Pembentukan peraturan perundang-undangan adalah tahap
tahap dalam pembuatan peraturan perundang-undangan yang meliputi Perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. Dalam merancang suatu peraturan perundang-undangan terdapat beberapa hal penting yang mesti diprhatikan. Yang pertama adalah ada berapa yang akan dibuat selama setahun atau 5 tahun kedepan, yang kedua menyiapkan naskah akademik untuk masing-masing undang undang atau sejenisnya
Penyusunan peraturan perundang-undangan dapat diinisisasi
langsung oleh Legislatif, bisa juga oleh Eksekutif. Setiap permulaan penyusunan dibentuk suatu tim khusus, kalau di DPR disebut Panja sedangkan Tim Khusus merupakan tim eksekutif.
Pembahasan perundangan merupakan tindak lanjut dari
adanya tim masing-masing yang sudah dibentuk dan menyusun Daftar Inventarisasi Masalah. Pembahasan akan sangat baik jika mengikutsertakan ahli Bahasa maupun ahli yang berkaitan dengan masalah yang sedang dibahas. Setelah dilakukan pembahasan dan dicapai kata sepakat, pengesahan perundangan dilakukan pada forum pembahasan tingkat II, yang pada prinsipnya merupakan kesepakatan hsil pembahasan DIM, dan sebelum disetujui diminta pandangan dari semua fraksi yang ada. Setelah pandangan fraksi disampaikan, maka pimpinan siding DPR/DPRD melakukan persetujuan yang ditandai dengan pengetukan palu
Setelah pengesahan, maka tahap Pengundangan akan
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Presiden atau Gubernur atau Bupati/Walikota. Namun jika tidak ada pengesahan dalam waktu 30 hari, maka secara otomatis peraturan perundangan tesrebut sudah bisa didaftarkan ke lembaran negara atau lembaran daerah sebagai tanda telah dilakukan pengundangan dan sifatya mengikat kepada seluruh rakyat.
B. JENIS JENIS NORMA
Terdapat beberapa jenis norma dalam kehidupan sosial
masyarakat, antara lain yaitu norma agama, norma kesusilaan/moral, norma kesopanan, dan norma hukum. Norma pada dasarnya baru ada jika terdapat lebih dari satu orang karena norma mengatur tat acara bertingkan laku seseorang terhadap orang lain. Norma mengandung suruhan tentang apa yang seharusnya (das sollen). Isi norma meliputi perintah, larangan dan kebolehan.
Berbicara tentang norma hukum, maka dapat dibentuk
secara tertulis maupun tidak tertulis oleh lembaga-lembaga yang berwenang membentuknya. Hal ini yang membedakan antara norma hukum dan norma lainnya yang terjadi tidak secara tertulis akan tetapi tumbuh dan hidup dalam masyarakat sendiri.
Dalam norma hukum terdapat beberapa jenis norma, yaitu:
1. Norma hukum statis dan dinamis;
2. Norma hukum vertikal dan horizontal; 3. Norma hukum umum dan individu; 4. Norma hukum abstrak dan konkrit; 5. Norma hukum terus-menerus dan sekali-selesai; dan 6. Norma hukum tunggal dan berpasangan
C. YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM BAHASA HUKUM
1. Subjek sebagai pelaku yang melakukan tindakan
Contoh kalimat yang tidak benar adalah “Seorang pegawai
negeri yang telah melebihi usia enam puluh tahun, yang memenuhi persyaratan, akan menerima pensiun”. Kalimat tersebut belum jelas siapa pelaku yang akan melakukan tindakan.
2. Subjek harus memiliki kemampuan untuk melakukan
tindakan
“Bayi berumur dibawah dua tahun yang dibawa dalam
kendaraan harus mengenakan sabuk pengaman” kalimat seperti ini subjeknya belum bisa memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan. Seharusnya bunyi kalimatnya seperti “Orang tua bayi berumur dua tahun yang dibawa dalam kendaraan harus mengenakan sabuk pengaman kepada anaknya”.
3. Gunakan kalimat aktif, bukan kalimat pasif.
“sekretaris ditunjuk untuk masa jabatan selama 3 tahun”.
Kalimat pasif seperti ini membuat rancu akan siapa yang harus bertindak. Kalimat yang benar adalah “ketua menunjuk sekretaris untuk masa jabatan selama 3 tahun”.
4. Cara menentukan pelaku.
“klinik pedesaan, rumah sakit pusat, rumah sakit pembantu,
dinas kesehatan wilayah, dukun, bidan, asisten medis atau perawat dapat membuat resep obat yang tercantum dalam Lampiran A.” Sulit menentukan pelaku jika masih banyak yang harus disebutkan pelakunya makanya dalam kalimat tersebut pelaku dpat diubah menjadi Pelayan Jasa Perawatan Medis.
5. Pengguanaan Bentuk Tunggal, Bukan Jamak
Contohnya adalah “pegawai negeri tidak boleh mendukung
seseorang yang akan dipilih untuk jabatan pemerintahan.” Pegawai negeri dalam hal ini bersifat jamak dan pelaku dalam posisi sebagai satu kesatuan. Kalimat yang benar adalah “seorang pegawai negeri tidak boleh mendukung seseorang yang akan dipilih untuk jabatan pemerintahan”.
6. Hindari Penggunaan “Setiap”, “Semua” Dan “Siapa Saja”.
Kata kata diatas adalah kata sifat yang tidak tentu yang menjelaskan kata benda. Contoh “semua pegawai negeri yang memenuhi syarat dapat…” lebih baik diganti “seorang pegawai negeri yang memenuhi syarat akan….”
7. Hindari Kata Ganti Yang Menunjukkan Jenis Kelamin.
Kalimat “Bila menteri menganggap bahwa maslaah air bersih
ada di suatu daerah, maka dia berhak memutuskan bahwa keadaan darurat berlaku untuk daerah tersebut”. Sebaiknya menggunakan kalimat “Bila Menteri menganggap bahwa maslaah air bersih ada di suatu daerah, maka Menteri berhak memutuskan bahwa keadaan darurat berlaku untuk daerah tersebut”
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu