Anda di halaman 1dari 3

RS ISLAM SURABAYA PANDUAN PRAKTIS KLINIS

DERMATOFITOSIS

KSM NON BEDAH (KULIT DAN KELAMIN)


RS ISLAM SURABAYA
2016

Nomor Dokumen : No Revisi : Halaman / dari :


SPO.Komdik.81.04.2016 0 3/3

Tanggal Terbit : Ditetapkan Direktur :


STANDAR PROSEDUR
4 April 2016
OPERASIONAL
(SPO)
dr. H. Samsul Arifin, MARS
Pengertian Penyakit jamur superfisial yang disebabkan oleh kelompok dermatofita
(trichophyton sp., epidermophyton sp. Dan microsporum sp).
Terminogi “tinea” atau ringworm secara tepat menggambarkan
dermato-mikosis, dan dibedakan berdasarkan lokasi anatomi infeksi.
Klasifikasi menurut lokasi, yaitu :
1.Tinea kapitis,
2.Tinea korporis,
3.Tinea kruris,
4.Tinea Pedis,
5. Tinea manum,
6.Tinea unguium.
Anamnesis Gatal diarea lesi, maserasi atau infeksi sekunder
Pemeriksaan Fisik 1. Tinea kapitis
a. Noninflammatory, human, atau epidemic type (“grey patch”)
Inflamasi minimal, rambut pada daerah terkena berubah warna
menjadi abu-abu dan tidak berkilat, mudah patah di atas
permukaan skalp. Lesi tampak berskuama, hiperkeratosis, batas
tegas karena rambut yang patah. Berfluoresensi dengan lampu
Wood.
b. Inflammatory type, kerion
Biasa disebabkan oleh patogen zoofilik atau geofilik. Spektum
inflamasi berkisar mulai dari folikulitis pustular sampai kerion.
Sering terjadi alopesia sikatrisial.
c. “Black dot”
Disebabkan oleh organisme endotriks antropofilik. Rambut mudah
patah pada permukaan skalp, meninggalkan kumpulan titik hitam
pada daerah alopesia (black dot). Kadang masih terdapat sisa
rambut normal diantara alopesia. Dapat bervariasi, hanya skuama
difus dengan sedikit rambut rontok.
2. Tinea korporis
Mengenai kulit tidak berambut, keluhan gatal terutama bila
berkeringat, dan secara klinis tampak: lesi berbatas tegas,
polisiklik, tepi aktif karena tanda radang lebih jelas, dan polimirfi
yang terdiri atas eritema, skuama dan kadang papul dan vesikel di
tepi, penyembuhan di tengah (central healing).
3. Tinea Kruris
Lesi serupa tinea korporis, terletak di daerah inguinal, dapat
meluas ke suprapubis, perineum, dan bokong. Meskipun relatif
jarang, genital dapat kena. Sering disertai gatal dengan maserasi
atau infeksi sekunder.
4. Tinea pedis
a. Tipe interdigital (chronic intertriginious type)
RS ISLAM SURABAYA PANDUAN PRAKTIS KLINIS
DERMATOFITOSIS

KSM NON BEDAH (KULIT DAN KELAMIN)


RS ISLAM SURABAYA
2016

Nomor Dokumen : No Revisi : Halaman / dari :


SPO.Komdik.81.04.2016 0 3/3

Bentuk klinis paling banyak. Dimulai dengan skuamasi, erosi dan


eritema pada daerah interdigital dan subdigital kaki, terutama
pada tiga jari lateral.
b. Tipe hiperkeratotik kronik
Klinis tampak skuama difus atau setempat bilateral, pada kulit
yang tebal (telapak kaki, aspek lateral dan medial kaki), dikenal
sebagai “moccasin-type.” Dapat timbul sedikit vesikel,
meninggalkan skuama kolaet dengan diameter kurang dari 22
mm. Tinea manum unilateral umumnya terjadi berhubungan
dengan tinea pedis hiperkeratorik sehingga terjadi “two-feet-one
hand syndrome”.
c. Tipe vesikobulosa
Klinis tampak vesikel tegang dengan diameter lebih dari 3 mm,
vesikopustul, atau bula pada kulit tipis telapak kaki dan
periplantar. Jarang dilaporkan pada anak-anak.
d. Tipe ulseratif akut
Terjadi ko-infeksi dengan bakteri gram negatif menyebabkan
vesikopstul dan daerah luas dengan ulseri purulen pada
permukaan plantar. Sering diikuti selulitis, limfangitis,
limfadenopati, dan demam.
5. Tinea manum
Biasanya unilateral, terdapat 2 bentuk:
a. Dishidrotik: lesi segmental atau anular berupa vesikel dengan
skuama di tepi pada telapak tangan, jari tangan, dan tepi
lateral tangan.
b. Hiperkeratorik: vesikel mengering dan membentuk lesi sirkular
atau iregular, eritema, dengan skuama. Lesi kronik dapat
mengenai seluruh telapak tangan dan jari disertai fisur.
6. Tinea unguium
Onikomikosis merujuk pada semua infeksi pada kuku yang
disebabkan ole jamur dermatofita, jamur nondermatofita, atau ragi
(yeasts). Dapat mengenai kuku tangan maupun kuku kaki, dengan
bentuk klinis: onikomikosis subungual proksimal, onikomikosis
subungal distal, onikomikosis superfisial putih, onikomikosis lateral
distal, distrofik totalis. Klinis dapat ditemui distrofi, hiperkeratosis,
onikoliis, debris subungal, perubahan warna kuku, dengan lokasi
sesuai bentuk klinis.
Kriteria Diagnosis Anamnase, Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Diagnosis Dermatofitosis
Diagnosis Banding a. Tinea kapitis
Dermatitis seboroik, psoriasis, dermatitis atopik, linen simpleks
koronik, alopesia areata
b. Tinea pedis dan manum
Dermatitis kontak, psoriasis, sifilis sekunder, keratoderma
c. Tinea korporis
Psoriasis, pitiriasis rosea
d. Tinea kruris
Eritrasma, kandidosis
RS ISLAM SURABAYA PANDUAN PRAKTIS KLINIS
DERMATOFITOSIS

KSM NON BEDAH (KULIT DAN KELAMIN)


RS ISLAM SURABAYA
2016

Nomor Dokumen : No Revisi : Halaman / dari :


SPO.Komdik.81.04.2016 0 3/3

e. Tine unguium
Onikolisis, 20-nail dystrophy
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit atau kuku menggunakan
mikroskop dan KOH 20%; tampak hifa panjang dan atau artrospora.
Kultur dengan agar Sabouraud plus: pada suhu 28oC selama 1-4 minggu.
(tidak harus selalu dikerjakan, kecuali pada tinea unguium). Lampu
Wood hanya berfluoresensi pada tinea kapitis yang disebabkan oleh
Microsposrum.
Terapi Medika mentosa
a. Topikal:
- Obat pilihan : golongan alilamin sekali sehari selama 1-2 minggu
- Alternatif : golongan azol, siklopiroksolamin, asam undesilinat,
tolnaftat (1-2 kali sehari selama 2-4 minggu)
b. Sistemik: bila lesi kronik dan luas
1. Griseofulvin oral 10-25 mg/kgBB/hari, ketokonazole 200 mg/hari,
atau itrakonazole 2x100 mg/hari,
2. Terbinafin oral 1x250 mg/hari hingga klinis membaik dan hasil
pemeriksaan laboratorium negatif.
Catatan : hati-hati efek samping
Pengobatan khusus untuk:
1. Tinea kapitis:
a. Sistemk:
Obat pilihan: griseofulvin fine particle, 10-25 mg/kgBB/hari, 6-8
minggu
Alternatif: itrakonazole 3-5 mg/hari, 4-6 minggu, terbinafin 62,5-
250 mg/hari (bergantung berat badan) selama 2-4 minggu
b. Rambut dicuci dengan sampo antimikotik 2-4 x/minggu
2. Tinea unguium
a. Bila mengenai 1-2 kuku dengan keterlibatan <2/3 bagian kuku:
Obat pilihan: sikloproksolamin topikal (cat kuku)
Alternatif: obat golongan azol (tingtura/losio, krim)
b. Bila mengenai >2 kuku dan melibatkan >2/3 bagian kuku:
Obat pilihan: itrakonazole 2x200 mg/hari selama seminggu setiap
bulan selama 2-3 bulan
Alternatif: terbinafin 1x250 mg/hari selama 3 bulan
Edukasi Peningkatan higine dan sanitasi lingkungan.
Prognosis Dubia adbonam
Kepustakaan 1. Wolff K, Glodsmith LA, Freedberg IM, Kazt SI, Gilchrest BA, paller
AS, Leffell DJ, editor. Dalam: Fitzpatrick’s Dematology in general
medicine. Edisi ke-7. New York: Mc Graw-Hill, 2008
2. Gupta KA, Tu LQ. Dermatophytosis: Diagnosis and treatment. J Am
Acad Dermatol 2006;54:050-5
3. Gupta KA, Cooper EA, Ryde JE, Nicol KA, Chow M, Chaudhry MM.
Optimal Management of Fungal Infection pf the Skin, Hair, and
Nails. AM J Clin Dermatol 2004; 5 (4): 225-237.

Anda mungkin juga menyukai