Anda di halaman 1dari 3

Kepentingan Berujung Perpecahan

Oleh: Mochammad Ainur Rofiq

Pancasila merupakan ideologi dan pedoman hidup berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai dari pancasila dirumuskan dengan berbagai pertimbangan
agar sesuai dengan jatidiri bangsa Indonesia. Supaya cita-cita yang diharapkan para pejuang
bangsa di masa lampau akan tercapai kepada para penerusnya di masa-masa yang akan
datang.

Pancasila dianggap paling tepat karena isi dan nilai-nilai yang terkandung sangatlah
sesuai dengan cita-cita, gagasan-gagasan, ide-ide yang tertuang. Di Indonesia, Pancasila
sangat dijunjung tinggi keberadaannya. Posisi dan kedudukan hukum Pancasila adalah norma
dasar dan berada di atas Undang-undang atau Peraturan-peraturan yang ada di Indonesia. Oleh
karena itu Pancasila tidak dapat diubah atau diganti sampai kapanpun dan oleh siapapun
meskipun seorang anggota Dewan, Menteri, ataupun Presiden.

Penerapan pancasila di era saat ini atau yang sering kita sebut era millenial. Pancasila
kurang begitu diperhatikan atau bahkan hanya sebuah kata-kata yang sering kita ucapkan pada
saat upacara bendera saja. Bagaimana tidak? Tidak jarang kita menjumpai entah itu di
lingkungan sekitar, media online, atau televisi tentang perilaku dan peristiwa-peristiwa yang
membuat kita sesama bangsa Indonesia terpecah belah dan saling menghujat. Hal itu
disebabkan karena kepentingan-kepentingan seseorang atau sekelompok yang bertentangan
satu sama lain.

Persoalan mendasar yang membuat bangsa Indonesia terpecah belah dan menimbulkan
konflik adalah soal perbedaan keyakinan antar agama ataupun bahkan sesama agama. Di era
digital ini sering kita jumpai postingan-postingan dari berbagai sosial media yang
membagikan ujaran kebencian antar agama sehingga membuat banyak masyarakat percaya
dan akhirnya mereka ikut terprovokasi. Tidak sedikit pula kita jumpai aksi-aksi bentrok yang
terjadi dengan alasan perbedaan agama seperti di daerah Papua. Masjid di Kabupaten Tolikara
dibakar umat Nasrani menjelang shalat Ied. Humas Polri Kombes Agus Rianto mengatakan,
kasus itu bermula saat umat Islam Karubaga Kabupaten Tolikara hendak menjalankan shalat
Idul Fitri. Tiba-tiba, sekelompok massa dari luar berteriak-teriak. Umat muslim yang hendak
shalat sontak kaget dan langsung melarikan diri ke Koramil dan Pos 756/WMS untuk
meminta perlindungan. Sepeninggalan umat muslim itu, Masjid tersebut dibakar.
Akhir-akhir ini juga khususnya mendekati masa Pemilihan Umum (Pemilu), banyak
sekali isu-isu politik berupa fitnah, cacian, hinaan, ataupun kasus kekerasan demi
menjatuhkan suatu kelompok ataupun salah satu pasangan calon yang bakal dihadapi dalam
pemilu. Seorang calon tidak menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
khususnya sila ke-3 tentang Persatuan Indonesia dan mencederai nilai-nilai sportifitas dalam
persaingan yang sehat. Begitu banyak kasus-kasus negatif tentang politik yang kita jumpai
seperti yang akhir-akhir ini kita dengar yaitu tentang kasus hoax dari seorang aktivis Ratna
Sarumpaet. Dalam hal tersebut Ratna Sarumpaet mengaku telah dikeroyok oleh sekelompok
orang yang diduga lawan politiknya. Sejumlah politikus juga banyak yang membenarkan
kejadian tersebut. Hal tersebut sontak membuat masyarakat makin terpancing. Selang
kemudian dia mengaku bahwa pernyataan yang ia lontarkan adalah suatu kebohongan.
Mengakui kesalahannya telah melakukan kebohongan, Ratna pun meminta maaf. Ratna
mengakui akan memperbaiki kesalahan yang telah diperbuat. Keterangan ini sekaligus
membantah kabar penganiayaan yang dialamainya.

Peristiwa-peristiwa tersebut menandakan kondisi bangsa Indonesia saat ini tentang


kurangnya penerapan nilai-nilai Pancasila. Jika semua nilai-nilai pancasila dapat dilaksanakan
dengan benar maka tidaklah mungkin hal-hal tersebut bisa terjadi. Hal tersebut menyadarkan
kita semua tentang pentingnya Pancasila dalam kehidupan kita dalam segala hal agar kita
tidak mudah terprovokasi. Sebagai generasi penerus bangsa kita wajib menjunjung tinggi
Pancasila sebagai cita-cita negara.
Hidayat, W. (2017, November 17). Hilangnya Nilai Pancasila dalam Kehidupan Bernegara.
Diambil kembali dari Harian Analisa:
http://harian.analisadaily.com/opini/news/hilangnya-nilai-pancasila-dalam-kehidupan-
bernegara/453125/2017/11/17
Prof. Dr. Kaelan, M. (2002). Filsafat Pancasila & Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Yogyakarta: Paradigma.
S.H., M. S. (2001). Pancasila De-Islamisasi Dan Politik Provokasi. Yogyakarta: Poestaka
Bersatoe.
Sihombing, D. F. (1984). Demokrasi Pancasila Dalam Nilai-Nilai Politik. Jakarta: Erlangga.
Tomi. (2014, Januari 1). Hilangnya Nilai-nilai Pancasila Dalam Kehidupan Masyarakat
Disekitarku. Diambil kembali dari Kami Berani:
https://balunijuk.wordpress.com/2014/01/01/hilangnya-nilai-nilai-pancasila-dalam-
kehidupan-masyarakat-disekitarku/

Anda mungkin juga menyukai