Anda di halaman 1dari 14

PROFIL INDIKATOR MUTU UNIT FARMASI

1. Kejadian kesalahan pembacaan resep obat


Judul Indikator Kejadian kesalahan pembacaan resep obat
Dasar Pemikiran Undang-Undang mengenai Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Mutu dan Keselamatan Pasien
Tujuan Terwujudnya pelayanan obat kepada pasien yang efektif
dan efisien serta mencegah adanya kekeliruan dalam
pemberian obat ke pasien
Definisi Operasional Resep adalah permintaan tertulis kepada apoteker dari
dokter atau dokter gigi agar memberikan obat kepada
pasien berdasarkan peraturan perundang- undangan yang
berlaku
Jenis Indikator Proses dan outcome
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah kejadian kesalahan pembacaan resep obat
Denominator (penyebut) Jumlah keseluruhan resep obat yang beredar di Rumah
Sakit
Target Pencapaian 0%
Kriteria: Kriteria Inklusi:
kejadian kesalahan pembacaan resep obat di dalam rumah
sakit
Kriteria Eksklusi:
-
Formula Jumlah kejadian kesalahan pembacaan
resep obat x 100 %
Jumlah keseluruhan resep obat yang beredar di Rumah
Sakit
Metode Pengumpulan Data Retrospektif
Sumber Data Lembar resep di farmasi
Instrumen Pengambilan Formulir kejadian kesalahan pembacaan resep obat
Data
Besar Sampel Total populasi
Cara Pengambilan Sampel Probability Sampling
Periode Pengumpulan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Triwulan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Farmasi

2. Kepatuhan penggunaan formularium nasional


Judul Indikator Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional
Dasar Pemikiran Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Formularium
Nasional.
Kepatuhan terhadap formularium dapat meningkatkan
efisiensi dalam penggunaan obat-obatan.
Formularium rumah sakit disusun berdasarkan masukan-
masukan pemberi layanan, dan pemilihannya berdasarkan
kepada mutu obat, rasio risiko dan manfaat, berbasis bukti,
efektivitas dan efisiensi. Pengadaan obat-obatan di rumah
sakit mengacu pada formularium rumah sakit.
Dimensi Mutu Efisien dan efektif
Tujuan Terwujudnya pelayanan obat kepada pasien yang efektif
dan efisien berdasarkan daftar obat yang mengacu pada
formularium nasional.
Definisi Operasional Formularium Nasional merupakan daftar obat terpilih yang
dibutuhkan dan digunakan sebagai acuan penulisan resep
pada pelaksanaan pelayanan kesehatan dalam
penyelenggaraan program jaminan kesehatan.
Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional adalah
peresepan obat (R/: recipe dalam lembar resep) oleh DPJP
kepada pasien sesuai daftar obat di Formularium Nasional
dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan.
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah R/ recipe dalam lembar resep yang sesuai dengan
formularium nasional
Denominator (penyebut) Jumlah R/ recipe dalam lembar resep yang diobservasi
Target Pencapaian ≥ 80%
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Resep yang dilayani di RS
Kriteria Eksklusi:
Obat yang diresepkan di luar FORNAS tetapi dibutuhkan
pasien dan telah mendapatkan persetujuan komite medik
dan direktur.
Bila dalam resep terdapat obat di luar FORNAS karena stok
obat nasional berdasarkan e-katalog habis/kosong.
Formula Jumlah R / recipe dalam lembar resep yang
sesuai dengan formularium nasional
x 100 %
Jumlah R / recipe dalam lembar resep yang di
observasi
Metode Pengumpulan Data Retrospektif
Sumber Data Lembar resep di Instalasi Farmasi
Instrumen Pengambilan Formulir Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional
Data
Besar Sampel Total sampel (apabila jumlah populasi ≤ 30)
Rumus Slovin (apabila jumlah populasi > 30)
Cara Pengambilan Sampel Probability Sampling – Simple Random Sampling /
Systematic Random Sampling
Periode Pengumpulan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Farmasi

3. Kepatuhan pelabelan obat high alert


Judul Indikator Kepatuhan pelabelan obat high alert
Dasar Pemikiran Undang-Undang mengenai Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Mutu dan Keselamatan Pasien
Tujuan Mengurangi atau menghilangkan kejadian resiko
medication error akibat obat-obat dengan kewaspadaan
tinggi atau “High Alert”
Definisi Operasional Obat dengan kewaspadaan tinggi (High Alert) adalah obat-
obat secara signifikan beresiko membahayakan pasien bila
digunakan dengan salah satu pengelolaan atau pengelolaan
kurang tepat
Jenis Indikator outcome
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah Item Obat High Alert yang tidak terlabel di rawat
Inap
Denominator (penyebut) Jumlah total item obat High Alert yang terlabel di rawat
inap
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua item obat High Alert di Rawat Inap
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah Item Obat High Alert yang tidak
terlabel di rawat Inap x 100 %
Jumlah total item obat High Alert yang
terlabel di rawat inap
Metode Pengumpulan Data Retrospektif
Sumber Data Sensus Harian
Instrumen Pengambilan Formulir kepatuhan pelabelan obat high alert
Data
Besar Sampel Total populasi
Cara Pengambilan Sampel Probability Sampling
Periode Pengumpulan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Triwulanan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Farmasi

4. Kepatuhan double check pada obat high alert pada saat penyerahan dari farmasi ke
perawat
Judul Indikator Kepatuhan double check pada obat high alert pada saat
penyerahan dari farmasi ke perawat
Dasar Pemikiran Undang-Undang mengenai Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Mutu dan Keselamatan Pasien
Tujuan Mengurangi atau menghilangkan kejadian resiko
medication error akibat obat-obat dengan kewaspadaan
tinggi atau “High Alert”
Definisi Operasional Obat dengan kewaspadaan tinggi (High Alert) adalah obat-
obat secara signifikan beresiko membahayakan pasien bila
digunakan dengan salah satu pengelolaan atau pengelolaan
kurang tepat
Jenis Indikator outcome
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah penyerahan Obat High Alert yang dilakukan double
check
Denominator (penyebut) Jumlah penyerahan Obat High Alert yang seharusnya
dilakukan double check
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua item obat High Alert di Rawat Inap
Kriteria Eksklusi:
-
Formula Jumlah penyerahan Obat High Alert yang
dilakukan double check x 100 %
Jumlah penyerahan Obat High Alert yang seharusnya
dilakukan double check
Metode Pengumpulan Data Retrospektif
Sumber Data Sensus harian
Instrumen Pengambilan Formulir kepatuhan double check pada obat high alert pada
Data saat penyerahan dari farmasi ke perawat
Besar Sampel Total populasi
Cara Pengambilan Sampel Probability Sampling
Periode Pengumpulan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Triwulan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Farmasi

5. Kepatuhan pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP)


Judul Indikator Kepatuhan pelaporan insiden keselamatan pasien
Dasar Pemikiran Permenkes mengenai Keselamatan Pasien
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi pelayanan dalam
menjalankan pelaporan insiden keselamatan pasien, agar
tercipta sebuah pelayanan kesehatan yang berfokus pada
keselamatan pasien
Definisi Operasional Pelaporan insiden keselamatan pasien meliputi pelaporan:
a. Kejadian Potensial cedera
b. Kejadian Nyaris Cedera
c. Kejadian Tidak Cedera
d. Kejadian Tidak Diduga
e. Kejadian Sentinel
Kepatuhan pelaporan insiden keselamatan pasien adalah
pelaksanaan pelaporan setiap insiden keselamatan pasien
meliputi kelima kejadian di atas, maksimal 2x24jam setelah
kejadian.
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah insiden keselamatan pasien yang dilaporkan tepat
waktu
Denominator (penyebut) Jumlah keseluruhan kejadian insiden keselamatan pasien
Target Pencapaian 100 %
Kriteria -
Formula Jumlah insiden keselamatan pasien yang
dilaporkan tepat waktu
x 100 %
Jumlah keseluruhan kejadian insiden
keselamatan pasien
Metode Pengumpulan Data Retrospektif
Sumber Data Laporan insiden keselamatan pasien
Instrumen Pengambilan Formulir pelaporan insiden keselamatan pasien
Data
Besar Sampel Total populasi
Cara Pengambilan Sampel Probability Sampling
Periode Pengumpulan Data harian
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Bidang Keperawatan dan Komite Keselamatan pasien

6. Ketepatan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)


Judul Indikator Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Dasar Pemikiran Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Keselamatan
Pasien.
Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan mengenai penanggulangan
penyakit yang dapat menimbulkan wabah atau
kedaruratan kesehatan masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri (APD).
Rumah Sakit harus memperhatikan kepatuhan pemberi
pelayanan dalam menggunakan APD sesuai dengan
prosedur.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan petugas Rumah Sakit dalam
menggunakan APD
Menjamin keselamatan petugas dan penggunaan layanan
dengan cara mengurangi resiko infeksi.
Definisi Operasional Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang
dirancang sebagai penghalang terhadap penetrasi zat,
partikel padat, cair, atau udara untuk melindungi
pemakainya dari cedera atau transmisi infeksi atau
penyakit.
Kepatuhan penggunaan APD adalah kepatuhan petugas
dalam menggunakan APD dengan tepat sesuai dengan
indikasi ketika melakukan tindakan yang memungkinkan
tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik
darah atau cairan tubuh atau cairan infeksius lainnya
berdasarkan jenis risiko transmisi (kontak, droplet dan
airborne).
Penilaian kepatuhan penggunaan APD adalah penilaian
terhadap petugas dalam menggunakan APD sesuai indikasi
dengan tepat saat memberikan pelayanan kesehatan pada
periode observasi.
Petugas adalah seluruh tenaga yang terindikasi
menggunakan APD, contoh dokter, dokter gigi, bidan,
perawat, petugas laboratorium.
Observer adalah orang yang melakukan observasi atau
penilaian kepatuhan dengan metode dan tool yang telah
ditentukan.
Periode observasi adalah waktu yang ditentukan sebagai
periode yang ditetapkan dalam proses observasi penilaian
kepatuhan.
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah petugas yang patuh menggunakan APD sesuai
indikasi dalam periode observasi
Denominator (penyebut) Jumlah seluruh petugas yang terindikasi menggunakan
APD dalam periode observasi
Target Pencapaian 100%
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Semua petugas yang terindikasi harus menggunakan APD
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah petugas menggunakan APD
sesuai indikasi dalam periode observasi
Jumlah seluruh petugas yang terindikasi
menggunakan APD dalam periode
observasi
Metode Pengumpulan Data Observasi
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Pengambilan Data Formulir Observasi Penggunaan APD
Besar Sampel Total sampel (apabila jumlah populasi ≤ 30)
Rumus Slovin (apabila jumlah populasi > 30)
Cara Pengambilan Sampel Non probability Sampling – Consecutive sampling
Periode Pengumpulan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Komite PPI RS

7. Kepatuhan Kebersihan Tangan


Judul Indikator Kepatuhan Kebersihan Tangan
Dasar Pemikiran Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Keselamatan
Pasien
Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Rumah sakit harus memperhatikan kepatuhan seluruh
pemberi pelayanan dalam melakukan cuci tangan sesuai
dengan ketentuan WHO.
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan kesehatan sebagai
dasar untuk memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan
agar dapat menjamin keselamatan petugas dan pasien
dengan cara mengurangi risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan.
Definisi Operasional Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan tampak
kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol
(alcohol-based handrubs) dengan kandungan alkohol 60-
80% bila tangan tidak tampak kotor.
Kebersihan tangan yang dilakukan dengan benar adalah
kebersihan tangan sesuai indikasi dan langkah kebersihan
tangan sesuai rekomendasi WHO
Indikasi adalah alasan mengapa kebersihan tangan
dilakukan pada saat tertentu sebagai upaya untuk
menghentikan penularan mikroba selama perawatan.
Lima indikasi (five moment) kebersihan tangan terdiri dari :
Sebelum kontak dengan pasien yaitu sebelum menyentuh
tubuh/permukaan tubuh pasien atau pakaian pasien,
sebelum menangani obat-obatan dan sebelum menyiapkan
makanan pasien.
Sesudah kontak dengan pasien yaitu setelah menyentuh
tubuh/permukaan tubuh pasien.
Sebelum melakukan prosedur aseptik adalah kebersihan
tangan yang dilakukan sebelum melakukan tindakan steril
atau aseptik, contoh: pemasangan intra vena kateter
(infus), perawatan luka, pemasangan kateter urin,
suctioning, pemberian suntikan dan lain-lain.
Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien seperti
muntah, darah, nanah, urin, feces, produksi drain, setelah
melepas sarung tangan steril dan setelah melepas APD.
Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien adalah
melakukan kebersihan tangan setelah tangan petugas
menyentuh permukaan, sarana prasarana, dan alat
kesehatan yang ada di lingkungan pasien, meliputi:
menyentuh tempat tidur pasien, linen yang terpasang di
tempat tidur, alat-alat di sekitar pasien atau peralatan lain
yang digunakan pasien.
Peluang adalah periode di antara indikasi di mana tangan
terpapar kuman setelah menyentuh permukaan
(lingkungan atau pasien) atau tangan menyentuh zat yang
terdapat pada permukaan.
Tindakan kebersihan tangan yang dilakukan adalah
kebersihan tangan yang dilakukan sesuai peluang yang
diindikasikan.
Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan tenaga
kesehatan.
Penilaian kepatuhan kebersihan tangan adalah penilaian
kepatuhan pemberi pelayanan yang melakukan kebersihan
tangan dengan benar.
Observer adalah orang yang melakukan observasi atau
penilaian kepatuhan dengan metode dan tool yang telah
ditentukan.
Periode observasi adalah kurun waktu yang digunakan
untuk mendapatkan minimal 200 peluang kebersihan
tangan di unit sesuai dengan waktu yang ditentukan untuk
melakukan observasi dalam satu bulan.
Sesi adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan
observasi maksimal 20 menit (rerata 10 menit).
Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi adalah jumlah
pemberi pelayanan yang diobservasi dalam satu periode
observasi.
Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi pada waktu
observasi tidak boleh lebih dari 3 orang agar dapat
mencatat semua indikasi kegiatan yang dilakukan.
Jenis Indikator Proses
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan
Denominator (penyebut) Jumlah total peluang kebersihan tangan yang seharusnya
dilakukan dalam periode observasi
Target Pencapaian ≥ 85%
Kriteria: Kriteria Inklusi:
Seluruh peluang yang dimiliki oleh pemberi pelayanan
terindikasi harus melakukan kebersihan tangan.
Kriteria Eksklusi:
Tidak ada
Formula Jumlah tindakan kebersihan tangan yang
dilakukan
x 100 %
Jumlah total peluang kebersihan tangan yang
seharusnya dilakukan dalam periode
observasi
Metode Pengumpulan Data Observasi
Sumber Data Hasil observasi
Instrumen Pengambilan Formulir Kepatuhan Kebersihan Tangan
Data
Besar Sampel Minimal 200 Peluang
Cara Pengambilan Sampel Non probability Sampling – Consecutive sampling
Periode Pengumpulan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Bulanan, Triwulanan, Tahunan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Komite PPI RS

8. Angak kejadian stok obat kosong


Judul Indikator Angka kejadian stok obat kosong
Dasar Pemikiran Undang-Undang mengenai Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit
Dimensi Mutu Mutu dan Keselamatan Pasien
Tujuan Terwujudnya pelayanan obat kepada pasien yang efektif
dan efisien serta menjamin ktersediaan obat yang
dibutuhkan oleh pasien.
Definisi Operasional Ketidaktersediaan stok obat adalah keadaan dimana obat
yang sangat diperlukan untuk pelayanan kepada pasien,
namun persediaan di farmasi sedang kosong, baik karena
stok nihil maupun terdapat stok tetapi dalam keadaan
rusak/ED/tidak memnuhi syarat
Jenis Indikator Proses dan outcome
Satuan Pengukuran Persentase
Numerator (pembilang) Jumlah kejadian kesalahan pembacaan resep obat
Denominator (penyebut) Jumlah keseluruhan resep obat yang beredar di Rumah
Sakit
Target Pencapaian 0%
Kriteria: Kriteria Inklusi:
kejadian kesalahan pembacaan resep obat di dalam rumah
sakit
Kriteria Eksklusi:
-
Formula Jumlah kejadian stok obat kosong x 100 %
Jumlah keseluruhan resep obat yang beredar di Rumah
Sakit
Metode Pengumpulan Data Retrospektif
Sumber Data Lembar resep di farmasi
Instrumen Pengambilan Formulir kejadian stok obat kosong
Data
Besar Sampel Total populasi
Cara Pengambilan Sampel Probability Sampling
Periode Pengumpulan Data Bulanan
Penyajian Data Tabel
Run chart
Periode Analisis dan Triwulan
Pelaporan Data
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Farmasi

Anda mungkin juga menyukai