Anda di halaman 1dari 7

Nama : Quina Latifah

Kelas/ No.Absen : 9F/24

BIN CERPEN 3

Menemui Rasya dan Mereka

Kami berlima Erlin, Ino, Naga dan Dara, serta Rasya tinggal dikomplek perumahan
yang sama, rumah kami saling berdekatan ‘yaa paling berjarak beberapa meter saja’. Kami
terbiasa bermain bersama entah diwaktu pulang sekolah atau seperti sore ini, kami berlima
kumpul di tanah lapang seberang rumah Erlin. Ino, Naga dan Dara mengajak Erlin bermain
kayu malele, tentu saja Erlin belum paham cara bermainnya, tapi Erlin tetap bersemangat
bermain bersama. Tapi musibah itu itba tiba datang,

Erlin benar-benar tidak sengaja. Ia hanya melakukan seperti apa yang Ino bilang.
Mengayunkan kayu sepanjang sepanjang 50 cm itu dengan sekuat tenaga, agar kayu yang
lebih pendek melambung jauh.

Berhasil. Kayu pendek itu melambung sekitar seratus meter. Bahkan Ino, yang
bertugas sebagai penjaga gawang lawan tidak berhasil menangkapnya. Seharusnya itu bisa
membuat tim Erlin menang.

Hanya saja momen kemenangan Erlin dan timnya terpaksa ditunda. Kayu pendek itu
secara tidak sengaja mengenai kening Rasya yang sedang lewat di belakang gawang.

“Ya ampun, bagaimana ini?” tanya Ino panik.

Kening Rasya berdarah.  Ino, Dira, dan Naga mengerubuti Rasya dan menyeka darah
yang mengalir di pipi tembam Rasya. Sementara Erlin hanya berdiri mematung, takut melihat
darah dan kesal mendengar teman-temannya yang menyalahkannya.

“Kamu ini Erlin, kalau melempar kayu nya pelan saja! Jadi kena rasya kan terlalu
jauh!.” Uacp Ino bernada marah

“Iya nih Erlin membuat masalah saja!” ucap Naga dan Dara yang sangat kesal
Sebelum sempat meminta maaf, Erlin berlari menuju rumah. Ino, Naga, dan Dira
mengantarkan Rasya ke rumah untuk diobati dan berbicara kepada Ibunya. Setelah
mengantarkan Raya Ino, Naga dan Dira kembali bermain lagi. Seampainya dirumah Erlin
terdiam, dan ada ibu disebelahnya,

“Erlin tidak main bareng Ino dan yang lain?” tanya Ibu.

“Erlin ada masalah apa dengan mereka? ” tanya ibu lagi.

Erlin menggeleng pelan dan tidak menjawab pertanyaan ibu. Ia mendengar suara tawa
Ino, Naga, dan Dira dari tanah lapang di seberang rumahnya. Mereka masih bermain kayu
malele, seperti yang kemarin mereka mainkan bersama Erlin.

Setelah beberapa menit Erlin diam dan merenungi kesalahannya, Erlin akhirnya
bercerita kepada ibu dengan rasa bersalah,

“Tadi Erlin bermain kayu malele bu, bersama Ino, Naga dan Dara.”

“Tidak sengaja Erlin mencoba bermain, kayu nya terlempar jauh, kena Rasya bu,”
ucap Erlin sangat gugup dan ketakutan

Ini permainan dari Papua, kata Ino kemarin. Permainan ini selalu menyenangkan dan
juga melatih dalam berhitung nilai dari seratus sampai lima ratus. Bisa dimainkan oleh siapa
saja, dengan jumlah pemain sepuluh orang atau lebih. Tapi juga tidak terlalu masalah jika
dimainkan hanya oleh empat orang.

Dan hari ini, mereka tidak mengajak Erlin lagi. Sudah ada Damar yang bermain
bersama mereka. Mereka tidak butuh Erlin lagi, begitu yang Erlin katakan pada Ibu.

“Mereka masih menyalahkan Erlin, Bu,” ucap Erlin pelan.

Tadi pagi, sewaktu di sekolah, mereka masih menyalahkan Erlin karena tidak hati-hati
mengayunkan kayu, juga karena Erlin yang kabur begitu saja. Kata Danar, seharusnya Erlin
langsung menemui Rasya dan meminta maaf.

“Erlin takut,” jawabnya ketika Ibu bertanya Erlin tidak langsung meminta maaf.

Ibu Rasya terkenal galak. Pernah Erlin, Dira, Ino, dan Naga kena marah karena berlarian di
depan rumah Rasya sambil tertawa-tawa.
Mendengar itu, Ibu tersenyum sambil mengusap kepala Erlin lembut. Itu bukan alasan
untuk lari dan tidak meminta maaf.  Entah sampai kapan mereka bermain kayu malele.
Biasanya ketika mereka sudah bosan dengan permainan yang itu-itu saja, Ino akan meminta
bantuan kakaknya untuk mencari referensi di internet. Erlin hanya bisa melihat dari kaca
jendela kamarnya yang menghadap langsung ke tanah lapang. Ingin sekali rasanya ikut
bermain bersama mereka. Kalau saja tidak ada kejadian dengan Rasya waktu itu, hari ini ia
pasti akan ikut bermain bersama teman-temannya.

“Nanti aku ikutan main, ya,” katanya sepulang sekolah tadi.

Tapi teman-temannya tidak menyahut, bersikap seolah Erlin tidak ada di sana. 

“Mungkin mereka masih kesal,” kata Ibu ketika Erlin bercerita.

Nanti juga akan kembali bersikap seperti semula. Itu yang Ibu katakan setelahnya.

Tapi Erlin tidak terlalu yakin. Sebelumnya Ino, Naga, dan Dira tidak pernah marah
selama ini. Ibu membawakannya sebuah keranjang kecil berisi kue brownies. Dengan ragu,
dan ketakutan Erlin mengetuk pintu rumah Raysa. Jantungnya berdebar, tangannya
berkeringat. Ketika pintu akhirnya dibuka, Erlin nyaris berbalik dan berlari pulang.

“Erlin,” ujar Raysa keheranan.

Erlin terdiam, ia masih bingung akan berkata apa. Diulurkannya sekeranjang brownies
buatan Ibu pada Raysa. Wajah Raysa berseri-seri, senyumnya terkembang lebar. 

“Maaf soal kejadian itu, Sa,” kata Erlin sambil menunduk. 

Erlin tahu, seharusnya ia mengatakan maaf setelah kejadian itu. Tidak perlu
menunggu sampai hampir seminggu, tidak perlu kabur karena takut. 

Tanpa Erlin duga, Raysa justru tertawa. “Itu bukan salah kamu, Lin.”

Raysa bilang, waktu itu ia ingin ikut bermain bersama Erlin dan yang lain. Tapi
karena permainan kayu malele adalah permainan tim dan jumlah anggota tim sudah genap,
Raysa berniat untuk duduk di belakang gawang untuk menonton.

“Ini juga salahku,” cetus Raysa sambil cekikikan.


“Kamu tidak ikut main, Lin?” tanya Raysa sambil duduk di sebelah Erlin.

 Erlin menggeleng, masih memperhatikan teman-temannya dari teras rumahnya. Ino,


Naga, dan Dira masih bermain kayu  malele. Kali ini hanya bertiga, dan tidak ada yang
bertugas menjadi penjaga gawang. Yang menang adalah yang bisa memukul hingga jarak
terjauh.

Mereka masih tidak mengajak Erlin main bersama, meskipun ia sudah menawarkan
diri. Erlin mengerti. Kata Ibu, semuanya butuh waktu. Seperti Erlin yang butuh waktu untuk
menemui dan meminta maaf pada Raysa.

Seminggu setelah itu, Erlin tidak bermain lagi bersama mereka, Erlin tidak pernah
keluar rumah, karena Erlin masih takut. Ino, Naga, Dara, dan Rasya disekolah pun juga tidak
menyapa Erlin atau menanyakan kabar dan mengajak bermain lagi. Mereka pun ternyata
sudah mempunyai teman baru, Danu.

Danu tingal di komplek sebelah, Danu akrab dengan Ino, Naga, Damar dan, Rasya
karena satu sekolah seperti Erlin, dan Danu juga sering bermain di tanah lapang sebrang
rumah Erlin seperti yang mereka lakukan dulu.

Erlin sangat sedih karena Erlin tidak bisa bermain lagi dengan mereka seperti Danu,
lalu Erlin berfikir dan bertanya tanya,

“Apa aku meminta maaf sekali lagi ya? Biar bisa bermain Bersama mereka lagi.”
ucap Erlin dalam hati.

“Ah..tidak mungkin mereka akan memaafkan ku dan mengajakku bermain lagi.”

“Tapi aku coba dulu apa salahnya?seperti kata ibu semuanya butuh waktu, ap aini
udah tepat waktunya untuk aku meminta maaf lagi?.” Dalam hati Erlin yang sangat ragu.

“Aku pasti bisa, besok akanku coba menemui mereka saat bermain disore hari.” ucap
Erlin bersemangat

Sore hari besoknya Erlin melihat Ino, Naga, Damar dan Rasya serta Danu teman baru
mereka sedang bermain di tanah lapang sebrang, dengan hati yang sangat ragu Erlin menemui
mereka,
“Halo..Ino, Naga, Damar, Rasya aku ingin meminta maaf kepada kaliankarena
kesalahanku waktu itu, aku berjanji tidak melempar kayu nya terlalujauh, dan berhati hati
waktu bermain.” ucap Erlin gugup.

“Hahahahhaha…” Ino, Naga, Dara, dan Rasya serentsk tertawa

“Kita sudah memaafkanmu Erlin jadi tidak perlu gugup seperti itu.” Kata Ino, sambil
tertawa kecil.

“Iya benar kata Ino,” ucap Naga, Dara, dan Rasya secara bareng.

Setelah tau Erlin dimaafkan Erlin pun sangat senang sekali bisa bertemu dan bermain
mereka lagi seperti dulu. Di tengah percakapan mereka Danu berpura pura batuk biar menjadi
sorotan mereka. ‘Ekhmm..Halo saya disini.’ Danu senyum kecil.

“Eh iya aku lupa kenalin, ini Danu Erlin teman kita baru tinggal dikomplek sebelah.”
kata Ino

“Oh, hai Danu kenalin Erlin” ucap Erlin dengan senyum yang lebar

“Hai Erlin aku Danu,” ucap Danu.

Setelah perkenalan antara Erlin dan Danu selesai, Danu terlihat sangat menerima dan
senang, Erlin bisa menjadi temannya, akhirnya mereka melanjutkan bermain bersama,
ternyata sudah mulai larut malam dan mereka pun bergegas pulang, jika malam belum sampai
rumah pasti akan dimarahi ibu. Malam pun tiba Erlin sangat lelah karena keasikan main sore
tadi, Erlin pun juga sangat senang bisa seperti dulu lagi, ‘rasanya seperti mimpi’.
Kerangka Cerpen

A. Unsur Intrinsik Cerpen

1. Tema : Persahabatan

2. Tokoh dan Watak :

a. Erlin : berjiwa besar, pendendam, tidak mau meminta maaf

b. Ino : Baik hati, peduli, pemaaf, pendedam, pemarah

c. Naga ; Baik hati, peduli, pemaaf, pendedam, pemarah

d. Dara : Baik hati, peduli, pemaaf pendedam, pemarah

e. Rasya : Baik hati, berfikir positif

g. Ibu Erlin : penyayang, suka memberi nasihat, lembut

f. Danu : baik hati, tidak sombong, mudah berbaur

h. Danar : Penengah (Tritagonis), suka mememberi nasihat

3. Latar :

a). Latar tempat : Rumah, komplek, komplek sebelah, tanah lapang


sebrang rumah, sekolah

b). Latar waktu : Sore hari, seminggu setelah itu, besoknya

c). Latar suasana : panik, gugup, sedih, senang

4. Alur : maju

5. Konflik : Terdapat konflik fisik dan juga konflik batin.

6. Amanat : Amanat disampaikan secara tersirat.

B. Unsur Kebahasaan Cerpen

a). Menggunakan kalimat deskriptif


1). Penggambaran latar

b). Menggunakan kata/kalimat ekspresif

c). Menggunakan majas

1). Pleonasme

B. Struktur Cerpen

1. Judul : Menemui Rasya dan Mereka

2. Orientasi : a). Memperkenalkan tokoh dan menceritakan apa yang tokoh lakukan

3. Komplikasi : a). Erlin tidak sengaja melukai Rasya saat mencoba bermain

b). Ino, Naga, dan Dara sangat kesal dan memarahi Erlin

c). Erlin langsung pulang tanpa meminta maaf

d). Ibu menasehati Erlin dengan lembut untuk meminta maaf

e). Erlin ingin ikut bermain dengan temannya tetapi tidak ada yang
menyahut

f). Erlin merenung dan menyadari kesalahannya

g). Erlin memberanikan diri minta maaf ke Rasya

h). Temannya tidak lagi mengajak Erlin bermain Bersama

i). Temannya memiliki teman baru Bernama Danu

4. Evaluasi : a). Erlin ingin bermain dengan mereka seperti dulu

5. Resolusi : a). Erlin mencoba untuk meminta maaf ke Ino, Naga, Dara, dan Rasya

b). Ino, Naga, Dara, dan Rasya memaafkan Erlin

c). Erlin berkenalan dengan Danu dan menjadi teman akrab

d). mereka bermain Bersama lagi dan bersenang senang.

Anda mungkin juga menyukai