Anda di halaman 1dari 45

MOOC PPPK

Massive Open Online Course

PEGAWAI PEMERINTAH DENGAN PERJANJIAN KERJA


(PPPK)

Disusun Oleh :

NAMA LENGKAP : TRI MARETNI

NIP : 198403012022212012

TEMPAT, TANGAL LAHIR : KLATEN, 1 Maret 1984

GOLONGAN : IX
JABATAN : AHLI PERTAMA – GURU IPA

SEKOLAH : SMP NEGERI 2 KARANGNONGKO

INSTANSI : PEMERINTAH KAB. KLATEN

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA (LAN)


TAHUN 2022
1
MATERI AGENDA 1_ SIKAP PERILAKU BELA NEGARA

Agenda 1: Modul 1
WAWASAAN KEBANGSAAN DAN NILAI – NILAI BELA NEGARA
Wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi akan kesadaran
diri sebagai warga negara akan diri dan lingkungannya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
1) Beberapa titik penting sejarah bangsa Indonesia yang berkaitan dengan wawasan
kebangsaan:
a. Berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908
b. Diprakarsainya organisasi Perhimpunan Indonesia ( PI ) oleh Sutan Kasayangan dan
R.N. Noto Suroto pada 25 Oktober 1908 di Leiden Belanda.
c. Diselenggarakannya Konggres Pemuda I pada tanggal 30 April 2026
d. Diselenggarakanya Konggres Pemuda II pada tanggal 27-28 Oktober 1928
e. Terbentuknya BPUPKI pada tanggal 1 Maret 1945
f. Terbentuknya PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945
2) Empat Konsesus Dasar
a. Pancasila
b. Bhineka Tunggal Ika
c. Undang- Undang Dasar Tahun 1945
d. Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )
3) Atribut Kenegaraan
Menurut UU NO 24 Tahun 2009 Tentang Bendera, Bahasa dan Lambang Negara serta lagu
Kebangsaan:
a. Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera
Negara adalah “Sang Merah Putih” ( Pasal 1 Ayat 1 ).
b. Bahasa Indonesia adalah sebagai bahasa resmi negara ( Pasal 25 Ayat 1 )
c. Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang
tepatnya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai berupa jantung yang digantung dengan
rantai pada leher Garuda dan semboyan Bhineka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang
dicengkeram oleh Garuda ( Pasal 45).
d. Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh Wage Rudolf Supratman
( Pasal 5 Ayat 1).
4) Manajemen Pemerintahan Negara
a. Cita- cita atau Tujuan Nasional

2
Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur
b. Tujuan Nasional
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; dan untuk
memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; ikut melaksanakan
ketertiban dunia
c. Fungsi Negara
a) MPR : Konstitutif
b) Presiden : Eksekutif dan Legislatif
c) DPR : Legislatif
d) DPD : Legislatif
e) BPK : Auditif
f) MA : Yudikatif
g) MK : Yudikatif
d. Fungsi
Melayani masyarakat; mengayomi masyarakat; dan memberdayakan masyarakat.
5) Struktur Kelembagaan Negara

6) SANKRI
SANKRI adalah wadah perjuangan bersama segenap komponen bangsa dalam mewujudkan
cita- cita dan tujuan bernegara.

3
Dimanapun kita berada dan apapun peran kita, kita berada di dalam SANKRI, dalam rangka
itu sebagai pimpinan organisasi pemerintah negara kita bertugas mengatasi masalah yang
dihadapi masyarakat, bangsa dan negara, dan bertanggung jawab atas perjuangan
mewujudkan cita- cita dan tujuan bernegara.
7) Bela Negara
Bela negara adalah tekad, sikap dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
Hari Bela Negara ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28
tahun 2006 tentang Hari Bela Negara tanggal 18 Desember 2006 dengan pertimbangan
bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Pada tanggal tersebut terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam rangka
mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
dalam rangka bela Negara serta bahwa dalam upaya lebih mendorong semangat kebangsaan
dalam bela negara dalam rangka mempertahankan kehidupan ber- bangsa dan bernegara
yang menjunjung tinggi persatuan dan Kesatuan.
Dalam Undang- Undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 dijelaskan bahwa Keikutsertaan
Warga Negara dalam usaha Bela Negara salah satunya dilaksanakan melalui pendidikan
kewarganegaraan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara dengan menanamkan nilai
dasar Bela Negara, yang meliputi:
a. Cinta tanah air
a) Mencintai, menjaga dan melestarikan lingkungan
b) Menghargai dan menggunakan karya anak bangsa
c) Menggunakan produk dalam negeri
d) Menjaga dan memahami seluruh ruang wilayah NKRI
e) Menjaga nama baik bangsa dan negara
f) Mengenal wilayah tanah air tanpa fanatisme kedaerahan
b. Sadar berbangsa dan bernegara
a) Disiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan.
b) Menghargai dan menghormati keanekaragaman suku, agama dan ras antar
golongan.

4
c) Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan
d) Bangga terhadap bangsa dan negara sendiri
e) Rukun dan berjiwa gotong royong dalam masyarakat
f) Menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan per undang- undangan
yang berlaku.
c. Setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara
a) Menjalankan kewajiban agama dan kepercayaan secara baik dan benar
b) Memahami dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari
c) Meyakini Pancasila sebagai dasar negara serta menjadikan Pancasila sebagai
pemersatu bangsa dan negara
d. Menerapkan prinsip- prinsip dan nilai- nilai musyawarah mufakat.
e. Menghargai serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
f. Saling membantu dan tolong- menolong antar sesama sesuai nilai- nilai luhur
e. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
a) Menjalankan kewajiban agama dan kepercayaan secara baik dan benar
b) Memahami dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari
c) Meyakini Pancasila sebagai dasar negara serta menjadikan Pancasila sebagai
pemersatu bangsa dan negara
d) Menerapkan prinsip- prinsip dan nilai- nilai musyawarah mufakat.
e) Menghargai serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
g. Kemampuan awal Bela Negara
a) Memiliki kemampuan, integritas dan kepercayaan diri yang tinggi dalam
membela bangsa dan negara.
b) Mempunyai kemampuan memahami dan mengidentifikasi bentuk- bentuk
ancaman di lingkungan masing-masing
c) Senantiasa menjaga kesehatannya sehingga memiliki kesehatan fisik dan mental
yang baik.
d) Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelegensi yang tinggi.
e) Memiliki pengetahuan tentang kearifan lokal dalam menyikapi setiap ancaman.
f) Memiliki kemampuan dalam memberdayakan kekayaan sumber daya alam dan
keanekaragaman hayati.

5
8) Implementasi
a. Nilai Dasar Bela Negara
a) Cinta tanah air
b) Sadar berbangsa dan bernegara
c) Setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara
d) Rela berkorban untuk bangsa dan negara
e) Kemampuan awal Bela Negara
b. Nilai- nilai Dasar ASN
a) Memegang teguh ideologi Pancasila;
b) setia dan mempertahankan Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
c) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
d) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
g) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah;
j) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
k) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
m) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
n) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan;
o) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.
c. Fungsi ASN
a) Pelaksanaan kebijakan publik
b) Pelayanan publik; dan
c) Perekat dan pemersatu bangsa.

6
Agenda 1: Modul 2

ANALISIS ISU KONTEMPORER

ISU KONTEMPORER adalah upaya yang dilakukan untuk mengetahui suatu pokok persoalan
yang terjadi pada masa sekarang atau menjadi trending topik pada saat ini jadi solusi
penyelesaiannya harus sesuai masa sekarang yaitu masa modern.
A. Latar Belakang
1. Tujuan Reformasi Birokrasi pada tahun 2025 untuk mewujudkan birokrasi kelas dunia,
merupakan respon atas masalah rendahnya kapasitas dan kemampuan Pegawai Negeri
Sipil dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis yang menyebabkan posisi
Indonesia dalam percaturan global belum memuaskan.
2. Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, secara signifikan
telah mendorong kesadaran PNS untuk menjalankan profesinya sebagai ASN dengan
berlandaskan pada: a) nilai dasar; b) kode etik dan kode perilaku; c) komitmen,
integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik; d) kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas; dan e) profesionalitas jabatan. ”
3. Kemampuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lingkungan
strategis dan analisis isu-isu kontemporer pada agenda pembelajaran Bela Negara perlu
didasari oleh materi wawasan kebangsaan dan aktualisasi nilai- nilai bela negara yang
dikontekstualisasikan dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari.
B. Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya
1. Melaksanakan : Kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan peraturan per undang- undangan.
2. Memberikan : Pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
3. Mempererat : Persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
C. Menjadi ASN yang professional
1. Mengambil tanggung jawab
2. Menunjukkan sikap mental positif
3. Mengutamakan keprimaan
4. Menunjukkan kompetensi
5. Memegang teguh kode etik
D. Perubahan Lingkungan Strategis
Ditinjau dari pandangan Urie Brofenbrenner (Perron, N.C., 2017, empat level lingkungan
strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai

7
bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family), Masyarakat pada level
lokal dan regional (Community/Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global).
E. Modal Insani dalam Menghadapi Lingkungan Strategis
a. Modal Intelektual
b. Modal Emosional
c. Modal Sosial
d. Modal Ketabahan
e. Modal Etika / Moral
f. Modal Kesehatan ( Kekuatan ) Fisik/ Jasmani
F. Isu- Isu Strategis Kontemporer
1) Korupsi
Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
beserta revisinya melalui Undang- Undang Nomor 20 tahun 2001. Secara substansi
Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999 telah mengatur berbagai modus operandi
tindak pidana korupsi sebagai tindak pidana formil, memperluas pengertian pegawai
negeri sehingga pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan kepada orang perorang tetapi
juga pada korporasi, dan jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim terhadap
terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana Mati, Pidana Penjara, dan Pidana
Tambahan.
2) Narkoba
Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal dari bahasa Yunani
yaitu ”Narke” yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Sebagian orang
berpendapat bahwa narkotika berasal dari kata ”Narcissus” yang berarti jenis tumbuh-
tumbuhan yang mempunyai bunga yang membuat orang tidak sadarkan diri. Narkotika
dan Obat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa digunakan oleh Kemenkes) yang
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Kemenkes, 2010).
Kedua istilah tersebut dapat menimbulkan kebingungan. Dunia internasional (UNODC)
menyebutnya dengan istilah narkotika yang mengandung arti obat-obatan jenis
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Sehingga dengan menggunakan istilah
narkotika berarti telah meliputi narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
3) Terorisme dan Radikalisme
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat
menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau

8
kehancuran terhadap objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik, atau
fasilitas internasional dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 60/288 tahun 2006 tentang
UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi empat pilar strategi global
pemberantasan terorisme, yaitu : 1) pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;
2) langkah pencegahan dan memerangi terorisme; 3) peningkatan kapasitas negara-
negara anggota untuk mencegah dan memberantas terorisme serta penguatan peran
sistem PBB; dan 4) penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule
of law sebagai dasar pemberantasan terorisme.
Cara mencegah tindak pidana terorisme meliputi : Kesiapsiagaan Nasional,
Deradikalisasi
4) Money Loundry
“Money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah aktivitas pencucian
uang. Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara sederhana (arti perkata) karena
akan menimbulkan perbedaan cara pandang dengan arti yang populer, bukan berarti
uang tersebut dicuci karena kotor seperti sebagaimana layaknya mencuci pakaian kotor.
Oleh karena itu, perlu dijelaskan terlebih dahulu sejarah munculnya money laundering
dalam perspektif sebagai salah satu tindak kejahatan.
5) Proxy War
Sejarahnya Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan saat ini yang
dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan actor negara maupun actor non
negara. Kepentingan nasional negara- negara besar dalam rangka struggle for power
dan power of influence mempengaruhi hubungan internasional. Proxy war memiliki
motif dan menggunakan pendekatan hard power dan soft power dalam mencapai
tujuannya.
6) Cyber Crime, Hate Speech dan Hoax
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan
beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer jaringan komputer dan
internet. Pelakunya pada umumnya harus menguasai teknik komputer algoritma
pemrograman dan sebagainya sehingga mereka mampu menganalisa sebuah sistem dan
mencari celah agar bisa masuk merusak atau mencuri data atau aktivitas kejahatan
lainnya.

9
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi hinaan atau hasutan yang
disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik
merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa.
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau
bohong atau palsu baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak mengadu
domba kelompok kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang tidak
benar.

Agenda 1: Modul 3
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
A. Kesiapsiagaan Bela Negara
Adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik secara fisik,
mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan
berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban
sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Tahun 1945 untuk menjaga,
merawat dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Rumusan 5 Nilai Bela Negara
1). Rasa Cinta Tanah Air.
2). Sadar Berbangsa dan Bernegara.
3). Setia Pancasila sebagai Ideologi Negara.
4). Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara.
5). Mempunyai Kemampuan Awal Bela Negara.
B. Kemampuan Awal Bela Negara

Untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-nilai dasar bela negara tersebut, kita harus
memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan jasmani maupun mental yang mumpuni, serta memiliki
etika, etiket, moral dan nilai kearifan lokal sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.

1. Kesiapsiagaan Jasmani
Adalah kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melaksanakan tugas atau kegiatan fisik
secara lebih baik dan efisien
MANFAAT :
 Memiliki postur yang baik
 Memiliki ketahanan melakukan pekerjaan berat

10
 Memiliki ketangkasan yang tinggi
SIFAT KESIAPSIAGAAN JASMANI :
 Dapat dilatih untuk ditingkatkan.
 Dapat meningkat dan/atau menurun dalam periode waktu tertentu.
 Kualitas kesiapsiagaan sifatnya tidak menetap sepanjang masa.
 Cara terbaik untuk mengembangkannya, yaitu melakukannya.
SASARAN PENGEMBANGAN KESIAPJAS :
 Tenaga ( power).
 Daya tahan ( endurance).
 Kekuatan (muscle strength)
 Kecepatan ( speed).
 Ketepatan ( accurancy)
 Kelincahan ( agility).
 Koordinasi ( coordination)
 Keseimbangan ( balance).
 Fleksibilitas (flexiblity)
LATIHAN & PENGUKURAN KESIAPSIAGAAN JASMASNI
Tujuan Latihan :
Meningkatkan volume oksigen (VO2max) dalam tubuh agar dapat dimanfaatkan untuk
merangsang kerja jantung dan paru- paru, guna mencapai tingkat kesegaran fisik pada
kategori baik sehingga siap dan siaga dalam melaksanakan setiap aktivitas sehari hari.
Bentuk Latihan
 Lari 12 menit (Cooper Test)
 Pull up 10 kali ( pria ), dan Chining 20 kali ( perempuan
 Sit up (35 kali/ menit untuk pria dan 30 kali/ menit untuk perempuan
 Push up (35 kali/ menit untuk pria dan 30 kali/ menit untuk perempuan
 Shutle Run ( jarak 10 meter, 3 putaran maksimal 20 detik
 Lari 2,4 km ( maksimal 9 menit )
 Berenang (minimal 25 meter )
Tahap- Tahap Latihan :
 Warm up selama 5 menit ; Menaikan denyut nadi perlahan lahan sampai training
zone. Latihan selama 15 - 25 menit ; Denyut nadi dipertahankan dalam Training

11
 Zone sampai tercapai waktu latihan . Denyut nadi selalu diukur dan disesuaikan
dengan intensitas latihan
 Coolling down selama 5 menit ; Menurunkan denyut nadi sampai lebih kurang 60%
dari denyut nadi maksimal .
Pengukuran Kesiapsiagaan Jasmani : Metode Cooper Test
2. Kesehatan Jasmani
Kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat- alat tubuhnya dalam batas
fisiologi terhadap keadaan lingkungan dan / kerja fisik yang cukup efisien tanpa lelah
secara berlebihan.
CIRI JASMANI SEHAT :
1) Normalnya fungsi alat alat tubuh, terutama organ vital. Misal :
 Tekanan darah : 120/80 mm/ Hg
 Frekuensi nafas : 12 18 kali/menit
 Denyut nadi : 60 90 kali/menit
 Suhu tubuh antara 36 0 37 0 C
2) Memiliki energi yang cukup untuk melakukan tugas harian (tidak mudah merasa lelah).
3) Kondisi kulit, rambut, kuku sehat (gambaran tingkat nutrisi tubuh).
4) Memiliki pemikiran yang tajam (otak bekerja baik).
GANGGUAN KESEHATAN JASMANI :
1) Psikosomatis Faktor Psikologis
2) Penyakit “Orang Kantoran
Kebugaran Jasmani
Kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan/tugasnya sehari hari dengan
mudah, tanpa merasa kelelahan yang berlebihan, dan masih mempunyai sisa atau cadangan
tenaga untuk menikmati waktu senggangnya & untuk keperluan yang mendadak.
Komponen
 Komposisi Tubuh IMT = BB / (TB) 2
 Kelenturan Tubuh Luas bidang gerak persendian
 Kekuatan Daya Tahan Otot Kontraksi maksimal otot.
 Daya Tahan Jantung Paru

12
Pola Hidup sehat
Segala upaya guna menerapkan kebiasaan baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan
menghindarkan diri dari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

CARA:
1) Makan Sehat
2) Aktifitas Sehat
3) Berpikir Sehat
4) Lingkungan Sehat
5) Istirahat Sehat
Olah Raga Teratur dan Terukur
1) Minimal 150 menit minggu
2) Menghitung Denyut Nadi bukan keringat
 Normal : 60 90 kali/ menit
 Maksimal : (220 Umur ) menit
3) Olahraga : 60% 85% dari Maksimal
4) Tahapan : Pemanasan , Gerakan Inti dan Pendinginan
5) Lakukan secara konsisten
3. Kesiapsiagaan Mental
Adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi mental, perkembangan
mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan
perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik tuntutan dari dalam dirinya sendiri
maupun dari luar.
KARAKTER KESIAPSIAGAAN MENTAL BAIK :
 Berperilaku menurut norma- norma sosial yang diakui, sikap perilaku tersebut
digunakan untuk menuntun tingkah lakunya;
 Mengelola emosi dengan baik;

13
 Mengembangkan berbagai potensi yang dimilik secara optimal;
 Mengenali resiko dari setiap perbuatan;
 Menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang; dan
 Menjadikan pengalaman (langsung atau tidak langsung) sebagai guru terbaik.
Kecerdasan Emosional
Adalah kemampuan emosional yang meliputi : sadar akan kemampuan emosi diri
sendiri, kemampuan mengelola emosi, kemampuan memotivasi diri, kemampuan empati
terhadap perasaan orang lain, dan pandai menjalin hubungan dengan orang lain.
Dimensi Kecerdasan Emosional :
 Kesadaran Diri Sendiri (pengendalian emosi)
 Pengelolaan Diri Sendiri (Memimpin & Menguasai Diri)
 Kesadaran Sosial
 Pengelolaan Hubungan Sosial
Faktor Kecerdasan Emosional :
 Psikologis (dari dalam diri)
 Pelatihan Emosi yang berulang
 Pendidikan
Cara Melatih/Meningkatkan Kecerdasan Emosional :
 Kenali emosi yang dirasakan;
 Minta pendapat/nasihat orang lain;
 Mengamati setiap perubahan emosi dan mood;
 Menulis jurnal atau buku harian;
 Berpikir sebelum bertindak;
 Menggali akar permasalahannya;
 Berintrospeksi saat menerima kritik;
 Memahami tubuh sendiri; dan
 Terus melatih kebiasaan tersebut
4. Kesehatan Mental
Sistem kendali diri yang bagus sebagai wujud dari kinerja sistem limbik (cenderung
ke emosi) dan sistem cortex prefrontalis (cenderung rasional) yang tepat.
KESEHATAN BERPIKIR :
1) Kesehatan Mental berkaitan dengan kemampuan berpikir
2) Berpikir sehat kemampuan menggunakan logika dan rasionalitas

14
3) Kesalahan Beripikir
✔Berpikir ‘ya’ atau ‘tidak’
✔Generalisasi berlebihan

✔Magnifikasi minimisasi

✔Alasan emosional

✔Memberi label
✔Membaca pikiran
TANDA KESEHATAN MENTAL :
Adalah KENDALI DIRI, yaitu kemampuan manusia untuk selalu dapat berpikir sehat
dalam kondisi apapun (sistem cortex prefrontalis kendalikan sistem limbik).
MANAJEMEN STRESS
Stress adalah Ketidakmampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan
yang terjadi pada dirinya maupun terhadap lingkungannya atau respon tidak spesifik dari
tubuh atas pelbagai hal yang dikenai padanya.
Fase Stress :
 Fase 1: alarm reaction : Tanda- tanda pada tubuh
 Fase 2: stage of resistance : Tubuh kebal (adaptasi ulangan)
 Fase 3: stage of exhaustion: Tubuh lelah Alarm muncul lagi
Tanda Stress :
1) Pikiran menjadi sangat cepat, seperti sedang balapan.
2) Kontrol terhadap pikiran menjadi sangat sulit.
3) Menjadi cemas, mudah terangsang dan bingung.
4) Sulit berkonsentrasi.
5) Menjadi sulit tidur.
Mengelola Stress :
1) Prinsip Mengelola Stress :
 A : Anticipation. Mengantisipasi dan menyiapkan respon positif
terhadap pemicu stress.
 I : Identification. Mengenal sumber utama stres dalam kehidupan
sehari hari.
 D: Developing. Mengembangkan mekanisme stress coping.

15
2) Cara Mengelola Stress :
 Mengelola sumber stress
 Mengubah cara berpikir, cara merespon stress
 Mengelola respon stress tubuh

EMOSI POSITIF

 Manifestasi Spiritualitas : Mengelola Pikiran dan Perasaan


 Syukur, Sabar & Ikhlas
 Komponen Emosi Positif :
 Senang terhadap kebahagiaan orang lain.
 Menikmati dengan kesadaran bahwa segala sesuatu diciptakan atas tujuan
tertentu (hikmah).
 Optimis akan pertolongan Tuhan.
 Bisa berdamai dengan keadaan sesulit/separah apapun.
 Mampu mengendalikan diri.
 Bahagia saat melakukan kebaikan

MAKNA HIDUP

 Manifestasi Spiritualitas : Penghayatan Intrapersonal


 Inspiring & Legacy
 Komponen Emosi Positif :
 Menolong dengan spontan
 Memegang teguh janji
 Memaafkan (diri dan orang lain).
 Berperilaku jujur.
 Menjadi teladan bagi orang lain
 Mengutamakan keselarasan dan kebersamaan.
5. Menjunjung Kearifan Lokal
Adalah hasil pemikiran dan perbuatan yang diperoleh manusia di tempat ia hidup
dengan lingkungan alam sekitarnya untuk memperoleh kebaikan. Kearifan Lokal dapat
berupa ucapan, cara, langkah kerja, alat, bahan dan perlengkapan yang dibuat manusia
setempat untuk menjalani hidup di berbagai bidang kehidupan manusia.

16
URGENSI
Dengan menjaga dan melestarikan kearifan lokal yang mengandung nilai- nilai jati
diri bangsa yang luhur dan terhormat tersebut merupakan sesuatu hal yang tidak bisa
terbantahkan lagi sebagai salah satu modal yang kita miliki untuk melakukan bela negara.
PRINSIP
1) Dapat berupa gagasan , ide, norma , nilai , adat , benda , alat , rumah tinggal , tatanan
masyarakat , atau hal lainnya yang bersifat abstrak atau konkrit
2) Mengandung nilai kebaikan dan manfaat yang diwujudkan dalam hubungannya dengan
lingkungan alam lingkungan manusia dan lingkungan budaya di sekitarnya
3) Akan berkembang dengan adanya pengaruh kegiatan penggunaan pelestarian dan
pemasyarakatan secara baik dan benar sesuai aturan yang berlaku di lingkungan
manusia itu berada
4) Dapat sirna seiring dengan hilangnya manusia atau masyarakat yang pernah
menggunakannya
5) Memiliki asas dasar keaslian karya karena faktor pembuatan oleh manusia setempat
dengan pemaknaan bahasa setempat kegunaan dasar di daerah setempat dan
penggunaan yang massal di daerah setempat
6) Dapat berupa pengembangan kearifan yang berasal dari luar namun telah diadopsi dan
diadaptasi sehingga memiliki ciri baru yang membedakannya dengan kearifan.

PERANAN POLA HIDUP SEHAT DALAM PELAKSANAAN TUGAS JABATAN


Dengan pola hidup yang sehat ( jasmani yang sehat, jasmani yang bugar, mental yang
sehat dan kuat) beban kerja tinggi dalam tugas jabatan dapat dikerjakan dengan baik
sehingga produktivitas kerja tinggi.
C. Rencana Aksi Bela Negara

Bela Negara adalah Tekad, sikap , dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah , dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai Ancaman (UU No. 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara)

17
Aksi Nasional Bela Negara

Adalah sinergi setiap warga negara guna mengatasi segala macam ancaman , gangguan ,
hambatan ,dan tantangan dengan berlandaskan pada nilai- nilai luhur bangsa untuk
mewujudkan negara yang berdaulat , adil , dan makmur.

Indikator Nilai- Nilai Bela Negara

1. Cinta tanah air


1. Mencintai, menjaga dan melestarikan lingkungan
2. Menghargai dan menggunakan karya anak bangsa
3. Menggunakan produk dalam negeri
4. Menjaga dan memahami seluruh ruang wilayah NKRI
5. Menjaga nama baik bangsa dan negara
6. Mengenal wilayah tanah air tanpa fanatisme kedaerahan
2. Sadar berbangsa dan bernegara
1) Disiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan.
2) Menghargai dan menghormati keanekaragaman suku, agama dan ras antar
golongan.
3) Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan
4) Bangga terhadap bangsa dan negara sendiri
5) Rukun dan berjiwa gotong royong dalam masyarakat
6) Menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan peraturan perundang- undangan
yang berlaku.
3. Setia kepada Pancasila sebagai ideologi negara
1) Menjalankan kewajiban agama dan kepercayaan secara baik dan benar
2) Memahami dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari
3) Meyakini Pancasila sebagai dasar negara serta menjadikan Pancasila sebagai
pemersatu bangsa dan negara
4) Menerapkan prinsip- prinsip dan nilai- nilai musyawarah mufakat.
5) Menghargai serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
6) Saling membantu dan tolong- menolong antar sesama sesuai nilai- nilai luhur.

18
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
1) Rela menolong sesama warga masyarakat tanpa melihat latar belakang sosio-
kulturalnya.
2) Menjalankan kewajiban agama dan kepercayaan secara baik dan benar
3) Memahami dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari
4) Meyakini Pancasila sebagai dasar negara serta menjadikan Pancasila sebagai
pemersatu bangsa dan negara
5) Menerapkan prinsip- prinsip dan nilai- nilai musyawarah mufakat.
6) Menghargai serta menjunjung tinggi hak asasi manusia.
5. Mempunyai Kemampuan awal Bela Negara
1) Memiliki kemampuan, integritas dan kepercayaan diri yang tinggi dalam
membela bangsa dan negara.
2) Mempunyai kemampuan memahami dan mengidentifikasi bentuk- bentuk
ancaman di lingkungan masing-masing.
3) Senantiasa menjaga kesehatannya sehingga memiliki kesehatan fisik dan
mental yang baik.
4) Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelegensi yang tinggi.
5) Memiliki pengetahuan tentang kearifan lokal dalam menyikapi setiap
ancaman.
6) Memiliki kemampuan dalam memberdayakan kekayaaan sumber daya alam
dan keanekaragaman hayati.

19
MATERI AGENDA 2_ NILAI- NILAI DASAR PNS

Agenda 2: Modul 1
BERORIENTASI PELAYANAN
Pelayanan publik yang prima dan memenuhi harapan masyarakat merupakan muara dari
Reformasi Birokrasi, sebagaimana tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, yang menyatakan bahwa visi
Reformasi Birokrasi adalah pemerintahan berkelas dunia yang ditandai dengan pelayanan
publik yang berkualitas. Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan
Publik adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang
dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain
yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.
Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU Pelayanan
Publik, yaitu:
a. Kepentingan umum;
b. Kepastian hukum;
c. Kesamaan hak;
d. Keseimbangan hak dan kewajiban;
e. Keprofesionalan;
f. Partisipatif;
g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. Keterbukaan;
i. Akuntabilitas;
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. Ketepatan waktu; dan
l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Pelayanan yang berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik
kepada masyarakat atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu:
1. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang
berkualitas;
2. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;
3. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan
publik;

20
4. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan
masyarakat;
5. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja, fleksibilitas
kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana; dan
6. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara
pelayanan publik.
Keberhasilan pelayanan publik akan bermuara pada kepercayaan masyarakat sebagai subjek
pelayanan public
ASN sebagai Pelayan Publik
Dalam Pasal 10 UU ASN, pegawai ASN berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik, serta sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Dalam mengimplementasikan budaya berorientasi pelayanan, ASN perlu memahami mengenai
beberapa hal fundamental mengenai pelayanan publik, antara lain:
1. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi.
2. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga negara.
3. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal yang strategis
bagi kemajuan bangsa di masa yang akan datang.
4. Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
warga negara sebagai manusia, akan tetapi juga berfungsi untuk memberikan
perlindungan bagi warga negara (proteksi)

Agenda 2: Modul 2
AKUNTABEL
1. Potret Layanan Publik Negeri Ini
UU No.25/2009 – Layanan Publik :
Pasal 4 menyebutkan Asas Pelayanan Publik yang meliputi:
a. Kepentingan Umum,
b. Kepastian hukum,
c. Kesamaan hak,
d. Keseimbangan hak dan kewajiban,
e. Keprofesionalan,
f. Partisipatif,
g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. Keterbukaan,

21
i. Akuntabilitas,
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan,
k. Ketepatan waktu, dan
l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
2. Konsep Akuntabilitas
 Pengertian Responsibilitas
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral
individu, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada
seseorang/organisasi yang memberikan amanat
 Pengertian Akuntabilitas.
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya
sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada publik
(Matsiliza dan Zonke, 2017)
 Aspek-Aspek Akuntabilitas :
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
d. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
 Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
b. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
c. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
 Tingkatan Akuntabilitas :
a. Akuntabilitas Personal
b. Akuntabilitas Individu
c. Akuntabilitas Kelompok
d. Akuntabilitas Organisasi
e. Akuntabilitas Stakeholder
3. Panduan Perilaku Akuntabel
 Matsiliza dan Zonke (2017) Akuntabilitas dan Integritas harus dipegang teguh oleh semua
unsur pemerintahan dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
 Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang memiliki integritas yang baik
akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri, dan Transparansi

22
 Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi:
a. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality).
b. Akuntabilitas proses (process accountability).
c. Akuntabilitas program (program accountability).
d. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
 Alat Akuntabilitas Indonesia :
a. Perencanaan Strategis (Strategic Plans) yang berupa Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP-D), Menengah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah/RPJM-D),
dan Tahunan (Rencana Kerja Pemerintah/RKP-D), Rencana Strategis (Renstra) untuk
setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk
setiap PNS.
b. Kontrak Kinerja, implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2011
tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS hingga Peraturan Pemerintah terbaru Nomor 30
Tahun 2019 tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS.
c. Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP)
 Menciptakan Lingkungan Akuntabel
a. Kepemimpinan
Adanya saran dan penilaian yang adil dan bijaksana dapat dijadikan sebagai solusi dari
pimpinan dalam menciptakan lingkungannya
b. Transparansi Tujuan :
b.1. Mendorong komunikasi dan kerjasama antara kelompok internal dan eksternal
b.2.Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsi
dalam pengambilan keputusan
b.3. Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan
b.4. Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan
c. Integritas
Dengan adanya integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan
kepada publik dan/atau stakeholders.
d. Tanggung Jawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan kewajiban bagi
setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap tindakan yang

23
telah dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggungjawab atas keputusan yang
telah dibuat.
e. Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas.
f. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan
melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan
Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan
tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem
pelaporan kinerja baik individu maupun organisasi.
i. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas.
 5 Langkah Membuat Framework Akuntabilitas :
a. Tentukan tujuan dan tanggung jawab
b. Rencanakan apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
c. Lakukan implementasi monitoring kemajuan
d. Berikan laporan secara lengkap
e. Berikan evaluasi dan masukkan perbaikan
 2 Tipe Konflik Kepentingan
a. Keuangan
Penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dana, peralatan atau sumber daya aparatur)
untuk keuntungan pribadi
b. Non Keuangan
Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan / atau orang lain.
 Membangun Pola Pikir Antikorupsi
ASN memahami bahwa konflik kepentingan sebenarnya, dianggap ada atau berpotensi ada di
masa depan. Situasi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan, meliputi:
a. Hubungan dengan orang-orang yang berurusan dengan lembaga-lembaga yang melampaui
tingkat hubungan kerja profesional;

24
b. Menggunakan keuangan organisasi dengan bunga secara pribadi atau yang berurusan
dengan kerabat seperti:
c. Memiliki saham atau kepentingan lain yang dimiliki oleh ASN di suatu perusahaan atau
bisnis secara langsung, atau sebagai anggota dari perusahaan lain atau kemitraan, atau
melalui kepercayaan;
d. memiliki pekerjaan di luar, termasuk peran sukarela, janji atau direktur, apakah dibayar atau
tidak;
e. menerima hadiah atau manfaat.
 Yang Diharapkan dari Seorang ASN :
a. ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik yang
berlaku untuk perilaku mereka;
b. ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota
masyarakat;
c. Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif;
d. ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh kesopanan,
kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk kepentingan mereka, hak-hak,
keamanan dan kesejahteraan; PNS membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera,
memberikan pertimbangan untuk semua informasi yang tersedia, undang-undang dan
kebijakan dan prosedur institusi tersebut;
e. ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan tepat waktu, memberikan masukan informasi
dan kebijakan.
4. Akuntabel dalam Konteks Organisasi Pemerintah
 Pasal 3 UU Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik, tercantum beberapa
tujuan, sebagai berikut:
(1) Menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik,
program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan
pengambilan suatu keputusan publik; (2) Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan kebijakan publik; (3) Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik; (4) Mewujudkan
penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan efisien, akuntabel
serta dapat dipertanggungjawabkan; (5) Mengetahui alasan kebijakan publik yang
mempengaruhi hajat hidup orang banyak; (6) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan

25
mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau (7) Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan
informasi di lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan informasi.
 Prinsip Kerterbukaan Informasi Publik :
a. Maximum Access Limited Exemption (MALE) Pada prinsipnya semua informasi bersifat
terbuka dan bisa diakses masyarakat.
b. Permintaan Tidak Perlu Disertai Alasan.
c. Mekanisme yang Sederhana, Murah, dan Cepat Nilai dan daya guna suatu informasi
sangat ditentukan oleh konteks waktu.
d. Informasi Harus Utuh dan Benar
e. Informasi Proaktif
f. Perlindungan Pejabat yang Beritikad Baik
 Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency and Official
Information Access)
a. ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh selain
seperti yang dipersyaratkan oleh hukum atau otoritas yang diberikan oleh institusi;
b. ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau
komersial untuk diri mereka sendiri atau yang lain. Penyalahgunaan informasi resmi
termasuk spekulasi saham berdasarkan informasi rahasia dan mengungkapkan isi dari
surat-surat resmi untuk orang yang tidak berwenang;
c. ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua arahan
yang sah lainnya mengenai komunikasi dengan menteri, staf menteri, anggota media dan
masyarakat pada umumnya.
 Faktor Terjadinya FRAUD :
a. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud.
b. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud.
 Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif (Fraudulent and
Corrupt Behaviour):
a. ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi;
b. ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan aktual
atau potensial untuk setiap orang atau institusinya;
c. ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka untuk
keuntungan pribadinya;
d. ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup;

26
e. ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka;
f. ASN akan memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektor
publik.
 PNS harus memastikan fasilitas publik bahwa:
a. Penggunaannya diaturan sesuai dengan prosedur yang berlaku
b. Penggunaannya dilaklukan secara bertanggung- jawab dan efisien
c. Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggungjawab.
 Penyimpanan dan Penggunaan Data dan Informasi Pemerintah
Mulgan (1997) mengidentifikasikan bahwa proses suatu organisasi akuntabel karena adanya
kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan informasi dan data yang dibutuhkan oleh
masyarakat atau pembuat kebijakan atau pengguna informasi dan data pemerintah lainnya.
Informasi dan data yang disimpan dan dikumpulkan serta dilaporkan tersebut harus relevant
(relevan), reliable (dapat dipercaya), understandable (dapat dimengerti), serta comparable
(dapat diperbandingkan), sehingga dapat digunakan sebagaimana mestinya oleh pengambil
keputusan dan dapat menunjukkan akuntabilitas publik.
 Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi Pemerintah
(Record Keeping and Use of Government Information):
a. ASN bertindak dan mengambil keputusan secara transparan;
b. ASN menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia;
c. ASN mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan;
d. ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan kreativitas;
e. ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
f. ASN memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
g. ASN tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain.

27
Agenda 2 : Modul 3
KOMPETEN
Implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan tuntutan keahlian baru.
Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu, sesuai kecenderungan kemampuan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja organisasi lebih lambat,
dibandingkan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri.

Perilaku ASN untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:

a. Berorientasi Pelayanan:
a) Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
b) Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
c) Melakukan perbaikan tiada henti.
b. Akuntabel:
a) Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas
tinggi;
b) Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efesien.
c. Kompeten:
a) Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
b) Membantu orang lain belajar; c. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
d. Harmonis:
a) Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b) Suka mendorong orang lain;
c) Membangun lingkungan kerja yang kondusif
e. Loyal
a) Memegang teguh ideology Pancasila, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintahan yang sah;
b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi, dan negara; c. Menjaga rahasia jabatan
dan negara.
f. Adaptif:
a) Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b) Terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas
c) Bertindak proaktif

28
g. Kolaboratif:
a) Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
b) Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan bersama nilai tambah
c) Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.

Prinsip pengelolaan ASN yaitu berbasis merit, yakni seluruh aspek pengelolaan ASN harus
memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, termasuk tidak boleh ada perlakuan yang
diskriminatif, seperti hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat
subyektif. Pembangunan Aparatur sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024, diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class
bureaucracy), yang dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan publik yang semakin berkualitas
dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap
relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan
karakterisktik tersebut meliputi: integritas, nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan
Bahasa asing, hospitality, networking, dan entrepreneurship.

Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, kompetensi meliputi:

1. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;
2. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unit organisasi; dan
3. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai,
moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh
hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.

Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk
kompetensi teknis, manajerial, dan sosial kultural. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya
Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran

29
bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Dalam menentukan pendekatan
pengembangan talenta ASN ditentukan dengan peta nine box pengembangan, dimana kebutuhan
pengembangan pegawai, sesuai dengan hasil pemetaan pegawai dalam nine box tersebut.

Agenda 2 : Modul 4
HARMONIS
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Nama alternatif
yang biasa dipakai adalah Nusantara. Dengan populasi mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020,
Indonesia menjadi negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia juga dikenal karena
kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa dan budaya nya. Kekayaan sumber daya alam berupa
mineral dan tambang, kekayaan hutan tropis dan kekayaan dari lautan diseluruh Indonesia.

A. Nasionalisme Kebangsaan
a. Perspektif modernis melihat bahwa bangsa merupakan hasil dari modernisasi dan rasionalisasi
seperti di contohkan dalam Negara Birokratis, ekonomi industry, dan konsep sekuler tentang
otonomi manusia.
b. Aliran Primordialis dengan tokohnya Clifford Geertz (1963) melihat bahwa bangsa merupakan
sebuah pemberian historis, yang terus hadir dalam sejarah manusia dan memperlihatkan
kekuatan inheren pada masa lalu dan generasi masa kini.
c. Perspektif perenialis dengan tokohnya Adrian Hastings (1997) melihat bahwa bangsa bisa
ditemukan di pelbagai zaman sebelum periode modern. Dengan demikian, dalam perspektif
primordialis dan perspektif modernis, bangsa modern bukanlah sesuatu yang baru, karena dia
muncul sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya.
d. Aliran etnosimbolis, seperti ditunjukkan dalam karya John Amstrong (1982) dan Anthony
Smith (1986)„ aliran ini mencoba menggabung ketiga pendekatan tersebut diatas. Aliran
etnosimbolis melihat bahwa kelahiran bangsa pasca abad ke-18, merupakan sebuah spesies
baru dari kelompok etnis yang pembentukannya harus dimengerti dalam jangka panjang.
B. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman
a. Konflik antarsuku yaitu pertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain. Perbedaan
suku sering kali juga memiliki perbedaan adat istiadat, budaya, sistem kekerabatan, norma
sosial dalam masyarakat. Pemahaman yang keliru terhadap perbedaan ini dapat menimbulkan
konflik dalam masyarakat.
b. Konflik antar agama yaitu pertentangan antarkelompok yang memiliki keyakinan atau agama
berbeda. Konflik ini bisa terjadi antara agama yang satu dengan agama yang lain, atau antara
kelompok dalam agama tertentu.

30
c. Konflik antarras yaitu pertentangan antara ras yang satu dengan ras yang lain. Pertentangan ini
dapat disebabkan sikap rasialis yaitu memperlakukan orang berbeda-beda berdasarkan.
d. Konflik antar golongan yaitu pertentangan antar kelompok dalam masyarakat atau golongan
dalam masyarakat. Golongan atau kelompok dalam masyarakat dapat dibedakan atas dasar
pekerjaan, partai politik, asal daerah, dan sebagainya.
C. Dampak Konflik
a. Suasana Bekerja dan Lingkungan Tidak Nyaman
b. Pekerjaan terbengkalai
c. Kinerja Buruk
d. Layanan Kepada Masyarakat Tidak optimal
D. Pentingnya Suasana Harmonis

Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu
tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama,
meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan. Dasar-dasar
penegakan nilai Etika ASN :

a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;


b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
E. Etika ASN sebagai Individu, dalam Organisasi, dan Masyarakat
a. Perubahan Mindset
a) Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b) Kedua, merubah dari ‟wewenang‟ menjadi ‟peranan‟;
c) Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah, yang harus dipertanggung
jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

31
b. Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan:
a) Toleransi , Empati, Keterbukaan terhadap perbedaan
F. Upaya Mewujudkan Suasana Harmonis

Secara umum, menurut Undang- Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas
pegawai ASN adalah sebagai berikut. a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan b. Memberikan
pelayanan publik yang profesional dan berkualitas c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

G. Peran ASN Harmonis


a. Posisi PNS sebagai aparatur Negara, dia harus bersikap netral dan adil. Netral dalam artian
tidak memihak kepada salah satu kelompok atau golongan yang ada. Adil, berarti PNS
dalam melaksanakan tugasnya tidak boleh berlaku diskriminatif dan harus obyektif, jujur,
transparan.
b. PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok kelompok minoritas, dengan
tidak membuat kebijakan, peraturan yang mendiskriminasi keberadaan kelompok
tersebut.
c. PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan.
d. Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban PNS juga harus memiliki suka menolong baik
kepada pengguna layanan, juga membantu kolega PNS lainnya yang membutuhkan
pertolongan.
e. PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.

Agenda 2: Modul 5
LOYAL
Dalam rangka penguatan budaya kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan
ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class Government), pemerintah telah meluncurkan
Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani
Bangsa). Nilai “Loyal” dianggap penting dan dimasukkan menjadi salah satu core values yang harus
dimiliki dan diimplementasikan dengan baik oleh setiap ASN dikarenakan oleh faktor penyebab
internal dan eksternal. Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai

32
sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).

Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain:

a. Taat pada Peraturan.


b. Bekerja dengan Integritas
c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama.
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan.
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi teladan bagi Pegawai lain

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa setiap
ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku:

a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah.
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk
mengaktualisasikan panduan perilaku loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen,
dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan pengabdian, yang dapat disingkat menjadi
“KoDeKoNasAb”.
Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap organisasi,
hendaknya beberapa hal berikut dilakukan:

a. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki


b. Meningkatkan Kesejahteraan
c. Memenuhi Kebutuhan Rohani
d. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
e. Melakukan Evaluasi secara Berkala

Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat
pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan

33
sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan negara. Agar para
ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan lainnya dibutuhkan
langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan Kebangsaan. Selain
memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun dengan cara terus
meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.

Agenda 2 : Modul 6
ADAPTIF
Adaptasi merupakan kemampuan alamiah dari makhluk hidup. Organisasi dan individu di
dalamnya memiliki kebutuhan beradaptasi selayaknya makhluk hidup, untuk mempertahankan
keberlangsungan hidupnya. Kemampuan beradaptasi juga memerlukan adanya inovasi dan kreativitas
yang ditumbuhkembangkan dalam diri individu maupun organisasi. Di dalamnya dibedakan mengenai
bagaimana individu dalam organisasi dapat berpikir kritis versus berpikir kreatif. Pada level organisasi,
karakter adaptif diperlukan untuk memastikan keberlangsungan organisasi dalam menjalankan tugas
dan fungsinya. Penerapan budaya adaptif dalam organisasi memerlukan beberapa hal, seperti di
antaranya tujuan organisasi, tingkat kepercayaan, perilaku tanggung jawab, unsur kepemimpinan dan
lainnya. Dan budaya adaptif sebagai budaya ASN merupakan kampanye untuk membangun karakter
adaptif pada diri ASN sebagai individu yang menggerakkan organisasi untuk mencapai tujuannya.

Perilaku adaptif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan – baik
individu maupun organisasi – dalam situasi apa pun. Salah satu tantangan membangun atau
mewujudkan individua dan organisasi adaptif tersebut adalah situasi VUCA (Volatility, Uncertainty,
Complexity, dan Ambiguity). Hadapi Volatility dengan Vision, hadapi uncertainty dengan
understanding, hadapi complexity dengan clarity, dan hadapi ambiguity dengan agility. Organisasi
adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk merespon perubahan lingkungan dan
mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel. Budaya organisasi merupakan faktor yang
sangat penting di dalam organisasi sehingga efektivitas organisasi dapat ditingkatkan dengan
menciptakan budaya yang tepat dan dapat mendukung tercapainya tujuan organisasi. Bila budaya
organisasi telah disepakati sebagai sebuah strategi perusahaan maka budaya organisasi dapat dijadikan
alat untuk meningkatkan kinerja. Dengan adanya pemberdayaan budaya organisasi selain akan
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

Grindle menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas


pemerintah adaptif dengan indicator-indikator sebagai berikut: (a) Pengembangan sumber daya

34
manusia adaptif; (b) Penguatan organisasi adaptif dan (c) Pembaharuan institusional adaptif. Terkait
membangun organisasi pemerintah yang adaptif, Neo & Chan telah berbagi pengalaman bagaimana
Pemerintah Singapura menghadapi perubahan yang terjadi di berbagai sektornya, mereka
menyebutnya dengan istilah dynamic governance. Menurut Neo & Chen, terdapat tiga kemampuan
kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan dinamis yaitu berpikir ke depan (think
ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas (think across). Selanjutnya, Liisa Välikangas
(2010) memperkenalkan istilah yang berbeda untuk pemerintah yang adaptif yakni dengan sebutan
pemerintah yang tangguh (resilient organization). Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut
lima dimensi yang membuat organisasi kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya,
desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu, kata Finlandia yang menunjukkan keuletan.

Agenda 2 : Modul 7
KOLABORATIF
Berkaitan dengan definisi, akan dijelaskan mengenai beberapa definisi kolaborasi dan
collaborative governance. Dyer and Singh (1998, dalam Celik et al, 2019) mengungkapkan bahwa
kolaborasi adalah “ value generated from an alliance between two or more firms aiming to become
more competitive by developing shared routines”.

Sedangkan Gray (1989) mengungkapkan bahwa : Collaboration is a process though which parties with
different expertise, who see different aspects of a problem, can constructively explore differences and
find novel solutions to problems that would have been more difficult to solve without the other‟s
perspective (Gray, 1989).

Irawan (2017) mengungkapkan bahwa “ Collaborative governance “sebagai sebuah proses yang
melibatkan norma bersama dan interaksi saling menguntungkan antar aktor governance .

A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-state stakeholders
in a collective decision-making process that is formal, consensus-oriented, and deliberative and that
aims to make or implement public policy or manage public programs or assets. Ansen dan gash (2012).

“A governing arrangement where one or more public agencies directly engage non-state stakeholders
in a collective decisionmaking process that is formal, consensus-oriented, and deliberative and that
aims to make or implement public policy or manage public programs or assets” (Ermaya Suradinata,
1998)

35
Collaborative Governance mencakup kemitraan institusi pemerintah untuk pelayanan publik Sebuah
pendekatan pengambilan keputusan, tata kelola kolaboratif, serangkaian aktivitas bersama di mana
mitra saling menghasilkan tujuan dan strategi dan berbagi tanggung jawab dan sumber daya.

A. Enam Kriteria Penting Untuk Kolaborasi :


a. Forum Yang Diprakarsai oleh Lembaga Publik atau Lembaga;
b. Peserta Dalam Forum Termasuk Aktor Nonstate;
c. Peserta Terlibat Langsung dalam Pengambilan Keputusan dan Bukan Hanya
'„Dikonsultasikan‟ oleh Agensi Publik;
d. Forum Secara Resmi Diatur dan Bertemu Secara Kolektif;
e. Forum ini Bertujuan untuk Membuat Keputusan dengan Konsensus (Bahkan jika Konsensus
Tidak Tercapai Dalam Praktik); dan
f. Fokus Kolaborasi adalah Kebijakan Publik atau Manajemen

B. Tahapan Dalam Melakukan Assessment Terhadap Tata Kelola Kolaborasi

a. Mengidentifikasi permasalahan dan peluang;


b. Merencanakan aksi kolaborasi; dan
c. Mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi
C. Organisasi yang memiliki collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
b. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang
diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil risiko
yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
d. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap kontribusi
dan pendapat sangat dihargai;
e. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
f. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
g. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang diberikan.
D. Aktivitas Antar Organisasi meliputi :
a. Kerjasama Informal;
b. Perjanjian Bantuan Bersama;
c. Memberikan Pelatihan;
d. Menerima Pelatihan;

36
e. Perencanaan Bersama;
f. Menyediakan Peralatan;
g. Menerima Peralatan;
h. Memberikan Bantuan Teknis;
i. Menerima Bantuan Teknis;
j. Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
k. Menerima Pengelolaan Hibah.

Proses yang harus dilalui dalam menjalankan kolaborasi adalah :

1. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi


2. Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh;
3. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam
proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait permasalahan,
serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
5. Menetapkan outcome antara.

Factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga pemerintah :

1. Kepercayaan,
2. Pembagian kekuasaan,
3. Gaya kepemimpinan,
4. Strategi manajemen dan
5. Formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien efektif antara entitas public.

Sementara Factor-faktor yang menghambat keberhasilan dalam kolaborasi antar Lembaga pemerintah
yaitu : Ketidakjelasan batasan masalah karena perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi
dan Dasar hukum kolaborasi juga tidak jelas.

37
MATERI AGENDA 3_ KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI

Agenda 3: Modul 1
SMART ASN
Berdasarkan arahan Presiden pada poin pembangunan SDM dan persiapan kebutuhan SDM
talenta digital, literasi digital berperan penting untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya
manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka kerja
literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan digital ethics.
Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kompetensi
kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.

Guna mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:

a. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.


b. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektorsektor strategis, baik di pemerintahan,
layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan, perdagangan, sektor
industri, sektor penyiaran.
c. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
d. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
e. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi
digital dilakukan secepat-cepatnya.

Literasi digital lebih dari sekadar masalah fungsional belajar bagaimana menggunakan komputer
dan keyboard, atau cara melakukan pencarian online. Literasi digital juga mengacu pada mengajukan
pertanyaan tentang sumber informasi itu, kepentingan produsennya, dan cara-cara di mana ia mewakili
dunia; dan memahami bagaimana perkembangan teknologi ini terkait dengan kekuatan sosial, politik
dan ekonomi yang lebih luas. Menurut UNESCO, literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses,
mengelola, memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan
informasi secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan
kewirausahaan. Ini mencakup kompetensi yang secara beragam disebut sebagai literasi komputer,
literasi TIK, literasi informasi dan literasi media.

Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skor indeks
Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi digital terkait
Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus diperkuat. Penguatan literasi digital ini sesuai dengan
arahan Presiden Joko Widodo.

38
Roadmap Literasi Digital 2021-2024 yang disusun oleh Kominfo, Siberkreasi, dan Deloitte pada
tahun 2020 menjadi panduan fundamental untuk mengatasi persoalan terkait percepatan transformasi
digital, dalam konteks literasi digital. Sehingga perlu dirumuskan kurikulum literasi digital yang
terbagi atas empat area kompetensi yaitu:

a. Kecakapan digital,
b. budaya digital,
c. Etika digital dan
d. Keamanan digital.

Literasi digital sering kita anggap sebagai kecakapan menggunakan internet dan media digital.
Namun begitu, acap kali ada pandangan bahwa kecakapan penguasaan teknologi adalah kecakapan
yang paling utama. Padahal literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar
menitikberatkan pada kecakapan untuk menguasai teknologi. Lebih dari itu, literasi digital juga banyak
menekankan pada kecakapan pengguna media digital dalam melakukan proses mediasi media digital
yang dilakukan secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang
pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan
alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.

Keempat pilar yang menopang literasi digital yaitu etika, budaya, keamanan, dan kecakapan
dalam bermedia digital. Etika bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata
kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Budaya bermedia digital meliputi
kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun
wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
Keamanan bermedia digital meliputi kemampuan individu dalam mengenali, mempolakan,
menerapkan, menganalisis, menimbang dan meningkatkan kesadaran keamanan digital dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kecakapan bermedia digital meliputi Kemampuan individu
dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem
operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

A. Dalam Cakap di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:


a. Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)
b. Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari informasi dan data,
memasukkan kata kunci dan memilah berita benar.

39
c. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk berkomunikasi
dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
d. Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan ecommerce untuk
memantau keuangan dan bertransaksi secara digital.
B. Dalam Etika di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
a. Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika berinternet
(netiquette)
b. Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoax dan tidak
sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
c. Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai dalam
kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku
d. Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruang digital yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
C. Dalam Budaya di Dunia Digital perlu adanya penguatan pada:
a. Pengetahuan dasar akan Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kehidupan
berbudaya, berbangsa dan berbahasa Indonesia
b. Pengetahuan dasar membedakan informasi mana saja yang tidak sejalan dengan nilai
Pancasila di mesin telusur, seperti perpecahan, radikalisme, dll.
c. Pengetahuan dasar menggunakan Bahasa Indonesia baik dan benar dalam berkomunikasi,
menjunjung nilai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika
d. Pengetahuan dasar yang mendorong perilaku konsumsi sehat, menabung, mencintai produk
dalam negeri dan kegiatan produktif lainnya.
D. Dalam Aman Bermedia Digital perlu adanya penguatan pada:
a. Pengetahuan dasar fitur proteksi perangkat keras (kata sandi, fingerprint) Pengetahuan dasar
memproteksi identitas digital (kata sandi)
b. Pengetahuan dasar dalam mencari informasi dan data yang valid dari sumber yang
terverifikasi dan terpercaya, memahami spam, phishing.
c. Pengetahuan dasar dalam memahami fitur keamanan platform digital dan menyadari adanya
rekam jejak digital dalam memuat konten sosmed
d. Pengetahuan dasar perlindungan diri atas penipuan (scam) dalam transaksi digital serta
protokol keamanan seperti PIN dan kode otentikasi.

40
Agenda 3 : Modul 2
MANAJEMEN ASN
Manajemen adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang Profesional, Memiliki
Nilai Dasar, Etika Profesi, Bebas dari Intervensi Politik, Bersih dari praktik KKN.

Kedudukan ASN berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

PNS dan PPPK

PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai
ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan dan
memiliki nomor induk pegawai secara nasional,sedangkan PPPK adalah warga Negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu
dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah dan
ketentuan perundang- undangan

Fungsi dan Tugas ASN

 Pelaksana Kebijakan Publik

“Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan”

 Pelayan Publik

“Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas”

 Pemersatu Bangsa

“Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia”

Kewajiban ASN meliputi :

a. Setia dan taat pada Pancasila, UUD‟45, NKRI


b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
e. Melaksanakan Tugas Kedinasan dengan Penuh Pengabdian, Kejujuran, Kesadaran, dan Tanggung
Jawab
f. Menunjukkan Integritas dan Keteladanan Dalam Sikap, Perilaku, Ucapan Dan Tindakan Kepada
Setiap Orang, Baik di Dalam Maupun di Luar Kedinasan.

41
g. Menyimpan Rahasia Jabatan Dan Hanya Dapat Mengemukakan Rahasia Jabatan Sesuai Dengan
Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
h. Bersedia Ditempatkan Di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Kode Etik dan Kode Perilaku ASN

a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi


b. Mlaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan.
e. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau untuk orang lain.
f. Memberika informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan.
g. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.

Sistem Merit

Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga keadilan.
Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi perencanaa
kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepada masyarakat maupun
jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi pemerintah mendapatkan
pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan misinya.

Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus mencerminkan
prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip yang
obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan pegawai akan
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai diberikan
penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers mengetahui dimana
kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan kinerja.

Manajemen ASN terdiri dari Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. Manajemen PNS meliputi
penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola
karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan

42
kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; pengembangan kompetensi;
pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian
jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga negara, lembaga
non struktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak
jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut
melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan yang
ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki
paling lama 5 (lima) tahun. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian
memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri .

Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi
Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai PNS.
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps profesi
Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan
profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Untuk menjamin efisiensi,
efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi
ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar Instansi
Pemerintah. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif
terdiri dari keberatan dan banding administrative.

 Dimensi yang melatar belakangi usaha memenuhi Tanggung Jawab Individu dan Institusi ada
2, yaitu:
a. Dimensi aturan
b. Dimensi moral individu
 (Shafritz et al., 2011) menekankan bahwa fondasi paling utama dari unsur pegawai ataupun
pejabat negara adalah integritas.
 Tahap-tahap-dalam-penanganan-konflik-kepentingan :

43
a. Penyusunan Kerangka Kebijakan,
b. Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
c. Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan
d. Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.

44
~ Terima Kasih ~

45

Anda mungkin juga menyukai