Anda di halaman 1dari 60

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING SKRIPSI

JUDUL : PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEPEMILIKAN


MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG
DENGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS)
SEBAGAI VARIABEL MODERASI

NAMA : EGA GRESTIKA SARI


NOMOR BP : 1810003510011
FAKULTAS : EKONOMI
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
SK PEMBIMBING : Nomor:009/FEUNES/BSA/AKEU/X/2021
Tanggal: 30 Oktober 2021

Disetujui oleh :
Komisi Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr Agussalim M, SE, MS Dica Lady Silvera, SE, M.S.Ak

Mengetahui:
Ketua Program Studi Akuntansi,

Rina Asmeri, SE, M.Si


Hari/Tanggal Seminar Proposal:

ii
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI PROPOSAL

JUDUL : PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEPEMILIKAN


MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN UTANG
DENGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS)
SEBAGAI VARIABEL MODERASI

NAMA : EGA GRESTIKA SARI


NOMOR BP : 1810003510011
FAKULTAS : EKONOMI
JURUSAN : AKUNTANSI
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
SK PENGUJI : Nomor :
Tanggal :

Disetujui oleh :
Komisi Penguji,

Ketua Tim Penguji :


Sekretaris Tim Penguji :
Anggota Tim Penguji :

Mengetahui :
Ketua Program Studi Akuntansi

Rina Asmeri, SE, M.Si


Hari/Tanggal Seminar Proposal Penelitian:

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING SKRIPSI ........................... ii


HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI PROPOSAL.............................. iii
DAFTAR ISI............................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7
1.3.2 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8
1.4 Sistematika Pembahasan ............................................................................... 8
1.5 Time Schedule dan Biaya Penelitian ............................................................. 9
1.5.1 Time Schedule Penelitian .............................................................................. 9
1.5.2 Biaya Penelitian .......................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 11
2.1 Teori-teori ................................................................................................... 11
2.1.1 Agency Theory ............................................................................................ 11
2.1.2 Pecking Order Theory ................................................................................. 13
2.1.3 Trade-Off Theory ........................................................................................ 14
2.1.4 Kebijakan Utang .......................................................................................... 14
2.1.5 Profitabilitas................................................................................................. 16
2.1.6 Kepemilikan Manajerial .............................................................................. 20
2.1.7 Investment Opportunity Set (IOS) ............................................................... 21
2.2 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 22
2.3 Kerangka Konseptual .................................................................................. 27
2.4 Hipotesis ...................................................................................................... 28
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN METODE
PENELITIAN ............................................................................................................ 33

iv
3.1 Lokasi Penelitian ......................................................................................... 33
3.1.1 Sejarah Lokasi Penelitian ............................................................................ 33
3.1.2 Struktur Organisasi ...................................................................................... 35
3.1.3 Uraian Job Description ................................................................................ 35
3.2 Metode Penelitian........................................................................................ 38
3.2.1 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 38
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 38
3.2.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................................ 38
3.2.4 Populasi dan Sampel .................................................................................... 39
3.2.5 Defenisi Operasional Variabel..................................................................... 41
3.2.6 Metode Analisis ........................................................................................... 45
3.2.7 Metode Pengujian Hipotesis ........................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 50

v
DAFTAR TABEL

Tabel1. 1 Time Schedule Penelitian ............................................................................ 9


Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 22
Tabel 3. 1 Kriteria Sampel Penelitian ........................................................................ 40
Tabel 3. 2 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel Dalam Penelitian ................... 40
Tabel 3. 3 Definisi Operasional Variabel .................................................................. 44

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan


Manajerial Terhadap Kebijakan Utang Dengan Investment Opportunity Set (IOS)
Sebagai Variabel Moderasi ........................................................................................ 27
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ............................................ 35

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap perusahaan bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaannya


ditengah persaingan bisnis yang semakin ketat melalui kinerja keuangan yang
baik dan peningkatan kemakmuran para pemegang saham. Manajemen
perusahaan akan menentukan sendiri kebijakan apa saja yang akan
diperlukannya dalam menjalankan kegiatan operasionalnya untuk mencapai
tujuan perusahaan, termasuk dalam memilih sumber pembiayaan atau
pendanaan. Pendanaan digunakan perusahaan dengan tujuan untuk menambah
modal dalam meningkatkan kegiatan operasional dan menjalankan usahanya,
serta untuk memperluas bisnis dan melakukan diversifikasi usaha. Saat
menentukan keputusan untuk mendapatkan pendanaan, manajemen keuangan
perlu melakukan evaluasi terhadap risiko pendanaan yang akan dipilih,
menghitung biaya modal yang diterima perusahaan, dan memperkirakan
keuntungan apa saja yang diperoleh oleh perusahaan setelah pendanaan
diterima. Sumber pendanaan perusahaan dapat berasal dari internal, seperti
laba ditahan dan sumber eksternal, seperti utang atau modal ekuitas.
Berdasarkan Pecking Order Theory, perusahaan lebih memilih dana
internal untuk mendanai kegiatan operasionalnya terlebih dahulu dari pada
memilih penggunaan dana dari utang (Handayani, 2019). Ketika sumber dana
internal sudah tidak mencukupi lagi, maka perusahaan baru memilih utang
sebagai sumber pendanaan. Utang adalah alternatif yang paling baik dipilih
perusahaan sebagai sumber dana dibandingkan menerbitkan saham baru,
karena utang dinilai lebih efektif. Pertama, perusahaan hanya berkewajiban
membayar utang dengan disertai jumlah bunganya. Kedua, manajemen
keuangan perusahaan lebih mudah mengatur strategi keuangan, karena
pendanaan dengan utang memiliki jangka waktu dan jumlah angsuran yang
telah ditetapkan. Penggunaan dana dengan utang juga dapat mengurangi

1
2

jumlah pajak yang dibayarkan kepada pemerintah (P. S. M. Y. Dewi &


Wirama, 2017).
Dalam memilih utang sebagai sumber pendanaan, perusahaan harus
mampu menjaga likuiditas perusahaannya, karena semakin tinggi tingkat
likuiditas perusahaan, maka semakin tinggi juga kinerja perusahaan.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya dengan menggunakan aset lancer yang dimilikinya (Herdiyanto
& Darsono, 2015). Penggunaan utang yang besar dapat meningkatkan biaya
yang ditanggung oleh perusahaan, seperti biaya bunga, belum lagi perusahaan
dapat mengalami penurunan pendapatan, sehingga perusahaan tidak dapat
memenuhi kewajiban tersebut (T. Wahyuningsih, 2020). Oleh karena itu,
perusahaan perlu menetapkan kebijakan utang yang dianggap paling efektif
untuk keberlangsungan aktivitas operasional perusahaan dan dapat membantu
perusahaan dalam berkembang. Tujuan lain dari perlunya penetapan kebijakan
utang adalah untuk menjadi alat kontrol bagi manajer dalam membuat
keputusan atau tindakan yang berkaitan dengan operasional perusahaan,
sehingga perusaahaan dapat lebih efektif dalam mengelola dana perusahaan.
Jika manajemen perusahaan dapat memanfaatkan dana utang dengan sebaik-
baiknya untuk memperoleh laba operasi yang lebih besar dari beban bunga,
maka penggunaan utang dapat menguntungkan bagi perusahaan dan
meningkatkan laba bagi pemegang saham. Disisi lain, jika manajemen
perusahaan tidak dapat menggunakan dana dengan benar, perusahaan dapat
menderita kerugian. Kebijakan utang merupakan kebijakan yang
mencerminkan seberapa jauh perusahaan mendanai kegiatan operasionalnya
dengan utang (Amalia, 2020). Kebijakan yang ditetapkan juga harus dapat
meminimalkan resiko yang ada, agar tidak terjadi kemacetan dalam membayar
utang yang bisa menyebabkan semakin menumpuk dan bertambahnya utang,
bahkan yang lebih parah bisa mengakibatkan ketidakmampuan atau kegagalan
dalam membayar utang yang berujung kepada kepailitan perusahaan.
PT Sariwangi Agricultural Estate Agency merupakan perusahaan yang
menghasilkan produk teh celup sariwangi yang terkenal dan sering
3

dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. PT Sariwangi bersama afiliasinya PT


Maskapai Perkebunan Indorub Sumber Wadung dinyatakan pailit oleh Majelis
Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tanggal 17 Oktober 2018. Dua
perusahaan ini mengalami kebangkrutan karena terjerat utang hingga Rp 1,5
triliun kepada sejumlah kreditur. Perusahaan ini mengalami kesulitan
keuangan akibat dari investasi yang gagal dalam meningkatkan produksi
perkebunan dengan mengembangkan sistem drainase atau teknologi
penyiraman air, akan tetapi hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan yang
diharapkan, sehingga perusahaan ini mengalami kesulitan dalam membayar
cicilan utangnya yang berujung kepada kepailitan (Kompas, 18 Oktober
2018).
Perusahaan manufaktur lainnya, yaitu PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
pada tahun 2018 mengalami gagal bayar atas bunga obligasi TPS Food I/2013
senilai Rp 30,75 miliar dan fee ijarah atas Sukuk Ijarah TPS Food I/2013
senilai Rp 15,37 miliar. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk seharusnya sudah
membayar kedua instrumen utang tersebut yang totalnya sebesar Rp 46,12
miliar pada 5 juli 2018. Bursa Efek Indonesia juga melakukan suspensi
terhadap PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk terhitung sejak 5 Juli 2018
(Kontan.co.id, 18 Juli 2018). Bursa Efek Indonesia memutuskan untuk
mencabut suspensi yang diterima oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk pada
tanggal 31 Agustus 2020 dan perdagangan efek PT Tiga Pilar Sejahtera Food
Tbk mulai dilakukan kembali (Kontan.co.id, 31 Agustus 2020).
Oleh karena itu, dengan melihat kejadian yang menimpa kedua perusahaan
tersebut perlu adanya penetapan kebijakan dalam penggunaan utang sebagai
sumber pembiayaan atau pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menghindari kejadian perusahaan terlilit utang yang terlalu besar yang bisa
mengakibatkan perusahaan mengalami kepailitan.
Dalam menetapkan kebijakan utang, perusahaan dapat
mempertimbangkan beberapa faktor yang harus diperhatikan, diantaranya
adalah profitabilitas dan struktur kepemilikan saham manajerial. Profitabilitas
adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode
4

tertentu pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu (Priatna,
2016). Profitabilitas dapat mempengaruhi perusahaan dalam menentukan
kebijakan utang. Apabila perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi, maka
manajemen akan menahan labanya untuk kegiatan perusahaannya, sehingga
perusahaan tidak akan menggunakan sumber dana eksternal. Jika profitabilitas
rendah, maka perusahaan pada umumnya akan menggunakan utang sebagai
sumber pendanaan untuk kegiatan operasionalnya (Rahayu & Yasa, 2018).
Profitabilitas juga digunakan para investor sebagai tolak ukur penilaian
terhadap suatu perusahaan dan menjadi pengaruh terhadap keputusan investor
dalam memberikan investasi kepada perusahaan. Perusahaan atau lembaga
keuangan juga memperhatikan tingkat profitabilitas perusahaan dalam
memberikan pinjaman modal.
Selain profitabilitas, kepemilikan manajerial juga mempengaruhi
perusahaan dalam menetapkan kebijakan. Kepemilikan manajerial adalah
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dalam perusahaan
yang juga ikut serta dalam pengambilan keputusan. Menurut Karsana dan
Supriyadi dalam Rahayu & Yasa, (2018) Manajer perusahaan cenderung
berperilaku oportunis demi kepentingannya sendiri, yang sering tidak sejalan
dengan kepentingan pemegang saham. Untuk membatasi tindakan manajer
yang oportunis, pemegang saham memerlukan upaya pengawasan yang
menimbulkan adanya biaya keagenan, yang timbul karena adanya perbedaan
kepentingan antara pemegang saham yang menginginkan sisa dana tersebut
dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya, sedangkan manajer
menginginkan agar dana tersebut digunakan untuk mengembangkan
perusahaan dengan melakukan investasi yang memberikan keuntungan
kedepannya bagi perusahaan. Pengawasan dari debtholders akan membuat
manajer berhati-hati dalam penggunaan utang. Kepemilikan manajerial dalam
hubungannya dengan kebijakan utang mempunyai peranan penting dalam
mengendalikan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan para
pemegang saham (Rahayu & Yasa, 2018). Semakin tinggi proporsi yang
5

dipegang oleh manajer, maka semakin rendah tingkat risiko yang harus
ditanggung perusahaan.
Pada penelitian ini menggunakan Investment Opportunity Set (IOS)
sebagai variabel moderasi. Dalam mencapai tujuan perusahaan, Investment
Opportunity Set juga berperan didalamnya. Manajer perusahaan yang
memiliki saham dari perusahaan akan lebih berhati-hati dalam mengambil
keputusan yang berhubungan dengan kebijakan utang (Ginting et al., 2021).
Utang yang didapat perusahaan, biasanya digunakan oleh manajer dalam
melakukan investasi untuk memperoleh manfaat di masa yang akan datang
guna meningkatkan nilai perusahaan, sehingga pemilihan serangkaian set
kesempatan investasi (Investment Opportunity Set) yang aman, akan
digunakan perusahaan secara lebih efektif dan efisien. Jika terdapat
kesempatan investasi yang menguntungkan, maka manajer akan berusaha
untuk mengambil peluang tersebut untuk memaksimalkan kesejahteraan
pemegang saham. Semakin besar Investment Opportunity Set yang
menguntungkan, maka semakin besar juga investasi yang dilakukan oleh
manajer perusahaan. Investment Opportunity Set yang tinggi akan memperkuat
pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan utang.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan, A (2019) menyatakan
bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan utang. Penelitian
Ginting et al., (2021) menyebutkan bahwa Investment Opportunity Set (IOS)
tidak mampu memoderasi hubungan profitabilitas dengan kebijakan utang.
Dalam studi yang dilakukan oleh Rahayu & Yasa, (2018) menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan utang dan
Investment Opportunity Set (IOS) tidak mampu memperkuat pengaruh negatif
kepemilikan manajerial terhadap kebijakan utang.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Rahayu & Yasa (2018) yang berjudul Investment Opportunity Set (IOS)
Sebagai Pemoderasi Pengaruh Profitabilitas Dan Kepemilikan Manajerial
Terhadap Kebijakan Utang. Namun, yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian Rahayu & Yasa (2018) antara lain adalah: 1) Sampel yang
6

digunakan dalam penelitian Rahayu & Yasa (2018) adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan, dalam
penelitian ini sampel yang digunakan lebih spesifik yaitu perusahaan
manufaktur sektor indutri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. 2) Periode penelitian yang digunakan oleh Rahayu & Yasa (2018)
adalah tahun 2012-2014, sedangkan penelitian ini menggunakan periode tahun
2018-2020.
Penelitian akan dilakukan kepada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri
Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2018-2020.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di bursa efek Indonesia, karena perusahaan
tersebut melakukan aktivitas secara menyeluruh mulai dari pembelian bahan
baku, melakukan produksi, dan mendistribusikannya ke pasaran. Selain itu,
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi merupakan
perusahaan yang menghasilkan produk untuk dikonsumsi oleh masyarakat
dengan memanfaatkan penggunaan teknologi canggih dalam proses
produksinya, sehingga sebagian sumber modal untuk aktivitas usahannya akan
berkaitan dengan kebijakan utang yang ditetapkan perusahaan. Perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi juga merupakan sektor terbesar
dalam Bursa Efek Indonesia yang menjadi perhatian dan sorotan dari para
investor dan pelaku pasar modal lainnya. Sektor ini juga dapat bertahan di
berbagai kondisi ekonomi Indonesia. Dan dengan adanya persaingan bisnis
yang ketat membuat setiap perusahaan manufaktur industri barang konsumsi
berusaha untuk melakukan berbagai cara untuk meningkatkan nilai
perusahaannya, seperti dengan meningkatkan penggunaan teknologi,
pengembangan produk, maupun meningkatkan kualitas sumber daya yang
membutuhkan sumber pembiayaan yang cukup besar.
Dari latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan Manajerial
Terhadap Kebijakan Utang dengan Investment Opportunity Set (IOS)
Sebagai Variabel Moderasi”.
7

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian, maka masalah yang


menjadi pokok pembahasan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan utang?
2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan utang?
3. Apakah profitabilitas dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
kebijakan utang secara simultan?
4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan utang dengan
investment opportunity set sebagai variabel moderasi?
5. Apakah kepemilikan manajerial berengaruh terhadap kebijakan utang
dengan investment opportunity set sebagai variabel moderasi?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka


tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh dari profitabilitas terhadap kebijakan
utang.
2. Untuk mengetahui pengaruh dari kepemilikan manajerial terhadap
kebijakan utang.
3. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas dan kepemilikan manajerial
terhadap kebijakan utang secara simultan.
4. Untuk mengetahui apakah profitabilitas berpengaruh terhadap
kebijakan utang dengan Investment Opportunity Set sebagai variabel
moderasi.
5. Untuk mengetahui apakah kepemilikan manajerial berpengaruh
terhadap kebijakan utang dengan Investment Opportunity Set sebagai
variabel moderasi.
8

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat


sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Untuk menambah literatur dalam bidang akuntansi dan sebagai
masukan yang dapat menambah wawasan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, serta dapat digunakan sebagai referensi dan informasi bagi
peneliti selanjutnya.
2. Bagi Manajemen dan Investor
Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam membuat
kebijakan utang yang baik dan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh penetapan kebijakan utang dalam praktik bisnis di
perusahaan. Diharapkan penelitian ini juga dapat memberikan
informasi kepada investor dalam mengambil keputusan yang berkaitan
dalam pemberian modal kepada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
3. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan bagi penulis bagaimana strategi yang
bagus dalam penetapan kebijakan utang yang dipengaruhi oleh
profitabilitas dan kepemilikan manajerial perusahaan, serta menjadi
sarana dalam mengaplikasikan teori yang diperoleh selama kuliah.

1.4 Sistematika Pembahasan

Penyusunan proposal skripsi ini disajikan secara sistematis dengan


menampilkan tiga bab utama yang didalamnya terdiri dari sub-sub bab
perincian.
Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, berisi tentang hal latar belakang, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, sistematika pembahasan, serta time schedule
dan biaya penelitian.
9

Bab II Tinjauan Pustaka, memuat uraian dari teori-teori sebagai landasan


dalam pembahasan permasalahan dalam penelitian, kerangka konseptual, dan
hipotesis dari penelitian.
Bab III Gambaran Umum Lokasi Penelitian dan Metode Penelitian,
menguraikan tentang lokasi penelitian dilakukan dan metode yang digunakan
dalam penelitian.

1.5 Time Schedule dan Biaya Penelitian

1.5.1 Time Schedule Penelitian

Berikut time schedule dari penelitian ini:


Tabel1. 1
Time Schedule Penelitian
Tahap-tahap Tahun 2021 Tahun 2022
Kegiatan Nove Dese Janua Febr Maret Apri Mei Juni Juli
mber mber ri uari l
1. Konsultasi
Proposal
Penelitian
2. Ujian
Proposal dan
Penelitian
3. Penelitian &
Penulisan
Draf Skripsi
4. Konsultasi
Hasil
Penelitian
(Skripsi)
5. Ujian Pra
Skripsi/Tugas
Akhir
6. Pengajuan /
Penerbitan
Jurnal
7. Ujian
Skripsi/Tugas
Akhir
8. Penggandaan
Skripsi/Tugas
Akhir
10

1.5.2 Biaya Penelitian

Biaya penelitian skripsi secara keseluruhan diperkirakan sebesar Rp


2.250.000 yang terdiri dari:
1. Biaya administrasi, sebanyak Rp 150.000
2. Biaya kertas dan tinta printer, sebanyak Rp 200.000
3. Biaya ujian/sidang proposal penelitian, sebanyak Rp 300.000
4. Biaya ujian Pra Skripsi/Tugas Akhir, sebanyak Rp 400.000
5. Biaya penerbitan dalam jurnal, sebanyak Rp 400.000
6. Biaya ujian komprehensif/skripsi, sebanyak Rp 500.000
7. Biaya penggandaan dan penjilidan, sebanyak Rp 200.000
8. Biaya lain-lain, sebanyak Rp 100.000
Jumlah Rp 2.250.000
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori-teori

2.1.1 Agency Theory

Dalam agency theory atau teori keagenan hubungan pemegang


saham digambarkan sebagai hubungan antara agent dengan principal,
dimana manajer sebagai agent dan pemegang saham sebagai principal (D.
Wahyuningsih, 2020). Agent diberikan kekuasaan oleh pemilik perusahaan
dalam hal ini pemegang saham untuk meningkatkan kemakmuran para
pemegang saham dan meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan manajer
juga memiliki kepentingan pribadi untuk menjalankan kegiatan perusahaan
dan meningkatkan kesejahteraan para manajer melalui gaji dan komisi
(Kurniawan, 2019). Perbedaan kepentingan ini menjadi masalah dalam
perusahaan. Masalah ini sering disebut dengan konflik keagenan. Konflik
keagenan akan terjadi bila proporsi kepemilikan saham manajerial atas
perusahaan kurang dari 100%, sehingga manajer cenderung bertindak
untuk kepentingan dirinya. Hal ini merupakan konsekuensi dari
pemisahaan pengelolaan dan pemisahan kepemilikan. Manajemen tidak
menanggung resiko atas kesalahan dalam pengambilan keputusan, karena
resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham (principal).
Oleh karena itu, manajemen cenderung bersikap konsumtif dan bersikap
produktif hanya untuk kepentingannya sendiri, seperti untuk kenaikan gaji
dan upah.
Masalah keagenan muncul dalam tiga bentuk, yaitu konflik antara
pemegang saham dengan pihak manajemen, konflik antara pemegang
saham dengan kreditur, dan konflik antara pemegang saham mayoritas dan
pemegang saham minoritas (Sadewa & Hikmah, 2021).

11
12

Konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen terjadi


karena manajer cenderung untuk mengutamakan kepentingan pribadi,
pemegang saham lebih memperhatikan kemampuan perusahaan dalam
mencapai keuntungan yang besar dan meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Sejati et al. (2020), untuk mengurangi kesempatan
manajer melakukan tindakan yang merugikan investor luar dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu investor luar melakukan pengawasan
(monitoring) dan manajer sendiri melakukan pembatasan atas tindakan-
tindakannya (bonding). Kegiatan pengawasan akan mengurangi
kesempatan penyimpangan yang dapat dilakukan oleh manajer dan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, akan tetapi menimbulkan biaya keagenan
(agency cost) yang dapat mengurangi nilai perusahaan.
Menurut Fatmawatie (2015), biaya keagenan dapat dikurangi
dengan alternatif diantaranya yaitu, pertama dengan meningkatkan
kepemilikan saham oleh manajemen. Penambahan kepemilikan manajerial
akan mensejajarkan dengan kepentingan pemegang saham. Kedua,
mekanisme pengawasan dalam perusahaan. Ketiga, meningkatkan dividen
pay out ratio. Keempat, meningkatkan pendanaan dengan utang.
Konflik antara pemegang saham dengan kreditur terjadi karena
perbedaan sikap. Kreditur lebih mementingkan kemampuan perusahaan
untuk membayar kembali utangnya. Namun, pemegang saham dapat saja
memilih proyek bisnis yang mempunyai risiko tinggi untuk memperoleh
return yang lebih tinggi atau menambah jumlah utangnya pada tingkatan
yang lebih tinggi dari perkiraan kreditur, sehingga hal ini akan
menguntungkan pemegang saham dan merugikan kreditur jika proyek
tersebut gagal (Fatmawatie, 2015). Untuk mengurangi masalah keagenan
antara pemegang saham dengan kreditur, kreditur membuat kesepakatan
pada saat pinjaman diberikan, yang menimbulkan biaya bunga utang yang
lebih tinggi untuk memonitor perusahaan. Sehingga dengan begitu
perusahaan akan lebih hati-hati dalam menggunakan pinjaman dan
berusaha untuk memonitor penggunaan pinjaman tersebut untuk menjamin
13

kepatuhan dalam membayar pinjaman sesuai dengan kesepakatan yang


telah dibuat perusahaan dengan pihak kreditur.
Menurut Anam (2020), dalam temuannya menyebutkan, konflik
antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas dapat
terjadi, jika pemegang saham mayoritas juga menjadi manajer di
perusahaan atau menunjuk manajer pilihannya, sehingga pemegang saham
mayoritas dapat mengambil keputusan yang hanya menguntungkannya.
Masalah keagenan tipe ini terjadi karena pengambil alihan hak-hak
investor kecil oleh pemegang saham yang memiliki kontrol yang besar.
Kebanyakan perusahaan yang dikontrol oleh pemegang saham mayoritas
melibatkan pendiri dari perusahaan keluarga.

2.1.2 Pecking Order Theory

Dalam teori ini struktur pendanaan suatu perusahaan dimulai dari


sumber dana internal, kemudian baru diikuti sumber dana eksternal, jika
sumber dana internal tidak mencukupi untuk kebutuhan kegiatan
operasional perusahaan. Menurut Murtini (2019), teori Pecking Order
menetapkan urutan keputusan pendanaan, dimana manajer menggunakan
laba ditahan terlebih dahulu, kemudian utang dan, sebagai upaya terakhir,
menerbitkan saham.
Penggunaan utang lebih disukai karena biaya yang dikeluarkan
untuk utang lebih murah dari pada menerbitkan saham baru (Sari &
Setiawan, 2021). Dengan menggunakan utang sebagai sumber pendanaan
menunjukkan bahwa adanya kenaikan dari porsi utang yang dapat
diartikan sebagai bukti bahwa perusahaan cukup yakin tentang
kemampuannya dalam menghasilkan laba pada masa yang akan datang,
sehingga hal ini direspon positif oleh pasar dibandingkan dengan
menerbitkan saham baru yang biasanya direspon negatif oleh pasar modal.
Sedangkan penerbitan saham baru dijadikan alternatif terakhir, karena
penerbitan saham baru dapat mengakibatkan pengalihan kepemilikan
mayoritas saham. Pemegang saham mayoritas yang ada umumnya tidak
14

menyukai terjadinya perpindahan kepemilikan saham mayoritas. Selain


itu, menerbitkan saham baru cukup memakan waktu dan biaya yang mahal
(Murtini, 2019).

2.1.3 Trade-Off Theory

Menurut Myers yang diungkapkan dalam Umdiana & Claudia


(2020), perusahaan akan terlilit utang sampai tingkat utang tertentu,
dimana penghematan pajak (tax shields) atas tambahan utang tersebut
sama dengan biaya kesulitan (financial distress). Tingkat utang yang
optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah
yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial
distress), yang artinya dalam penggunaan uang terdapat keseimbangan
antara manfaat dan pengorbanan yang dilakukan (Megawati et al., 2021).
Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan berusaha
untuk mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio utangnya
(Herdiyanto & Darsono, 2015). Menurut Umdiana et al. (2020), trade off
theory merupakan teori yang dimana perusahaan jika menggunakan utang
sebagai sumber investasinya dapat menguntungkan perusahaan dalam
pembayaran pajaknya, karena bunga utang dapat mengurangi jumlah pajak
yang dibayarkan oleh perusahaan. Akan tetapi, penggunaan utang juga
menimbulkan risiko kebangkrutan bagi perusahaan.

2.1.4 Kebijakan Utang

Kebijakan utang adalah kebijakan yang ditetapkan oleh manajemen


perusahaan berdasarkan pendanaan yang didapatkan dari luar perusahaan
(pihak eksternal). Menurut Puspitasari dan Manik dalam Mardiyati et al.,
(2018), kebijakan utang merupakan keputusan manajemen perusahaan
dalam menentukan besar kecilnya pendanaan melalui utang sebagai
sumber pendanaan operasional perusahaan. Utang merupakan sumber dana
perusahaan yang diperoleh dari kreditur yang dalam hal peminjamannya
15

ada perjanjian yang disepakati oleh manajemen perusahaan dengan


kreditur.
Perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah memperlihatkan
bahwa kemampuannya dalam menghasilkan laba perusahaan juga rendah,
sehingga mengakibatkan adanya peningkatan utang yang digunakan dalam
membiayai kegiatan operasional perusahaan. Pembiayaan yang dipinjam
memiliki 3 implikasi penting, yaitu:
1. Dana yang dipinjam dapat memungkinkan pemegang saham dengan
investasi terbatas untuk mempertahankan kendali atas perusahaan.
2. Kreditur menganggap ekuitas atau dana yang disimpan oleh pemilik
untuk menciptakan keamanan margin, sehingga ketika pemegang
saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka
risiko perusahaan terutama terletak pada kreditur.
3. Jika perusahaan mendapatkan pengembalian atas investasi yang
dibiayai dengan dana pinjaman lebih besar dibanding dengan
pembayaran bunga, maka pengembalian modal pemilik akan lebih
besar.

Pembiayaan eksternal berupa utang akan meningkatkan


pengawasan kreditur terhadap manajemen perusahaan. Kreditur
mengawasi manajemen perusahaan untuk mendapatkan keyakinan dan
kepercayaan atas kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
Penggunaan utang dapat membuat manajemen lebih hati-hati dalam
menggunakan asset perusahaan. Penggunaan utang juga membuat
manajemen perusahaan lebih bekerja keras dalam meningkatkan laba
untuk memenuhi kewajiban atas penggunaan utang. Selain itu, dengan
menggunakan utang perusahaan dapat mengurangi beban pajak yang
berasal dari beban bunga. Akan tetapi, sesuai dengan trade-off theory,
perusahaan harus dapat menyeimbangkan penghematan pajak dengan
biaya atau risiko yang menyebabkan kebangkrutan atas penggunaan utang
dan beban bunga yang ditimbulkannya (Yap, 2016).
16

Utang dapat dihitung dengan menggunakan Debt to Equity Ratio


(DER) (Mardiyati et al., 2018). Dalam penelitian ini juga menggunakan
Debt to Equity Ratio (DER) dalam menghitung nilai utang. Debt to Equity
Ratio (DER) dapat menunjukkan besarnya perbandingan antara total utang
dengan total modal yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Hidayat
(2018), Debt to Equity Ratio (DER) adalah ukuran yang dipakai dalam
menganalisis laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya jaminan
yang tersedia untuk kreditor. Rumus dari Debt to Equity Ratio adalah
sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio (DER) = Total Utang


Total Ekuitas

2.1.5 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam


menghasilkan laba selama jangka waktu tertentu pada tingkat penjualan,
aset, dan modal saham tertentu (Priatna, 2016). Profitabilitas suatu
perusahaan dapat dinilai dalam berbagai cara tergantung pada keuntungan
dan aset atau modal yang akan dibandingkan. Rasio profitabilitas adalah
indeks keuangan yang digunakan oleh analis dan investor untuk mengukur
dan mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atau
keuntungan yang terkait dengan pendapatan, asset neraca, biaya operasi,
dan ekuitas pemegang saham selama periode waktu tertentu. Indeks ini
menunjukkan seberapa baik perusahaan menggunakan sumber dayanya
untuk menghasilkan keuntungan dan nilai bagi pemegang saham.
Investor perusahaan dan kreditur menggunakan rasio profitabilitas
untuk menilai jumlah pendapatan investasi yang diperoleh investor dan
jumlah pendapatan perusahaan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menyelesaikan utang dengan kreditur berdasarkan tingkat
penggunaan asset dan sumber daya lainnya yang dinilai, sehingga efisiensi
perusahaan menjadi terlihat. Efektivitas dan efisiensi pengelolaan
17

tercermin dari manfaat yang dihasilkan oleh penjualan dan investasi


perusahaan. Semakin tinggi rasionya, semakin baik kondisi perusahaan.
Profitabilitas dapat mencerminkan bagaimana pertumbuhan
perusahaan dan prospeknya untuk masa yang akan datang. Profitabilitas
termasuk ke dalam faktor yang dapat mempengaruhi para investor untuk
melakukan investasi di perusahaan. Jika profitabilitas yang dimiliki
perusahaan tinggi, maka hal tersebut dapat menarik investor untuk
menanamkan dananya di perusahaan (Hanif, 2017). Akan tetapi, jika
tingkat profitabilitas perusahaan rendah atau menurun, maka hal tersebut
dapat mempengaruhi investor untuk menarik dananya dari perusahaan,
dikarenakan investor mulai meragukan kinerja dari perusahaan. Oleh
karena itu, setiap perusahaan akan berusaha untuk menjaga tingkat
profitabilitasnya agar tetap stabil dan bahkan menaikkan profitabilitasnya
untuk menarik para investor dan meningkatkan nilai perusahaan, sehingga
perusahaan dapat menjamin keberlangsungan hidupnya untuk masa yang
akan datang.
Menurut Kasmir (2019), rasio profitabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba. Rasio profitabilitas dapat memperlihatkan tingkat efektivitas
manajemen perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
penjualan dan pendapatan investasi.

Manfaat dari perhitungan rasio profitabilitas:


1) Mengetahui perhitungan laba perusahaan dalam periode akuntansi
tertentu.
2) Mengetahui besarnya perkembangan dan perubahan nilai laba
perusahaan dari waktu ke waktu.
3) Mengetahui perbandingan posisi laba perusahaan tahun ini dengan
tahun sebelumnya.
4) Mengetahui besarnya laba bersih perusahaan setelah dikurangi dengan
pajak.
18

5) Mengetahui efisiensi perusahaan dalam menangani pengelolaan modal


untuk memperoleh laba.

Menurut Mella Katrina Sari (2020), jenis-jenis dari rasio


profitabilitas adalah sebagai berikut:
a. Return On Assets (ROA)
Rasio ini disebut juga dengan rasio pengembalian atas aset. Rasio
ini digunakan untuk menilai tingkat kontribusi aset dalam
menghasilkan laba bersih perusahaan. Semakin besar tingkat hasil
pengembalian aset, maka besar juga nilai laba bersih yang dihasilkan.
Berikut rumus dari Return On Assets (ROA):

Return On Assets (ROA) = Laba Bersih


Total Aset

b. Return On Equity (ROE)


Rasio ini disebut juga dengan rasio pengembalian atas ekuitas.
Rasio ini berfungsi untuk menilai tingkat kontribusi ekuitas dalam
menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi tingkat pengembalian atas
ekuitas, maka semakin tinggi juga laba bersih yang dihasilkan dari
ekuitas yang dimiliki perusahaan. Berikut rumus yang digunakan
dalam menghitung Return On Equity (ROE):

Return On Equity (ROE) = Laba Bersih


Total Equity

c. Gross Profit Margin


Rasio ini dikenal juga dengan margin laba kotor. Rasio ini
bertujuan untuk mengukur persentase dari laba kotor atas penjualan
bersih perusahaan. Semakin tinggi tingkat margin laba kotor, maka
19

semakin tinggi juga laba kotor yang dihasilkan oleh penjualan bersih.
Berikut rumus untuk menghitung Gross Profit Margin:

Gross Profit Margin = Laba Kotor


Penjualan Bersih

d. Operating Profit Margin


Rasio ini juga dikenal dengan margin laba operasional, yaitu
rasio yang digunakan untuk mengukur persentase laba operasional
atas penjualan bersih. Semakin tinggi margin laba operasional, maka
semakin tinggi juga laba operasional yang dihasilkan oleh perusahaan
dari penjualan bersih. Berikut rumus dari Operating Profit Margin:

Operating Profit Margin = Laba Operasional


Penjualan Bersih

e. Net Profit Margin


Rasio ini dikenal juga dengan rasio margin laba bersih yang
digunakan untuk mengukur persentase laba bersih atas penjualan
bersih. Semakin tinggi nilai Net Profit Margin, maka semakin tinggi
juga laba bersih yang dihasilkan dari penjualan bersih. Berikut rumus
perhitungan dari Net Profit Margin:

Net Profit Margin = Laba Bersih


Penjualan Bersih

Salah satu rasio yang sering digunakan dalam menilai kinerja


perusahaan berdasarkan profitabilitasnya adalah Return On Assets
(ROA). Rasio ini berguna untuk mengukur sejauh mana efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya
(Priatna, 2016). Indeks pengembalian aset secara khusus
20

mengungkapkan berapa banyak laba setelah pajak yang dihasilkan


perusahaan untuk setiap nilai dari asset yang dimilikinya.

2.1.6 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham dari pihak


manajemen perusahaan yang secara aktif terlibat dalam pengambilan
keputusan perusahaan (Nuraeni & Hadiwibowo, 2019). Kepemilikan
manajerial diukur dari persentase jumlah saham yang dimiliki oleh
manajemen. Dengan adanya kepemilikan manajerial, maka kepentingan
manajer dan pemegang saham akan sama dan sejajar. Manajer akan
merasa bahwa mereka juga ikut andil dalam memiliki perusahaan,
sehingga manajer tidak akan bersikap oportunistik dan selalu berhati-hati
dalam mengambil keputusan terutama yang berhubungan dengan utang,
karena mereka juga ikut merasakan hasil dari keputusan yang mereka
ambil (Fernando & Ibrahim, 2017). Manajer akan berusaha meminimalkan
biaya keagenan untuk meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Diana dan Irianto dalam Warapsari & Suaryana (2016),
peningkatan kepemilikan manajerial akan membuat aset pribadi
manajemen lebih erat kaitannya dengan aset perusahaan, sehingga
manajemen akan berusaha untuk mengurangi risiko kehilangan
kekayaannya.
Kepemilikan saham manajerial dapat dihitung dengan membagi
jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen dengan jumlah saham yang
beredar (Mardiyati et al., 2018). Kepemilikan saham manajerial tersebut
dapat dinyatakan dengan persentase. Biasanya kepemilikan saham
manajerial yang dimiliki oleh perusahaan lebih rendah dibandingkan
dengan saham institusional. Rumus yang dapat digunakan untuk
menghitung kepemilikan manajerial adalah sebagai berikut:
Kepemilikan Manajerial = Jumlah saham kepemilikan manajerial
Jumlah saham yang beredar
21

2.1.7 Investment Opportunity Set (IOS)

Investment Opportunity Set (IOS) atau set kesempatan investasi


adalah pilihan peluang investasi untuk masa depan. Investment
Opportunity Set adalah keputusan investasi berupa kombinasi antara aset
yang ada (asset in place) dan pilihan investasi yang akan datang, dimana
peluang investasi mempengaruhi nilai suatu perusahaan dan berkaitan
dengan kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan peluang keuntungan
dibandingkan dengan yang lain yang perusahaannya setara dengan
kelompok industrinya (Kurniawan, 2019).
Menurut Brigham dan Houston dalam Naftali Prakosa (2018), suatu
perusahaan dapat memberikan dividen nol selama satu tahun karena
perusahaan membutuhkan uang untuk membiayai peluang investasi yang
baik, tetapi tahun berikutnya akan mendapatkan keuntungan yang besar,
karena peluang investasi yang buruk. Kondisi ini menunjukkan bahwa jika
perusahaan menggunakan peluang investasi, penggunaan dana eksternal
akan cendereng menurun, karena perusahaan yang memiliki peluang
investasi tinggi akan menggunakan dana internal untuk menutup dana
perusahaan.
Investment Opportunity Set (IOS) menggambarkan berbagai peluang
atau kemungkinan investasi bagi perusahaan dan tergantung kepada
pilihan expenditure (pengeluaran) untuk kepentingan masa depan
(Hidayah, 2015). Investment Opportunity Set dapat digunakan sebagai
dasar untuk menentukan tingkat pertumbuhan perusahaan dimasa depan,
apakah perusahaan dapat diklasifikasikan mengalami pertumbuhan atau
tidak. Investment Opportunity Set (IOS) adalah bentuk kesempatan
investasi yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan nilai perusahaan
di masa depan. Semakin tinggi Investment Opportunity Set (IOS), semakin
berharga nilai perusahaan di masa depan dan dinilai tinggi oleh investor
(Rahayu & Yasa, 2018). Investment Opportunity Set dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan rasio Market to Book Value Equity
22

(MVBVE). Rumus dari Market to Book Value of Equity (MVBVE) sebagai


berikut:
MVBVE = Lembar saham yang beredar x Harga saham penutupan
Total Ekuitas

2.2 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan judul penelitian ini, terdapat penelitian tentang kebijakan


utang yang sudah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Hasil dari
penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. 1
Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
1. Ginting et al. Investment Profitabilitas, Secara simultan
(2021) Opportunity Set Kepemilikan variable
Sebagai Pemoderasi Manajerial, profitabilitas,
Pengaruh Ukuran kepemilikan
Profitabilitas, Perusaahaan, manajerial, dan
Kepemilikan Kebijakan ukuran perusahaan
Manajerial, dan Utang, dan berpengaruh
Ukuran Perusahaan Investment signifikan terhadap
terhadap Kebijakan Opportunity kebijakan utang.
Utang. Set. Investment
Opportunity Set
tidak mampu
memoderasi
hubungan antara
variable
profitabilitas,
kepemilikan
manajerial, dan
23

ukuran perusahaan
terhadap kebijakan
utang.

2. Marlina & Analisis Free Cash Free Cash Free cash flow dan
Rivandi Flow, Profitabilitas, Flow, profitabilitas
(2020) Deviden, dan Ukuran Profitabilitas, berpengaruh
Perusahaan terhadap Deviden, signifikan terhadap
Leverage Perusahaan Ukuran leverage perusahaan.
dengan Investment Perusahaan, Investment
Opportunity Set Leverage Opportunity Set
Sebagai Variabel Perusahaan, tidak mempengaruhi
Moderating pada dan hubungan antara free
Sektor Trade, Investment cash flow dan
Service, dan Opportunity profitabilitas
Investment yang Set. terhadap leverage
Terdaftar Pada BEI. perusahaan.

3. Rahayu & Investment Profitabilitas, Profitabilitas tidak


Yasa (2018) Opportunity Set Kepemilikan berpengaruh negatif
(IOS) Sebagai Manajerial, terhadap kebijakan
Pemoderasi Pengaruh Kebijakan utang, sedangkan
Profitabilitas Dan Utang, dan kepemilikan
Kepemilikan Investment manajerial
Manajerial Terhadap Opportunity berpengaruh negatif
Kebijakan Utang. Set (IOS). kebijakan utang.
Investment
Opportunity Set
tidak mampu
memperkuat
24

pengaruh negatif
profitabilitas dan
memperlemah
pengaruh negatif
kepemilikan
manajerial terhadap
kebijakan utang.
4. Kurniawan Analisis Free Cash Free Cash Free cash flow
(2019) Flow dan Flow, tidaak berdampak
Profitabilitas Profitabilitas, pada kebijakan
Terhadap Kebijakan Kebijakan hutang, namun
Hutang Dengan Utang, profitabilitas
Investment Investment berdampak terhadap
Opportunity Set. Opportunity kebijakan hutang,
Set. serta free cash flow
berdampak pada
investment
opportunity set
sedangkan
profitabilitas tidak
berdampak dan
investment
opportunity set tidak
berpengaruh
terhadap kebijakan
hutang.
5. A. S. Dewi Pengaruh Free Cash Free Cash Free Cash Flow dan
(2020) Flow, Profitabilitas, Flow, ukuran perusahaan
Kebijakan Deviden, Profitabilitas, tidak berpengaruh
Dan Ukuran Kebijakan terhadap leverage,
25

Perusahaan Terhadap Deviden, sedangkan


Leverage pada Ukuran profitabilitas dan
Perusahaan Perusahaan, kebijakan deviden
Manufaktur Yang dan berpengaruh
Terdaftar Di Bursa Leverage. signifikan negatif
Efek Indonesia. terhadap leverage.
6. Tuffahati Pengaruh Profitabilitas, Profitabilitas,
(2019) Profitabilitas, Kepemilikan kepemilikan
Kepemilikan Manajerial, manajerial,
Manajerial, Kepemilikan kepemilikan
Kepemilikan Institusional, institusional,
Institusional, Kebijakan berpengaruh dengan
Terhadap Kebijakan Hutang, kebijakan hutang.
Hutang Dengan Kebijakan Kebijakan deviden
Kebijakan Deviden Deviden. tidak mampu
Sebagai Variabael memediasi pengaruh
Intervening. profitabilitas,
kepemilikan
manajerial, dan
kepemilikan
institusional
terhadap kebijakan
hutang.

7. Agustin et al. Analisis Pengaruh Free Cash Free cash flow dan
(2019) Free Cash Flow Dan Flow, profitabilitas
Profitabilitas Profitabilitas, berpengaruh
Terhadap Leverage Leverage signifikan terhadap
Perusahaan Dengan Perusahaan, leverage perusahaan.
Investment Investment Investment
26

Opportunity Set Opportunity Opportunity Set


Sebagai Variabel Set. tidak mempengaruhi
Moderating Pada hubungan antara free
Sektor Trade, cash flow dengan
Services & leverage, tetapi
Investment Yang mempengaruhi
Terdaftar Pada BEI. hubungan antara
profitabilitas dengan
leverage perusahaan.

8. Handayani Pengaruh Profitabilitas, Profitabilitas tidak


(2019) Profitabilitas dan Kepemilikan berpengaruh
Kepemilikan Saham Manajerial, terhadap kebijakan
Terhadap Kebijakan Kepemilikan hutang, tetapi
Hutang Dengan Institusional, kepemilikan
Investment Kebijakan manajerial dan
Opportunity Set Hutang, dan institusional
Sebagai Variabel Investment berpengaruh
Moderasi Perusahaan Opportunity terhaadap kebijakan
Properti Dan Real Set. utang. Investment
Estate. Opportunity Set
mampu memoderasi
pengaruh
profitabilitas,
kepemilikan
manajerial dan
institusional
terhadap kebijakan
hutang.
27

9. Murtini Pengaruh Kepemilikan Kepemilikan


(2019) Kepemilikan Manajerial, manajerial dan
Manajerial, Institusional, institusional
Institusional, Dan Profitabilitas, berpengaruh negatif
Profitabilitas dan terhadap kebijakan
Terhadap Kebijakan Kebijakan hutang, sedangkan
Hutang. Hutang. profitabilitas
berpengaruh positif
terhadap kebijakan
hutang.

10. Amalia Pengaruh Profitabilitas, Profitabilitas,


(2020) Profitabilitas, Pertumbuhan pertumbuhan
Pertumbuhan Perusahaan, perusahaan, dan
Perusahaan, Ukuran Ukuran ukuran perusahaan
Perusahaan, Dan Perusahaan, berpengaruh
Kepemilikan Kepemilikan terhadap kebijakaan
Institusional Institusional, hutang, sedangkan
Terhadap Kebijakan dan kepemilikan
Hutang Pada Kebijakan institusional tidak
Perusahaan Hutang. berpengaruh
Manufaktur. terhadap kebijakan
hutang.

2.3 Kerangka Konseptual

Gambar 2. 1
Kerangka Konseptual
Pengaruh Profitabilitas dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Utang
Dengan Investment Opportunity Set (IOS) Sebagai Variabel Moderasi
28

Profitabilitas (Pr)
H1
H3
Kebijakan Utang
Kepemilikan H2 (KU)
Manajerial (KM)

H4 H5

Investment Opportunity
Set (IOS)

2.4 Hipotesis

1. Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan utang


Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba perusahaan. Profitabilitas merupakan salah satu
faktor yang diperhatikan dalam menentukan struktur modal perusahaan.
Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi pada
umumnya menggunakan utang yang realtif kecil. Hal ini disebabkan
karena laba yang ditahan oleh perusahaan sudah memadai untuk
digunakan dalam memenuhi kegiatan operasional perusahaan dan
sebagian besar kebutuhan pendanaan termasuk investasi. Hal ini sesuai
dengan Pecking Order Theory yang menyatakan, bahwa perusahaan
lebih menyukai sumber pendanaan internal yang berasal dari laba
ditahan dari pada sumber pendanaan yang berasal dari eksternal. Apabila
dana internal yang digunakan masih belum mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan dana, perusahaan baru menggunakan sumber modal dari
pihak eksternal. Perusahaan akan menggunakan utang yang relatif kecil
karena keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak semua dibayarkan
kepada investor dalam bentuk dividen, tetapi juga disimpan dalam
29

bentuk laba ditahan yang merupakan sumber dana internal (Yap, 2016).
Semakin tinggi tingkat profitabilitas, maka semakin rendah juga
penggunaan utang sebagai sumber dana perusahaan, dan begitu juga
sebaliknya.
Penelitian yang dilakukan Amalia (2020) menunjukkan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan utang. Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Murtini (2019) yang menunjukkan
hasil bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan utang.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan hipotesis dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
H1 : Diduga profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan utang.

2. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan utang


Dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan, sangat mungkin terjadi
konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham atau yang
biasa disebut dengan konflik keagenan (agency conflict). Perusahaan
yang melakukan pemisahan fungsi manajemen dari fungsi kepemilikan
akan mudah mengalami konflik keagenan. Van Horne & Wachowicz
dalam Ginting et al. (2021), menyatakan semakin rendah rasio
kepemilikan para manajer, maka semakin kecil kecenderungan mereka
untuk bertindak secara konsisten dalam memaksimalkan kesejahteraan
para pemegang saham. Oleh karena itu, untuk mengurangi konflik
keagenan, perusahaan akan memberikan kepemilikan saham kepada para
manajer, sehingga manajer tidak akan bersikap oportunis. Kepemilikan
manajerial akan menyelaraskan terhadap kepentingan para pemegang
saham, karena manajer memiliki peran ganda, yakni sebagai pihak
manajemen yang bertanggung jawab dalam pengelolaan kegiatan
perusahaan juga sebagai pemegang saham yang ikut memiliki
perusahaan, sehingga manajer akan berhati-hati dalam setiap keputusan
yang diambilnya yang berhubungan dengan utang perusahaan (Nuraeni
& Hadiwibowo, 2019).
30

Semakin tinggi kepemilikan manajerial, maka semakin kecil


penggunaan utang sebagai sumber dana perusahaan. Dengan adanya
kepemilikan manajerial, maka manajer perusahaan akan cenderung
mengoptimalkan pemanfaatan utang untuk meminimalkan biaya
keagenan. Hasil penelitian (Tuffahati, 2019) menunjukkan bahwa
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan utang.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Handayani (2019) yang
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap
kebijakan utang. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan
hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut:
H2 : Diduga kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap kebijakan
utang.

3. Pengaruh profitabilitas dan kepemilikan manajerial terhadap


kebijakan utang secara simultan
Profitabilitas dan kepemilikan manajerial adalah unsur-unsur yang
ada di dalam perusahaan yang memiliki peranan dan pengaruh yang
penting dalam perusahaan. Profitabilitas dapat dijadikan sebagai tolak
ukur atau gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen. Kinerja
manajerial disetiap perusahaan dapat dikatakan baik, apabila tingkat
profitabilitas perusahaan yang dikelolanya tinggi atau tingkat
profitabilitasnya dapat dikatakan maksimal (Priatna, 2016). Kepemilikan
manajerial dapat berperan dalam meningkatkan nilai perusahaan,
sehingga dengan meningkatnya nilai perusahaan kemakmuran pemegang
saham juga akan meningkat (Putrianti & Suhartono, 2018). Menurut
Ginting et al., (2021), profitabilitas dan kepemilikan manajerial secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rizki (2019) yang menyatakan
bahwa kepemilikan manajerial dan profitabilitas berpengaruh terhadap
kebijakan utang secara simultan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat
disimpulkan hipotesis dari penelitian adalah sebagai berikut:
31

H3 : Diduga profitabilitas dan kepemilikan manajerial berpengaruh


secara simultan terhadap kebijakan utang.

4. Pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan utang yang dimoderasi


oleh investment opportunity set
Perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi akan lebih
memilih untuk melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan di
masa yang akan datang, sehingga hal ini juga akan berpengaruh terhadap
keputusan perusahaan yang beruhubungan dengan utang. Jika Investment
Opportunity Set semakin besar, maka peluang perusahaan untuk
melakukan investasi juga akan semakin besar. Pada saat adanya peluang
investasi akan membuat profitabilitas yang tinggi, sehingga dapat
mengurangi kebijakan utang dalam perusahaan dan perusahaan dapat
terhindar dari risiko utang yang tinggi (Rahayu & Yasa, 2018).
Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H4 : Diduga Investment Opportunity Set (IOS) diduga mampu
memoderasi hubungan antara profitabilitas dengan kebijakan utang.

5. Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan utang yang


dimoderasi oleh investment opportunity set
Kepemilikan saham oleh manajerial akan membuat manajer lebih
memperhatikan kepentingan perusahaan dengan baik dan berusaha untuk
memajukan perusahaan. Adanya Investment Opportunity Set akan
memperkuat hubungan antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan
utang. Jika Investment Opportunity Set tinggi dan kepemilikan
manajerial juga tinggi, kebijakan utang diharapkan akan menurun.
Adanya Investment Opportunity Set (IOS) yang tinggi akan
meningkatkan pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan
utang. Jika Investment Opportunity Set tinggi dan kepemilikan saham
juga meningkat, maka kebijakan utang akan menurun. Pihak manajerial
32

akan lebih memilih untuk mengambil kesempatan untuk berinvestasi dan


mendapatkan keuntungan dari pada mengambil risiko yang tinggi
dengan menggunakan utang (Rahayu & Yasa, 2018). Jika Investment
Opportunity Set rendah, maka tingkat utang akan tinggi. Berdasarkan
uraian diatas, maka dapat disimpulkan hipotesis dari penelitian adalah
sebagai berikut:
H5 : Diduga Investment Opportunity Set diduga mampu memoderasi
hubungan antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan utang.
BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN METODE

PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Manufaktur sektor indutri barang


konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2018-2020.
Dipilihnya Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai tempat penelitian
dikarenakan Bursa Efek Indonesia merupakan bursa pertama di Indonesia
yang memiliki data terlengkap mengenai sejumlah perusahaan dan telah
terorganisir dengan baik.

3.1.1 Sejarah Lokasi Penelitian

Bursa efek pertama di Indonesia dibentuk pada Desember 1912 di


Batavia atau yang dikenal sekarang dengan nama Jakarta oleh Pemerintah
Hindia Belanda. Selama Perang Dunia I pada tahun 1914-1918, bursa efek
di Batavia ditutup. Bursa Efek Jakarta kembali dibuka pada tanggal 10
Agustus 1977 yang dijalankan dibawah BAPEPAM yang ditandai dengan
go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Perdagangan di
bursa efek sangat lesu pada tahun 1977-1987. Jumlah emiten hingga 1987
baru mencapai 24. Dibandingkan dengan instrumen pasar modal
masyarakat lebih memilih instrumen perbankan. Pada tahun 1987, Paket
Desember 1987 (PAKDES 87) diperkenalkan, sehingga memudahkan
perusahaan untuk melakukan penawaran umum perdana dan bagi investor
asing untuk berinvestasi di Indonesia. Pada tahun 1988-190 Paket
Deregulasi bank dan pasar modal diluncurkan. Pintu Bursa Efek Jakarta
(BEJ) terbuka untuk asing dan aktivitas bursa mulai meningkat. Pada
tanggal 2 Juni 1988, Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) dan

33
34

organisasinya terdiri dari broker dan dealer. Pada bulan Desember 1988,
pemerintah meluncurkan Paket Desember 1988 (PAKDES 88) yang
memfasilitasi pencatatan perusahaan (kemudahan perusahaan untuk go
public), serta beberapa langkah lain yang berdampak positif pada
pertumbuhan pasar modal.
Bursa Efek Surabaya mulai beroperasi dan dikelola oleh PT swasta,
Bursa Efek Surabaya pada tahun 1989. UU No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal dikeluarkan pemerintah pada tanggal 10 November 1995. UU
ini mulai berlaku pada bulan Januari 1996. Pada tahun 1995 Bursa Efek
Paralel Indonesia melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya. Pada
30 November 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek Jakarta
(BEJ) bergabung dan berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI),
dan pada 8 Oktober 2008 diberlakukan penghentian sementara kegiatan
usaha. Pada tanggal 10 Agustus 2009, Penilai Harga Efek Indonesia
(PHEI) didirikan oleh pemerintah. Bursa Efek Indonesia meluncurkan
system perdagangan baru yang dinamakan JATS-NextG. Beberapa badan
lain juga dibentuk untuk meningkatkan kegiatan usaha, seperti pendirian
PT Indonesian Capital Market Electronic Library (ICaMEL) pada Agustus
2011. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Januari 2012 dan, pada akhir
2012, Securities Investor Protection Fund (SIPF), dan Prinsip Syariah dan
Mekanisme Perdagangan Syariah juga telah diperkenalkan. BEI juga telah
melakukan beberapa pembaharuan, yaitu pembaruan jam perdagangan
tanggal 2 Januari 2013 dan Lot Size dan Tick Price disesuaikan lagi pada
tahun berikutnya, dan pada tahun 2015 TICMI bergabung dengan
ICaMEL.
Bursa Efek Indonesia juga meluncurkan kampanye “Yuk Nabung
Saham” yang ditujukan kepada seluruh masyarakat Indonesia agar mau
memulai investasi di pasar modal. BEI pertama kali memperkenalkan
kampanye tersebut pada tanggal 12 November 2015, dan kampanye ini
masih berlanjut sampai sekarang. Pada tahun yang sama LQ-45 Index
Futures juga diresmikan. Pada tahun 2016, Tick Size dan batas
35

Autorejection disesuaikan kembali, IDX Channel diluncurkan, dan tahun


ini BEI turut menyukseskan kegiatan Tax Amnesty dan meresmikan Go
Public Information Center. Pada 2017, IDX Incubator diresmikan,
relaksasi marjin, dan pembukaan Indonesia Securities Fund. Pada tahun
2018 lalu, Sistem Perdagangan dan New Data Center telah diperbaharui,
memperkenalkan pemrosesan Transaksi T+2 (T+2 Settlement) dan
Penambahan layar informsi khusus pada kode Perusahaan yang terdaftar.

3.1.2 Struktur Organisasi

Gambar 3. 1
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Sumber : www.idx.co.id

3.1.3 Uraian Job Description

Berikut adalah uraian dari struktur organisasi yang terdapat di Bursa


Efek Indonesia:
1. Direktur Utama
36

Direktur Utama bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para


direktur, serta kegiatan-kegiatan Satuan Pemeriksa Internal, Divisi
Pengelolaan Strategi Perusahaan dan Anak Usaha, Divisi Hukum, dan
Sekretaris Perusahaan.

2. Direktorat Pengembangan
Direktur pengembangan bertanggung jawab atas kegiatan
operasional yang terkait dengan Pengelolaan riset pasar modal dan
ekonomi, Pengembangan produk dan usaha, Kegiatan pemasaran,
Kegiatan edukasi dan sosialisasi, serta melakukan koordinasi dengan
divisinya yang terdiri dari Divisi Riset, Divisi Pengembangan Bisnis,
Divisi Inkubasi Bisnis, Divisi Pengembangan Pasar, dan Divisi Pasar
Modal Syariah.

3. Direktorat Penilaian Perusahaan


Direktur penilai perusahaan bertanggung jawab atas kegiatan
operasional yang berkaitan dengan Penilaian pendahuluan perusahaan,
Pencatatan perusahaan, Penilaian keterbukaan perusahaan, Penelaahan
aksi korporasi perusahaan, Pembinaan emiten termasuk edukasi
perusahaan, serta melakukan koordinasi kerja dengan divisinya yang
terdiri dari Divisi Layanan dan Pengembangan Perusahaan Tercatat,
Divisi Penilaian Perusahaan 1, Divisi Penilaian Perusahaan 2, dan
Divisi Penilaian Perusahaan 3.

4. Direktorat Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa


Direktur ini bertanggung jawab dalam kegiatan operasional
Perdagangan saham, Perdagangan informasi data feed, Perdagangan
surat utang dan derivative, serta pelaporan transaksi surat utang.
Direktur ini juga bertanggung jawab atas pengelolaan aktivitas-aktivitas
yang terkait dengan anggota bursa dan partisipan sebagai berikut: 1.
Pengkajian terhadap persyaratan keanggotaan, 2. Kewajiban Pelaporan,
37

3. Pelatuhan dan Pendidikan, 4. Pengawasan khusus terhadap anggota


bursa. Direktur juga melakukan koordinasi dengan divisinya yang
terdiri dari Divisi Pengaturan dan Pemantauan Anggota Bursa dan
Partisipan, Divisi Layanan Data, dan Divisi Operasional Perdagangan.

5. Direktorat Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan


Direktur pengawasan transaksi dan kepatuhan bertanggung jawab
untuk Memastikan dan mengkoordinasikan kegiatan pengawasan dan
analisis terhadap aktivitas perdagangan efek di bursa untuk
mewujudkan perdagangan efek yang wajar dan teratur, sehingga dapat
menjaga integritas dan kredibilitas bursa efek dan pasar modal. Direktur
juga melakukan koordinasi dengan divisinya yang terdiri dari Divisi
Kepatuhan Anggota Bursa dan Divisi Pengawasan Transaksi.

6. Direktorat Teknologi Informasi dan Manajemen Resiko


Direktur ini bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang
berkaitan dengan Pengembangan solusi bisnis teknologi informasi,
Operasional teknologi informasi, Manajemen resiko, Pengelolaan
database manajemen, dan melakukan koordinasi tugas dengan divisinya
yang terdiri dari Divisi Strategi dan Transformasi Digital, Divisi
Pengembangan TI, Divisi Operasional TI, dan Manajemen Resiko.

7. Direktorat Keuangan dan Sumber Daya Manusia


Direktur ini bertanggung jawab dalam kegiatan operasional yang
berkaitan dengan Pengelolaan keuangan perusahaan, Pengelolaan dan
pengembangan sumber daya manusia, Pengelolaan administrasi dan
kegiatan umum lainnya, serta melakukan koordinasi dengan divisinya
yang terdiri dari Divisi Keuangan dan Akuntansi, Divisi Sumber Daya
Manusia, dan Divisi Umum.
38

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah Studi Dokumen


Sekunder dengan meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk
bahan analisis dan Studi Kepustakaan dengan membaca dan mempelajari
buku-buku, serta sumber bacaan lainnya yang memuat teori-teori yang
berhubungan sebagai sumber informasi untuk penelitian yang dilakukan.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik


dokumentasi dengan metode kepustakaan. Data yang digunakan adalah
data sekunder yang menggambarkan keadaan atau kegiatan di dalam
perusahaan dan menggunakan data kuantitatif. Data dikumpulkan dan
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi periode tahun 2018-2020 yang diterbitkan oleh Bursa
Efek Indonesia (BEI) di situs resminya www.idx.co.id.

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif yang menunjukkan angka yang pasti yang tergantung pada
waktu pengumpulannya, data ini termasuk dalam tipe Data Time
Series, yaitu data yang diambil dalam jangka waktu tertentu dan data
yang dikumpulkan secara urut dalam waktu lebih dari satu tahun.

2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data
sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain atau sumber lain
yang telah ada. Dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh
berasal dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur sektor
39

industri barang konsumsi periode 2018-2020 yang dirilis resmi oleh


bursa efek Indonesia. Data dikumpulkan dengan cara mengunduhnya
dari situs web Bursa Efek Indonesia.

3.2.4 Populasi dan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas


obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Prof. Dr. Sugiyono, 2019). Populasi dalam penelitian ini
adalah Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2018-2020. Sampel
merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Prof. Dr. Sugiyono, 2019). Penentuan sampel dalam penelitian
ini didasarkan pada metode Purposive Sampling, yaitu sampel yang dipilih
dengan pertimbangan tertentu atau kriteria tertentu yang sesuai dengan
masalah dan tujuan penelitian.

Adapun kriteria yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai


berikut:
1. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2018-2020.
2. Perusahaan manufaktur sektor industi barang konsumsi yang
menerbitkan laporan keuangan tahunan secara urut dari tahun 2018-
2020.
3. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi periode tahun
2018-2020 yang memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-
variabel yang digunakan dalam penelitian.
40

Tabel 3. 1
Kriteria Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah
1. Perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 54
Periode Tahun 2018-2020.
2. Perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang tidak menerbitkan laporan (3)
keuangan secara urut dari tahun 2018-2020.
3. Perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi periode tahun 2018-2020 yang tidak (33)
memiliki data yang lengkap terkait dengan
variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian.
Jumlah Sampel 18
Sumber : Data Diolah

Dari tabel 3.1 dapat disimpulkan bahwa Perusahaan Manufaktur


Sektor Industri Barang Konsumsi Periode Tahun 2018-2020 yang
memenuhi kriteria sampel penelitian adalah sebanyak 18 perusahaan. Jadi
total sampel penelitian secara keseluruhan adalah 18 perusahaan x 3 tahun
penelitian = 54 sampel.

Berikut adalah daftar perusahaan yang menjadi sampel penelitian:

Tabel 3. 2
Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel Dalam Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan
1. CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk
2. GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk
3. HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk
4. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
41

5. MYOR Mayora Indah Tbk


6. SKBM Sekar Bumi Tbk
7. SKLT Sekar Laut Tbk
8. STTP Siantar Top Tbk
9. ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Trading Company
Tbk
10. GGRM Gudang Garam Tbk
11. WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
12. KLBF Kalbe Farma Tbk
13. PEHA Phapros Tbk
14. TSPC Tempo Scan Pasific Tbk
15. KINO Kino Indonesia Tbk
16. UNVR Unilever Indonesia Tbk
17. CINT Chitose International Tbk
18. WOOD Integra Indocabinet Tbk

3.2.5 Defenisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu variabel dependen,


yaitu kebijakan utang, dua variabel independen yang terdiri dari
profitabilitas dan kepemilikan manajerial, dan satu variabel moderasi yaitu
investment opportunity set.

1. Variabel Independen (X)


a. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan indeks yang digunakan untuk
mengukur kapabilitas perusahaan dalam menghasilkan laba selama
periode waktu tertentu. Perusahaan dengan kemampuan
menghasilkan laba yang baik menunjukkan kinerja perusahaan
yang baik karena profitabilitas sering dijadikan sebagai tolak ukur
untuk menilai kinerja suatu perusahaan (Priatna, 2016).
42

Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini


adalah rasio Return On Asset (ROA). Return On Asset (ROA)
merupakan rasio laba bersih terhadap total aset yang mengukur
pengembalian atas total aset setelah bunga dan pajak. Menurut
Mella Katrina Sari (2020), untuk menghitung Return On Asset
(ROA) dapat digunakan rumus sebagai berikut:

ROA = Laba Bersih x 100%


Total Aset

Rasio ini dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan, asset, dan modal
saham tertentu. Perhitungan rasio ROA ini sangat bermanfaat
untuk mengevaluasi dan menilai kinerja perusahaan mengenai
keuntungan yang dihasilkan terhadap asset yang dimiliki. Rasio
Return On Asset (ROA) adalah rasio yang dapat memberikan
pengukuran lebih baik atas profitabilitas, karena rasio ini
memperlihatkan efektivitas manajemen perusahaan dalam
menggunakan aset untuk memperoleh pendapatan (Priatna, 2016).
Semakin tinggi laba bersih yang dihasilkan terhadap asset, semakin
meningkat juga nilai dari ROA. Semakin tinggi nilai rasionya,
maka semakin bagus kinerja perusahaan.

b. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham
perusahaan oleh manajer atau dengan kata lain manajer berperan
juga sebagai pemegang saham (T. Wahyuningsih, 2020).
Informasi tentang kepemilkan saham oleh pihak manajer
ditampilkan dalam catatan atas laporan keuangan. Menurut
Nuraeni & Hadiwibowo (2019), rasio kepemilikan manajerial
dapat diukur dengan persentase saham yang dimikili manajemen
43

pada akhir tahun. Untuk mengukur kepemilikan manajerial dalam


penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

Kepemilkan manajerial : Jumlah saham yang dimiliki manajer


x100%
Jumlah saham yang beredar

2. Variabel Dependen (Y)


Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan utang.
Kebijakan utang dapat dinilai dengan menggunakan rasio Debt to
Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang
mengukur tingkat utang terhadap modal yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini dapat menilai kemampuan perusahaan untuk menggunakan
modal yang berasal dari pinjaman dalam menunjang kegiatan
perusahaan. Besar kecilnya Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap
besar kecilnya resiko dari suatu perusahaan tersebut. Menurut Hanif
(2017) Debt to Equity Ratio menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi semua kewajibannya yang dinyatakan dengan
penggunaan beberapa modal sendiri untuk membayar utang. Semakin
tinggi Debt to Equity Ratio suatu perusahaan, maka semakin tinggi
utang yang dimiliki perusahaan. Rumus dari Debt to equity Ratio
menurut Kasmir (2019) adalah sebagai berikut:

Debt to Equity Ratio = Total Kewajiban x 100%


Total Ekuitas

3. Variabel Moderasi (Z)


Variabel moderasi dari penelitian ini adalah Investment
Opportunity Set. Untuk melakukan investasi, suatu perusahaan
membutuhkan suatu kesempatan atau peluang untuk mewujudkan
tujuannya mendapatkan laba yang besar di masa depan. Investment
44

Opportunity Set adalah pilihan investasi yang tersedia bagi perusahaan


untuk dilakukan. Investment Opportunity Set mempengaruhi cara
perusahaan dinilai oleh manajer, pemilik investor, dan kreditor.
Investment Opportunity Set merupakan pilihan-pilihan investasi yang
dapat dimanfaatkan oleh perusahaan, yang diharapkan dapat
menghasilkan return yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan
nilai perusahaan (Susilo et al., 2018). Perusahaan akan memiliki
peluang untuk berkembang jika dapat memanfaatkan Investment
Opportunity Set dengan baik.
Menurut Rahayu & Yasa (2018) Investment Opportunity Set dapat
diukur dengan menggunakan proksi berdasarkan harga yaitu rasio
Market to Book Value Equity (MVBVE). Rasio ini mengukur penilaian
pasar keuangan terhadap manajemen dan organisasi perusahaan sebagai
going concern. Perusahaan yang dikelola dengan baik dan beroperasi
secara efisien dapat memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dari pada
nilai buku asetnya. Menurut Brigham & Ehrhardt dalam (Ginting et al.,
2021), Market to Book Value of Equity dianggap baik jika diatas dari
1,8. Rumus dari Market to Book Value of Equity (MVBVE) sebagai
berikut:

MVBVE = Lembar saham yang beredar x Harga saham penutupan


Total Ekuitas

Tabel 3. 3
Definisi Operasional Variabel
No. Nama Variabel Definisi Variabel Pengukuran
1. Profitabilitas Merupakan ROA:
perbandingan antara
laba setelah pajak Laba Bersih x 100%
dengan nilai total aset Total Aset
2. Kepemilikan Merupakan KM:
Manajerial perbandingan antara
lembar saham yang Jumlah saham manajer
dimiliki oleh manajer Jumlah saham beredar
dengan jumlah saham
45

yang beredar.
3. Kebijakan Utang Merupakan DER:
perbandingan antara
total kewajiban Total Utang
dengan total ekuitas Total Ekuitas
4. Investment Menggunakan proksi MVBVE:
Opportunity Set MVBVE yang
membandingkan Lembar saham yang
perkalian lembar beredar x Harga saham
saham yang beredar penutupan / Total Ekuitas
dan harga penutupan
dengan total ekuitas

3.2.6 Metode Analisis

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian untuk


menganalisis data dan menguji hipotesis yaitu dengan menggunakan
statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis dengan
menggunakan bantuan Microsoft Excel dan Software Eviews vers 10.

1) Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan analisis statistik dengan
memberikan gambaran secara umum mengenai karakteristik dari
masing-masing variabel penelitian yang dilihat dari ukuran pemusatan
data, seperti nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar
deviasi.

2) Uji Asumsi Klasik


Untuk melakukan uji asumsi klasik terhadap penelitian dilakukan
melalui uji normalitas data, uji multikoliniearitas, uji
heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas Data


Uji normalitas adalah pengujian tentang kenormalan
distribusi data. Uji normalitas data bertujuan untuk
46

memperlihatkan bahwa sampel yang diambil dari populasi


berdistribusi normal (Perdana, 2016).

2. Uji Multikoliniearitas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk mengetahui apakah
dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau
sempurna antar variabel independen (Ghozali & Ratmono, 2018).
Jika terdapat multikolinearitas dalam model maka model tersebut
memiliki standar eror yang besar sehingga koefisien tidak dapat
ditaksir dengan akurasi yang tinggi.

3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan pengujian asumsi klasik
yang digunakan untuk melihat apakah terdapat penyimpangan
asumsi pada model regresi. Menurut (Perdana, 2016), uji
heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui ketidaksamaan
varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya.

4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode tertentu dengan kesalahan pengganggu pada periode
sebelumnya (Perdana, 2016).

3) Analisis Regresi Berganda dengan Efek Moderasi (Moderated


Regression Analysis / MRA)
Analisis regresi merupakan suatu metode atau teknik analisis
hipotesis penelitian untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variel
satu dengan variabel lainnya yang dinyatakan dalam bentuk
persamaan matematik (regresi). Dalam penelitian ini teknik analisis
yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda yang di dalam
persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau
47

lebih variabel independent). Persamaan analisis regresi moderasinya


adalah sebagai berikut:
KU = α + β1Pr + β2KM + β3IOS + β4Pr*IOS+ β5KM*IOS+ ℯ
Keterangan:
KU = Kebijakan Utang
α = Konstanta
β1 β2 β3 β4 β5 = Koefisien regresi
Pr = Profitabilitas
KM = Kepemilikan Manajerial
IOS = Investment Opportunity Set
Pr*IOS = Interaksi profitabilitas dengan Investment Opportunity Set
KM*IOS = Interaksi kepemilikan manajerial dengan Investment
Opportunity Set
ℯ = Error

3.2.7 Metode Pengujian Hipotesis

1. Uji Koefisien Determinasi


Koefisien determinasi (R2) adalah ukuran seberapa besar model
mampu menginterpretasikan perubahan variabel dependen (Ghozali &
Ratmono, 2018). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan
satu. Nilai R2 bervariasi dari 0 hingga 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Jika nilai R2
mendeteksi atau mendekati 1, artinya variabel independen dapat
memberikan hampir semua informasi untuk memprediksi variabel
dependen. Sedangkan jika R2 kecil berarti kemampuan variabel
independen dalam menginterpretasikan variabel dependen sangat
terbatas.

2. Uji t
Uji t dikenal dengan uji parsial, yaitu untuk menguji bagaimana
pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri
terhadap variabel terikatnya. Uji t pada dasarnya menunjukkan
48

seberapa jauh pengaruh satu variabel independent terhadap variabel


dependen dengan menganggap variabel independent lainnya konstan
(Ghozali & Ratmono, 2018). Uji ini dapat dilakukan dengan
membandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom
signifikansi pada masing-masing t hitung.

Langkah-langkah untuk menguji hipotesis dengan uji t:


1) Menentukan Ho dan Ha
Ho : β1 = β2 = β3 = 0 (Tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen dan variabel dependen)
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 = 0 (terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen dan variabel dependen)
2) Menentukan level of significance
Level of Significance (tingkat signifikan) yang digunakan sebesar
5% atau (α) = 0,05
3) Menentukan nilai t (t hitung)
Melihat nilai t hitung dan membandingkannya dengan t tabel
4) Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan Ho
Jika signifikansi < 0,05 maka Ho tidak didukung dan Ha
didukung. Jika signifikansi > 0,05 maka Ho didukung dan Ha
tidak didukung.

3. Uji F
Uji F adalah uji untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua
variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya
atau untuk menguji apakah model regresi yang dibuat baik/signifikan
atau tidak baik/non signifikan (Ghozali & Ratmono, 2018). Uji F
merupakan metode pengujian statistika yang bertujuan untuk
menentukan kecermatan dari metode yang dipakai, yaitu menentukan
besar kecilnya variansi dari metode pengujian yang dilakukan secara
berulang.
49

Langkah-langkah untuk melakukan uji F:


1) Menentukan hipotesis
Ho : β1 = β2 = β3 = 0 (Tidak ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen dan variabel dependen)
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 = 0 (terdapat pengaruh yang signifikan antara
variabel independen dan variabel dependen)
2) Menetukan level of significance
3) Level of Significance (tingkat signifikan) yang digunakan sebesar
5% atau (α) = 0,05
4) Melihat nilai F hitung
Melihat nilai F hitung dan membandingkannya dengan F tabel
5) Menentukan kriteria penerimaan dan penolakan Ho
Jika nilai signifikan <0,05 maka Ho tidak didukung dan Ha
didukung.
Jika nilai Signifikan > 0,05 maka Ho didukung dan Ha tidak
didukung.
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, P., Sutra, A., Sekolah, D., Ilmu, T., & Kbp, E. (2019). ANALISIS
PENGARUH FREE CASH FLOW DAN PROFITABILITAS TERHADAP
LEVERAGE PERUSAHAAN DENGAN INVESMENT OPPORTUNITY SET
SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA SEKTOR TRADE, SERVICES
&INVESTMENT YANG TERDAFTAR PADA BEI.
Amalia, N. (2020). PENGARUH PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN
PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN KEPEMILIKAN
INSTITUSIONALTERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR.
Anam, K. (2020). PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG
TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN. http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/37965
Dewi, A. S. (2020). Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Kebijakan Deviden,
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Leverage Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Pundi, 4.
Dewi, P. S. M. Y., & Wirama, D. G. (2017). PECKING ORDER THEORY:
PENGARUH PROFITABILITAS DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN
PADA KEPUTUSAN PENDANAAN PERUSAHAAN. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana, 18.
Fatmawatie, N. (2015). Pengaruh struktur modal dan kebijakan dividen terhadap
biaya keagenan dan nilai perusahaan : studi pada perusahaan yang tercatat
pada Bursa Efek Indonesia.
Fernando, A., & Ibrahim, M. (2017). PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN
MANAGERIAL, INSTITUSIONAL DAN PROFITABILITAS TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SEKTOR KIMIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.
In JOM FISIP (Vol. 4, Issue 2).
Ghozali, I., & Ratmono, D. (2018). ANALISIS MULTIVARIAT DAN
EKONOMETRIKA Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan EViews 10 (2nd ed.).
Universitas Diponegoro.
Ginting, S., Larosa, S. E., & Pandia, S. E. N. S. (2021). Investment Opportunity
Set sebagai Pemoderasi Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Manajerial, dan
Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Utang. JURNAL AKUNTANSI DAN
BISNIS : Jurnal Program Studi Akuntansi, 7(1), 23–32.
https://doi.org/10.31289/jab.v7i1.4289
Handayani, K. D. (2019). PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEPEMILIKAN
SAHAM TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG DENGAN INVESTMENT
OPPORTUNITY SET SEBAGAI VARIABEL MODERASI PERUSAHAAN
PROPERTI DAN REAL ESTATE.

50
51

Hanif, M. (2017). PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO, RETURN ON


ASSET, FIRM SIZE, DAN EARNING PER SHARE TERHADAP
DIVIDEN PAYOUT RATIO. In Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi
Akuntansi (JIMEKA) (Vol. 2, Issue 1).
Herdiyanto, W. S., & Darsono. (2015). PENGARUH STRUKTUR UTANG
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur Tahun 2011-2013). http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/accounting
Hidayah, N. (2015). PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS)
DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTAT DI BURSA EFEK
INDONESIA.
Hidayat, W. W. (2018). DASAR-DASAR ANALISA LAPORAN KEUANGAN (F.
Fabri, Ed.). Uwais Inspirasi Indonesia.
Kasmir. (2019). Analisis Laporan Keuangan. PT RajaGrafindo Persada.
Kurniawan, A. (2019). ANALISIS FREE CASH FLOW DAN
PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG DENGAN
INVESTMENT OPPORTUNITY SET (Studi pada Perusahaan Manufaktur
di BEI periode 2012 s/d 2016). UPAJIWA Jurnal Online Ekonomi, Bisnis
Dan Manajemen Daulat Rakyat , 3(2).
Mardiyati, U., Qothrunnada, & Kurnianti, D. (2018). PENGARUH
KEPEMILIKAN MANAJERIAL, STRUKTUR AKTIVA, UKURAN
PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PENJUALAN DAN
PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN UTANG PADA
PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2012 – 2016. Jurnal Riset
Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), 9(1).
Marlina, M., & Rivandi, M. (2020). ANALISIS FREE CASH FLOW,
PROFITABILITAS, DEVIDEN DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP LEVERAGE PERUSAHAAN DENGAN INVESMENT
OPPORTUNITY SET SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA
SEKTOR TRADE, SERVICE & INVESMENT YANG TERDAFTAR
PADA BEI. JURNAL PUNDI, 3(3), 171.
https://doi.org/10.31575/jp.v3i3.187
Megawati, F. T., Umdiana, N., & Nailufaroh, L. (2021). FAKTOR-FAKTOR
STRUKTUR MODAL MENURUT TRADE OFF THEORY. Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan, 26(1), 55–67.
https://doi.org/10.23960/jak.v26i1.255
Mella Katrina Sari, SST. , M. M. (2020). Analisis Laporan Keuangan. Politeknik
Negeri Semarang.
Murtini, U. (2019). PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,
INSTITUSIONAL, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN
HUTANG.
Naftali Prakosa, A. (2018). PENGARUH KESEMPATAN INVESTASI,
KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, LEVERAGE, DAN GROWTH
52

TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN SEKTOR FOOD


AND BEVERAGE.
Nuraeni, S., & Hadiwibowo, I. (2019). PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN
KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN PROFITABILITAS TERHADAP
KEBIJAKAN HUTANG (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Sub
Sektor Food and Beverages Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2016-
2018). Jurnal Proaksi, 6(2).
Perdana, E. (2016). Olah Data Skripsi Dengan SPSS 22 (Christianingrum, Ed.).
LAB KOM MANAJEMEN FE UBB.
Priatna, H. (2016). PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN DENGAN
RASIO PROFITABILITAS. AKURAT Jurnal Ilmiah Akuntansi, 7(2), 44–53.
Prof. Dr. Sugiyono. (2019). METODE PENELITIAN KUANTITATIF
KUALITATIF dan R&D (Sutopo, Ed.; Kedua). ALFABETA.
Putrianti, F., & Suhartono, S. (2018). PERAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL
SEBAGAI MEKANISME PENINGKATAN KUALITAS LABA DAN NILAI
PERUSAHAAN. https://www.researchgate.net/publication/328382308
Rahayu, A. P., & Yasa, G. W. (2018). INVESTMENT OPPORTUNITY SET
(IOS) SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH PROFITABILITAS DAN
KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN UTANG. E-
Jurnal Akuntansi, 856. https://doi.org/10.24843/eja.2018.v22.i02.p02
Rizki, M. N. (2019). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada
Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2013-2015. 2(1).
Sadewa, A., & Hikmah, K. (2021). PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY
SET (IOS) DALAM MEMEDIASI KEUNGGULAN PERUSAHAAN
TERHADAP KEBIJAKAN PENDANAAN PADA PERUSAHAAN
TERINDEKS LQ45.
Sari, P. D., & Setiawan, M. A. (2021). Pengaruh Tangibility, Pertumbuhan
Perusahaan, Resiko Bisnis dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang
(Studi Empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2019 ). Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 3,
384–399.
Sejati, F. R., Ponto, S., Prasetianingrum, S., Sumartono, S., & Sumbari, N. N.
(2020). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen. Berkala
Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 5(2), 110.
https://doi.org/10.20473/baki.v5i2.21480
Susilo, H., Dhiana P, P., & Andini, R. (2018). PENGARUH KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, FREE CASH FLOW, DAN INVESTMENT
OPPORTUNITY SET TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN
KEBIJAKAN HUTANG SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi
Kasus Pada Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di BEI Periode
2013-2016). Jurnal Ilmiah Mahasiswa S1 Akuntansi UNPAND, 4.
Tuffahati, R. (2019). PENGARUH PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN
MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN
53

HUTANG DENGAN KEBIJAKAN DEVIDEN SEBAGAI VARIABEL


INTERVENING.
Umdiana, N., & Claudia, H. (2020). Struktur Modal Melalui Trade Off Theory.
Jurnal Akuntansi Kajian Ilmiah Akuntansi (JAK), 7(1), 52.
https://doi.org/10.30656/jak.v7i1.1930
Umdiana, N., Lupita, D., Universitas, S., & Raya, S. (2020). ANALISIS
KEPUTUSAN PENDANAAN TERHADAP STRUKTUR MODAL
MELALUI TRADE OFF THEORY. Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas
Pamulang, 8(2). http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JIA
Wahyuningsih, D. (2020). PENGARUH STRUKTUR GOOD CORPORATE
GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN DAN
MANAJEMEN LABA. Jurnal Akuntansi Trisakti, 7(2), 287.
https://doi.org/10.25105/jat.v7i2.6254
Wahyuningsih, T. (2020). PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL,
PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN DAN STRUKTUR
AKTIVA TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG.
Warapsari, A. A. A. U., & Suaryana, I. G. N. A. (2016). PENGARUH
KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN INSTITUSIONAL TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN UTANG SEBAGAI
VARIABEL INTERVENING. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 16.
Yap, S. (2016). PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, RASIO
KEUANGAN, CORPORATE TAX RATE DAN NON-DEBT TAX SHIELD
TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN FOOD AND
BEVERAGES (Vol. 18, Issue 2). http://www.tsm.ac.id/JBA

Anda mungkin juga menyukai