Anda di halaman 1dari 1

INISIASI 2 PERKEMBANGAN IKN-PKN

Perkembangan IKN-PKN (Civic-civic Education) di Amerika Serikat, bermula dari pengajaran Civics, yang
diadopsi dari praktik demokrasi oleh penduduk sipil di negara kota (polis) pada zaman Yunani. Civics,
mengambil porsi ilmu politik yang berupa demokrasi politik yang diajarkan di sekolah-sekolah, yang
membedakannya dengan pengajaran ilmu politik di perguruan tinggi (universitas).

Meskipun civics telah dikemas secara psikologis, supaya mudah diterima oleh siswa dalam tingkatan
perkembangan yang berbeda-beda, tetapi dirasa kurang fungsional karena materinya terbatas pada
masalah konstitusi dan pemerintahan. Gerakan Community Civics, mereaksinya dengan menambah
materi community civics, economic civics, dan vocational civics pada Civics.

Hampir bersamaan dengan Gerakan Community Civics, lahir pula Gerakan Civics Education. Gerakan
Civic Education, memandang perlunya memasukkan unsur pendidikan sebagai salah satu kebutuhan
dasar siswa dalam mengembangkan masyarakat yang demokratis, belum tertampung dalam Civics
maupun Community Civics. Oleh karena itu, Civics Education dinilai telah mengakomodasi berbagai
kebutuhan yang diperlukan dalam mengembangkan siswa atau warga negara dalam masyarakat
demokratis. Civic Education dengan karakteristiknya yang demikian sering dikenal sebagai Civics-plus.

Istilah Civics mengalami pergantian istilah menjadi Kewarga-negaraan, Kewargaan Negara (KN), dan Ilmu
Kewargaan Negara (IKN). Sedangkan isitilah PKN (Pendidikan Kewargaan Negara) yang pernah
mengganti istilah Civics (1968) dengan munculnya UU No.2 Tahun 1989 tentang SPN dimunculkan lagi
dengan label Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). Istilah “Kewargaan Negara” yang lebih menekankan
bagaimana mewujudkan warga negara yang baik, diganti dengan “Kewarganegaraan” yang sering
ditafsirkan lebih menekankan pada pembahasan hal-hal yang terkait dengan masalah kewarganegaraan
khususnya mengenai hubungan warga negara dengan negara. Kurikulum 1994, sebagai realisasi UU No.2
Tahun 1989 tentang SPN, mengintegrasikan PKN dengan PP (Pendidikan Pancasila) yang kemudian
dikenal sebagai PKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan), walaupun pemisahan antara
keduanya menurut UU tersebut dimungkinkan. Kurikulum 1994 tersebut, dinilai menjadi titik tolak akan
keilmuan PKN menjadi semakin kabur, dan merupakan pendangkalan PKN karena dipandang tidak
banyak berbeda dengan penataran P4, apa lagi memang P4 dijadikan materi pokoknya.

Perkembangan (perubahan) IKN-PKN/PKN tidak hanya menyangkut istilah tetapi juga menyangkut
materi (content) dan kedudukan. Corak perubahan tersebut, sangat dipengaruhi oleh kebijakan politik
pemerintah. Hal itu menjadikan jati diri IKN-PKN yang berupa pemberdayaan warga negara, sering
berubah menjadi alat untuk legitimasi, justifikasi dan hegemoni rezim pemerintahan Sukarno maupun
Suharto untuk mempertahankan status-quo. Ke depan pada masa reformasi jati diri IKN-PKN tersebut
harus tetap eksis, agar dapat menunjang terbentuknya masyarakat madani (civil soceity), sebagai corak
masyarakat Indonesia baru.

Anda mungkin juga menyukai