Anda di halaman 1dari 7

D.

Evaluasi Pembelajaran

1. Pengewasan dan Evaluasi

Dalam konteks manajemen pembelajaran, control (pengawasan) adalah suatu


pekerjaanyang dilakukan seorang guru untuk menemukan apakah fungsi
organisasi serta pimpinananya telah dilaksakan dengan baik mencapai tujuan-
tujuan yang di tentukan. Jika tujuan belum tercapai, maka seorang guru harus
mengukur kembali serta mengatur situasi yang memungkinkan tujuan akan
tercapai. Kegiatan yang berkaitan dengan pengawsan pembalajaran adalah
melakukan evaluasi system belajaaar, mengatur hasil belajar dan memimpin
dengan dituntun oleh tujuan (Davis, 1990).

Johnson (1978:74) menyimpulkan “control as that function of the system which


provides adjustments in comformance to the plan; the maintenance of variations
from system objectives within allowable limits”. Dimaksudkannya, control sebagai
fungsi dari system yang memberikan penyesuaian dalam mengarahkan kepada
rencana, pemeliharaan, dan variasi-variasi darei sasaran-sasaran system didalam
batas-batas yang diperbolehkan.

Ditegaskan oleh Kemp (1993:157) bahwa :” Evaluating learning is essential in the


instructional design process. After examining learner charactearistics you
identified instructional prosedures to accomplish them”. Boleh dikatakan bahwa,
tidak ada perbaikan dalam proses pembelajaran tanpa lebih dahulu melakuka
evaluasi yang baik terhadap proses pembelajaran itu sendiri.

Salah satu persoalan dalam pembelajaran adalah pemahaman terhadap evaluasi


dan aplikasinya untuk peningkatan mutu. Karena itu, memahami problema
pengajaran baikdalam konteks factor internal maupun factor eksternal adalah
suatu keharusan bagi setiap guru, dosen atau penatar. Ada keterkaitan tujuan,
metode dan eveluasi pembelajaran di setiap sekolah. Semua komponen ini saling
mempengaruhi dan berkontribusi terhadap pencapaian hasil (achievement) para
peserta didik secara formal.

2. Mengevaluasi Pengajaran
1. Pengertian Evaluasi Pengajaran

Merancang evaluasi termasuk tugas seorang guru ketika membuat rancangan


pembelajaran (instructional design). Karena tugas seorang perancang system
dalam konteks pembelajaran adalah mengorganisir orang-orang, material
dan prosedur-prosedur agar siswa belajara secara efisien (Hamalik, 1990).

Menurut Dimyati dan Mudhiono (1990;190) evaluasi mencakup evaluasi hasil


belajar dan evaluasi pembelajaran. Evaluasi hasil belajar menekankan kepada
diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam
mencapai tujuan pengajaran yang di tetapkan sedangkan evaluasi
pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi
tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai
tujuan pengajaran secara optimal.
Pendapat lain dikemukakan Hamalik (1990;259) evaluasi adalah suatu proses
berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai
(Asses) keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu system
pengajaran (Hamalik, 1990;259)

Pengertian diatas menurut Hamalik memberikan tiga implikasi, yaitu :

a. Evaluasi adalah proses terus menerus bukan hanya di akhir pengajaran


b. Proses evaluasi senantiasa diarahkan kepada tujuan tertentu yaitu
jawaban-jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran
c. Evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna
untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat
keputusan

Itu berarti evaluasi berkaitan dengan proses pengumpulan informasi yang


memungkinkan kita menentukan tingkat kemajuan pengajaran.

2. tujuan dan fungsi evaluasi pengajaran


a. untuk diagnostic dan pengembangan. Penggunaan hasil dari kegiatan
evaluasi hasil belajar sebagai dasar pendiagnosisan kelemahan dan
keunggulan siswa beserta sebab-sebabnya.
b. Untuk seleksi Siswa. Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar seringkali
digunakan sebagai dasar untuk menentukan siswa-siswa yang paling
cocok untuk jenis jabatan atau jenis Pendidikan tertentu.
c. Untuk Kenaikan Kelas. Menentukan apakah seorang siswa dapat
dinaikan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi
yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru.
d. Untuk penempatan. Agar siswa dapat berkembang sesuai dengan
tingkat kemampuan dan potensi yang mereka miliki maka perlu di
pikirkan ketepatan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.
Untuk menetapkan penempatan siswa pada kelompok, guru dapat
menggunakan hasil dari kegiatan belajar sebagai dasar pertimbangan
(Arikunto, 1990)

Menurut Davis (1991;293) Evaluasi dalam konteks pembelajaran


mengandung dua keuntungan atau manfaat, yaiut :

a. Evaluasi dapat menilai cara mengajar seorang guru


b. Evaluasi dapat menilai hasil belajar

Tegasnya dikemukakan bahwa “ tujuan utama evaluasi adalah untuk


menentukan kemajuan siswa dalam belajar” (Kemp, dkk, 1993:158)

Davis (1991:294) mengemukakan beberapa manfaat dari evaluasi belajar, yaitu :

1. Mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa apakah mereka telah


merealisasikan tujuan yang telah di tentukan.
2. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan sehingga tindakan
perbaikan yang cocok dapat diadakan.
3. Merumuskan ranking siswa dalam hal kesuksesan mereka mencapai tujuan
yang telah disepakati.
4. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi
mengajar di gunakan, supaya kelebihan dan kekurangan strategi mengajar
tersebut dapat di tentukan.
5. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran, dan
menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu diberikan.

Adapun yang akan di evaluasi oleh guru dalam proses pembelajaran adalah
tujuan pengajaran itu sendiri yang mencakup domain kognitif, afektif dan
psikomotorik.

Urlich (1981:41) menjelaskan bahwa domain (Kawasan) kognitif mencakup


dalam tujuan yang berkaitan dengan pengetahuan dan pengembangan
kemampuan intelektual yang dikembangkan dalam kurikulum dan muncul dalam
perilaku murid.

Domain afektif adalah berkaitan dengan sikap, kepercayaan dan hal-hal yang ada
dalam system kepercayaan. Domain afektif juga merupakan esensi dalam
kurikulum yang akan diukur dalam evaluasi.

3. Jenis Evaluasi
Jenis evaluasi Pendidikan meliputi kegiatan yang bermacam-macam, ada
evaluasi formatif, sumatif,evaluasi penempatan. Evaluasi Formatif Adalah
evaluasi yang berfungsi untuk memperbaikai proses belajar mengajar. Dijelaskan
oleh Kemp (1990:158) “formative evaluation thus become an important part of
the instructional design process, its function is to inform the instructor or
planning team how well the instructional program is serving the objectives as it
progress”. Evaluasi formatif sangat penting dalam rancangan pembelajaran dan
yang dilaksanakan untuk mengetahui seberapa baik program pengajaran
terlaksana sesuai tujuan sebagai suatu proses kemajuan.
Evaluasi sumatif Adalah evaluasi untuk menentukan angka kemajuan siswa.
Kemp (1993:159) menjelaskan bahwa : “summative evaluationis directed toward
measuring the degree to which the major outcomes are attained by the end of
the course”. Jadi evaluasi sumatif dimaksudkan untuk mengukur tingkat hasil
utama pembelajaran yang tercapai di akhir anak mengikuti pengajaran.
Dalam evaluasi sumatif ini, sumber informasi yang utama adalah dari hasil
evaluasi akhir dan ujian akhir dari pengajaran kurikulum. Perlu digaris bawahi
bahwa, efektivitas siswa yang terungkap dalam evaluasi sumatif akan ditentukan
oleh beberapa factor. Yaitu :
a. Efesiensi pembelajaran (materi, waktu, dan dukungan faktir lainnya)
b. Biaya dari pengembangan program
c. Pengembangan berkelanjutan
d. Reaksi terhadap kurikulum dan program pengajaran
e. Masa keuntungan dari program. (Kemp, 1993)

Kedua pendekatan evaluasi tersebut saling berkaitan dan mendukung di dalam


pembelajran. Bagaimanapun, evaluasi formatif berkaitan dengan peningkatan
pembelajaran. Sedangkan hasil evaluasi sumatif berkaitan dengan penilaian
efektifitas pembelajran. Itu berarti, dalam setiap evaluasi formatif, guru harus
mampu menilai hasil pembelajaran mencakup tujuan yang di tetapkan sesuai
aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Untuk melakukan evaluasi formati, keberadaaan test sangat penting dari semua
rangkaian pengajaran. Baik test awal (pre testing), test pada saat berlangsung
(embedded testing) maupun evaluasi pada saat akhir pelajaran (post testing).

Evaluasi sumatif dirancang dan diujikan untuk mengetahui efektivitas


pengajaran. Melalui test yang di susun sedemikian rupa dengan memperhatikan
validitas dan reabilitas.

4. Instrumen Evaluasi
Instrument evaluasi hasil belajar di sebut juga Teknik tes atau Teknik non tes.
Teknik tes berupa tes objektif (Pilhan Berganda, Melengkapi, Benar salah) dan
tes pengembangan (Essay pendek, essay Panjang) , sedangkan non tes
menggunakan macam-macam alat non tes (Praktek).
Berdasarkan bentuk pertanyaan dalam tes, maka tes dibagi dua, yaitu :
Tes objektif dan tes esai, adapun yang dimaksud tes objektif adalah tes yang
terdiri butir-butir pertanyaan yang dapat dijawab dengan dengan memilih salah
satu alternative yang benar dari sejumalah alternative yang tersedia, atau
dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau symbol.
Dalam memeriksanya dapat dilakukan secara objektif. Bentuk tes objektif terdiri
dari : tes benar salah, tes pilihan berganda, tes menjodohkan, dan tes
melengkapi.
Sedangkan tes esai/subjektif merupakan bentuk tes yang terdiri dari suatu
pertanyaan atau perintah yang memerlukan jawaban bersifat pembahasan atau
uraian kata-kata yang relative Panjang (Dimyati dan Mudjiono, 2000).
Menurut HAmalik (1989:5) bahwa proses Pendidikan sebagai proses untuk
merubah tingkah laku dan sikap sesuai dengan tujuan kognitif, afektif dan
psikomotor, merupakan komponen yang sangat penting dalam pola system
Pendidikan. Dalam garis besarnya, proses itu terdiri dari tiga aspek penting
yaitu:
1. Tujuan Pendidikan yang telah digariskan secara eksplisit dan implisit
2. Pengalaman-pengalaman belajar didesain untuk mencapai tujuan-tujuan
Pendidikan
3. Evaluasi yang dilakukan untuk menentukan seberapa jauh tujuan telah
dicapai.

Untuk mengukur pengetahuan dapat digunakan dua tes objeketif (melengkapi,


pilihan ganda, benar salah, mencocokan) dan tes pengembangan (esay pendek
dan esay pajang) dan pemecahan masalah.
Sedangkan untuk mengukur keterampilan perilaku, dianjurkan mengukur tes
penampilan, analisis terhadap perilakudalam berbagai peristiwa. Untuk
mengukur sikap dinilai dari pengamatan dalam pembelajaran, pengamatan,
perilaku, penggunaan skala, survey dan interview.
E. Peningkatan Mutu dalam Pembelajaran
Spanbauer dalam Hubbard, ed (1993:394) menjelaskan sekolah-sekolah yang
berhasil, telah menerapkan dua strategi utama. Pertama, menggunakan pendekatan
system yang melakukan peninjauan ulang secara lebuh cepat terhadap proses yang
berhubungan langsung dengan belajar. Kedua, hal yang pling penting dan langsung
berdampak positif adalah terlibatnya guru-guru secara aktif dalam pembuata
keputusan man manajemen sekolah.
Pemberdayaan guru merupakan hal yang penting, karena peran mereka sangat
strategis dalam proses pengajaran dan pembelajran sebagai inti dari Pendidikan.
Untuk peningkatan mutu pembelajaran, banyak sekolah yang sudah menerapka
manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) sehingga berhasil
dalam beberapa decade terdahulu.
Spanbauer (1993) menggunakan komponen-komponen dari model implementasi
TQM dalam Pendidikan debagai berikut:
1. Kepemimpinan
Untuk memulai TQM dalam lingkungan Pendidikan memerlukan perhatian
terhadap kepemimpinan dengan focus pemberdayaan,yang dapat dan membagi
pengambilan keputusan sementara pelatihan anggota lain untuk menjamin
mereka lebih bertanggung jawab.
2. Pendekatan focus terhadap pelanggan
Proses yang khusus untuk mengidentifikasi para pelanggan, mengumpulkan
informasi dari mereka dan menjawab kebutuhan mereka agar supaya tercapai
harapan-harapa mereka.
3. Iklim organisasi
System TQM lebih mengutamakan pencegahan masalah yang muncul daripada
mengawasi dari hsil akhir dalam menata proses dalam suatu jaminan
pencegahan munculnya kegagalan.
4. Tim pencegahan masalah
TQM memerlukan lingkungan pemecahan masalah, dengan suatu tim yang
terdiri dari sejumlah personil terus bergerak setiap saat dalam suatu perkerjaan
dan departemen.
5. Tersedia data yang bermakna
Dalam konsepnya, proses pemecahan masalah memerlukan seperangkat alat
dan prosedur umum untuk orientasi bidang Pendidikan.
6. Metode ilmiah dan alat-alat
Lingkungan ini dengan perhatian penuh menidentifikasi dan mengeliminasi,
bekerja dengan menggunakan metode ilmiah dan pendekatan statistic dalam
paying setiap proses manajemen.
7. Pendidikan dan latihan
Sebagai sebuah paradigma baru, TQM menyentuh semua personil sekolah
dalam semua tingkatorganisasi. Dalam pergantian paradigma ini, suatu
kelangsungan proses Pendidikan dan program latihan dan program latihan
diperlukan untuk semua staf.
Penerapan manajemen peningkatan mutu dalam pembelajaran dimaksudkan agar
tercapai keunggualan proses pembelajaran. Suatu pembelajaran unggul adalah
pembelajaran yang mengutasmakan hasil dan memeberi peluah tinggi bagi guru dan
siswa untuk aktif, inovatif, pemanfaatan sarana dan prasarana yang banyak dan
bagus.
Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran unggul, maka harus diperhatikan faktor-
faktor berikut:
a. Guru
b. Siswa
c. Metode mengajar
d. Mamajemen pembelajaran
e. Psikologi pembelajaran
f. Lingkungan belajar
g. Sarana, prasarana, media, laboratorium
h. Dana

Peningkatan kualitas pengajaran merupakan konsekuensi dari evaluasi, suprvisi, dan


pengawasan yang dilaksanakan di sekolah. Ada beberapa kriteria pembelajaran
unggul, yaitu:

a. Tingkat peranan siswa


b. Kembangkan bahan ajar
c. Pemanfaatn sumber belajar
d. Tugas dan fungsi guru
e. Metode yang tepat
f. Keseinbangan jasmani dan rohani
g. Mengeri bukan menghafal
h. Sumber belajar

F. Aplikasi TQM di kelas

Menurut Spanbauer (1994) TQM merupakan payung bagi strategi peningkatan mutu
sekolah, seperti pembalajaran percepatan (accelerated laearning), manajemen
berbasis lingkungan, pemberdayaan guru, Pendidikan berbasis hasil, efektifitas
Lembaga, Pendidikan berbasis masyarakat dan pembelajaran berpusat kepada murid,
diharapkan dapat memberdayakan Pendidikan.

Hoy (2002) menjelaskan ada bebrapa tahapan yang akan dilalui untuk menetapkan
budaya mutu dalam menuju sekolah unggul, yaitu:

1. Membangun komitmen menanamkan dalam diri personil sekolah untuk


mencaspai tujuan
2. Perencanaan, menggunakan keterampilan individu dan tim untuk dikembangkan
mencapai tujuan
3. Tindakan, untuk mengembangkan dan menggunakan keterampilan dalam
menetapkan program berkelanjutan
4. Evaluasi, menilai kemajuan tujuan, nilai yang dicapai dan kebutuhan masa
depan.
Hal nyang penting dari pelaksanaan peningkatan mutu pengajaran adalah aktivitas
yang diperlukan untuk perencanaan pengajarwan mencakup hal-hal berikut:
1. Perencanaan untuk menyampaikan silabus
2. Melakukan perbaikan terhadap materi pembelajaran
3. Penataan yang efektif bagi pelaksanaan kegiatan pengajaran dan kegiatan
menulis
4. Efisiensi penataan dan tes untuk ujian
5. Memberikan pelatihan yang baik untuk dukungan dan kemampuan mengakses
pelajar.

Efektifitas kelas dan kemampuan personal dalam mengajar dapat dilihat dari
persiapan yang baik dan struktur pertemuan dengan peyampaian materi
pembelajaran dicapai secara baik dan tidak meragukan kemampuan mereka
menggunakan alat bantu pelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pengajaran.

Dalam TQM, pembelajaran adalah berbasis kepada llingkungan, maka bidang


pengajaran disepakati sebagai lngkah pertama untuk menghabiskan waktunya dalam
menghasilkan rancangan dan proses pembelajaran yang efektif.

Hal yang penting dalam rancangan pembelajaran berbasis lingkungan adalah


hubungan fungsional yangjelas antara input, proses dan output dalam pembelajaran.
Manajemen peningkatan mutu pengajaran harus tetap diarahkan kepada misi, misi
dan tujuan.

Menurut Hoy (2002) proses pembelajaran berakar di dalam kelas, guru mengelola
pengajaran dan pembelajaran, serta peningkatan harus melibatkan usaha-usaha guru
dalam proses.

Anda mungkin juga menyukai