akan lebih percaya diri dari pengetahuan dan keterampilan yang ia
untuk berpendapat. miliki
Kelebihan metode brainstorming antara lain:
Brainstroming merupakan teknik yang 1. Siswa berfikir untuk menyatakan pendapat.
digunakan untuk menghasilkan suatu
daftar panjang yang Berisi berbagai respon 2. Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun
berbeda tanpa membuat penilaian logis.
terhadap ide-ide individu, dengan 3. Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat
menggunakan teknik brainstorming siswa yang berhubungan dengan masalah yang
dapat memiliki pemikiranfbaru dan secara diberikan oleh guru.
bebas mengutarakannya (Bulantika, 4. Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima
Saadah, Kushendar, 2019) pelajaran.
5. Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari
temannya yang sudah pandai atau dari guru.
6. Terjadi persaingan yang sehat.
7. Anak merasa bebas dan gembira.
8. Suasana demokratis dan disiplin dapat
ditumbuhkan.
9. Meningkatkan motivasi belajar.

Tahap-Tahap Pelaksanaan:
1. Tetapkan suatu topik/masalah sejelas mungkin
2. Beri waktu beberapa saat kepada anggota untuk
memahami dan memikirkannya.
3. Tetapkanlah waktu yang akan digunakan untuk
curah pendapat, misalnya 30-45 menit.
4. Anggota tim menyampaikan ide.
5. Apabila terdapat beberapa anggota yang
mendominasi, gunakan curah pendapat
terstruktur sehingga seluruh anggota
mempunyai kesempatan yang sama. Bila yang
dipilih secara terstruktur, anggota yang tidak
menyampaikan pendapat pada gilirannya harus
mengucapkan "pass" dan kesempatan diberikan
pada anggota berikutnya.
6. Beri dorongan agar anggota berani
memberikan/mengajukan pendapat.
7. Selama brainstorming berjalan, tidak
dibenarkan menanggapi pendapat anggota yang
sedang berbicara. Bila ini terjadi, pimpinan
sidang harus segera menegur.
8. Tuliskan setiap ide/gagasan tersebut pada
flipchart sehingga dapat dilihat oleh seluruh
anggota.
9. Teruskan brainstorming sampai waktu yang
telah ditetapkan habis.
Lakukan klarifikasi, hilangkan sesuatu yang
menyimpang dari topik atau duplikasi yang terjadi.
Buat list pendek yang berhubungan dengan topik
yangg dibahas.

2. Akar Permasalahan : Siswa korban Berdasarkan kajian literatur Dari analisis kajian literatur dan wawancara dengan
bulying tidak bisa bersikap asertif dalam dan wawancara dengan teman sejawat dan pakar maka Layanan yang dipilih
menghadapi pelaku bulying secara verbal. teman sejawat dan pakar adalah layanan konseling kelompok dengan teknik
maka ditemukan alternatif asertif training. Layanan konseling kelompok dipilih
HASIL WAWANCARA: solusi sebagai berikut: karena siswa secara langsung mengalami
1. Setiap kelas di kelas 8 memiliki 1 permasalahan tersebut dan membutuhkan solusi
anak yang menjadi korban bully. Konseling Kelompok Teknik terentaskan permasalahanya segera. Siswa
2. Korban bulying perlu kemampuan Asertif Training. membutuhkan proses interaksi dengan teman
untuk melawan bulying. sebayanya dalam konseling kelompok supaya
3. Msalah pribadi siswa yang perlu memiliki padangan yang kaya yang bisa digunakan
dipecahkan bisa menggunakan untuk menyelesaikan permasalahanya. Siswa korban
konseling kelompok. bulying berada pada situasi interpersonal dimana
4. Teknik modeling bisa menjadi siswa merasakan kesulitan untuk menerima
solusi. kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri
5. Teknik asertif training merupakan adalah tindakan yang layak atau benar. siswa merasa
cara paling cepat dan efektif untuk tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan
menanggulangi permasalahan dan pikiran-pikiran sendiri. Dengan adnya teknik
tersebut. asertif training siswa korban bulying bisa mengurangi
kecemasan yang timbul karena pelaku bulying.
KAJIAN LITERATUR:
Pelaksanaannya cukup sederhana dan bisa digunakan
Untuk membekali peserta didik korban bulying verbal
Alternatif solusi : dengan kemampuan membela diri terhadap pelaku
Layanan: Konseling Kelompok. bulying.
Teknik : Asertif Training. Latihan asertif menggunakan prosedur permainan
peran. Pertama-tama untuk melakukan prosedur ini
PENGARUH LAYANAN KONSELING siswa berperan sebagai pelaku bulying. memberi
KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE contoh bagi konselor, sementara konselor mencontoh
TRAINING TERHADAP PERILAKU cara berpikir dan cara siswa menghadapi atasan.
BULLYING VERBAL SISWA KELAS VIII Kemudian, mereka saling menukar peran sambil siswa
SMP NEGERI 2 PERCUT SEI TUAN. mencoba tingkah laku baru dan konselor memainkan
peran sebagai pelaku bulying. Siswa bisa memberikan
(Asiah & Siregar, 2018) pengarahan kepada konselor tentang bagaimana
Hasil penelitian: Perubahan penurunan memainkan peran sebagai atasan secara realistis,
interval kecemasan perilaku bullying verbal sebaliknya konselor melatih siswa bagaimana bersikap
siswa setelah diberikan layanan bimbingan tegas terhadap pelaku bulying.
kelompok teknik assertif training sebesar
34%. Hal ini menunjukan ada pengaruh
KELEBIHAN ASERTIF TRAINING.
pemberian layanan layanan konseling
1. Pelaksanaannya yang cukup sederhana.
kelompok teknik assertif training terhadap
2. Penerapannya dikombinasikan dengan
kecemasan perilaku bullying verbal siswa
beberapa pelatihan seperti relaksasi, ketika
kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Percut SeiTuan.
individu lelah dan jenuh dalam berlatih, kita
dapat melakukan relaksasi supaya
Penerapan teknik bermain peran melalui
menyegarkan individu itu kembali.
konseling kelompok untuk melatih
Pelatihannya juga bisa menerapkan teknik
perilaku asertif sepuluh siswa kelas VIII
modeling, misalnya konselor mencontohkan
SMP Kolose Kanisius Jakarta.
sikap asertif langsung dihadapan konseli. Selain
itu juga dapat dilaksanakan melalui kursi
(Mamahit et al., 2021)
kosong, misalnya setelah konseli mengatakan
Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa
tentang apa yang hendak diutarakan, ia
konseling kelompok dengan teknik
langsung mengutarakannya di depan kursi yang
bermain peran untuk meningkatkan
seolah-olah dikursi itu ada orang yang
keberanian mengungkapkan pendapat
dimaksud oleh konseli.
dinyatakan efektif. Teknik bermain peran
3. Pelatihan ini dapat mengubah perilaku individu
dapat memberikan contoh dan
secara langsung melalui perasaan dan
menghadirkan pengalaman nyata bagi
sikapnya.
subyek dalam mencobakan pemberikan
4. Dapat dilaksanakan secara perorangan juga
pendapat atau memunculkan keberanian
dapat dilaksanakan dalam kelompok.
untuk bertanya.

PENERAPAN KONSELING KELOMPOK


LATIHAN ASERTIF PADA SISWA
KORBAN BULLYING DI SMPN 34 Tahap-Tahap Pelaksanaan:
SURABAYA
(Fatmawati & Pratiwi) KOMPONEN/ ISI KEGIATAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, LANGKAH
penerapan konseling kelompok asertif Langkah 1: • Konselor memberikan
dapat meningktkan asertif siswa korban rasional/menjelaskanmaksud
bullying. Rasional Strategi
penggunaanstrategi
• Konselor memberikan overview
PENERAPAN TEKNIK ROLE PLAYING tahapan-tahapan implementasi
DALAM MENGURANGI PERILAKU strategi
BULLYING PADA PESERTA DIDIK MTs

(Artyarini et al., 2018)


Salah satu layanan bimbingan dan
konseling yang dapat dilakukan adalah
bimbingan kelompok dengan
menggunakan teknik role playing. Role Langkah 2: • Konselor meminta konseli
playing dianggap dapat mereduksi perilaku menceritakansecara terbuka
Identifikasi
bullying karena melalui bermain peran, permasalahan yang dihadapi dan
keadaan yang
peserta didik dapat lebih rileks untuk sesuatu yang dilakukan atau
menimbulkan
berinteraksi dan memainkan peran sebagai persoalan dipikirkan pada saat permasalahan
orang lain sehingga pemaknaan peran timbul.
akan lebih cepat untuk dipahami peserta
diduk, sehingga secara perlahan peserta
didik akan mengetahui dampak negatif
Langkah 3: • Konselor dan konselimembedakan
yang terjadi pada korban bullying dan
perilaku asertif danperilaku tidak
dapat mereduksi perilaku bullying ini. Membedakan
perilaku asertif asertifserta menentuaknperubahan
dan tidak asertif perilakuyang diharapkan
serta
mengeksplorasi
target
Langkah 4: • Konseli bermainperan sesuai dengan
Bermain peran, permasalahan yangdihadapi
pemberian umpan • Konselor memberikan umpan
balik serta balik secara verbal
pemberian model • Pemberian modelperilaku yang lebih
perilaku yang baik
lebih baik • Pemberian penguat positif
dan
penghargaan

Langkah 5: • Konseli mendemosntrasikan


Melaksanakan perilaku yang asertifsesuai dengan
latihan dan targetperilaku yangdiharapkan
praktik

Langkah 6: • konseli mengulanglatihan


Mengulang latihan kembali tanpa bantuan pembimbing
Langkah 7: • Konselor memberitugas
Tugas rumah dan rumah padakonseli, dan
tindak lanjut memintakonseli mempraktikan
perilaku yang
diharapkan dan memeriksa
perilaku target apakah sudah
dilakukan dalam kehidupan
sehari- hari
Langkah 8: • Konselor mengehentikan program
Terminasi bantuan
3. Akar Permasalahan: Pengelolaan diri dalam Berdasarkan kajian literatur
Dari analisis kajian literatur dan wawancara dengan
belajar siswa rendah. dan wawancara dengan
teman sejawat dan pakar maka Layanan yang dipilih
HASIL WAWANCARA: teman sejawat dan pakar adalah layanan Bimbingan Kelompok dengan Teknik
1. siswa sulit mengatur diri untuk maka ditemukan alternatif modelling karena layanan ini merupakan Salah satu
belajar dan menyiapkan solusi sebagai berikut: teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pembelajaran berikutnya. self-regulated learning yaitu melalui teknik modeling.
2. Pengendalian diri siswa bisa di Bimbingan Kelompok Teknik Lapan dalam Sunawan (2011) memaparkan beberapa
tangani dengan pemberian Modeling. strategi yang dapat digunakan oleh konselor dalam
bimbingan secara kelompok dengan meningkatkan self-regulated learning yaitu strategi
teknik modeling karena dengan pelatihan, modeling, berpraktik dengan teman-teman
adanya model ini siswa tidak hanya sebaya, memantau siswa dengan mengevaluasi
meniru namun bisa penerapan berbagai strategi. Hal ini diperkuat dengan
membandingkan ketepatan perilaku pendapat Zimmerman (1989) bahwa model bisa
yang dipilih. digunakan sebagai strategi untuk self-regulated
learning siswa.
Teknik modeling yaitu teknik yang menekankan pada
KAJIAN LITERATUR pelibatan penambahan dan atau pengurangan tingkah
Alternatif Solusi 1. laku yang teramati, menggeneralisir berbagai
Layanan: Bimbingan Kelompok. pengamatan sekaligus, melibatkan proses kognitif,
Teknik : Modeling bukan sekedar menirukan atau mengulangi apa yang
dilakukan orang model.
PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN
KELOMPOK DENGAN TEKNIK Kelebihan Teknik Modelling
MODELING UNTUK MENINGKATKAN 1. Dalam teknik modelling yang ditampilkan baik
SELF-REGULATED LEARNING PADA dalam bentuk live model maupun symbolic
SISWA SMP N 13 SEMARANG model, konseli dapat mengamati secara
langsung model yang ditampilkan.
Khafidhoh, I., & Purwanto, E. (2015). 2. Konseli juga akan dimudahkan dalam
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan memahami perilaku yang ingin diubah
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan 3. Dapat diperagakan.
antara nilai rata-rata skor self-regulated 4. Pada perilaku positif diperlukan adanya
learning siswa sebelum dan sesudah penekanan perhatian.
menerima kegiatan bimbingan kelompok.
Hal ini mengandung arti bahwa
pelaksanaan bimbingan kelompok dengan Tahap-Tahap Teknik Modeling
teknik modeling efektif dalam meningkatan
kemampuan self-regulated learning siswa. Adapun tahap-tahap teknik modeling menurut
Bandura ( dalam J.Feist & Gregory, J ,2008) yaitu:
Alternatif Solusi 2.
Layanan : Bimbingan Kelompok. Tahap perhatian
Teknik :Konseling Ringkas Berfokus Solusi Dalam tahap ini individu memperhatikan model yang
menarik, berhasil, atraktif, dan populer. Melalui
Peningkatan Self-Regulated Learning memperhatikan model ini individu dapat meniru
Siswa melalui Konseling Ringkas bagaimana cara berpikir dan bertindak seperti orang
Berfokus Solusi lain, setra penampilan model di hadapan orang lain.
(Utami et al., 2020) Guru di dalam kelas dapat menarik perhatian siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang telah untuk memperhatikan petunjuk belajar yang jelas
dilakukan di SMP Muhammadiyah Turi dan menarik dan memotivasi siswa untuk
Sleman dapat disimpulkan self-regulated memperhatikan pelajaran yang hendak disajikan.
learning pada siswa terbukti meningkat
setelah diberikan treatment layanan Tahap retensi
konseling ringkas berfokus solusi dengan Dalam tahap ini apabila guru telah memperoleh
format konseling individual. perhatian dari siswa, guru memodelkan perilaku yang
akan ditiru oleh siswa dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk memprakikkannya atau
mengulangi model yang telah ditampilkan.

Tahap reproduksi
Dalam tahap ini siswa mencoba menyesuaikan diri
dengan perilaku model.

Tahap motivational
Dalam tahap ini, siswa akan menirukan model karena
merasakan bahwa melakukan pekerjaan yang baik
akan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh
penguatan.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. (2013). Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual(Inovatif). Bandung: Yrama Widy

Roestiyah, N. K. (2008). StrategifBelajarfDanfMengajar. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.

Bulantika, S. Z. (2019). Efektivitas Konseling Individual Menggunakan Teknik Brainstorming Untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal.
Ghaidan:Jurnal Bimbingan Konseling Islam Dan Kemasyarakatan, 3(2), 24-30

Artyarini, A., Oktapiani, E., & Fatimah, S. (2018). Penerapan teknik role playing dalam mengurangi perilaku bullying pada peserta didik MTs.
FOKUS (Kajian Bimbingan & Konseling dalam Pendidikan), 1(3), 94-102.
Asiah, M., & Siregar, I. (2018). Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Teknik Assertive Training Terhadap Perilaku Bullying Verbal Siswa
Kelas Viii Smp Negeri 2 Percut Sei Tuan. Jurnal Psikologi Konseling Vol, 13(2).
Fatmawati, D. S., & Pratiwi, T. I. PENERAPAN KONSELING KELOMPOK LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KORBAN BULLYING DI
SMPN 34 SURABAYA.
Mamahit, H. C., Dinoto, R., Nataniel, M., Lewoleba, M. P., & Reandsi, H. W. (2021). Penerapan teknik bermain peran melalui konseling
kelompok untuk melatih perilaku asertif sepuluh siswa kelas VIII SMP Kolose Kanisius Jakarta. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia),
6(2), 673-683.
Utami, S. R., Saputra, W. N. E., Suardiman, S. P., & Kumara, A. R. (2020). Peningkatan Self-Regulated Learning Siswa melalui Konseling
Ringkas Berfokus Solusi. Counsellia: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 10(1), 1-13.

Anda mungkin juga menyukai