Anda di halaman 1dari 2

DESKRIMINASI KERJA

Oleh Siti Khotimah

A. Deskriminasi Kerja
Kita mungkin menyangkal jika ada orang yang menuduh kita melakukan diskriminasi. Tetapi rasanya sangat
sulit tidak melakukannya. Diskriminasi nyaris ada dalam setiap kehidupan masyarakat. Tindakan
diskriminasi muncul mulai dari tingkatan paling rendah sekalipun,seperti prasangka buruk pada orang lain
hanya karena orang tersebut berasal dari sebuah kelompok sosial tertentu, seperti agama, ras, etnis, atau
penggolongan lain. Kerapkali kita tidak sadar telah melakukan diskriminasi. Seperti ungkapan-ungkapan,
Jika mendengar istilah diskriminasi pasti yang terbayang di dalam ingatan yaitu perlakuan yang tidak adil
dan perlakuan yang berbeda. Menurut Theodorson & Theodorson, diskriminasi adalah perlakuan yang tidak
seimbang terhadap perorangan atau kelompok berdasarkan sesuatu. Biasanya bersifat kategorikal atau
atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama atau keanggotaan kelas-kelas sosial.
Istilah tersebut biasanya untuk melukiskan suatu tindakan dari pihak mayoritas yang dominan dengan
minoritas yang lemah, sehingga dapat dikatakan bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan
tidak demokratis. Sedangkan diskriminasi menurut Sears dkk adalah perilaku menerima atau menolak
seseorang berdasarkan keanggotaan kelompok. Maksudnya dipengaruhi oleh keanggotaan kelompok ialah
kedudukan kelompok tersebut di dalam masyarakat oleh sekelompok masyarakat.
Deskriminasi yang menonjol dikehidupan sekitar yakni deskriminasi Suku/RAS kelompok kecil yang
mengalaminya. Biasanya yang menonjol yakni sikap bos yang memberikan pekerjaan yang kurang
diinginkan kemudian sesama karyawan yang memberikan sikap deskriminasi berbentuk ejekan,
mengintimidasi dan mengucilkan.
Tentunya memiliki dampak negative bagi penerima deskriminasinya seperti mengganggu Kesehatan fisik
dan mental bahkan sampai ingin keluar dan mencari pekerjaan lain. Kita sebagai pekerja harus dapat
mengontrol perilaku orang lain tetapi tentunya kita dapat mengontrol perilaku diri sendiri. Tentunya kita
harus mencegahnya dengan menentang Tindakan rasis seperti lelucon, hinaan kemudian selalu
mempertimbangkan dampak dari perkataaan yang akan kita lontarkan. Sehingga diharapkan upaya
tersebut meminimalisir adanya deskriminasi ditempat kerja kita.
Selain itu, deskriminasi umur terhadap pekerja masih sangat sering terjadi di sekitar, jangan membahas
tentang yang sudah bekerja. Bahkan sebelum bekerja sudah pasti ada yang Namanya deskriminasi umur
perlu kita lihat pada poster yang biasa ada di cari dengan kualifikasi yang di sesuaikan dengan perusahaan
dengan mencantumkan kualifikasi umur max 35 tahun sehingga walaupun seseorang yang memiliki umur
diatas 35 tahun dengan skill yang bahkan mumpuni melakukkan pekerjaan tersebut tidak akan dapat
melamar pekerjaan.
Tentunya hal tersebut menjadi faktor timbulnya deskriminasi kerja bagi mereka yang berusia 35 tahun
keatas. Deskriminasi umur yang biasa terjadi ditempat kerja yaitu, biasanya pekerja yang memiliki usia
tergolong lebih tua akan mendapat pekerjaan yang lebih banyak dan memberikan tunjangan atau upah
yang berkurang karena dianggap sudah tidak bisa memenuhi target yang diminta perusahaan.
Terkadang hak tunjangan tersebut dikurangi dan diberikan kepada pekerja muda karena dirasa pekerja
muda mampu memberikan target atau memumpunikan target perusahaan.
Deskriminasi pada gender juga marak di lakukkan karena memang yang dibutuhkan oleh instansi seperti
cassier yang banyak dicari yakni perempuan dan tidak akan mencantumkan laki – laki pada poster lowongan
pekerjaan. Kemudian, pekerjaan kurir banyak instansi yang banyak dicantumkan lowongan untuk laki-laki
karena pekerjaan tersebut dapat di pekerjakan oleh laki-laki seperti mengantar paket kemudian membawa
paket dan mengangkat paket tersebut. Selain itu perusahaan memberikan deskriminasi kepada Wanita
yaitu tidak bisa memberikan hari cuti apabila wanita tersebut mengalami haid. Perempuan seringkali
menjadi korban dari diskriminasi tersebut. ketidakadilan dan diskriminasi perempuan disebabkan oleh
faktor budaya dan faktor hukum. Dalam masyarakat terdapat budaya yang cenderung male chauvinistic,
dimana kaum laki-laki menganggap diri dan dianggap sebagai makhluk kuat dan superior. Budaya tersebut
diperkokoh dengan ideology misoginis (sikap benci terhadap perempuan) dan ideology patriarki. dalam isi
hukum, budaya hukum,serta proses dan pembuatan dan penegakan hukum Negara, seringkali diskriminatif
terhadap perempuan, karena pembuat hukum tidakrespon terhadap kebutuhan masing-masing jenis
kelamin dan tidak memenuhi spesifik kebutuhan perempuan.
Kemudian yang biasa mengalami deskriminasi yakni para penyandang disabilitas. Hidup sebagai
penyandang disabilitas memang tidak mudah, keterbatasan fisik menjadi salah satu alasannya. Namun
kehidupan para penyandang disabilitas menjadi lebih sulit dari yang seharusnya karena masyarakat yang
sering memandang mereka dengan sebelah mata. Di lingkungan sekitar, penyandang disabilitas seringkali
dianggap sebagai orang lemah dan selalu membutuhkan uluran tangan dari orang lain. Benar bahwa kadang
mereka membutuhkan bantuan, tetapi tidak berarti mereka lemah dan tidak bisa melakukan apapun
sendiri. Hari ini, banyak penyandang disabilitas yang memiliki pendidikan tinggi. Namun, mereka tetap saja
kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan karena perusahaan enggan memberikan mereka kesempatan
untuk membuktikan diri. Alhasil, mereka harus berjuang sendiri untuk hidup. Padahal, terlepas dari
keterbatasan fisik yang dimilikinya, penyandang disabilitas juga bisa kok bekerja dengan baik sama seperti
orang lain selama mereka mendapatkan kesempatan untuk mencoba, kesempatan untuk membuktikan
diri, dan mendapatkan kesempatan untuk menjadi setara dengan orang lain. Walaupun saat ini sudah
bamyak para pengusaha yang membuka dan menerima penyandang disabilitas namun masih banyak yang
masih belum bisa mendapat pekerjaan karena deskriminasi yang menganggap mereka tidak dapat
melakukkan pekerjaan seperti orang yang memiliki fisik sempurna.
Berikutnya dating pada deskriminasi pada pandangan politik ternyata mampu menjadikan dunia pekerjaan
cukup mengerikkan. diskriminasi yang satu ini bisa dibilang cukup unik, karena hanya terjadi di waktu-waktu
tertentu. Apesnya lagi, jenis diskriminasi satu ini juga terjadi di Indonesia. Biasanya diskriminasi politik
terjadi menjelang pemilihan umum presiden yang terjadi setiap 5 tahun sekali.
Ketika pemilihan umum semakin dekat, rakyat cenderung terbagi menjadi dua kubu. Kubu dari calon A dan
calon B. Diskriminasi satu ini bisa dibilang sangat menyebalkan, karena kedua kubu bukan hanya saling
mendukung calon pilihannya, tetapi juga saling menjelekkan satu sama lain.
Misalnya, pemilihan umum pada tahun 2014 dan 2019, kita tahu bagaimana rakyat Indonesia terpecah dan
saling menyerang satu sama lain. Tiba-tiba saja, pandangan politik menjadi topik yang sangat sensitif.
Seseorang akan memperlakukan orang lain dengan lebih baik ketika orang tersebut memiliki pandangan
politik yang sama. Sebaliknya, seseorang bisa saja memperlakukan orang lain dengan buruk bahkan
memusuhi saudara sendiri karena perbedaan pandangan politik. Bahkan banyak kasus karyawan di PHK
karena masalah perbedaan paham politik diantara keduanya.
Semuanya jenis deskriminasi yang tercantum memang benar benar terjadi di sekitar kita. Oleh sebab itu
bagaimana kita menghindarinya. Yakni dengan cara :
1. Menjunjung Tinggi Hak Asasi Manusia
2. Meningkatkan Jiwa Persatuan dan Kesatuan
3. Membiasakan Diri Untuk Tidak Memandang Orang Lain dari Rupanya Saja
4. Saling Menghormati dan Menghargai
Terlepas dari berapa dan jenis-jenisnya, diskriminasi bukanlah sesuatu yang bisa dibenarkan, apapun
alasannya. Diskriminasi awalnya hanya prasangka, tetapi jika dibiarkan begitu saja, prasangka ini akan
berubah menjadi penyerangan, bahkan permusuhan berkepanjangan.
Orang yang mengalami diskriminasi bukan hanya akan merasa tersinggung dan sakit hati, jika dibiarkan
mereka juga akan merasakan trauma berkepanjangan. Bahkan, korban diskriminasi bisa menjadi trauma.

Anda mungkin juga menyukai