Anda di halaman 1dari 4

MATERI PRESENTASI

A. KEARIFAN LOKAL
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak dapat dipisahkan
dari Bahasa masyarakat itu sendiri.
Sejarah
Istilah kearifan lokal muncul sebagai suatu pandangan hidup Ketika orang memiliki
pandangan terhadap arus besar. Salah satu faktor penting terciptanya pandangan global
adalah media informasi. Media informasi mampu membangun opini masyarakat dan dalam
batas-batas tertentu opini tersebut dapat membentuk pandangan masyarakat.

Ciri-Ciri Kearifan Lokal


1. Mampu bertahan terhadap budaya luar.
Kearifan lokal berasal dari nilai-nilai budaya setempat yang telah bertahan secara turun
temurun diwariskan dan menjadi bagian dari kehidupan suatu masyarakat dan bangsa. Hal
ini membuat budaya asing yang masuk melalui berbagai media tidak akan membuat kearifan
lokal menjadi hilang dari masyarakat, kecuali memang dirasakan tidak dibutuhkan lagi.
2. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur budaya luar.
Kearifan lokal adalah sesuatu yang luwes dan fleksibel, sehingga adanya unsur budaya asing
dapat diakomodir tanpa merusak kearifan lokal yang ada di masyarakat tersebut.
3. Memiliki kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli.
kearifan lokal memiliki kemampuan bukan hanya untuk mengakomodasi, tetapi juga
mengintegrasikan budaya asing yang masuk dan memadukannya dengan budaya yang sudah
ada dengan baik.
4. Memiliki kemampuan mengendalikan budaya asing yang masuk.
Kearifan lokal adalah suatu warisan adat istiadat dan budaya yang telah turun temurun. Hal
ini menyebabkannya sulit dihilangkan dalam waktu yang cepat. Dengan demikian, kearifan
lokal mampu mengendalikan salah satu dampak negatif globalisasi, yaitu masuknya budaya
asing.
5. Memberi arah pada perkembangan budaya di masyarakat.
Melalui kearifan lokal, masyarakat akan mampu mengembangkan budaya secara terarah.

B. KAMPUNG NAGA
Kampung Naga adalah sebuah perkampungan tradisional yang terletak di Kabupaten
Tasikmalaya, Jawa Barat. Kampung ini merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh
sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan
leluhurnya, dalam hal ini adalah adat Sunda.

Arti Nama Kampung Naga


Jika menggunakan Bahasa “KIRATA” kampung naga berasal dari nama kampung
“NAGAWIR” yang artinya kampung berada di bawah lereng atau tebing.

Lokasi dan Topografi


Kampung Naga ini berlokasi di desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Di sebelah Selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk,
dan di sebelah timur dibatasi dengan kali yang dibatasi dengan Gunung Cikuray.
Luas area kawasan Kampung Naga sekitar 10 Ha, terdiri dari kawasan hunian (batas
kendang jaga) seluas 1,5 Ha, hutan lindung atau hutan larangan seluas 2 Ha, dan lahan
kebun serta pertanian.

Informasi lainnya mengenai Kampung Naga adalah:


• Kampung Naga terletak di kawasan lembah
• Luas Kampung Naga : 1,5 Ha
• Memiliki batas alami: Sungai
batas buatan: pagar yang berbentuk X
• Agama mayoritas : Islam
• Memiliki jumlah penduduk : 294 orang
• Memiliki 111 Kartu Keluarga (KK)
• Bangunan di kampung naga total 112 bangunan
3 bangunan umum yaitu: masjid, balai pertemuan dan lumbung padi umum.
• Kampung Naga tidak menggunakan listrik
• Mata pencaharian :
- Petani
- Kerajinan tangan
- Anyam-anyaman khas kampung naga

Kearifan Lokal yang terdapat pada Kampung Naga

1. Pantangan (Pamali)
• Luas Kampung naga haruslah tetap (1,5 Ha) tidak boleh diperluas.
• Jumlah total bangunan di kampung naga harus tetap 112 bangunan, yaitu terdiri 109
bangunan rumah dan 3 bangunan umum ( terdiri dari masjid, balai pertemuan dan
lumpung pagi umum )
• Memiliki tempat larangan yaitu:
- Batas Timur: Hutan Larangan
- Batas Barat : Hutan Kramat
- Bumi Ageng (Rumah pertama di Kampung naga dan tidak boleh difoto)
• Hari larangan:
- Selasa, Rabu, dan Sabtu
• Bulan januari dan Juli adalah bulan menanam padi selain itu tidak boleh.
2. Kearifan Lokal Penduduk Kampung Naga

• Tetap mempertahankan tradisi nenek moyang


• Masyarakat Kampung naga tetap memegan teguh tradisi nenek moyang, walaupun di
tengah kemajuan teknologi dan informasi saat ini, mereka seakan ‘keukeuh’ dan
loyal terhadap tradisi nenek moyang. Mereka menolak adanya intervensi dari pihak
luar, termasuk soal menjaga kelestarian kampung, dari rencana tangan jahat manusia.
• Tradisi yang masih dijalankan adalah upacara adat yang dilakukan 6 kali dalam
setahun yaitu disebut dengan “Hajat Sasih” yaitu:
1. Memperingati Muharram
2. Memperingati Maulid
3. Memperingati Ruwah
4. Memperingati Jumadil Akhir
5. Memperingati Idul Fitri
6. Memperingati Idul Adha
Gotong royong masih tetap dipertahankan. Contohnya Masyarakat bergotong-royong saat
merenovasi rumah, melakukan tradisi adat dll.

Anda mungkin juga menyukai