Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

STUDI SYARIAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Metode Studi Islam

Dosen Pengampu : Syarip Nurjaman, M.pd

Disusun Oleh :
Neng Novita 12522.1009
Pipit Siti Fatimah 13521.00047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FAKULTAS TARBIYAH


UNIVERSITAS SABILI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Metode Studi Islam dengan judul “STUDI SYARI'AH”.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak


kekurangan-kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak.

Dalam penulisan makalah ini kami menyampaikan ucapkan terima


kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, semoga Allah SWT memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka.

Akhirnya besar harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat bagi kita semua.

Bandung, 01 November 2022

Penyusun
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.........................................................................................
ii

DAFTAR ISI........................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................
1
B. Rumusan Masalah....................................................................................
1................................................................................................................
C. Tujuan Pembahasan.................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Istilah-Istilah...................................................................................
3

a. Syariah......................................................................................................
4
b. Tasyri........................................................................................................
4
c. Fiqih..........................................................................................................
5
d. Hukum Islam.............................................................................................
2. Studi Klasik Dalam Kajian Syariah..................................................................
6

3. Perkembangan Studi Syariah Pasca Klasik Hingga Modern............................


7

BAB III PENUTUPAN

Kesimpulan............................................................................................................
10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
11

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah
SWT. Dengan segala pemberian-Nya manusia dapat mengecap
segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya. Tapi dengan
anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan dzat Allah SWT
yang telah memberikannya. Untuk hal tersebut manusia harus
mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya
dapat berbuat sesuai dengan bimbingan Allah SWT. Hidup yang
dibimbing syariah akan melahirkan kesadaran untuk berprilaku yang
sesuai dengan tuntutan dan tuntunan Allah dan Rasulnya yang
tergambar dalam hukum Allah yang Normatif dan Deskriptif
(Quraniyah dan Kauniyah).
Sebagian dari syari’ah terdapat aturan tentang ibadah, baik
ibadah khusus maupun ibadah umum. Sumber syari’ah adalah Al-
Qur’an dan As-Sunnah, sedangkan hal-hal yang belum diatur secara
pasti di dalam kedua sumber tersebut digunakan ra’yu (Ijtihad).
Syari’ah l dapat dilaksanakan apabila pada diri seseorang telah
tertanam Aqidah atau keimanan. Semoga dengan bimbingan syariah
hidup kita akan selamat dunia dan akhirat.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Syariah, tasryi, fiqih dan Hukum Islam?
2. Apa saja studi klasik dalam kajian Syariah?
3. Bagaimana perkembangan Studi Syariah Pasca Klasik hingga
Modern?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari syariah, tasyri, fiqih dan Hukum


Islam.
2. Untuk mengetahui studi klasik pada kajian Syariah.
3. Untuk mengetahui perkembangan Studi Syariah Pasca Klasik hingga
Modern
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
a. Pengertian Syari'ah
Secara bahasa Syari‘ah adalah jalan lurus. Syariah dalam arti
istilah adalah hukum-hukum dan aturan-aturan yang
disampaikan Allah kepada hamba-hambaNya.(Lajnah Marasiah:
2000, 20) Dengan demikian syariah dalam pengertian ini adalah
wahyu Allah, baik dalam pengertian wahyu al-Matluw (Al-
Qur‘an), maupun al-Wahyu gair matluw (Sunnah). Syariah islam
adalah tatacara pengaturan tentang perilaku hidup manusia untuk
mencapai keridlaan Allah swt. lihat Qur’an Surat Asy-Syura
(43):13,21 dan Al-Maidah (5):44 dan Al-Jatsiyah (45): 18.
Syariah merupakan Ketentuan Allah Swt yang mengatur
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan suatu perbuatan seseorang
baik yang menyangkut dengan ibadah arti khusus, atau ibadah
dalam arti luas.
b. Tasyri
Tasyri merupakan istilah teknis tentang proses pembentukan
fiqih atau peraturan perundang-undangan, karena dalam
mengkaji dasar-dasar fiqih yakni al-Qur’an dan Sunnah, tentunya
kita akan mendalami proses pembentukannya, disamping itu
kajian tentang langkah-langkah ijtihad ‘ulama’ pun menjadi
bagian yang tak terpisahkan. Tasyri’ juga dikaitkan dengan fiqih
yang secara bahasa berarti pengetahuan dan pemahaman tentang
sesuatu. Secara istilah fiqih diartikan sebagai pengetahuan atau
kumpulan tentang hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan
manusia yang diusahakan dari dalil-dalil yang terperinci.
c. Fiqih
Fiqh secara bahasa berarti fahm yang bermakna mengetahui
sesuatu dan memahaminya dengan baik. Menurut pengertian
isthilahiyyah, Abu Hanifah memberikan pengertian (Ma‟rifatu
nafsi ma laha wa ma alaiha) mengetahui sesuatu padanya dan apa
apa yang bersamanya yaitu mengetahui sesuatu dengan dalil
yang ada.
Pengertian fiqh secara istilah yang paling terkenal adalah
pengertian fiqh menurut Imam Syafi‘i yaitu pengetahuan tentang
syari‘ah ; pengetahuan tentang hukum-hukum perbuatan
mukallaf berdasarkan dalil yang terperinci. Berdasarkan dengan
perkembangan hukum Islam ke berbagai belahan Dunia, fiqh
berkembang hingga digunakan untuk nama-nama bagi
sekelompok hukum-hukum yang bersifat praktis. Dalam
peraturan perundang-undangan Islam dan sistem hukum Islam
kata fiqh ini diartikan dengan hukum yang dibentuk berdasarkan
syariah, yaitu hukum-hukum yang penggaliannya memerlukan
renungan yang mendalam, pemahaman atau pengetahuan dan
juga Ijtihad. Objek ilmu fiqh adalah segala perkataan dan
perbuatan para mukallaf dari segi hukum.
Fiqh bukanlah hukum syar`i (/Syari`ah) itu sendiri, tapi
interpretasi terhadap hukum syar`i. Syari`ah adalah:
“Titah Allah yang berhubungan dengan perbuatan
parabmukallaf, baik berupa tuntutan (untuk melaksanakan atau
meninggalkan), pilihan, maupun berupa wadh`i (syarat, sebab,
halangan, sah, batal, dan rukhshah).”
Selain istilah fiqh di atas, dikenal juga istilah Ushul fiqh (dasar-
dasar fiqh) yaitu kaidah-kaidah yang dijadikan sarana untuk
mengistinbâthkan (menggali/mengeluarkan) hukum Islam dari
dalil-dalilnya yang terinci.
1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup syariah, antara lain mencakup peraturan-
peraturan, sebagai berikut.
a) Ibadah
Ibadah merupakan rangkaian ritual yang dilakukan
manusia dalam rangka pengabdian atau kepatuhan
kepada sang Pencipta. Ibadah dalam Islam tidak hanya
terbatas pada hubungan manusia dengan Allah semata,
melainkan juga terdapat hubungan antara manusia
dengan manusia lainnya serta antara manusia dengan
alam.
Ada dua pembagian ibadah dalam Islam, yaitu
ibadah mahdlah dan ghairu mahdhah. Ibadah mahdlah,
yaitu ibadah yang berhubungan dengan penjalanan
syariat Islam yang terkandung dalam rukun Islam.
Contoh ibadah mahdhah antara lain sholat, zakat, puasa
dan haji. Sementara ibadah ghairu mahdhah adalah
ibadah yang dilaksanakan umat Islam dalam
hubungannya dengan sesama manusia dan
lingkungannya. Ibadah ghairu mahdhah dikenal dengan
ibadah muamalah,
Dari dua pembagian ibadah ini, secara implisit
maupun eksplisit ibadah tidak hanya berupa rangkaian
ucapan dan gerakan semata. Lebih dari itu dibalik ibadah
terdapat nilai-nilai luhur yang mengatur hubungan antar
sesama. Nilai-nilai luhur ini biasa dikenal sebagai etika
atau akhlak. Hal ini yang kemudian dijadikan sebagai
pijakan bagi umat Islam untuk dapat menjadikan
kehidupannya menjadi baik dan selalu bermanfaat bagi
diri dan lingkungannya.
1) Rukun Iman: iman kepada allah,kepada
malaikat,kepada kitab, kepada rosul, kepada hari
akhir,kepada qada dan qadar
2) Rukun Islam: mengucapkan syahadatain,
mengerjakan sholat, zakat, puasa, dan haji.
Ibadah lainnya berkaitan dengan rukun Islam:
 Badani (bersifat fisik) bersuci, wudlu, mandi,
tayamum, menghilangkan najis, peraturan air,
istinja dan lain-lain, adzan, qomat, itikaf, doa,
shalawat, umrah, tasbih, istigfar, khitan,
pengurusan mayat, dll.
 Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, al-
hadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibah, dll.
b) Muamalah
Muamalah, yaitu peraturan yang mengatur hubungan
seseorang dengan lainnya dalam hal tukar menukar harta
(jual beli dan yang searti), diantaranya: dagang, pinjam
meminjam, sewa menyewa, kerja sama dagang,
simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan perang,
utang piutang, pungutan, warisan, wasi’yat, nafkah,
titipan, jizyah, pesanan, dll.
Jenis-jenis Muamalah
 Syirakh
Dalam ilmu muamalah, syirah merupakan
suatu akad di mana dua pihak yang melakukan
kerjasama dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan. Selain itu, syirakh juga bisa
dimaknai mencampurkan dua bagian menjadi
satu, sehingga tidak bisa dibedakan antara satu
dengan yang lainnya.
 Jual Beli
Dalam hukum Islam, kegiatan ekonomi
memiliki arti suatu kegiatan atau kesepakatan
dalam menukar barang dengan tujuan untuk
dimiliki selamanya. Adapun beberapa syarat saat
proses jual beli di antaranya berakal sehat,
transaksi dilakukan atas dasar kehendak sendiri,
dan penjual maupun pembeli harus punya akal,
baligh, dan lain sebagainya
c) Munakahat
Munakahat adalah peraturan yang mengatur
hubungan seseorang dengan orang lain dalam hubungan
keluarga ( nikah dan yang berhubungan dengannya),
dintaranya: perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah,
penyusuan, pemeliharaan anak, pergaulan suami istri,
maskawin, berkabung bagi suami yang wafat, meminang,
khulu, lian, dzihar, i’la, walimah, wasiyat, dll.
d) Jinayat
Jinayat/Jinayah, adalah pengaturan yang menyangkut
pidana, diantaranya qishas, diyat, kifarat, pembunuhan,
zina, minuman keras, mustad, khianat dalam berjuang,
kesaksian, dll.
e) Siyasah
Siyasah adalah yang menyangkut masalah-masalah
kemasyarakatan (politik), diantaranya: ukhuwah
(persaudaraan), musyawarah (persamaan), ‘adalah
(keadilan), ta’awun (tolong menolong), hurriyah
(kebebasan), tasamuh (toleransi), takaful ijtima (tanggung
jawab sosial), zi’amah (kepemimpinan), pemerintahan,
dll.  fikih siyasah adalah suatu konsep yang berguna
untuk mengatur hukum ketatanegaraan dalam bangsa dan
negara yang bertujuan untuk mencapai kemaslahatan dan
mencegah kemudharatan.
Adapun yang di maksud dengan siyasah
syar’iyah ialah nama bagi hukum yang digunakan untuk
mengatur alat perlengkapan negara dan urusan
masyarakat yang sejalan dengan jiwa dan prinsip dasar
syariat yang universal guna merealisasikan cita-cita
kemasyarakatan meskipun hal tersebut tidak dijelaskan
oleh nash secara terperinci baik dari al-Quran maupun as-
Sunnah.
f) Akhlak
Akhlak merupakan sebuah sistem yang mengatur
tindakan dan pola sikap manusia dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Dalam ajaran agama islam, sistem
nilai tersebut merupakan sumber ijtihad sebagai salah
satu metode berpikir secara islami. Akhlak memicu
terjadinya tindakan dan hubungan antara Allah, sesama
manusia dan alam semesta.
Akhlak juga yang mengatur sikap hidup pribadi,
diantaranya syukur, sabar, tawadlu (rendah diri), pemaaf,
tawakal, istiqomah,(konsekuen/konsis), syajaah (berani),
birrul walidain (berbuat baik kepada ayah ibu), dll.
g) Peraturan Lainnya
Peraturan lainnya, seperti makanan, minuman,
sembelihan, berburu, nazar, pemberantasan kemiskinan,
pemeliharaan anak yatim, mesjid, da’wah, perang, dll.
d. Hukum Islam
Seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunnah
Rasul tentang tingksh laku manusia mukallaf yang diakui dan
diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam. Maksud
seperangkat: peraturan yang dirumuskan secara terperinci dan
mempunyai kekuatan yang mengikat Maksud Mukalaf: Orang-
orang yang sudah dikenai kewajiban menjalankan syari’at Islam.
1. Klasifikasi Hukum-Hukum Islam
a) Wajib (Fardlu)
Wajib adalah suatu perkara yang harus dilakukan oleh
pemeluk agama islam yang telah dewasa dan waras (mukallaf), di
mana jika dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan
mendapat dosa.
Contoh : solat lima waktu, pergi haji (jika telah mampu), membayar
zakat, dan lain-lain.Wajib terdiri atas dua jenis/macam :
o Wajib ‘ain adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh semua
orang muslim mukalaf, seperti sholat fardu, puasa ramadan, zakat,
haji bila telah mampu dan lain-lain.
o Wajib Kifayah adalah perkara yang harus dilakukan oleh muslim
mukallaff namun jika sudah ada yang melakukannya maka menjadi
tidak wajib lagi bagi yang lain, seperti mengurus jenazah.
b) Sunnah
Sunnah adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat islam
akan mendapat pahala dan jika tidak dilaksanakan tidak berdosa.
Contoh : sholat Sunnah, puasa senin kamis, solat tahajud,
memelihara jenggot, dan lain sebagainya.
Sunah terbagi atas dua jenis/macam:
o Sunah Mu’akkad adalah sunnat yang sangat
Dianjurkan Nabi Muhammad SAW, seperti shalat ied dan shalat
tarawih.
o Sunat Ghairu Mu’akad yaitu adalah sunnah yang jarang dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW, seperti puasa senin kamis, dan lain-lain
c) Haram
Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama
sekali dilakukan oleh umat muslim di mana pun mereka berada
karena jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa
di neraka kelak.
Contohnya : main judi, minum minuman keras, zina, durhaka pada
orang tua, riba, membunuh, fitnah, dan lain-lain.
d) Makruh
Makruh adalah suatu perkara yang dianjurkan untuk tidak
dilakukan akan tetapi jika dilakukan tidak berdosa dan jika
ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT.
Contoh : posisi makan minum berdiri, merokok .
e) Mubah
Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan seorang
muslim mukallaf tidak akan mendapat dosa dan tidak mendapat
pahala.Contoh : makan dan minum, belanja, bercanda, melamun, dan
lain sebagainya.
2. Studi Klasik Dalam Kajian Syariah
a. Histori Kemunculan Ilmu Fiqh
b. Metode Istimbath
c. Hukum Hanafiyyah
Mazhab ini dihubungkan dengan Imam Abu Hanifah, Dasar
istinbat yang beliau pakai dalam mengambil kepastian
hukum fiqih adalah: Al-Qur‟an, Sunnah, Ijma‟, Qawlu
Shahaby, Qiyas, Istihsan, „Uruf.
Pola fiqih Abu Hanifah adalah:
a. Kelapangan dan kelonggaran dalam pengalaman ibadah
b. Dalam memberi keputusan dan fatwa, lebih
memperhatikan kepentingan golongan miskin dan orang
lemah.
c. Menghormati hak kebebasan seseorang sebagai manusia
d. Fiqh Abu Hanifah diwarnai dengan masalah fardhiyah
(Perkara yang diada-adakan). Banyak kejadian atau perkara
yang belum terjadi, tetapi telah difikirkan dan telah
ditetapkan hukumnya.
d. Hukum Malikiyyah
Adapun pola fiqh Imam Malik meliputi:
a. Fiqhnya lebih banyak didasarkan pada Maslahah
b. Fatwa Sahabat dan keputusan-keputusan pada masa
sahabat, mewarnai penjabaran pengembangan hukum Imam
Malik. Diantara beberapa murid-murid Imam Malik yang
mengembangkan ajarannya adalah: Abdullah bin Wahab,
Abdul Rahman bin Kosim, Asyhab bin Abdul Aziz, Abdur-
Rahman bin Hakam, Ashbaga bin Al-faraz al Umawi.
( Muhammad Abu Zahrah: 1995, 28)
e. Hukum Syafi'iyah
Pola fiqh Imam Syafi‘i:
a. Polanya menggabungkan antara cara yang ditempuh Imam
Malik dengan Imam Hanafi.
b. Pembatasan hukum dibatasi pada urusan atau kejadian
yang benar-benar terjadi.
c. Terdapat banyak perbedaan antara pendapat Syafi‘i
sendiri, antara Qaul Qodim ( pendaptnya sewaku di Irak )
dengan Qaul Jadid (pendapatnya sewaktu di Mesir ).
Sahabat-sahabatnya yang menyebarkan mazhab ini antaranya
Ahmad Ibnu Hambal, Al Hasan bin Muhammad bin Ash-
Shabah Az-Zakfani, Abu Ali al Husein bin Ali Qarabisy,
Yusuf bin Yahyah Al Buaithy, Abu Ibrahim Ismail Yahya al
Muzani dan Ar-Rabik bin Sulaiman al Murady.
f. Hukum Hambaliyah
Adapun pola fikir Imam Hambal adalah:
a. al-Nushush dari al-Qur‘an dan Sunnah. Apabila telah ada
ketentuan dalam alqur'an maka Ia mengambil makna yang
tersurat, makna yang tersirat diabaikan.
b. Apabila tidak ada ketentuan dalam al-Qur‘an dan Sunnah
maka ia mengambil atau menukil fatwa sahabat yang
disepakati dari sahabat sebelumya.
c. Apabla fatwa sahabat berbeda-beda maka ia mengambil
fatwa sahabat yang paling dekat dengan dalil yang ada dalam
al-Qur‘an dan Sunnah.
d. Beliau menggunakan hadist mursal dan hadist dha‟if
apabila tidak ada ketentuan sahabat, atsar, ataupun ijmak
yang menyalahinya.
e. Apabila hadist mursal dan dhaif tidak ada maka ia
menggunakan metode Qiyas dalam keadaan terpaksa. (Jaih
Mubarak: 2000, 118).
f. Langkah terakhir adalah menggunakan Sadd al-Dzar‟i
Beliau tidak memiliki karya yang dia buat sendiri hanya saja
para muridnya mengembangkan ajarannya dan membuat
karya –karya tentang istimbat hukum yang beliau lakukan,
salah satu contoh dari kitab mazhab ini adalah sahabat al-
Jamik al-Kabir karya Ahmad bin Muhammad bin Harun.
Adapun tokoh yang menyebarkan ajarannya adalah Ahmad
bin Muhammad bin Harun, Ahmad bin Muhammad ibn hajjaj
al Maruzi, Ishak bin Ibrahim, Shalih ibn Hanbal, ‗Abdul
Malik ibn Hamid ibn Mahran al-Maumuni. (Jaih Mubarak,
116).
3. Perkembangan studi Syariah pasca klasik hingga modern
Sejarah perkembangan pemikiran dalam Islam. Para ahli membagi
sejarah ini menjadi 3 bagian penting secara periodik, yaiu periode klasik,
periode pertengahan dan periode modern1 Pertama, periode klasik (650-
1250 M) periode ini merupakan zaman kemajuan yang dibagi dalam dua
fase, yaitu: (1) fase ekspansi dan integrasi; dan, (2) puncak
kemajuan.Periode inilah yang melahirkan ulama-ulama besar, seperti: Imam
Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi‟i, Imam Ahmad ibn Hambal. Pada
saat yang sama, ilmu kalam pun berkembang seiring dengan kuatnya
pengaruh yang masuk dari tradisi pemikiran filsafat Yunani kuno.Kedua,
periode pertengahan (1250-1800M). Periode ini dibagi menjadi dua fase
juga, yaitu: (1) fase kemunduran (1250-1500M), di mana pada fase ini
terjadi desentralisasi dan disintegrasi dalam tubuh umat Islam; dan (2) fase
kemunduran, yang dimulai dengan zaman kemajuan (1500-1700M). Setelah
itu, terjadi kemunduran lagi pada tahun 1700-1800 M, dengan runtuhnya
tiga kerajaan besar yang merupakan simbol kejayaan umat Islam.
a. Ilmu Kalam Klasik
Ilmu kalam klasik adalah teologi islam yang pokok
pembahasannya lebih cenderung kepada pembahasan tentang
ketuhanan. Pembahasan pokok teologis yang terdapat dalam ilmu
kalam klasik telah jauh menyimpang dari misinya yang paling awal
dan mendasar, yaitu liberasi dan emansipasi umat manusia..Padahal
semangat awal dan misi paling mendasar dari gagasan teologi islam
(tauhid) sebagaimana tercermin di masa Nabi SAW sangatlah
liberatif, progresif, emansipatif, dan revolutif. 4 Ilmu kalam menjadi
suatu rangkaian kesatuan sejarah, dan telah ada di masa lampau,
masa sekarang dan akan tetap ada di masa yang akan datang.
Beberapa aliran yang akan diuraikan adalah Khawarij, Jabariyah,
Qadariyah, Mu‟tazilah, Ahlussunnah Waljamaah,Syiah.Banyak
pendapat-pendapat yang timbul pada saat pemikiran kalam klasik
dan pendapat inilah sebagai pijak dasar pikiran-pikiran teologi
klasik, seperti khawarij, murjiah, jabariyah, qadariyah, dan aliran ini
berkembang dengan berbagai bentuknya tetapi masih
memperdebatkan prinsipprinsip dasar dalam Islam seperti
Asy‟ariyah, Mu‟tazilah, Maturidiyyah Samarkand dan Maturidiyah
Bazdawi, aliran-aliran pemikiran klasik memiliki kecenderungan ada
yang lebih cenderung berpikir kepada sandaran wahyu dan ada yang
lebih cenderung menyandarkan pemikirannya tersebut
menyandarkan kepada akal. Hal ini kemudian berkembang dari
waktu ke waktu dan senantiasa mengalami pergeseran.

b. Ilmu Kalam Modern


Secara teologis Islam merupakan sistem nilai yang bersifat
ilahiyah, tetapi dari sudut sosiologis, ia merupakan fenomena
peradaban, kultural dan realitas sosial dalam kehidupan manusia.ia
tidak dapat menghindarkan diri dari kenyataan sosial lain, yaitu
perubahan apalagi, di lihat dari pandanganajaran islam sendiri,
perubahan adalah sunnatullahyang merupakan salah satu sifat asasi
manusia dan alam raya secara keseluruhan.Pandangan umat islam
terhadap modernitas barat dapat dipologikan menjadi 3 kelompok,
yaitu modrnis (ashraniyyun hadatsiyun), tradisionalis atau salafi
(salafiyyun) dan kaum elektis (tadzabdzub).Yang pertama
menganjurkan adopsi modernitas berat sebagai model yang tepat
bagi masa kini. Artinya sebagai model secara historis memaksakan
dirinya sebagai paradigma peradaban modern untuk masa kini dan
amasa depa. Sikap kaum salafi sebaliknya berupaya mengembalikan
kejayaan islam masa lalu sebelum terjadinya penyimpangan dan
kemunduran. Sedangkan yang terakhir (kaum elektif) berupaya
menghadapi unsur-unsur yang terbaik, baik yang terdapat dalam
model barat modern maupun dalam islam masa lalu , serta
menyatukan diantara keduanya dalam bentuk yang dianggap
memenuhi kedua model tersebut.Era modern secara umum dimulai
ketika masyarakat Eropa menyadari tentang pentingnya kembali
berfikir filsafat. Para pemikir Eropa kembali bergelut dalam dunia
ide yang dikembangkan dalam tataran praktis menjadi gerakan
penciptaan alat-ala yang mampu memudahkan segala urusan
manusia. Mereka menyebutnya dengan „moda‟ atau „modern‟. Era
ini terjadi pada awal-awal abad ke-16, yang dikenal dengan istilah
‘renaissance’.
Sementara dalam islam, bermula dari kesadaran umat Islam
untuk bangkit dari ketepurukan pasca keruntuhan Bani Abbasiyah.
Periode modern ini terjadi sejak tahun 1800-an hingga sekarang.
Pada periode ini, muncul banak tokoh yang menyerukan ide-ide
sekaligus gerakan pembaharuan yang bermuatan visi peradaban
islam. Mereka inimerupakan para pendakwah rasional.Berbicara
tentang corak pemikiran kalam modern, tentu saja akan sangat
bervariasi, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakanya. Pada
masyarakat yang maju, barangkali pemikiran kalamnya cenderung
ke arah rasional, yang mengharuskan segala sesuatu dapat bersifat
logis dan empiris. Pada masyarakat berkembang, kemungkinan besar
berada pada garis tengahnya. Sementara pada masyarakat tertinggal,
pemikiran kalam akan cenderung mengarah pada konsep jabariyah
yang pasrah pada segala sesuatu yang saat itu ada di hadapannya.
Hal ini dapat dilihat dari corak pemikiran kalam para tokoh
muslim di abad modern, seperti Muhammad Abduh, Sayyid Ahmad
Khan, Ismail Raji Al-Faruqi, Hasan Hanafi dan lain sebagainya.
Masing-masing menunjukkan corak yang berbeda dalam memahami
teks-teks agama, yang kemudian melahirkan paham kalamnya
sendiri.Salah satu tokoh kunci yang namanya tak pernah luput dari
perhatian adalah Muhammad Abduh, yang diperkenalkan oleh
muridnya yang terkenal, yaitu Rasyid Ridha. Tokoh yang satu itu,
juga banyak disorot terkait dengan pemikiran kalamnya. Ajaran
Islam, yang kristalnya berupa Al-qur‟an dan sunnah Nabi, diyakini
oleh umat Islam dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang
diproduksi oleh kurun zaman. Modernitas yang telah menjadi arus
utama peradaban dunia di abad 19 dan seterusnya telah menawarkan
berbagai jani-janji kebahagiaan. Namun dalam praktikya modernitas
justru banyak menimbulkan persoalan baru. Peradaban modern
justru banyak melakukan dehumanisasi kehidupan manusia itu
sendiri. Dengan citacita kemajuan, peradaban modern banyak
melakukan kerusakan dan bencana yang menyengsarakan orang
banyak. Manusia hanya dipandang sebagai entitas fisik yang tak
berdimensi spritual, maka peradaban modern justru menjadikan
makhluk yang teralienasi, dilanda klebingunagan dan kemapanan
makna.akibat modernisasi yang lepas dari dimensi spiritual, maka
seperti yang dikatakan oleh Doni Gahral Adian, manusia dihadapkan
pada kenyataan bahwa ia kehilangan kontrol atas hidupnya di mana
ia terdeterminasi oleh hukum-hukum biorkasi, mekanisme pasar,
hukum besi sejarah dan lain sebagainya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Syariah
Secara bahasa Syari‘ah adalah jalan lurus. Syariah dalam arti istilah
adalah hukum-hukum dan aturan-aturan yang disampaikan Allah
kepada hamba-hambaNya.
2. Tasyri
Tasyri merupakan istilah teknis tentang proses pembentukan fiqih
atau peraturan perundang-undangan, karena dalam mengkaji dasar-
dasar fiqih yakni al-Qur’an dan Sunnah, tentunya kita akan
mendalami proses pembentukannya, disamping itu kajian tentang
langkah-langkah ijtihad ‘ulama’ pun menjadi bagian yang tak
terpisahkan.
3. Fiqih
Fiqh secara bahasa berarti fahm yang bermakna mengetahui sesuatu
dan memahaminya dengan baik. Menurut pengertian isthilahiyyah,
Abu Hanifah memberikan pengertian (Ma‟rifatu nafsi ma laha wa
ma alaiha) mengetahui sesuatu padanya dan apa apa yang
bersamanya yaitu mengetahui sesuatu dengan dalil yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

1. file:///C:/Users/DADI%20KUSNADI/Downloads/6.%20Karina
%20Purnama%20Sari.pdf
2. https://www.google.com/search?
q=jurnal+tentang+Perkembangan+studi+Syariah+pasca+klasik+
hingga+modern&oq=jurnal+tentang+Perkembangan+studi+Syar
iah+pasca+klasik+hingga+modern&aqs=chrome..69i57.17393j0j
7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
3. https://www.merdeka.com/jateng/macam-macam-akhlak-dalam-
islam-beserta-pengertian-contoh-dan-manfaatnya-kln.html
4. File dari Dr.H.A.Kosasih,M.Ag

Anda mungkin juga menyukai