Anda di halaman 1dari 3

ndonesia merupakan sebuah kesatuan dari beragam suku bangsa yang

juga memiliki perbedaan dalam bahasa, etnik, kepercayaan dan


ideologi. Perbedaan tersebut dapat mendorong untuk terjadinya
konflik, namun sebaliknya juga dapat menjadikan persatuan dengan
terwujudnya sikap saling tolerir antar warga Indonesia. Akan tetapi,
untuk mewujudkan persatuan dengan dasar perbedaan yang ada itu,
Indonesia membutuhkan nilai-nilai yang dapat mengikatkan
masyarakatnya menjadi satu kesatuan (majemuk).

Hal tersebut sebagaimana disampaikan oleh Drs.H.Zainut Tauhid


Sa’adi,M.Si., selaku Wakil Ketua Pimpinan Badan Sosialisasi MPR RI
dalam Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yang diselenggarakan oleh MPR RI
bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
dan bertempat di Mini Teather Gedung Perpustakaan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) lantai 4 pada Rabu (25/11). Ia
menyampaikan bahwa untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia
amatlah susah namun bersifat penting dan harus dilakukan oleh
seluruh lapisan masyarakat. “Konflik di Tolikara dan konflik-konflik
antar suku yang terjadi di beberapa daerah merupakan akibat dari
kurangnya nilai-nilai yang diterapkan oleh masyarakat,” terangnya.

Oleh karena itu, lanjut Zainut, penting bagi masyarakat Indonesia untuk
memiliki nilai-nilai yang mengikat agar kesatuan bangsa tetap terjaga.
Dan nilai-nilai yang mengikat tersebut menurutnya tercermin dalam
empat pilar kebangsaan sebagai dasar bernegara. Empat pilar tersebut
antara lain, Pancasila sebagai dasar dan Ideologi Negara, Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NRI) Tahun 1945
sebagai konstitusi Negara serta ketetapan MPR dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk Negara, dan pilar keempat
yakni Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Zainut menjelaskan bahwa adanya empat pilar kebangsaan tersebut


adalah untuk mewujudkan cita-cita reformasi dan pelaksanaan nilai-
nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara
konsekuen serta untuk mengakhiri berbagai persoalan yang terjadi saat
ini. “Dengan banyaknya persoalan yang terjadi saat ini, untuk
menanganinya jelas memerlukan kesadaran dan komitmen seluruh
warga masyarakat untuk memantapkan persatuan dan kesatuan
nasional. Dan hal ini hanya dapat dicapai jika setiap warga negara
Indonesia ini mampu hidup dalam kemajemukan dan bisa mengelola
perbedaan yang ada itu dengan baik. Karena itulah mengapa sosialisasi
Empat Pilar Kebangsaan ini terus kami adakan dan kami sampaikan
kepada masyarakat luas, termasuk mahasiswa. Sebab Empat Pilar
Kebangsaan tersebut merupakan nilai dan norma bangsa yang harus
dipahami masyarakat agar menjadi landasan bagi mereka dalam
menjalani kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
sehingga masyarakat Indonesia bisa menjadi masyarakat majemuk dan
bisa menghindari konflik yang diakibatkan dari perbedaan,” jelasnya.

Empat pilar tersebut, menurut Zainut juga memiliki makna dan


kedudukannya tersendiri bagi bangsa Indonesia. Ia mengungkapkan
bahwa Pancasila memiliki kedudukan sebagai dasar dan ideologi
negara, UUD NRI sebagai hukum dasar yang merupakan hukum dasar
tertulis dan tertinggi serta merupakan puncak dari seluruh peraturan
perundang-undangan. “UUD inilah yang mengatur prinsip kedaulatan
rakyat dan negara hukum, pembatasan kekuasaan organ-organ negara,
mengatur hubungan antar lembaga-lembaga negara, dan mengatur
hubungan antar lembaga-lembaga negara dengan warga negara.
Kemudian NKRI sebagai bentuk dan kedaulatan negara mengandung
arti bahwa Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik,
kedaulatannya berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Undang-Undang Dasar, dan Negara Indonesia adalah negara hukum.
Dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara yang digunakan
sebagai dasar tuntunan (pegangan hidup) dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara,” ungkapnya.

Anggota DPR RI ini juga menyampaikan bahwa masyarakat Indonesia


perlu pula untuk ikut membantu pemerintah dalam menguatkan 4 Pilar
Kebangsaan tersebut. Hal ini dikarenakan tantangan kebangsaan yang
menurutnya hingga saat ini masih menjadi pekerjaan rumah, harus
diselesaikan secara bersama. Ia juga menyebutkan bahwa ada dua
tantangan kebangsaan yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini,
yakni tantangan secara internal dan eksternal. Tantangan kebangsaan
yang datang dari internal ini seperti masih lemahnya penghayatan dan
pengamalan agama serta munculnya pemahaman terhadap ajaran
agama yang keliru dan sempit, pengabaian terhadap kepentingan
daerah serta timbulnya fanatisme kedaerahan, kurang berkembangnya
pemahaman dan penghargaan atas kebhinnekaan dan kemajemukan,
kurangnya keteladanan dalam sikap dan perilaku sebagian pemimpin
dan tokoh bangsa, dan tidak berjalannya penegakan hukum secara
optimal. “Sedangkan dari segi eksternal, tantangan yang kita hadapi itu
seperti pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin meluas dan
persaingan antar bangsa yang semakin tajam. Selain itu juga, makin
kuatnya intensitas intervensi kekuatan global dalam perumusan
kebijakan nasional,” ujarnya.

Zainut juga mengingatkan bahwa rakyat Indonesia merupakan pemilih


sah negeri ini. Negara Kesatuan Republik Indonesia bukanlah hanya
milik sebuah golongan saja, namun milik seluruh lapisan. Sehingga
perlu bagi semua masyarakat Indonesia untuk selalu memegang teguh
empat pilar kebangsaan yang selalu diserukan oleh pemerintah
Republik Indonesia tersebut. (Deansa)

Anda mungkin juga menyukai