No. Eksplorasi alternatif solusi Solusi yang relevan Analisis penentuan solusi
1 Akar permasalahan : Siswa masih belum Berdasarkan kajian literatur Dari analisis kajian literatur dan wawancara dengan
menemukan dan menerapkan gaya belajar dan wawancara dengan teman sejawat dan pakar maka Layanan Bimbingan
yang tepat. teman sejawat dan pakar Klasikal penguasaan brainstroming dipilih karena
maka ditemukan alternatif siswa bisa saling bertukar pendapat mengenai gaya
HASIL WAWANCARA DENGAN PAKAR DAN solusi sebagai berikut: dan cara belajar yang tepat sesuai keadaan dirinya
TEMAN SEJAWAT: masing-masing.
1. Siswa perlu memahami Bimbingan Klasikal METODE
kecenderungan gaya belajarnya. Meskipun Metode brainstromung memerlukan waktu
BRAINSTROMING. yang relative lama dalam proses diskusinya,
2. Siswa menerapkan gaya belajar
yang tepat dengan dirinya. kemudian akan didominasi oleh siswa yang pandai
3. Metode penyampainan yang tepat saja. Namun metode ini bisa menjadi awal pijakan
bisa menggunakan layanan klasikal untuk membiasakan siswa agar siap menyampaikan
penguasaan konten. pendapat sehingga mampu Meningkatkan partisipasi
4. Layanan klasikal metode siswa dalam menerima pelajaran. Didukung dengan
brainstorming. bantuan dari temannya yang sudah pandai atau dari
guru. Macam-macam pengalaman cara belajar dari
BIMBINGAN KLASIKAL PENGUASAAN KONTEN. beragam siswa di kelas bisa menjadi pertimbangan
Menurut Sukardi (2008) mendefinisikan untuk menentukan cara belajar sesuai gaya belajar
layanan penguasaan konten adalah yang paling sesuai.
layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan siswa memahami dan Menurut Aqib (2013) brainstorming dilakukan dengan
mengembangkan sikap dan kebiasaan melontarkan suatu masalah ke siswa oleh guru,
belajar yang baik, keterampilan dan materi kemudian siswa menjawab atau menyatakan
belajar yang cocok dengan kecepatan dan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah
kesulitan belajarnya, serta tuntutan tersebut berkembang menjadi masalah baru.
kemampuan yang berguna dalam Perbedaan dengan diskusi adalah dalam
kehidupan sehari-hari. brainstorming pendapat yang disampaikan siswa tidak
memerlukan sanggahan atau komentar, sehingga
Sokiyah (2010: 37) berpendapat bahwa siswa akan lebih percaya diri untuk berpendapat.
layanan penguasaan konten adalah
“layanan konseling yang memungkinkan Keunggulan bimbingan klasikal:
klien mengembangkan diri berkenaan 1. Informasi yang disampaikan atau jenis kegiatan
dengan sikap dan kebiasaan belajar yang bimbingan yang dilakukan dapat menjangkau
baik, materi pelajaran yang cocok dengan sejumlah siswa secara merata para siswa sekelas
kecepatan dan kesulitan belajarnya”. dapat menerima informasi yang sama dari suatu
sumber apakah guru/konselor atau sumber
Menurut Mugiarso (2006: 61) yang lain secara bersama-sama dengan demikian
mengemukakan tujuan layanan dapat meminimalkan pemahaman yang keliru
penguasaan konten adalah untuk atau kesalahan persepsi
memungkinkan siswa memahami dan 2. Bimbingan klasikal membuka peluang untuk
mengembangkan sikap dan kebiasaan siswa secara serempak mempunyai pengalaman
belajar yang baik, keterampilan dan materi belajar yang sama dan seragam
belajar yang cocok dengan kecepatan dan 3. Bimbingan klasikal memberikan kesempatan
kesulitan belajarnya serta tuntutan bagi siswa-siswa untuk mengimprovisasi
kemampuan yang berguna dalam kemampuan kreativitasnya dan sportifitasnya
kehidupan dan perkembangan dirinya. apabila konselor mampu me – management kelas
dengan baik.
BIMBINGAN KLASIKAL METODE 4. Bimbingan klasikal memungkinkan para siswa
BRAINSTROMING: saling memahami berbagai terbuka, menilai,
Menurut Aqib (2013), brainstorming adalah mengomentari, dengan jujur dan tulus sesuai
suatu teknik atau cara mengajar yang pengarahan konselor
dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. 5. Bimbingan klasikal membantu siswa membina
Metode ini dilakukan dengan melontarkan sikap asertif yang sangat diperlukan siswa dalam
suatu masalah ke siswa oleh guru, kehidupan mereka di masa mendatang
kemudian siswa menjawab atau 6. Bimbingan klasikal akan memberikan peluang
menyatakan pendapat, atau komentar bagi siswa untuk belajar bertoleransi siswa dapat
sehingga mungkin masalah tersebut memahami mengenal, menerima dan dapat
berkembang menjadi masalah baru. mengarahkan diri secara positif apabila konselor
mampu mengelola kelas dengan baik
Menurut Roestiyah (2012), brainstorming 7. Bimbingan klasikal memberikan kesempatan
adalah suatu teknik atau cara mengajar bagi guru / konselor mengenal bakat-bakat
yang dilaksanakan oleh guru di dalam khusus siswa melalui observasi kelas, antara lain
kelas, dengan cara melontarkan suatu kepemimpinan, seni olah raga, managerial.
masalah ke kelas oleh guru, kemudian
peserta didik menjawab atau menyatakan 8. Dalam bimbingan klasikal juga akan membuka
pendapat, atau komentar sehingga peluang bagi guru / konselor menjaring masalah-
mungkin masalah tersebut berkembang masalah siswa secara spesifik seperti kelainan
menjadi masalah baru, atau dapat tingkah laku yang muncul pada siswanya seperti
diartikan pula sebagai satu cara untuk siswa yang penakut (phobia), pemalu, egois, dan
mendapatkan ide dari sekelompok agresif.
manusia dalam waktu singkat. 9. Dalam bimbingan klasikal konselor
menggunakan metode-metode pembelajaran yang
Menurut Aqib (2013) brainstorming bervariasi, menarik dan menyenangkan dan
dilakukan dengan melontarkan suatu dapat dinikmati oleh siswa bersama-sama
masalah ke siswa oleh guru, kemudian 10. Metode belajar konseptual yang digunakan guru
siswa menjawab atau menyatakan / konselor dalam bimbingan klasikal
pendapat, atau komentar sehingga memungkinkan siswa akan belajar dari
mungkin masalah tersebut berkembang mengalami sendiri bukan dari pemberian orang.
menjadi masalah baru. Perbedaan dengan Kemampuan pengetahuan dan keterampilan
diskusi adalah dalam brainstorming mereka semakin diperluaskan sehingga siswa
pendapat yang disampaikan siswa tidak mengetahui: apa yang dimaksudkan dengan
memerlukan sanggahan atau komentar, belajar, bagaimana belajar, dan apa kegunaan
sehingga siswa akan lebih percaya diri dari pengetahuan dan keterampilan yang ia
untuk berpendapat. miliki
Kelebihan metode brainstorming antara lain:
Brainstroming merupakan teknik yang 1. Siswa berfikir untuk menyatakan pendapat.
digunakan untuk menghasilkan suatu
daftar panjang yang Berisi berbagai respon 2. Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun
berbeda tanpa membuat penilaian logis.
terhadap ide-ide individu, dengan 3. Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat
menggunakan teknik brainstorming siswa yang berhubungan dengan masalah yang
dapat memiliki pemikiranfbaru dan secara diberikan oleh guru.
bebas mengutarakannya (Bulantika, 4. Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima
Saadah, Kushendar, 2019) pelajaran.
5. Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari
temannya yang sudah pandai atau dari guru.
6. Terjadi persaingan yang sehat.
7. Anak merasa bebas dan gembira.
8. Suasana demokratis dan disiplin dapat
ditumbuhkan.
9. Meningkatkan motivasi belajar.
Tahap-Tahap Pelaksanaan:
1. Tetapkan suatu topik/masalah sejelas mungkin
2. Beri waktu beberapa saat kepada anggota untuk
memahami dan memikirkannya.
3. Tetapkanlah waktu yang akan digunakan untuk
curah pendapat, misalnya 30-45 menit.
4. Anggota tim menyampaikan ide.
5. Apabila terdapat beberapa anggota yang
mendominasi, gunakan curah pendapat
terstruktur sehingga seluruh anggota
mempunyai kesempatan yang sama. Bila yang
dipilih secara terstruktur, anggota yang tidak
menyampaikan pendapat pada gilirannya harus
mengucapkan "pass" dan kesempatan diberikan
pada anggota berikutnya.
6. Beri dorongan agar anggota berani
memberikan/mengajukan pendapat.
7. Selama brainstorming berjalan, tidak
dibenarkan menanggapi pendapat anggota yang
sedang berbicara. Bila ini terjadi, pimpinan
sidang harus segera menegur.
8. Tuliskan setiap ide/gagasan tersebut pada
flipchart sehingga dapat dilihat oleh seluruh
anggota.
9. Teruskan brainstorming sampai waktu yang
telah ditetapkan habis.
Lakukan klarifikasi, hilangkan sesuatu yang
menyimpang dari topik atau duplikasi yang terjadi.
Buat list pendek yang berhubungan dengan topik
yangg dibahas.
2. Akar Permasalahan : Siswa korban Berdasarkan kajian literatur Dari analisis kajian literatur dan wawancara dengan
bulying tidak bisa bersikap asertif dalam dan wawancara dengan teman sejawat dan pakar maka Layanan yang dipilih
menghadapi pelaku bulying secara verbal. teman sejawat dan pakar adalah layanan konseling kelompok dengan teknik
maka ditemukan alternatif asertif training. Layanan konseling kelompok dipilih
HASIL WAWANCARA: solusi sebagai berikut: karena siswa secara langsung mengalami
1. Setiap kelas di kelas 8 memiliki 1 permasalahan tersebut dan membutuhkan solusi
anak yang menjadi korban bully. Konseling Kelompok Teknik terentaskan permasalahanya segera. Siswa
2. Korban bulying perlu kemampuan Asertif Training. membutuhkan proses interaksi dengan teman
untuk melawan bulying. sebayanya dalam konseling kelompok supaya
3. Msalah pribadi siswa yang perlu memiliki padangan yang kaya yang bisa digunakan
dipecahkan bisa menggunakan untuk menyelesaikan permasalahanya. Siswa korban
konseling kelompok. bulying berada pada situasi interpersonal dimana
4. Teknik modeling bisa menjadi siswa merasakan kesulitan untuk menerima
solusi. kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri
5. Teknik asertif training merupakan adalah tindakan yang layak atau benar. siswa merasa
cara paling cepat dan efektif untuk tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan
menanggulangi permasalahan dan pikiran-pikiran sendiri. Dengan adnya teknik
tersebut. asertif training siswa korban bulying bisa mengurangi
kecemasan yang timbul karena pelaku bulying.
KAJIAN LITERATUR:
Pelaksanaannya cukup sederhana dan bisa digunakan
Untuk membekali peserta didik korban bulying verbal
Alternatif solusi : dengan kemampuan membela diri terhadap pelaku
Layanan: Konseling Kelompok. bulying.
Teknik : Asertif Training. Latihan asertif menggunakan prosedur permainan
peran. Pertama-tama untuk melakukan prosedur ini
PENGARUH LAYANAN KONSELING siswa berperan sebagai pelaku bulying. memberi
KELOMPOK TEKNIK ASSERTIVE contoh bagi konselor, sementara konselor mencontoh
TRAINING TERHADAP PERILAKU cara berpikir dan cara siswa menghadapi atasan.
BULLYING VERBAL SISWA KELAS VIII Kemudian, mereka saling menukar peran sambil siswa
SMP NEGERI 2 PERCUT SEI TUAN. mencoba tingkah laku baru dan konselor memainkan
peran sebagai pelaku bulying. Siswa bisa memberikan
(Asiah & Siregar, 2018) pengarahan kepada konselor tentang bagaimana
Hasil penelitian: Perubahan penurunan memainkan peran sebagai atasan secara realistis,
interval kecemasan perilaku bullying verbal sebaliknya konselor melatih siswa bagaimana bersikap
siswa setelah diberikan layanan bimbingan tegas terhadap pelaku bulying.
kelompok teknik assertif training sebesar
34%. Hal ini menunjukan ada pengaruh
KELEBIHAN ASERTIF TRAINING.
pemberian layanan layanan konseling
1. Pelaksanaannya yang cukup sederhana.
kelompok teknik assertif training terhadap
2. Penerapannya dikombinasikan dengan
kecemasan perilaku bullying verbal siswa
beberapa pelatihan seperti relaksasi, ketika
kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Percut SeiTuan.
individu lelah dan jenuh dalam berlatih, kita
dapat melakukan relaksasi supaya
Penerapan teknik bermain peran melalui
menyegarkan individu itu kembali.
konseling kelompok untuk melatih
Pelatihannya juga bisa menerapkan teknik
perilaku asertif sepuluh siswa kelas VIII
modeling, misalnya konselor mencontohkan
SMP Kolose Kanisius Jakarta.
sikap asertif langsung dihadapan konseli. Selain
itu juga dapat dilaksanakan melalui kursi
(Mamahit et al., 2021)
kosong, misalnya setelah konseli mengatakan
Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa
tentang apa yang hendak diutarakan, ia
konseling kelompok dengan teknik
langsung mengutarakannya di depan kursi yang
bermain peran untuk meningkatkan
seolah-olah dikursi itu ada orang yang
keberanian mengungkapkan pendapat
dimaksud oleh konseli.
dinyatakan efektif. Teknik bermain peran
3. Pelatihan ini dapat mengubah perilaku individu
dapat memberikan contoh dan
secara langsung melalui perasaan dan
menghadirkan pengalaman nyata bagi
sikapnya.
subyek dalam mencobakan pemberikan
4. Dapat dilaksanakan secara perorangan juga
pendapat atau memunculkan keberanian
dapat dilaksanakan dalam kelompok.
untuk bertanya.
Tahap reproduksi
Dalam tahap ini siswa mencoba menyesuaikan diri
dengan perilaku model.
Tahap motivational
Dalam tahap ini, siswa akan menirukan model karena
merasakan bahwa melakukan pekerjaan yang baik
akan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh
penguatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. (2013). Model-Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual(Inovatif). Bandung: Yrama Widy
Bulantika, S. Z. (2019). Efektivitas Konseling Individual Menggunakan Teknik Brainstorming Untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal.
Ghaidan:Jurnal Bimbingan Konseling Islam Dan Kemasyarakatan, 3(2), 24-30
Artyarini, A., Oktapiani, E., & Fatimah, S. (2018). Penerapan teknik role playing dalam mengurangi perilaku bullying pada peserta didik MTs.
FOKUS (Kajian Bimbingan & Konseling dalam Pendidikan), 1(3), 94-102.
Asiah, M., & Siregar, I. (2018). Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Teknik Assertive Training Terhadap Perilaku Bullying Verbal Siswa
Kelas Viii Smp Negeri 2 Percut Sei Tuan. Jurnal Psikologi Konseling Vol, 13(2).
Fatmawati, D. S., & Pratiwi, T. I. PENERAPAN KONSELING KELOMPOK LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KORBAN BULLYING DI
SMPN 34 SURABAYA.
Mamahit, H. C., Dinoto, R., Nataniel, M., Lewoleba, M. P., & Reandsi, H. W. (2021). Penerapan teknik bermain peran melalui konseling
kelompok untuk melatih perilaku asertif sepuluh siswa kelas VIII SMP Kolose Kanisius Jakarta. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia),
6(2), 673-683.
Utami, S. R., Saputra, W. N. E., Suardiman, S. P., & Kumara, A. R. (2020). Peningkatan Self-Regulated Learning Siswa melalui Konseling
Ringkas Berfokus Solusi. Counsellia: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 10(1), 1-13.