Evaluasi Pembelajaran
2. Mengevaluasi Pengajaran
1. Pengertian Evaluasi Pengajaran
Adapun yang akan di evaluasi oleh guru dalam proses pembelajaran adalah
tujuan pengajaran itu sendiri yang mencakup domain kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Domain afektif adalah berkaitan dengan sikap, kepercayaan dan hal-hal yang ada
dalam system kepercayaan. Domain afektif juga merupakan esensi dalam
kurikulum yang akan diukur dalam evaluasi.
3. Jenis Evaluasi
Jenis evaluasi Pendidikan meliputi kegiatan yang bermacam-macam, ada
evaluasi formatif, sumatif,evaluasi penempatan. Evaluasi Formatif Adalah
evaluasi yang berfungsi untuk memperbaikai proses belajar mengajar. Dijelaskan
oleh Kemp (1990:158) “formative evaluation thus become an important part of
the instructional design process, its function is to inform the instructor or
planning team how well the instructional program is serving the objectives as it
progress”. Evaluasi formatif sangat penting dalam rancangan pembelajaran dan
yang dilaksanakan untuk mengetahui seberapa baik program pengajaran
terlaksana sesuai tujuan sebagai suatu proses kemajuan.
Evaluasi sumatif Adalah evaluasi untuk menentukan angka kemajuan siswa.
Kemp (1993:159) menjelaskan bahwa : “summative evaluationis directed toward
measuring the degree to which the major outcomes are attained by the end of
the course”. Jadi evaluasi sumatif dimaksudkan untuk mengukur tingkat hasil
utama pembelajaran yang tercapai di akhir anak mengikuti pengajaran.
Dalam evaluasi sumatif ini, sumber informasi yang utama adalah dari hasil
evaluasi akhir dan ujian akhir dari pengajaran kurikulum. Perlu digaris bawahi
bahwa, efektivitas siswa yang terungkap dalam evaluasi sumatif akan ditentukan
oleh beberapa factor. Yaitu :
a. Efesiensi pembelajaran (materi, waktu, dan dukungan faktir lainnya)
b. Biaya dari pengembangan program
c. Pengembangan berkelanjutan
d. Reaksi terhadap kurikulum dan program pengajaran
e. Masa keuntungan dari program. (Kemp, 1993)
Untuk melakukan evaluasi formati, keberadaaan test sangat penting dari semua
rangkaian pengajaran. Baik test awal (pre testing), test pada saat berlangsung
(embedded testing) maupun evaluasi pada saat akhir pelajaran (post testing).
4. Instrumen Evaluasi
Instrument evaluasi hasil belajar di sebut juga Teknik tes atau Teknik non tes.
Teknik tes berupa tes objektif (Pilhan Berganda, Melengkapi, Benar salah) dan
tes pengembangan (Essay pendek, essay Panjang) , sedangkan non tes
menggunakan macam-macam alat non tes (Praktek).
Berdasarkan bentuk pertanyaan dalam tes, maka tes dibagi dua, yaitu :
Tes objektif dan tes esai, adapun yang dimaksud tes objektif adalah tes yang
terdiri butir-butir pertanyaan yang dapat dijawab dengan dengan memilih salah
satu alternative yang benar dari sejumalah alternative yang tersedia, atau
dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau symbol.
Dalam memeriksanya dapat dilakukan secara objektif. Bentuk tes objektif terdiri
dari : tes benar salah, tes pilihan berganda, tes menjodohkan, dan tes
melengkapi.
Sedangkan tes esai/subjektif merupakan bentuk tes yang terdiri dari suatu
pertanyaan atau perintah yang memerlukan jawaban bersifat pembahasan atau
uraian kata-kata yang relative Panjang (Dimyati dan Mudjiono, 2000).
Menurut HAmalik (1989:5) bahwa proses Pendidikan sebagai proses untuk
merubah tingkah laku dan sikap sesuai dengan tujuan kognitif, afektif dan
psikomotor, merupakan komponen yang sangat penting dalam pola system
Pendidikan. Dalam garis besarnya, proses itu terdiri dari tiga aspek penting
yaitu:
1. Tujuan Pendidikan yang telah digariskan secara eksplisit dan implisit
2. Pengalaman-pengalaman belajar didesain untuk mencapai tujuan-tujuan
Pendidikan
3. Evaluasi yang dilakukan untuk menentukan seberapa jauh tujuan telah
dicapai.
Menurut Spanbauer (1994) TQM merupakan payung bagi strategi peningkatan mutu
sekolah, seperti pembalajaran percepatan (accelerated laearning), manajemen
berbasis lingkungan, pemberdayaan guru, Pendidikan berbasis hasil, efektifitas
Lembaga, Pendidikan berbasis masyarakat dan pembelajaran berpusat kepada murid,
diharapkan dapat memberdayakan Pendidikan.
Hoy (2002) menjelaskan ada bebrapa tahapan yang akan dilalui untuk menetapkan
budaya mutu dalam menuju sekolah unggul, yaitu:
Efektifitas kelas dan kemampuan personal dalam mengajar dapat dilihat dari
persiapan yang baik dan struktur pertemuan dengan peyampaian materi
pembelajaran dicapai secara baik dan tidak meragukan kemampuan mereka
menggunakan alat bantu pelajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan pengajaran.
Menurut Hoy (2002) proses pembelajaran berakar di dalam kelas, guru mengelola
pengajaran dan pembelajaran, serta peningkatan harus melibatkan usaha-usaha guru
dalam proses.