Anda di halaman 1dari 4

MASA PRA-KOLONIAL

Pada masa sebelum kekuatan Eropa Barat mampu menguasai daratan dan perairan Asia
Tenggara, belum ada Indonesia. Nusantara yang sekarang kita kenal sebagai Indonesia terdiri
dari pulau-pulau dan tanah yang dikuasai oleh berbagai kerajaan dan kekaisaran, kadang-
kadang hidup berdampingan dengan damai sementara di lain waktu mereka berada pada
kondisi berperang satu sama lain. Nusantara yang luas ini kurang memiliki rasa persatuan
sosial dan politik seperti yang dimiliki Indonesia sekarang.

Pada masa ini nilai politik yang hidup dan berkembang sesuai penguasa saat itu, gaya politik
kerajaan sesuai bentuk negaranya. Karena bentuk negara adalah kerajaan maka
kepemimpinan negara berada di tangan raja, pangeran, atau silsilah keluarga kerajaan.
Sedangkan untuk keterlibatan militer tentu saja sangat kuat karena pada masa itu adalah masa
peperangan.

MASA KOLONIAL

Penjajahan adalah sistem di mana negara menguasai rakyat dan sumber daya negara lain
tetapi masih tetap berhubungan dengan negara asal tersebut. Istilah ini juga menunjuk kepada
suatu himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasi atau mempromosi sistem ini,
terutama kepercayaan bahwa moral dari penjajah lebih hebat ketimbang yang dijajah.
Kedatangan bangsa Eropa yang tertarik dengan potensi menjanjikan yaitu perdagangan
rempah-rempah adalah salah satu titik balik utama dalam sejarah kepulauan. Memiliki
teknologi yang lebih canggih dan persenjataan baru di tangan, orang Portugis dan khususnya
orang Belanda, berhasil menjadi pemegang kekuatan ekonomi dan politik yang berpengaruh
dan mampu mendominasi kepulauan ini serta mulai menciptakan kerangka politik dan batas-
batas baru.

Kerajaan Belanda dan Daerah Koloni

Kerajaan Belanda meliputi wilayah-wilayah di Eropa termasuk koloni-koloni yang terdiri


atas beberapa benua yaitu Hindia Timur dan Hindia Barat, dan wilayah Hindia Timur
merupaan suatu koloni dengan nama Hindia Belanda (Nederladsch-Indie), sedangkan Hindia
Barat yang terdiri dari dua koloni yaitu Suriname meliputi wilayah Guyama Belanda dan
Curacao. Daerah-daerah masyarakat hukum diluar Eropa, dinamakan Koloni-koloni dan
Daerah milik/beezettingent. Beezettingent adalah daerah-daerah yang didapat dari kerjaan
Bumi Putra dengan penaklukan atau dengan perjanjian namun kedua daerah ini secara hukum
adalah sama.

Dalam Groundweet 1922 istilah Koloni daerah- daerah milik diganti sejajar dengan negara di
Eropa yaitu Hindia Belanda yang mempunyai hukum yang sama dan setiap wilayah
berwenang untuk mengurus kepentingannya sendiri dengan demikian kerajaan Belanda
bukan merupakan gabungan/federasi dari empat wilayah gabungan kesatuan/sentralistik yang
dipimpin oleh seorang raja dan untuk wilayah Hindia Belanda dipegang oleh Gibernur
General (GG).

Sejarah Politik Indonesia di Masa Awal Kemerdekaan


Pada saat Indonesia baru merdeka, pemerintah Indonesia saat itu masih belum mengatur
sistem pemerintahan secara sempurna. Para founding fathers kita alias para pendiri Indonesia
masih terus berusaha mencari sistem pemerintahan yang tepat untuk Indonesia. Dalam
catatan sejarah politik Indonesia disebutkan Soekarno-Hatta dilantik menjadi presiden dan
wakil presiden pada tanggal 18 Agustus 1945. Saat itu sistem pemerintahan yang diterapkan
untuk Indonesia adalah sistem presidensial. Presiden Soekarno kemudian membentuk
Kabinet Presidensial untuk memenuhi alat kelengkapan negara.

Sistem pemerintahan presidensial tersebut terpusat atau tersentral pada Soekarno-Hatta


karena pada saat itu rakyat Indonesia mempercayakan Indonesia kepada mereka. Sebelum
ada Majelis Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, ataupun Dewan Pertimbangan
Agung, Presiden Soekarno dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Nah,
untuk menghindari adanya absolutisme atau kekuasaan mutlak dari satu pihak saja,
pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan tiga maklumat. Pertama, Maklumat Wakil
Presiden Nomor X tanggal 16 Oktober 1945, yang berisi ketetapan KNIP yang diubah
menjadi lembaga legislatif. Kedua, Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, yang
berisi mengenai pembentukan partai-partai politik di Indonesia. Ketiga, Maklumat
Pemerintah tanggal 14 November 1945, yang berisi mengenai perubahan sistem
pemerintahan Indonesia dari sistem presidensial ke sistem demokrasi parlementer.
Kumpulan peristiwa sejarah Indonesia mencatat, dalam sistem demokrasi parlementer,
kedaulatan sepenuhnya ada di tangan rakyat. Karena pemerintahan bersifat parlementer,
Presiden Soekarno perlu membentuk suatu kabinet lagi. Namun sayangnya, kabinet-kabinet
bentukan Presiden Soekarno tersebut tidak ada yang bertahan lama. Ini terjadi karena pada
saat itu, masih ada banyak tantangan bagi pemerintah Indonesia, baik dari dalam maupun dari
luar negeri. Salah satu di antaranya adalah karena pada saat itu Belanda kepingin balik
berkuasa lagi di Indonesia.

Konflik antara Indonesia dan Belanda yang menggemparkan sejarah politik Indonesia ini
akhirnya ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan diadakannya Konferensi
Meja Bundar alias KMB. Meskipun sebenarnya berbagai perjanjian seperti Perjanjian
Linggarjati, Perjanjian Renville, dan Perjanjian Roem-Royen sudah pernah dilakukan.

Masa RIS
Perjanjian KMB pada saat itu dilakukan di Den Haag, Belanda, pada tanggal 23 Agustus
sampai tanggal 2 November 1949. Hasil perjanjian KMB ini sangat penting bagi Indonesia.
Salah satunya adalah kembalinya kedaulatan Indonesia seutuhnya setelah Belanda berusaha
untuk menguasai Indonesia lagi. KMB juga menjadi babak baru sistem pemerintahan
Indonesia.

Saat itu Indonesia menjadi salah satu negara federasi yang secara langsung memiliki
hubungan dengan Kerajaan Belanda. Makanya, Indonesia juga menggunakan nama baru,
yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS). Sistem kepemimpinan dan pemerintahannya juga jadi
berubah. Indonesia terbagi menjadi beberapa negara bagian.

Sistem ini sebenarnya malah akan membuat posisi Indonesia jadi lemah, tapi pada saat itu
pemerintah Indonesia tidak memiliki cara lain. Hanya inilah satu-satunya cara yang bisa
dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengusir Belanda dari bumi Indonesia. Coba, deh,
kamu bayangin. Wilayah Indonesia yang sangat besar dipecah-pecah menjadi beberapa
negara bagian seperti Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara
Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara
Sumatera Selatan. Setiap negara bagian tersebut memiliki pimpinannya masing-masing
.

Pada masa sekarang, dunia sedang diresahkan dengan wabah Covid-19. Berbagai sektor mulai dari
ekonomi, wisata,dan lain-lain sangat sekali terdampak  pada penganggulangan pandemi Covid-19
tidak ditangani secara baik dan juga tepat. Pemerintah pun diharapkan dapat mengambil kebijakan
yang baik dan membangun perencanaan yang pasdi tengah situasi darurat seperti sekarang. Dari
sudut pandang hukum, pemerintah juga dianggap terlalu lalai dari perspektif pemerintahan. Ketika
sudah berstatus darurat, maka harus adanya koordinasi antara pemerintah pusat juga daerah. Ini
adalah keadaan darurat, kebijakannya harus sesuai dengan penganggulangan harus sesuai dengan
situasi, namun sangat disayangkan yang terjadi  justru sebaliknya, pemerintah pusat dan daerah
mengalami ketidaksamaan satu dengan lain.

    Dengan masih tingginya kasus Covid-19 terutama varian terbaru Delta, parah tokoh politik justru
sangat berlomba mencari perhatian publik dengan memasang baliho dan juga perang sesama politisi
dengan mengerahkan buzzer di media sosial. Jika tidak ingin jatuh pada krisis, sebaiknya fokus para
politisi tetap pada menangani pandemi Covid-19. Jika di tengah kondisi krisis kesehatan, para politisi
haus kekuasaan, saatnya tandai mereka untuk tidak lagi dipilih di pemilu selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai