Anda di halaman 1dari 10

Penyelesaian Konflik PT Freeport Indonesia atas Aksi Mogok Kerja Karyawan

Makalah

Dosen Pengampu Abul Haris Suryo Negoro, S.IP., M.Si.

Hanif Hidayattulloh
170910201036

Program Studi Ilmu Administrasi Negara


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jember
2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah ini membahas tentang “Penyelesaian Konflik PT Freeport Indonesia
dengan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI)”. Makalah ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi yang diampu oleh bapak
Abul Haris Suryo Negoro.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Abul Haris yang telah
memberikan pengetahuan serta bimbingan teknis dalam menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang
telah memberikan bantuan berupa arahan dan masukan untuk makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi lebih sempurnanya makalah ini di waktu yang akan datang. Demikian yang
dapat kami sampaikan, sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata yang
kurang berkenan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jember, 24 Maret 2019

Penulis

2
Daftar Isi

Halaman Judul ..........................................................................................................


Kata Pengantar .........................................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................................................

BAB I Pendahuluan ..................................................................................................


Latar Belakang ...........................................................................................................
Rumusan Masalah .....................................................................................................
Tujuan .........................................................................................................................
Manfaat .......................................................................................................................

BAB II Pembahasan .................................................................................................


Identifikasi Permasalahan di PT Freeport Indonesia .................................................
Posisi Pengambil Keputusan untuk menghadapi permasalahan yang terjadi ...........
Proses Penyelesaian Permasalahan .........................................................................

BAB III Penutup ........................................................................................................


Kesimpulan .................................................................................................................

Daftar Pustaka

3
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Organisasi merupakan suatu kumpulan kelompok yang bekerja sama antar
individu-individu yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga
dapat kita amati bahwa dalam suatu organisasi terdapat interaksi antar individu,
antar kelompok atau interaksi antar individu dengan kelompok.
Interaksi yang terjadi dalam suatu organisasi itu lah yang biasa disebut
sebagai Perilaku Organisasi. Interaksi yang dipelajari pun berbagai macam,
mulai dari kerja sama antar pihak, konflik yang terjadi antar berbagai pihak
hingga pengambilan keputusan dari pihak tertentu untuk menyelesaikan
permasalahan yang terjadi dalam suatu organisasi. Perilaku Organisasi
memberikan kita pemahaman yang mendasar mengenai pentingnya faktor
keterlibatan manusia dalam suatu organisasi.
Salah satu studi kasus terkait perilaku organisasi yang dapat kita amati
adalah konflik yang terjadi antara PT. Freeport Indonesia dengan karyawan yang
bekerja di sana. Konflik ini termasuk dalam kategori interaksi antar kelompok,
dan dalam konflik ini diperlukan peran aktor pengambil keputusan atau pihak
manajemen dari PT Freeport Indonesia dalam menyelesaikan konflik yang
terjadi. Selebihnya akan penulis bahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konflik muncul dalam PT Freeport Indonesia ?
2. Bagaimana posisi pengambil keputusan dalam menghadapi problem
tersebut?
3. Bagaimana organisasi bisa keluar dari problem tersebut?

C. Tujuan
1. Mengidentifikasi konflik yang muncul dalam suatu organisasi
2. Mengetahui proses aktor pengambil keputusan dalam menghadapi problem
yang terjadi
3. Memahami problem yang sering muncul dalam suatu organisasi dan cara
untuk menghadapi problem tersebut.
4
D. Manfaat
1. Untuk mengidentifikasi konflik yang sering muncul dalam suatu organisasi.
2. Sebagai refleksi bagi suatu organisasi untuk menghadapi problem yang
terjadi.
3. Sebagai rujukan bagi pemimpin organisasi untuk menghadapi problem yang
terjadi dalam suatu organisasi.

5
BAB II
Pembahasan

A. Identifikasi permasalahan di PT Freeport Indonesia


Perilaku Organisasi merupakan suatu studi yang menyangkut aspek-
aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok
tertentu. Perilaku Organisasi meliputi aspek yang ditimbulkan dari pengaruh
organisasi terhadap manusia demikian pula aspek yang ditimbulkan oleh
manusia terhadap organisasi. Perilaku Organisasi dapat dipahami melalui suatu
penelaahan dari bagaimana suatu organisasi itu dimulai, tumbuh, berkembang
dan bagaimana pula suatu struktur, proses dan nilai dari suatu sistem tumbuh
bersama-sama yang memungkinkan mereka dipelajari dan disesuaikan dengan
lingkungan.
Konflik yang terjadi di PT Freeport Indonesia merupakan salah satu
contoh dari adanya perilaku organisasi antara manajemen PT Freeport
Indonesia dengan Karyawan perusahaan yang melakukan aksi mogok kerja
terkait kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak yang
melibatkan perusahaan tambang.
Konflik terjadi bermula dari adanya mogok kerja yang dilakukan oleh
beberapa karyawan PT Freeport Indonesia yang berjumlah kurang lebih 3000
karyawan, dan di respons oleh pihak manajemen PT Freeport Indonesia sebagai
kualifikasi telah mengundurkan diri. Manajemen PT Freeport Indonesia
berpendapat bahwa keputusan yang diambil merupakan langkah-langkah efisien
untuk mengurangi belanja modal dan biaya operasional perusahaan. Pihak
manajemen melakukan tindakan PHK dengan dalih bahwa para pekerja tersebut
telah melakukan mangkir berkepanjangan dan menurut aturan ketenagakerjaan
telah dinyatakan mengundurkan diri.
Pada saat masa karyawan yang mangkir berhari-hari, pihak manajemen
PT Freeport Indonesia telah melakukan panggilan kepada para karyawan untuk
kembali bekerja. Selain melakukan panggilan, pihak manajemen bahkan
menggunakan berbagai media massa untuk menghimbau para karyawan untuk
kembali bekerja. Namun panggilan dan himbauan tersebut tidak diindahkan oleh
sebagian besar karyawan tersebut, terhitung hanya kurang dari 300 orang
pekerja yang hadir kembali untuk bekerja.
6
Undang-Undang Tenaga Kerja telah mengatur bahwa perusahaan dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja atas aksi mogok kerja yang dilakukan
oleh karyawan selama hari kerja atau lebih berturut-turut yang tidak memenuhi
panggilan kerja yang disampaikan oleh perusahaan karena dikualifikasikan
mengundurkan diri. Atas dasar inilah pihak PT Freeport Indonesia mengambil
langkah untuk memutuskan hubungan kerja terhadap kurang lebih 3000
karyawan yang melakukan aksi mogok kerja dan tidak memenuhi panggilan
kerja.
Selain itu, aksi mogok kerja yang dilakukan oleh karyawan pada tahun
2017 lalu dapat dikatergorikan sebagai mogok kerja yang tidak sah karena tidak
mengacu terhadap Undang-undang Tenaga Kerja yang mengatur prasyarat
mekanisme mogok kerja.
Di sisi lain, pihak PT Freeport Indonesia menilai bahwa ketika sekitar
3000 eks-karyawan yang sudah tidak bekerja lagi, angka produksi PT Freeport
Indonesia justru memperlihatkan tingkat produktivitas yang membaik. Demikian
pula hubungan antara para pekerja menjadi lebih harmonis. Sehingga
penyelesaian menlalui jalur hukum menjadi alternatif yang terakhir untuk
mengatasi konflik yang terjadi.

B. Posisi pengambil keputusan untuk menghadapi permasalahan yang terjadi


Keputusan merupakan sarana untuk mencapai hasil atau untuk
memecahkan masalah. Keputusan adalah hasil dari sebuah proses yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Proses pengambilan keputusan sangat
dipengaruhi oleh posisi pengambil keputusan itu sendiri, semakin strategis
kedudukan dan posisi si pengambil keputusan maka keputusan yang diambil
akan berdampak terhadap jalannya organisasi.
Konflik PT Freeport Indonesia yang telah dijabarkan di atas melibatkan
dua pihak kelompok yang terlibat konflik yaitu manajemen PT Freeport
Indonesia dengan eks-Karyawan PT Freeport Indonesia yang melakukan aksi
mogok kerja. Di sini posisi pengambil keputusan sangat berpengaruh terhadap
konflik yang terjadi, pihak manajemen PT Freeport Indonesia sebagai pihak
perusahaan yang mempekerjakan para karyawannya bersikukuh bahwa
tindakan yang dilakukannya telah sesuai dengan aturan dan konstitusi yang
berlaku, sesuai dengan Undang-undang Tenaga Kerja, mulai dari panggilan dan
7
himbauan yang telah dilakukan oleh pihak perusahaan dan tidak mendapat
respons yang cukup baik dari eks-karyawan yang melakukan aksi mogok kerja.
Hingga pada akhirnya mengambil keputusan untuk melakukan Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK). Pihak pekerja pun tidak puas dengan keputusan ini,
sehingga pihak manajemen PT Freeport Indonesia mempersilahkan untuk
diselesaikan melalui jalur hukum.

Di sisi lain eks-Karyawan PT Freeport Indonesia berpendapat bahwa


mogok yang dilakukannya adalah sah dan sesuai dengan aturan dan Undang-
undang yang berlaku, pemimpin dari serikat inipun mengambil keputusan bahwa
mereka akan pergi ke Jakarta untuk bertemu langsung dengan bapak Presiden
RI dan menyampaikan permasalahan yang mereka alami. Mereka berpendapat
bahwa dengan bertemu dengan presiden maka mereka dapat menyampaikan
keluh kesah dan problem yang mereka alami dengan sedikit lega, mengingat
rangkaian aksi protes mereka melalui Kementerian Tenaga Kerja tidak
mendapatkan respons yang bagus. Alhasil usaha untuk bertemu dengan
presiden membuahkan hasil, pihak SPSI telah berhasil bertemu dengan
Presiden RI pada tanggal 13 Februari 2019 dan Presiden mau mendengarkan
permasalahan yang mereka alami. Untuk selanjutnya tinggal solusi dan eksekusi
tindak lanjut mengenai permasalahan yang telah terjadi antara manajemen PT
Freeport Indonesia dengan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI).

C. Proses penyelesaian permasalahan


Perilaku Organisasi dari studi kasus di atas dapat diidentifikasi sebagai
perilaku kelompok dalam suatu organisasi, karena terbentuknya kelompok
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dan berbenturan dengan pihak
manajemen PTFI.
Proses pengambilan keputusannya pun dapat dikatakan bersifat rasional
dan masuk dalam kategori keputusan yang tidak terprogram. Rasional
dikarenakan keputusan hanya bersifat mencukupi (satisfacting) tanpa dapat
memuaskan (satisfying) kedua belah pihak yang terlibat konflik. Keputusan
dikategorikan sebagai keputusan yang tidak terprogram karena termasuk dalam
keputusan yang ditentukan untuk permasalahan yang dinilai baru dan tidak
terstruktur, pengambilan keputusannya pun harus hati-hati dan melalui
8
identifikasi yang sungguh-sungguh karena keputusan kategori inilah yang sedikit
diketahui..

BAB III
Penutup

Kesimpulan
Perilaku Organisasi memberikan kita pemahaman yang mendasar mengenai
pentingnya faktor keterlibatan manusia dalam suatu organisasi melalui interaksi
antar individu, interaksi antar kelompok dan interaksi individu dengan kelompok.
Namun dalam berjalannya suatu organisasi selalu terjadi yang namanya
konflik atau permasalahan, entah konflik individu, kelompok hingga konflik
organisasi. Konflik memang dapat dikatakan wajar bila terjadi, bahkan terkadang
konflik memberikan dampak yang baik untuk organisasi apabila efek yang
ditimbulkannya memberikan efek positif bagi berbagai pihak dalam organisasi,
namun sebaliknya konflik juga dapat memberikan dampak yang buruk dalam suatu
organisasi apabila organisasi tersebut tidak mampu mengatasi konflik yang terjadi,
sehingga kemungkinan paling buruk adalah terpecahnya organisasi tersebut.
Penyelesaian konflik sangat dipengaruh oleh faktor pengambilan keputusan,
tahap inilah keberlangsungan organisasi ditentukan. Pihak yang paling bertanggung
jawab dalam tahap ini adalah aktor pengambil keputusan atau biasanya pimpinan
tertinggi dalam suatu organisasi. Pengambilan keputusan pun harus melalui
tahapan-tahapan tertentu dan tentu saja setiap tahapan harus diidentifikasi dengan
sungguh-sungguh, agar keputusan yang diambil memberikan dampak yang baik
untuk keberlangsungan organisasi.

9
Daftar Pustaka

Amelia, Zahra. 11 Maret 2018. TEMPO.CO (Karyawan Freeport; Kasus Mogok Kerja
Pekerja Belum Selesai)
https://www.google.com/amp/s/bisnis.tempo.co/amp/1068714/karyawan-freeport-
kasus-mogok-kerja-pekerja-belum-selesai. Diakses pada 25 Maret 2019

Thoha, Miftah. (2007). Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Gibson, James L.. (1997). Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses. Jilid 2. Jakarta:
Binarupa Aksara.

Idris, Muhammad. 13 Februari 2019. Detikfinance (Saran Freeport Eks Karyawan


yang Demo di Istana Tempuh Jalur Hukum)
https://m.detik.com/finance/energi/d-4427180/saran-freeport-eks-karyawan-yang-
demo-di-istana-tempuh-jalur-hukum. Diakses pada 25 Maret 2019.

10

Anda mungkin juga menyukai