BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori New Public Management
New Public Management (NPM) adalah suatu sistem manajemen
desentralisasi dengan perangkat manajemen seperti pengawasan (controlling) dan
perbandingan (benchmarking) yang menerapkan praktik kerja sektor privat ke
sektor publik untuk menciptakan efisiensi dan efektivitas kinerja pemerintah
daerah yang baik (Good Governance) sehingga akan tercipta kesejahteraan
masyarakat. Tujuan dari teori NPM yaitu memperbaiki efisiensi dan efektivitas,
dan memperbaiki akuntabilitas kinerja (Anitasari, 2016).
New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang
berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi kebijakan. Penggunaan paradigma
New Public Management tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi
pemerintah diantaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan
biaya, dan kompetensi tender. New Public Management memberikan perubahan
manajemen sektor publik yang cukup drastis dari sistem manajemen tradisional
yang terkesan kaku, birokratis, dan hierarkis menjadi model manajemen sektor
publik yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan
sekedar perubahan kecil dan sederhana. Perubahan tersebut telah mengubah peran
pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat
(Mardiasmo, 2009).
NPM memberikan kontribusi positif dalam perbaikan kinerja melalui
mekanisme pengukuran yang diorientasikan pada pengukuran ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas meskipun penerapannya tidak bebas dari kendala dan masalah.
Masalah tersebut terutama berakar dari mental birokrat tradisional, pengetahuan
dan keterampilan yang tidak memadai, dan peraturan perundang-undangan yang
tidak memberikan cukup peluang fleksibilitas pembuatan keputusan ((Mardiasmo,
2009).
Prinsip New Public Management (Hood, 1991) meliputi:
maupun daerah, harus bisa menjadi subjek pemberi informasi dalam rangka
pemenuhan hak-hak publik. Pihak-pihak yang berkepentingan di sini yaitu para
pemangku kepentingan (stakeholder). Selain itu, sebenarnya akuntabilitas publik
juga berkaitan dengan kewajiban untuk menjelaskan dan menjawab pertanyaan
mengenai aktivitas yang telah dilakukan, sedang dilakukan dan yang masih
direcanakan oleh organisasi publik. Akuntabilitas dan responsibilitas
(responsibility) itu berbeda, akuntabilitas merupakan salah satu elemen dalam
konsep responsibilitas. Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan hal yang telah dilakukan atau tidak dilakukan,
sedangkan responsibilitas merupakan akuntabilitas yang berkaitan dengan
kewajiban untuk menjelaskan kepada pihak lain yang memiliki kewenangan untuk
meminta pertanggungjawaban dan memberi penilaian.
Kunci penting dalam mewujudkan akuntabilitas yaitu adanya pemberian
kapasitas untuk melaksanakan suatu aktivitas, adanya pemberian keleluasaan
(diskresi) dan adanya pemberian kewenangan. Terwujudnya akuntabilitas
merupakan tujuan utama dari reformasi sektor publik. Tuntutan akuntabilitas
mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada
pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability), bukan hanya
pertanggungjawaban vertikal (vertical accountability) (Mahmudi, 2013). Suatu
organisasi publik dapat dikatakan akuntabel apabila memenuhi empat dimensi
akuntabilitas (Mardiasmo, 2009). Adapun keempat dimensi akuntabilitas yang
harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik yaitu:
a. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity
and legality).
Akuntabilitas kejujuran (accountability for probity) berkaitan dengan
penghindaran penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas
hukum (legal accountability) berkaitan dengan jaminan adanya kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber
dana publik.
b. Akuntabilitas Proses (process accountability)
Akuntabilitas proses terkait dengan prosedur yang digunakan sudah cukup
baik atau belum dalam menjalankan tugas, yang meliputi kecukupan sistem
3. Pengungkapan
Pengungkapan kepada masyarakat atau publik atas aktivitas dan kinerja
finansial (Mardiasmo, 2009).
2.5. Kompetensi Sumber Daya Manusia
2.5.1. Pengertian Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia memiliki peran yang penting dalam menentukan
kemajuan suatu entitas. Faktor penentu dalam hal ini bukanlah kuantitas sumber
daya manusia tersebut, namun kualitasnya sebagai individu. Sumber daya
manusia yang memiliki kualitas yang tinggi akan dapat menunjang kinerja suatu
organisasi sehingga dapat mengalami kemajuan, oleh karena itu sumber daya
manusia yang bekerja baik di suatu entitas pada umumnya diterima melalui proses
seleksi terlebih dahulu. Pengertian sumber daya manusia secara makro adalah
penduduk atau warga di suatu negara atau wilayah tertentu yang sudah maupun
belum memperoleh pekerjaan (lapangan kerja) (Triyanti, 2017).
Pengertian sumber daya manusia dalam arti mikro adalah orang yang
bekerja dan berfungsi sebagai aset suatu organisasi yang dapat dihitung
jumlahnya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
sumber daya manusia adalah semua orang yang terlibat dalam suatu pekerjaan di
dalam sebuah lembaga/organisasi, dimana orang tersebut berfungsi sebagai aset
yang dapat dihitung jumlahnya. Kompetensi dapat diartikan sebagai cerminan dari
kemampuan seseorang pada bidang tertentu seperti kemampuan prestasi,
komunikasi verbal, pengetahuan teknis, kemampuan mengelola tekanan pekerjaan
dan kemampuan membuat perencanaan dan keputusan. Tanggung jawab dapat
dilihat dari deskripsi jabatan seseorang, karena jabatan merupakan dasar untuk
melaksanakan tugas dengan baik. Kompetensi dapat dilihat dari pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa Kompetensi Sumber Daya Manusia di Bidang Akuntansi
merupakan kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugasnya di bidang yang
berkaitan dengan akuntansi (Triyanti, 2017).
2.5.2.Indikator Kompetensi Sumber Daya Manusia
Kompetensi adalah kombinasi dari keterampilan, pengetahuan, serta
perilaku yang dapat diamati dan diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah
2.8. Hipotesis
2.8.1.Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kinerja Pegawai
Akuntabilitas publik merupakan kewajiban bagi pihak pemegang amanah
untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan mengungkapkan segala
aktivitasnya dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi
amanah (pincipal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk menerima
pertanggungjawaban tersebut (Mardiasmo, 2009). Akuntabilitas publik
merupakan kewajiban agen untuk mengelola sumber daya, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan
sumber daya publik kepada pemberi mandat (principal) (Mahmudi, 2013). Dari
kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas merupakan
pertanggungjawaban dari pemegang amanah untuk mengelola, melaporkan dan
mengungkapkan segala aktivitas.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Bharata (2015) dan Saputra, dkk
(2014) akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini juga sejalan dengan
teori NPM, dimana adanya akuntabilitas yang baik akan meningkatkan kinerja.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Akuntabilitas berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai
2.8.2.Pengaruh Transparansi terhadap Kinerja Pegawai
Transparansi yakni adanya kebijakan terbuka bagi pengawasan, sedangkan
yang dimaksud dengan informasi adalah informasi mengenai setiap aspek
kebijakan pemerintah yang dapat dijangkau oleh publik. Keterbukaan informasi
diharapkan akan menghasilkan persaingan politik yang sehat, toleran, dan
kebijakan dibuat berdasarkan pada preferensi publik. Transparansi berarti suatu
keterbukaan secara nyata, menyeluruh, dan memberi ruang kepada seluruh lapisan
masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pengelolaan sumber
daya publik. Apabila dikaitkan dengan anggaran, transparansi dapat didefinisikan
sebagai keterbukaan kepada masyarakat yang meliputi fungsi dan struktur
pemerintah, tujuan kebijakan fiskal, sektor keuangan publik, dan proyeksi-
proyeksinya (Andrianto, 2007).
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Bharata (2015) dan Saputra, dkk
(2014) transparansi berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini juga sejalan dengan
dengan cara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan perusahaan. (Handoko,
2016).
Hal ini sejalan dengan penelitian Siregar (2017) bahwa pengawasan
berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini juga sejalan dengan teori NPM, dimana
adanya pengawasan, kinerja dapat dikontrol dan diawasi sebagaimana mestinya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4: Pengawasan berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai
2.8.5.Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Kompetensi Sumber Daya
Manusia dan Pengawasan terhadap Kinerja Pegawai.
Akuntabilitas publik merupakan kewajiban agen untuk mengelola sumber
daya, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
berkaitan dengan penggunaan sumber daya publik kepada pemberi mandat
(principal) (Mahmudi, 2013). Dari kedua pendapat di atas maka dapat
disimpulkan bahwa akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban dari pemegang
amanah untuk mengelola, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas. Hal
ini sejalan dengan penelitian dari Bharata (2015) dan Saputra, dkk (2014) bahwa
akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini juga sejalan dengan NPM,
dimana adanya akuntabilitas yang baik akan meningkatkan kinerja.
Transparansi berarti suatu keterbukaan secara nyata, menyeluruh, dan
memberi ruang kepada seluruh lapisan masyarakat untuk berpartisipasi secara
aktif dalam proses pengelolaan sumber daya publik. Apabila dikaitkan dengan
anggaran, transparansi dapat didefinisikan sebagai keterbukaan kepada
masyarakat yang meliputi fungsi dan struktur pemerintah, tujuan kebijakan fiskal,
sektor keuangan publik, dan proyeksi-proyeksinya (Andrianto, 2007). Hal ini
sejalan dengan penelitian dari Bharata (2015) dan Saputra, dkk (2014) bahwa
transparansi berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini juga sejalan dengan teori NPM,
dimana adanya keterbukaan informasi diharapkan akan menghasilkan akan
meningkatkan kinerja.
Kompetensi sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang tinggi akan
dapat menunjang kinerja suatu organisasi sehingga dapat mengalami kemajuan.
Sumber daya manusia dapat diukur melalui pengetahuan, keterampilan dan
perilaku. Ketiga hal tersebut yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh setiap
Akuntabilitas (X1)
H1
Transparansi (X2) H2
Kinerja
Pegawai (Y)
H3
Kompetensi
Sumber Daya
Manusia (X3) H4
Pengawasan (X4)
Keterangan:
= Uji Parsial
= Uji Simultan