Anda di halaman 1dari 2

JURIT MALAM DI TAMBELA

Cerita ini adalah cerita pengalaman dari kakak ku yang pernah aku dengar
sebelumnya saat dia masih menjadi mahasiswa pada salah satu Universitas yang ada di
Banjarmasin pada tahun 2018, menyangkut kejadian yang tidak bisa dilupakan oleh nya saat
melaksanakan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan di tambela ( Taman Makam Belanda )
yang diadakan setiap satu tahun sekali untuk mahasiswa baru yang ingin menjadi bagian
dari anggota organisasi himpunan mahasiswa di Universitasnya. Kebetulan kakak ku saat itu
menjadi panitia pada acara tersebut.

Cerita dimulai dari kakak ku yang izin pamit ke ibu untuk berangkat ke tambela pada
hari jum’at, “Bu aku izin tulak dulu” ucap nya “Loh bukannya acaranya hari sabtu ?” ujar ibu
sembari menyapu ruang tamu, “Iya tapikan aku panitia lapangan bu, jadi sehari sebelum
acara dilaksanakan harus sudah ada di tempat untuk menyiapkan tenda segala macamnya”,
“Yaudah kalo gitu hati-hati” jawab ibu, kakak ku pun berangkat siang itu ke tambela.

Sampai disana sudah ada 3 orang yang sudah menunggu di luar aula karena hanya 4
orang yang menjadi panitia lapangan, yg pertama ada Rehan, Rafif, Fai dan Kakak ku sendiri.
Di luar Aula mereka duduk sambal mengopi hanya untuk santai – santai. Sambil mengemasi
barang kakak ku bertanya pada yang lain “ Tenda sudah diantar buhan pramuka?”, “Belum”
ucap yang lain, “Terus pang kayapa mun kita meliati lokasi juritnya dulu sekalian meolah
jalur dan meolah POS nya?” ucap kaka ku, jurit malam adalah salah satu kegiatan yang ada
pada agenda Latihan Dasar Kepemimpinan dimana tujuan jurit malam ini untuk melatih
mental calon anggota organisasi, ada 4 POS yang harus dilewati setiap mahasiswa untuk
dinyatakan lolos pada kegiatan jurit malam ini. “Bisa aja, bawa tali rapia lawan parang
nyaman membersihi rumput – rumput selajur meolah jalurnya” ucap Fai, dan mereka pun
menuju ke lokasi jalur jurit di dalam hutan yang berjarak sekitar 100 meter dari Aula, hutan
ini adalah hutan karet yang tidak lagi ada kegiatan masyarakat di dalamnya sehingga
membuatnya jadi rimbun akan semak belukan yang menutupi jalan. Di dalam hutan sangat
gelap karena cahay matahari pun hampir tidak menembus rimbunnya hutan.

Sesampainya di depan hutan Rafif bertanya “Ini serius nih handak jurit malam
disini ?”, “Hiih terus pang handak dimana lagi ? Semalam anak Fakultas Hukum jua di sini”
jawab Rehan. Beberapa bulan lalu Fakultas Hukum juga melakukan kegiatan serupa di sini,
“Yaudah kalo kaya itu kita meumpati jalur jurit anak Hukum aja, disitu kaya ada bekas tali
rapia, kayaknya di sana bekas jalur jurit anak Hukum” ucap kakak ku sambil menunjuk arah
jalan setapak itu, mereka pun sepakat untuk mengikuti jalan setapak yang diberi tanda tali
rapia sepanjang jalannya, hingga menemukan kertas bertuliskan POS 1. “Kayaknya ini POS 1
nah” ucap Rehan “Berarti kita tinggal meumpati tali rapia nih ja lagi untuk ke POS 2” sahut
Rafif “ Tapi itu tali rapianya longgar, kayapa kalo kita bagi tugas aja aku dengan Rafif
menebasi rumput Rehan dengan Fai meikat tali rapia sebagai penanda jalur” ucap kaka ku “
Bisa tuh bisa, ayo mulai dari sini dah” sahut yang lain, meraka pun mengerjakan tugasnya
masing – masing, kakak dan Rafif berjalan lebih dulu karna menebas rumput lalu diikuti Fai
dan Rehan mengikat tali rapia sebagai penunjuk jalan untuk ke POS selanjutnya, hingga
sampai bertemu dengan kertas bertuliskan POS 2.

POS 2 letaknya cukup memberi kesan menakutkan karna letaknya persis di pinggir
sungai dan banyak akar gantung yang menjuntai dari atas pohon. “Ini kalo gelap bisa
tecabur anak urang ke sungai” ucap Fai sambal meliat ke arah sungai “Mangkanya nih di
POS 2 orangnya harus lebih banyak yang menjaga di POS lawan jua harus banyak senter,
kalo kada ya bahaya” sahut rehan,

Anda mungkin juga menyukai