Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan

kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun ini kadang tidak

sesuai dengan yang diharapkan. Sulit sekali diketahui sebelumnya bahwa

kehamilan akan menjadi masalah. Oleh karena itu pelayanan antenatal/asuhan

antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan dukungan kesehatan ibu

hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Kusmayanti, et all,

2009).

Menurut Friedman (2001) mengemukakan bahwa ikatan suami isteri yang

kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena istri sangat

membutuhkan dukungan dari pasangannya. Dukungan tersebut akan tercipta

apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Suami sangat berperan penting

dalam proses pengambilan keputusan dalam suatu keluarga, sedangkan isteri

hanya bersifat membantu dengan memberikan saran. Pada masa kehamilan ada

juga suami yang kurang memperhatikan dan memberikan dukungan terhadap

istrinya, karena suami kurang mengetahui betapa pentingnya melakukan

pemeriksaan Antenatal Care (ANC).

World Health Organisation (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan

meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Dimana saat

ini tengah digalakkan program Innitiatives for Maternal Mortality Program

Assessment (IMMPACT) atau inisiatif program penilaian penurunan kematian

1
2

ibu yang bertujuan mencari diantara strategi interaksi yang sudah ada, strategi

manakah yang paling efektif dan cost efektif untuk menurunkan kematian ibu di

berbagai situasi sosial dan budaya di negara berkembang dan menilai implikasi

dan strategi tersebut terhadap pemerataan dan kesinambungan pelayanan

kesehatan ibu dan neonatal (UNICEF, 2000).

Pentingnya pelayanan ANC secara teratur sebenarnya bukan hanya untuk

ibu, pemeriksaan kehamilan pun untuk kesejahteraan janin. Untuk ibu misalnya

berguna untuk mendeteksi dini jika ada komplikasi kehamilan, sehingga dapat

segera mengobatinya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan selama

kehamilan, mempersiapkan mental dan fisik dalam menghadapi persalinan,

mengetahui berbagai masalah dengan kehamilan, sehingga dapat segera

ditentukan pertolongan persalinan yang aman. Pemeriksaan ANC sekurang-

kurangnya dilakukan sebanyak 4 kali selama masa kehamilan (Mediana, 2007).

Menurut Pinem (2009) dalam buku Kesehatan Reproduksi dan

Kontrasepsi, di Indonesia upaya meningkatkan kesehatan ibu dilakukan dengan

melengkapi fasilitas pelayanan kesehatan sehingga mampu menyediakan

pelayanan dasar kebidanan seperti transfusi darah, anestesi dan operasi, Strategi

Making Pregnancy Safer (MPS) atau kehamilan yang aman sebagai kelanjutan

dari program Safe Mother Hood (SMH) telah dicanangkan dengan tujuan untuk

mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan meningkatkan akses

dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi, namun angka kematian ibu

penurunannya masih relatif lambat (SDKI 2002-2003 ).


3

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mersi Lusianawaty (2003) suami

yang memberikan dukungan penuh kepada istrinya dalam masa kehamilan

sebesar 38 % dan persentase suami yang kurang memberikan dukungan terhadap

istrinya semasa kehamilan yakni sebesar 46 %.

Walaupun telah terjadi penurunan angka kematian ibu yang cukup berarti

yaitu sekitar 520 per 100.000 kelahiran hidup sekitar 35 tahun yang lalu menjadi

290 per 100.000 (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 1994) namun angka ini

masih cukup tinggi bahkan tertinggi di lingkungan Asia Tenggara (Kusmayanti,

et all, 2009).

Fakta lain menunjukkan bahwa di Indonesia, dua orang ibu meninggal

setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas. Banyak faktor yang

menyebabkan rendahnya cakupan K-1 dan K-4 salah satunya adalah kurangnya

dukungan suami terhadap isteri dalam memeriksakan kehamilannya terhadap

petugas kesehatan yang berdampak pada rendahnya keinginan ibu untuk

memanfaatkan fasilitas (ANC) (Pinem, 2009).

Menurut Farrer (2001) frekuensi kunjungan ibu hamil untuk

memanfaatkan fasilitas Antenatal Care tergantung pada dukungan lingkungan

sosialnya, terutama dukungan suami.

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kunjungan KI dan K4 ibu hamil

diantaranya adalah faktor internal (paritas dan usia) dan eksternal (pengetahuan,

sikap, ekonomi, sosial budaya, geografis, informasi dan dukungan) (Depkes,

2008).
4

Faktor yang dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada wanita

hamil adalah adanya dukungan suami yang didapat dari suami, keluarga atau

saudara lainnya, orang tua, dan mertua. Dukungan suami yang didapatkan calon

ibu akan menimbulkan perasaan tenang, sikap positif terhadap diri sendiri dan

kehamilannya, maka diharapkan ibu dapat menjaga kehamilannya dengan baik

sampai saat persalinan (Mediana, 2007).

Menurut BKKBN (2001) partisipasi suami dalam asuhan kebidanan dapat

ditunjukkan dengan memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri,

mendorong dan mengantar istri untuk memeriksakan kehamilan ke fasilitas

kesehatan minimal 4 kali selama kehamilan, memenuhi kebutuhan gizi bagi

istrinya agar tidak terjadi anemia, menentukan tempat bersalin (fasilitas

kesehatan) bersama istri, melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan sedini

mungkin bila terjadi hal-hal menyangkut kesehatan selama kehamilan dan

menyiapkan biaya persalinan. Dengan adanya dukungan suami diharapkan

wanita hamil dapat mempertahankan kondisi kesehatan psikologisnya dan lebih

mudah menerima perubahan fisik serta mengontrol gejolak emosi yang timbul.

Dukungan suami yang tinggi disebabkan adanya dukungan emosional,

dukungan instrumental, dukungan informational, dan penilaian yang baik yang

diberikan dari keluarga kepada ibu hamil, yang mampu menumbuhkan

terjalinnya hubungan yang baik antara keluarga dan ibu hamil dan mencegah

kecemasan yang timbul akibat perubahan fisik yang mempengaruhi kondisi

psikologisnya (Safarino, 2003).


5

Dasuki (2000) mengemukakan bahwa di dunia ini banyak perempuan

meninggal karena komplikasi pada masa kehamilan dan persalinan. Dengan kata

lain 1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000, perempuan

meninggal setiap tahun karena komplikasi pada masa kehamilan dan persalinan.

Dari studi pendahuluan yang penulis yang dilakukan di Puskesmas

Meureubo pada tanggal 20 Mei 2012 dari 7 orang ibu hamil yang melakukan

pemeriksaan ANC, ternyata hanya 4 orang ibu hamil yang pada saat

memeriksakan kehamilannya didampingi oleh suaminya, dan 3 orang lainnya

memeriksakan secara sendiri tanpa didampingi suami. Data ini diperoleh

berdasarkan wawancara.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Dukungan Suami Dalam Kunjungan ANC di

Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dibuat

rumusan masalah yaitu bagaimanakah dukungan suami dalam kunjungan ANC

di Puskesmas Meurebo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Pada

Tahun 2012.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Untuk mengetahui dukungan suami dalam kunjungan ANC di Puskesmas

Meureubo.
6

2. Tujuan Khusus.

a. Untuk mengetahui tentang dukungan instrumental suami terhadap

kunjungan ANC.

b. Untuk mengetahui tentang dukungan informational suami terhadap

kunjungan ANC.

c. Untuk mengetahui tentang dukungan penilaian suami terhadap kunjungan

ANC.

d. Untuk mengetahui tentang dukungan emosional keluarga terhadap

kunjungan ANC.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Suami
Memberikan informasi atau pengetahuan dan menambah wawasan suami

tentang ANC.

2. Bagi Tempat Penelitian.


Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian untuk dapat meningkatkan

pengetahuan khususnya dalam kaitannya dengan dukungan suami terhadap

pemeriksaan ANC.

3. Bagi Peneliti.
Untuk menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman penulis dalam

melakukan penelitian khususnya terhadap ANC.

4. Bagi institusi pendidikan


Penelitian ini diharapkan juga sebagai bahan referensi atau sumber

informasi bagi mahasiswi yang akan melakukan penelitian serta dapat

dimanfaatkan sebagai sumber bacaan.


7

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya memfokuskan pada Dukungan Suami Dalam

Kunjungan ANC Di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten

Aceh Barat.

F. Keaslian Penelitian

1. Nurjannah, Gambaran Pengetahuan Dukungan Suami Dalam Kunjungan

ANC di Puskesmas Rowo Mangun pada tahun 2009, menggunakan jenis

penelitian deskriptif. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian

sekarang yaitu sama-sama menggunakan penelitian deskriptif.

2. Rifqi, Hubungan Antara Dukungan Psikologis dan Sosial Suami Terhadap

Kunjungan Antenatal Care di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kecamatan

Kendari Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009,

menggunakan jenis penelitian analitik, variabel yang digunakan adalah

variabel dependen dan variabel independen.

3. Desmayanti, Hubungan Dukungan Suami Terhadap Meningkatnya

Kunjungan ANC Pada Ibu Hamil Di wilayah Kerja Puskesmas Lingkar

Timur Kota Bengkulu Tahun 2011, menggunakan jenis penelitian

analitik, dan menggunakan dua variabel yaitu variabel dependen dan

variabel independen.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Antenatal Care (ANC)

1. Pengertian antenatal care

Antenatal Care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh

ibu hamil selam proses kehamilan, dari trimester 1 sampai trimester 3, untuk

mengetahui usia kehamilan, perkembangan janin, dan sebagainya (Pinem,

2009).

Menurut MNH (Maternal Neonatal Health) asuhan antenatal atau

yang dikenal antenatal care merupakan prosedur rutin yang dilakukan oleh

petugas (dokter/bidan/perawat) dalam membina suatu hubungan dalam

proses pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinan (Pinem, 2009).

Kehamilan adalah sebuah impian dan cara untuk mencapai kepuasan

tertinggi untuk prestasi seorang ibu dan suami. Kehamilan dimulai dari

pembuahan dan berakhir dengan kelahiran manusia baru. Kehamilan dan

persalinan merupakan proses yang alami, tetapi bukannya tanpa resiko dan

merupakan beban tersendiri bagi seorang wanita. Namun demikian tidak

semua hasil persalinan dan kehamilan akan menggembirakan seorang

suami, ibu dan bayi lahir sehat. Ibu hamil bisa menghadapi kegawatan

dengan derajat ringan sampai berat yang dapat memberikan bahaya

terjadinya ketidaknyamanan, ketidakpuasan, kesakitan, kecacatan bahkan

8
9

kematian bagi ibu hamil resiko tinggi, maupun rendah yang mengalami

komplikasi dalam persalinan (Dasuki, 2000).

2. Philosofi Asuhan Antenatal

Philosofi adalah nilai atau keyakinan atau kepercayaan yang

mendasari seseorang untuk berperilaku sehingga mempengaruhi pola

kehidupannya. Pada prinsipnya philosofi asuhan kehamilan merujuk pada

philosofi Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan antara lain

menyatakan bahwa:

a. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan

bukan proses patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi

patologi/abnormal.

b. Setiap perempuan berkepribadian unik, dimana terdiri atas bio, psiko,

sosial yang berbeda, sehingga dalam memperlakukan pasien/klien satu

dengan yang lainnya juga berbeda dan tidak boleh disamakan.

c. Mengupayakan kesejahteraan perempuan dan bayi baru lahir. Ini dapat

dilakukan dengan berbagai upaya baik promosi kesehatan melalui

penyuluhan atau konseling pemenuhan kebutuhan ibu hamil maupun

dengan upaya preventif misalnya pemberian imunisasi TT pada ibu

hamil dan pemberian tablet darah dan sebagainya.

d. Perempuan mempunyai hak memilih mendapatkan dan memutuskan

tentang kesehatan, siapa dan dimana mendapatkan pelayanan kesehatan.

e. Fokus asuhan kebidanan adalah untuk memberikan upaya preventif

(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan).


10

f. Mendukung dan menghargai proses fisiologi, intervensi dan

penggunaan tehnologi dilakukan hanya atas indikasi.

g. Membangun kemitraan dengan profesi lain untuk memberdayakan

perempuan dengan memberikan asuhan

3. Tujuan ANC

a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi

dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi.

b. Mendeteksi dan penatalaksanaan komplikasi medis, bedah, atau

obstetric selama kehamilan.

c. Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi

komplikasi.

d. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses,

menjalankan nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis

dan sosial.

Menurut Pinem (2009) Berdasarkan hasil anamnese dan pemeriksaan

fisik, tentukan masalah dan kebutuhan ibu akan pelayanan, setiap

kehamilan harus di nilai secara individual. Dari hasil penilaian dapat di

susun rencana bersama antara petugas pelayanan, ibu hamil dan keluarga

tentang intervensi dalam pelayanan antenatal sesuai kebutuhan setiap ibu

hamil.
11

Trimester I : ibu hamil memeriksakan kehamilan meliputi pemberian

tetanus toksoid (TT), tablet tambah darah, vitamin dan mineral, serta

pemberian nasehat dan penyuluhan terarah.

Trimester II : pelayanan di berikan pada trimester II sama dengan

pelayanan yang di berikan pada trimester I kehamilan di tambah dengan

penyuluhan tentang:

a. Keuntungan memberikan ASI

b. Persiapan diri untuk memberikan ASI eksklusif

c. Persiapan persalinan

d. Keluarga berencana post partum.

Trimester III pelayanan yang di berikan pada trimester III sama

dengan pelayanan yang di berikan pada trimester II kehamilan di tambah

dengan penyuluhan mengenai:

a. Persiapan menghadapi persalinan, cara meneran yang baik pada kala II,

b. Perawatan bayi baru lahir,

c. Persiapan keluarga dalam menghadapi persalinan,

d. Kemungkinan adanya komplikasi.

4. Asuhan Antenatal Care Secara Tradisional

Seperti dalam asuhan antenatal, sebelum dikenal adanya asuhan

berdasarkan evidence based asuhan yang memberikan berdasarkan

tradisional. Asuhan yang banyak berkembang saat ini sebenarnya berasal

dari model yang dikembangkan di Eropa pada awal decade abad ini. Lebih

mengarah ke ritual dari pada rasional. Biasanya asuhan ini lebih mengarah
12

ke frekuensi dan jumlah dari pada terhadap unsur yang mengarah kepada

tujuan yang esensial (Kusmayanti et all, 2009).

B. Teori Dukungan

1. Dukungan Sosial

Adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh

dari orang lain yang dapat dipercaya. Sehingga seseorang akan tahu bahwa

ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.

Dukungan Sosial Keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara

keluarga dengan lingkungan. Dukungan sosial keluarga juga menjadikan

keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal, sehingga

akan meningkatkan kesehatan dan adaptasi mereka dalam kehidupan

(Setiadi, 2008)

Green dan Kreute dalam Notoatmojdo (2007). Berpendapat perilaku

seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1) Faktor-faktor predisposisi (predisposisingfactors) meliputi

pengetahuan, pendidikan, kepercayaan, nilai dan sikap terhadap

pelayanan kesehatan.

2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors) terwujud dalam bentuk

fasilitas pelayanan kesehatan dan jarak tempuh ke fasilitas kesehatan.

3) Faktor-faktor pendorong (reinformingfactors) terwujud dalam sikap,

perilaku orang lain yang mendukung seperti petugas kesehatan, tokoh

masyarakat dan keluarga yang merupakan kelompok refesensi.


13

Menurut Chaplin, (2006) dukungan adalah menyediakan sesuatu

untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Dukungan juga dapat diartikan

sebagai memberikan dorongan/motivasi atau semangat dan nasihat kepada

orang lain dalam situasi pembuat keputusan. (Friedman, 2001).

2. Dukungan Suami

Menurut Henderson, (2005) ada beberapa faktor yang berperan dalam

meningkatkan kemampuan wanita dalam beradaptasi terhadap kehamilan,

misalnya lingkungan sosial, dukungan sosial dan dukungan dari pemberi

asuhan. Dukungan yang diberikan oleh suami dan keluarga dapat

mempengaruhi persepsi terhadap kehamilan dan mempengaruhi tingkat

kecemasan dan mekanisme koping yang ibu alami.(friedman, 2001)

Cohen et all (1985) mendefinikan dukungan sosial adalah bentuk

hubungan sosial meliputi emotional, informational, instrumental, dan

appraisal. (Friedman, 2001) yang secara rinci dijabarkan sebagai berikut:

a. Emotional yang dimaksud adalah rasa empati, cinta dan kepercayaan

dari orang lain terutama suami sebagai motivasi.

b. Informational adalah dukungan yang berupa informasi, menambah

pengetahuan seseorang dalam mencari jalan keluar atau memecahkan

masalah seperti nasehat atau pengarahan.

c. Instrumental menunjukkan ketersediaan sarana untuk memudahkan

perilaku menolong orang yang menghadapi masalah berbentuk materi

berupa pemberian kesempatan dan peluang waktu.


14

d. Appraisal berupa pemberian penghargaan atas usaha yang dilakukan,

memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasi yang dicapai

serta memperkuat dan meninggikan perasaan harga diri dan

kepercayaan akan kemampuan individu.

Empat jenis perilaku atau tindakan yang mendukung (Heaney and

Israel, 2008. Friedman, 2001) yaitu:

1. Dukungan Informasi (informational), dalam hal ini keluarga

memberikan informasi, penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu

yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh

seseorang. Mengatasi masalah dapat digunakan seseorang dengan

memberikan nasehat, anjuran, petunjuk dan masukan.

2. Dukungan Penilaian (appraisal) yaitu keluarga berfungsi sebagai

umpan balik yang positif, menengahi penyelesaian masalah yang

merupakan suatu sumber dan pengakuan identitas anggota keluarga.

Keberadaan informasi yang bermanfaat dengan tujuan penilaian diri

serta penguatan atau pembenaran.

3. Dukungan Instrumental (instrumental) yaitu keluarga merupakan suatu

sumber bantuan yang cepat dan memadai. Bantuan mencakup

memberikan bantuan yang nyata dan pelayanan yang diberikan secara

langsung bias membantu seseorang yang membutuhkan. Dukungan

ekonomi akan membantu sumber daya untuk kebutuhan dasar dan

kesehatan anak serta pengeluaran akibat bencana.


15

4. Dukungan Emosional (emotional) yaitu keluarga berfungsi sebagai

suatu tempat berteduh dan beristirahat, yang berpengaruh terhadap

ketenangan emosional, mencakup pemberian empati, dengan

mendengarkan keluhan, menunjukkan kasih saying, kepercayaan, dan

perhatian. Dukungan emosional akan membuat seseorang lebih dihargai

nyaman, aman dan disayangi.

Menurut Sarason (1997) ada tiga cara untuk mendukung besarnya

dukungan sosial, yaitu persceived social support, social embeddnes,

danenected support. Ketiganya tidak memiliki korelasi yang signifikan

antara satu dengan yang lain dan masing-masing berdiri sendiri, yaitu:

1) Persceived Social Support, cara pengukuran ini berdasarkan pada

perilaku subjektif yang dirasakan individu mengenai orang

disekitarnya, apakah memberikan dukungan atau tidak.

2) Social Embeddnes, yaitu cara pengukuran ini berdasarkan ada atau

tidaknya hubungan antara individu dengan orang lain disekitarnya.

Focus pengukuran ini tidak melihat pada kualitas dan keadekuatan,

tetapi hanya melihat jumlah orang yang berhubungan dengan individu.

3) Enected Support, yaitu cara pengukuran ini memfokuskan pada

seberapa sering perilaku dari orang sekitar individu yang dapat

digolongkan kedalam pemberian dukungan sosial tanpa melihat adanya

persepsi akan dukungan sosial yang diterima individu.

Pengukuran dukungan pada penelitian ini dilakukan dengan cara yang

persceived sosial support. Dalam hal ini faktor subjektifitas sangat


16

berpengaruh karena melibatkan persepsi penerimanya. Adanya penilaian

kognitif bahwa individu telah menerima dukungan.

3. Bentuk Dukungan Suami Terhadap Pemeriksaan Kehamilan

Memeriksakan kehamilan sejak dini dalam hal ini suami dapat

mendukung istrinya agar mendapatkan pelayanan antenatal yang baik,

menyediakan transportasi atau dana untuk biaya konsultasi. Suami

seharusnya menemani istrinya konsultasi, sehingga suami dapat belajar

mengenai gejala dan tanda-tanda komplikasi kehamilan. Kematian ibu dapat

dicegah bila suami dapat mengenal komplikasi-komplikasi potensial dan

selalu siaga untuk mencari pertolongan bila hal itu terjadi (Beni, 2000).

Dengan menemani istri pada saat pemeriksaan kehamilan, suami akan

lebih banyak mendapatkan informasi sehingga lebih siap menghadapi

kehamilan dan persalinan istrinya. Selain itu istri juga lebih merasa aman

dan nyaman diperiksa bila ditemani suaminya (Serason, 2000).

Sebagai seseorang yang terdekat dengan istri, suami dianggap paling

memahami kebutuhan istri. Saat hamil seorang wanita mengalami

perubahan baik fisik maupun mental. Suami sebaiknya memahami

perubahan ini dan dapat lebih bersabar. Suami diharapkan tidak terlalu

cemas agar tidak mempengaruhi kondisi emosi istri (Beni, 2000).

Menurut Beni (2000) suami dapat membantu merencanakan kelahiran

oleh tenaga bidan terlatih dan menyiapkan dana untuk persiapan biaya

kelahiran. Suami juga dapat menyusun waktu yang tepat untuk

menyediakan transportasi dan bahan-bahan yang diperlukan.


17

Salah satu peran suami dalam menurunkan angka kematian ibu adalah

suami yang dapat memastikan persalinan istrinya ditolong oleh tenaga

kesehatan terlatih dan dapat berjalan dengan aman. Untuk itu suami perlu

diberikan pengetahuan mengenai persiapan persalinan yang meliputi

komponen pembuatan rencana persalinan (tempat, tenaga penolong,

transportasi, siapa yang menemani ibu bersalin, biaya, siapa yang menjaga

keluarga yang lain) dan membuat rencana siapa pembuat keputusan utama

jika terjadi kegawatdaruratan dan siapa pembuat keputusan bila pembuat

keputusan utama tidak ada (Admin, 2008).

Suami dapat merencanakan kapan dan dimana persiapan dilakukan

sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam memperoleh pertolongan

persalinan. Sehingga perlu dipersiapkan kendaraan, bahan-bahan yang

dibutuhkan untuk persalinan dan biaya (Admin, 2008).

Dalam buku Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi (Pinem, 2009)

partisipasi dan tanggung jawab suami baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam asuhan kehamilan saat ini masih rendah. Kehamilan

merupakan suatu peristiwa yang luar biasa dan merupakan anugrah tuhan

yang maha esa, maka sebuah kehamilan perlu mendapatkan perhatian

khusus dari ibu sendiri, suami dan keluarga yang lain. Partisipasi suami

sangat dibutuhkan untuk dukungan psikis, fisik, sosial dan spiritual.

Partisipasi dalam asuhan ini merupakan refleksi dari peran suami dalam

keluarga (BKKBN, 2003).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian menggunakan kerangka konsep

menurut (Machfoedz, 2009) yaitu:

Dukungan suami:

- Instrumental Kunjungan antenatal care


- Informasi (ANC)
- Emosional
- Penilaian

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Dukungan Suami Dalam Kunjungan anc

di Puskesmas Meureubo Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

B. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah bersifat deskriptif,

yang merupakan rancangan penelitian yang bertujuan menerangkan atau

menggambarkan masalah penelitian yang terjadi (Notoadmodjo, 2003).

Penelitian ini adalah penelitian yang menilai bagaimana dukungan suami

dalam kunjungan ANC di Puskesmas Meureubo.

C. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang terjadi titik perhatian suatu

penelitian (Arikunto, 2007). Variabel dalam penelitian ini adalah Dukungan

Suami Dalam Kunjungan ANC di Puskesmas Meureubo.

18
19

D. Hubungan Antar Variabel

Dalam penelitian ini tidak mencari hubungan antar variabel. Dikarenakan

penelitian ini bersifat deskriptif dimana hanya mencari tahu sejauh mana tingkat

dukungan suami dalam kunjungan ANC.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Definisi Jumlah Cara Hasil Skala


Variabel
Operasional Indikator Ukur Ukur Ukur
Dukungan Suami Dukungan suami 20 Wawancara Baik (77- Ordinal

1. Instrumental adalah disebut Kuesioner 100%)

2.Informasional juga dukungan Cukup (56-

3.Penilaian keluarga 76%)

4.Emosional Kurang

(<56%)

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Meureubo Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012.


20

G. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh suami yang mendampingi

istrinya pada saat melakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas Meureubo

Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2012.

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian

ini adalah secara Accidental sampling (sampel seadanya) atau yang hanya

kebetulan bertemu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

selama 1 minggu.

H. Alat dan Metode Pengumpulan Data

Dukungan suami diukur dengan membagi kuesioner yang berisi 20

pertanyaan. Tentang dukungan instrumental sebanyak 5 pertanyaan, tentang

dukungan informasi sebanyak 5 pertanyaan, tentang dukungan emosional

sebanyak 5 pertanyaan, tentang dukungan penilaian sebanyak 5 pertanyaan.

I. Metode Pengolahan dan Analisa Data

a. Tabulasi Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan diolah dengan langkah-

langkah sebagai berikut:


21

1. Editing.

Dilakukan pengecekan kelengkapan data yang telah dikumpulkan bila

terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data akan

diperbaiki dengan pemeriksaan dan pendataan ulang.

2. Coding.

Data yang diklasifikasikan kemudian diberi kode tertentu untuk

memudahkan pengolahan data.

3. Transferring.

Data yang telah diberi kode disusun secara berurutan sesuai dengan

klasifikasi data.

4. Tabulating.

Data yang telah dikumpulkan dimasukkan dalam tabel distribusi

frekuensi (Notoatmojdo, 2003).

b. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dimasukkan kedalam tabel distribusi

frekuensi kemudian dipresentasikan untuk tiap-tiap kategori sebagai berikut:

(Notoatmojdo, 2003).

f
P= x 100 %
n

Keterangan:

P = Persentasi

f = Frekuensi

n = Jumlah Responden

Anda mungkin juga menyukai