Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Nasionalisme merupakan sebuah sikap yang sudah ada dari diri sendiri dan
mulai ditumbuhkan sejak memulai sekolah ataupun juga bisa pada saat
dilingkungan keluarga dengan berbagi maca cara, Nasionalisme sendiri memiliki
berbagai macam pengertian salah satunya yaitu kecintaan kepada secara alami
kepada tanah air sehingga mampu mendorong untuk membentuk sebuah
kedaulatan yang berusaha untuk mepertahankan tanah air tercinta ( Affan,
2016:67). Sikap cinta tanah air yang memang mampu mendorong untuk
mempertahankan kedaulatan negaranya dengan cara apapun itulah Nasionalisme.
Nasionalisme di Serbia memiliki sebuah perjalanan yang panjang, sejak
awal berdiri sebagai sebuah kerajaan Great Serbia kemudian di kuasai Turki
selama 500 tahun. Adanya penjajahan Turki terhadap Serbia memupuk jiwa
nasionalis dan patriot dalam diri bangsa Serbia. Perlawanan-perlawanan dilakukan
untuk membuat kekuasaan penuh atas Serbia. Selain itu ada yang menarik dalam
Nasionalisme di Serbia, karena Serbia menggunakan sebuah klub bola yang bisa
memuat nasionalismenya berbeda dari Negara lain.
Red Star Belgrade merupakan sebuah klub yang tidak bisa lepas dari isu-
isu politik karena merupakan bagian dari Yugoslavia sebelum akhirnya Serbia
melepaskan diri. Disini lika-liku yang sangat beragam terjadi mulai dari sebelum
terbentuknya Serbia yaitu dengan adanya Perang Balkan yang terjadi akibat dari
usaha untuk melepaskan diri dari kekuasaan Turki Utsmani, selain itu juga terjadi
dua kali perang dan untuk yang kedua kali tersebut terjadi di wilayah Balkan.
Wilayah Balkan sendiri memang terdiri dari berbagai Bangsa-bangsa didalamnya
dan Serbia merupakan etnis terbesar yang ada, Serbia yang terus melakukan
pemberontakan memiliki tujuan untuk meneruskan cita-cita nasionalnya yaitu
gerakan Serbia Raya ( Raharjo, 2016:3). Dengan berbagai macam usaha yang ada
memang menunjukkan bahwa nasionalisme di Serbia sangat tinggi dengan upaya-
upaya yang telah dihadapinya.
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah awal Serbia?
2. Bagaimana jalannya Perang Balkan?
3. Bagaimana sejarah terbentuknya Red Star Belgrade?
4. Apa dampak Red Star Belgrade terhadap Serbia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui sejarah awal Serbia
2. Untuk mengetahui jalannya Perang Balkan
3. Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Red Star Belgrade
4. Untuk mengetahui dampak Red Star Belgrade terhadap Serbia
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Awal Serbia


Serbia merupakan salah satu negara di Eropa yang terbesar di wilayah
Balkan dan memiliki sejarah panjang terbentuknya. Dengan adanya sejarah
tersebut menarik bagi kita untuk membahas bagaimana Serbia itu akhirnya bisa
menjadi seperti sekarang. Peran nasionalisme pada diri rakyat Serbia menjadi
salah satu alasan panjangnya sejarah Serbia. Wilayah Balkan sejak dulu sampai
abad ke-20 menjadi kontak pertemuan dari berbagai peradaban dunia dan berbagai
bangsa yang menguasai wilayah itu seperti Yunani, Romawi, Turki Ottoman,
Austria-Hongaria, Italia, dan Jerman untuk berebut pengaruh politik di wilayah
tersebut (Alkatiri, 2016: 157).
Serbia merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah keturunan
dari bangsa Slavia Selatan yang terbesar di wilayah Balkan. Serbia pada awalnya
merupakan kerajaan resminya Great Serbia yang didirikan oleh Stefan Nemanja
(1166-1196) sekaligus mengepalai sebuah kerajaan Serbia. Kerajaan Serbia kala
itu berada di bawah pengaruh Byzantium (Romawi Timur), sehingga Serbia
dijadikan pusat penyebaran agama Kristen Ortodoks. Abad ke-14, kerajaan Serbia
di bawah pemerintahan Stefan Dusan (1331-1346) telah mencapai masa kejayaan
sekaligus kerajaan terkuat di semenanjung Balkan. Wilayah kekuasaannya
meliputi wilayah Republik Serbia sekarang, Montenegro, Bosnia-Herzegovina,
Dalmatia, Macedonia, Albania, Kosovo dan sebagian wilayah Yunani sekarang
(Hadi dalam Raharjo & Djumarwan, 2016: 2).
Abad ke-14, kerajaan Serbia yang saat itu sedang mengalami masa
kejayaan akhirnya dapat dikalahkan oleh kekuatan Turki Ottoman dalam
pertempuran Kosovo pada tanggal 28 Juni 1389. Sejak itulah Turki langsung
menancapkan kekuasaanya di Serbia. Selama kurang lebih lima ratus tahun
dikuasai Turki Ottoman (1371-1878), masyarakat Serbia merasa tertindas
sehingga memunculkan kebencian terhadap Turki Ottoman. Kebencian tersebut
bertambah karena Turki telah berhasil meng-Islamkan sebagian masyarakat
Bosnia-Herzegovina yang masyarakatnya masih satu keturunan dari bangsa Slavia
4

Selatan asal Serbia. Adanya penindasan dari Turki membuat Serbia terus berusaha
memberontak untuk lepas dari Turki (Hadi dalam Raharjo & Djumarwan, 2016:
2-3).
Bangsa Serbia sejak semula memiliki semangat juang untuk mengusir
penjajah di wilayahnya. Pada tahun 1804, ketika masih dijajah Turki, bangsa
Serbia melakukan pemberontakan tapi tidak berhasil. Pada tahun 1815, mereka
melakukan pemberontakan kedu, yang berhasil memaksa Turki untuk
memberikan status otonom kepada Serbia. Pada tahun 1878 berdasarkan
perjanjian Kongres Berlin, akhirnya Serbia diakui sebagai negara yang berdaulat.
Pada tanggal 6 Maret 1882 Parlemen Serbia memproklamirkan Serbia sebagai
negara kerajaan (Lesamana, 1992: 192. East dan Pontin, 1997:266-267 dalam
Alkatiri, 2016: 159-160).
Pada tahun 1912-1913, terjadi Perang Balkan, antara Serbia, Bulgaria,
Yunani melawan pendudukan Turki. Akibat adanya perang ini membuat batas-
batas geografi di wilayah Balkan bergeser. Setelah terjadi Perang Balkan, warga
Serbia melakukan kerusuhan di Bosnia, pada tahun 1914, Austria-Hungaria
mengirim pewaris takhta kekaisaran (Pangeran) Franz Ferdinan untuk
memadamkan kerusuhan. Akan tetapi pada tanggal 28 Juni 1914 Franz Ferdinand
ditembak di Sarajevo oleh seorang pemuda Serbia bernama Gavrilo Princip.
Kejadian tersebut kemudian memicu Austria-Hungaria untuk mengumumkan
perang terhadap Serbia yang menyebabkan terjadinya Perang Dunia I (Alkatiri,
2016: 160-161).
Perlawanan Serbia terhadap pihak asing tak lain adalah karena Serbia
ingin melanjutkan cita-cita nasionalnya yaitu gerakan Serbia Raya, maka pada
dasarnya terbentuknya Kingdom Yugoslavia yang terdiri dari Serbia, Kroasia,
Slovenia, Bosnia-Herzegovina, Macedonia dan Montenegro adalah ide dari
inisiatif Serbia yang ingin menyatukan bangsa Slavia Selatan ke dalam kerajaan
besar yang dipimpin Serbia. Keadaan ini tentunya Serbia akan berpengaruh
dikehidupan Yugoslavia, karena Serbia merasa bahwa Yugoslavia adalah
tanggung jawabnya jadi Serbia-lah yang lebih berhak mengurusi segala
kepentingan Yugoslavia. Maka pemikiran tersebut sebenarnya tidak disukai oleh
Slovenia dan Kroasia, ditambah mereka tidak pernah satu visi politik dengan
5

Serbia. Keadaan tersebut juga menjadikan hubungan Serbia dengan Kroasia dan
Slovenia kurang baik (Raharjo & Djumarwan, 2016: 3).

B. Jalannya Perang Balkan

Perang Balkan merupakan perang yang banyak sekali dikarenakan Balkan


merupakan sebuah wilayah yang memiliki beberapa Bangsa didalamnya seperti
Serbia, Kroasia, Slovenia, Bosnia, Albina, dan Makedonia ( Alkatiri, 2016:158).
Berbagai macam Bangsa yang ada didalam Balkan saling keterkaitan, memang
harus dijelaskan secara runtut karena terbentuknya Bangsa-bangsa tersebut saling
berkesinambungan dengan adanya perang Balkan. Balkan sendiri berasal dari
bahasa Turki yang memiliki arti gunung dan memang sudah dikenal sejak awal
abad ke-13 ( Alkatiri, 2016:158), wilayah Balkan yang mayoritas beragama
nasrani sudah bertahan kurang lebih sekitar lima abad dibawah pimpinan Turki
Utsmani. Sebenarnya wilayah Balkan ini sudah ditaklukkan oleh kaum muslim
tidak jauh dengan saat penaklukkan konstatinopel, Serbia sendiri masuk didalam
kekuasan Turki Utsmani sekitar tahun 1459 selain Serbia ada juga beberapa
Bangsa dari Balkan yang masuk kedalam kekuasaan Turki Utsmani yaitu Bosnia
serta Herzegovina pada tahun 1465 M, termasuk Morea dan Euobea pada tahun
1468( Sapitri, 2017:229). Dari berbagai Bangsa yang berasal dari wilayah Balkan
memang mulai satu persatu menjadi dibawah kekuasaan Turki Utsmani,
kekuasaan Turki Utsmani sendiri sudah sekitar 500 tahun ( Alkatiri, 2016:158),
dengan kekuasaan yang sudah lama tersebut tidak heran jika banyak Bangsa
wilayah Balkan yang dibawah pimpinannya. Kedatangan Turki Utsmani sendiri
ke wilayah Balkan dimulai pada tahun 1389 dibawah pimpinan Murad I ( Alkatiri,
2016:158).
Seiring kejayaan pemimpin muslim yang terus berkembang membuat
Bangsa-bangsa di wilayah Balkan mulai merasa iri dan ingin melakukan
perlawanan kepada Turki Utsmani, pemberontakan ini mulai digencarkan oleh
kaum Kristen yang berada di bawah naungan Turki Utsmani ( Sapitri, 2017:230).
Tidak heran jika memang wilayah Balkan ingin melakuan pemberontakan karena
mereka kebanyakan beragama Kristen dan berusaha mencari kedaulatannya untuk
Bangsanya masing-masing, banyaknya anggota Bangsa di Balkan sebenarnya bisa
6

saja untuk bergabung untuk melawan Tukri Utsmani namun disini karena wilayah
Balkan untuk waktu lama terus mematuhi perintah Turki Utsmani. Puncak dari
gejolak pembenrontkan yang dilakukan oleh wilayah Balkan terhadap Turki
utsmani yaitu pada tahun 1876 terjadi pemberontakan di Serbia dan Bulgaria yang
bertujuan untuk mengakui kemerdeaan Bangsa-bangsa Balkan agar bisa lepas dari
Turki Utsmani (Sapitri, 2017:230), namun pada pemberontakan kali ini Turki
Utsmani mampu menahan dan meredakan dengan tindakan keras yang disebut
horror di Bulgaria yang membuat pihak Eropa lebih benci kepada pemerintahan
Utsmani ( Sapitri, 2017:230). Kejamnya Turki Utsmani yang membuat rakyat
Eropa terus membencinya membuat pihak Rusia terus berusaha memberi
dukungan dimana untuk melumpuhkan Turki Utsmani yang bertujuan untuk
menyelamatkan gereja-gereja yang berisi muslihat Rusia agar mampu memetik
keuntunga, disini tujuan Rusia sendiri sudah jelas yaitu lebih untuk
menguntungkan dirinya sendiri, yang terus berusaha melumpuhkan Turki Utsmani
agar mampu dibawah kepemimpinan Rusia. Pada saat ini Rusia memberi saran
untuk membentuk Liga Balkan yang terdiri dari Bulgaria, Serbia, Yunani, dan
Macedonia. Liga Blakan inilah yang terus mematik semangat untuk melakukan
pemberontakan terhadap Turki Utsmani.
Hingga abad ke-20an Balkan masih dibawah kekuasaan Turki Utsmani,
namun sekitar pada tanggal 8 Oktober 1912 mulailah pemberontakan ini terjadi
yang terdiri dari Bulgaia, Serbia, Yunani, dan Macedonia menyatakan perang
kepada Turki Utsmani ( Hardoko, 2018). Pada saat itu adanya pemberontakan
yang dilakukan oleh liga Balkan terjadi yang memang mendapat dukungan dari
Rusia, perang yang berlangsung sejak 8 Oktober 1912 dan berakhir Mei 1913
disini meskipun hanya berjalan satu tahun perangnya, namun sudah mampu
membuat Turki Utsmani kehilangan wilayah semenanjung Balkan ( Hardoko,
2018). Perang tersebut berjalan satu tahun yang disebut dengan perang Balkan I,
disebut perang Balkan I karena masih terjadi lagi perang Balkan namun sudah
tidak untuk melawan Turki Utsmani lagi, Adapun Perang Balkan ke II terjadi
pada sekutu-sekutu Balkan yang berusaha mendapatkan kekuasaan masing-
masing. Balkan sendiri berusaha mengambil kekuasaan wilayah yang ada di
tangan Turki Utsmani karena memang sudah jatuh kembali ke tangan Balkan,
7

disinilah mulai timbul percikan untuk mengambil bagian wilayah yang lebih luas
namun disini ada yang tidak puas dan membuat perang Balkan II muncul.
Pemenang terbesar dari perang Balkan II adalah Serbia karena bukan
hanya tentaranya saja yang menang tetapi Serbia juga mampu mengekspansi
wilayah dan penduduknya ( Sapitri, 2017:236). Serbia merupakan pemenang
utama yang hanya mengalami sedikit kerugian dibandingkan dengan yang
lainnya, sementara untuk Turki Utsmani sendiri tidak diketahui pasti berapa
kerugian yang diperoleh karena setiap mengalami kekalahan Turki Utsmani terus
mundur. Dari kemundurannya itulah yang sulit untuk diketahui berapa kerugian
materi dan korban jiwanya.

C. Sejarah Terbentuknya Red Star Belgrade

Pada 7 April 1945 sistem kerajaan pasca perang Balkan II digantikan


dengan berdirinya "Negara Republik Federasi Rakyat Yugoslavia". Terbentuknya
federasi tersebut diprakarsai oleh beberapa negara antara lain: Serbia, Kroasia,
Slovenia, Bosnia, Montenegro, dan Makedonia serta dua daerah otonom yaitu
Kosovo dan Vojvodina. Josip Broz Tito adalah pemimpin Yugoslavia pada saat
itu. Pada saat kepemimpinan Tito, pada tahun 1948 Yugoslavia memisahkan diri
dari pengaruh Uni Soviet dan menjalankan Komunisme sendiri sesuai dengan
kebijakan Yugoslavia (Kresno, 2014).
Pada masa kepemimpinan Tito Yugoslavia menjadi negara yang solid.
Bahkan dalam masa kepemimpinannya Yugoslavia tergabung dalam Gerakan Non
Blok untuk merendahkan perang ideologi antara Amerika dan Uni Soviet. Negara
Balkan kemudian mengalami konflik kembali pasca kematian Tito pada 8 Mei
1980. Konflik tersebut terjadi karena diskriminasi antar etnis dan mengalami
puncak karena krisis ekonomi pada akhir 1980 (Kresno, 2014).
Sepak Bola tidak hanya memberi andil untuk memanjakan penikmatnya
dengan taktik brilian ala Pep Guardiola di Manchester City atau persaingan usang
Ronaldo dan Messi dalam memperebutkan predikat pemain terhebat di muka
bumi, serta bukan hanya kebodohan suporter dalam menyikapi hasil pertandingan
dan kelucuan untuk mempertahankan nama besar tim. Sepak bola tidak hanya
8

sebatas hal-hal tersebut. Jika diumpamakan, sepak bola adalah negara yang berisi
segala macam hal yang bercampur aduk sesuai kepentingan apa yang diinginkan.
Sepak bola di era sekarang sudah menjadi lumbung penghasilan yang
menggiurkan bagi kalangan investor. Sepak bola sudah menjadi permainan
tertinggi bagi kapitalisme. Tidak heran jika di era sekarang ini sepak bola banyak
dimanfaatkan, sehingga pertandingan yang seharusnya murni adu taktik, menjadi
adu kepentingan bagi para mafia yang ingin mengeruk keuntungan. Animo yang
sangat besar bagi penikmatnya di seluruh dunia menjadi hal yang wajar jika
banyak yang memanfaatkan olah raga kaki ini.
Bukan masalah uang saja, sepak bola sudah menjadi agama bagi
penikmatnya. Penggemar garis keras masing-masing klub sepak bola bahkan rela
mengucurkan darah bahkan nyawa hanya demi suatu lambang kebanggaan di
dada. Kelompok-kelompok yang menamai diri dengan sebutan hooligan, ultras,
dan di Amerika Latin juga ada barabravass yang turut mewarnai sepak bola
dengan cara yang berbeda beserta kekerasan-kekerasan yang ada.
Red Star Belgrade, adalah salah satu klub kenamaan dari liga Serbia yang
turut andil dalam Perang Balkan 1990. Kesebelasan sepak bola tersukses dan
paling digemari di Serbia ini menjadi tonggak penting dalam kebangkitan
nasionalisme Serbia. Penggemar setia Red Star seakan menjadi garda terdepan
dalam mempertahankan keutuhan Serbia.
Red Star memiliki suporter fanatik yamg tak segan untuk melakukan
kekerasan. Tetapi do Red Star para suporter beringas itu memiliki jabatan
terhormat dan memiliki akses khusus untuk bertemu pejabat untuk mengatur
organisasi geng yang dijalankan. Ketua geng menerima upah tetap dan menjadi
bagian dari kantor markas besar tim l, yang terletak di lingkungan kelas menengah
atas daerah Topcider (Foer, 2017: 4).
Membicarakan sepakbola di wilayah yang merupakan bekas bagian dari
Yugoslavia memang tak bisa dan tak mungkin dilepaskan dari hiruk-pikuk politik.
Begitu pula dengan Red Star yang bukan sekadar klub sebuah olahraga,
melainkan sebuah identitas politik.
Red Star sendiri terbentuk melalui usaha para penganut paham anti-fasis
yang berada dalam naungan Serbian United Antifascist Youth League. Tengah
9

bergelut dengan perang dunia kedua, mereka menjadi simbol bagi rakyat
Yugoslavia (Andriana, 2018). Tidak heran memang, karena pada periode-periode
perang dunia kedua sedang gencar dengan gerakan-gerakan fasis yang diusung
oleh Bennito Mussolini di Italia dan Adolf Hitler di Jerman, yang memberikan
dampak kekerasan yang cukup hebat. Respon dari gerakan fasis tersebut
kemudian memunculkan kelompok-kelompok anti-fasis.
Pada 1991 Red Star mencicipi juara Liga Champios, sebuah kejuaraan
tahunan paling bergengsi di Eropa. Memang untuk masalah prestasi Red Star
bukanlah tim yang pantas dibilang sebelah mata. Tim tersebut sudah menjadi
metafora bagi retaknya Yugoslavia. Terlepas dari sejarahnya yang menjadi
tunggangan nasionalisme Serbia, Red Star memiliki pemain dari seluruh pelosok
negeri bahkan dari kalangan orang-orang Kroasia. Dengan prestasi yang gemilang
seharusnya menjadi suatu harapan bagi Yugoslavia (Foer, 2017: 8)
Red Star menjadi kelompok hooligan paramiliter dalam perang multietnis
tersebut. Kelompok suporter ini menjadi pasukan Slobodan Milosevic, Presiden
Serbia pada tahun 1989-1997. Para suporter tersebut dipersenjatai guna
menjadikan mereka sebagai garda terdepan demi kepentingan elit politik Serbia.
Red Star telah menjadi bukti bahwa sepak bola juga bisa menjadi
tunggangan politik untuk mencapai suatu kepentingan. Tribun penonton memang
suatu mimbar yang bebas diisi dengan pemikiran apapun, namun fanatisme dalam
sepak bola Serbia telah menjadi suatu hal yang mengerikan, nasionalisme ekstrim
yang diperlihatkan hanya untuk suatu eksistensi suatu bangsa telah mencederai
sepak bola.

D. Dampak Red Star Belgrade Terhadap Serbia

Setelah pecah perang saudara di Yugoslavia, kondisi di masing-masing


perbatasan wilayah menjadi tegang. Perang bisa terjadi sewaktu-waktu sehingga
diperlukan kesiapan militer yang matang untuk bisa membendung setiap potensi
bahaya yang ada. Setelah Slovakia dan Kroasia memisahkan diri dari Yugoslavia,
Serbia sebagai bangsa yang dominan di Yugoslavia menjadi murka. Akan tetapi
Serbia tidak berdaya. Mereka tidak memiliki kekuatan militer yang memadai. Hal
ini membuat Serbia berupaya membangun kekuatan militer dengan jalan
10

menerapkan wajib militer bagi warganya. Namun hal ini mengalami penolakan,
sehingga hampir pupuslah harapan Serbia untuk bisa menggalang kekuatan
militer.
Tidak hilang akal, pemimpin Serbia saat itu, Slobodan Milosevic melirik
salah satu kekuatan fanatisme terbesar di Serbia yaitu suporter klub sepakbola Red
Star Belgrade. Suporter fanatik yang sejak 1989 dipimpin oleh seorang kriminal
kawakan bernama Zelijk Raznatovic (lebih tenar dengan nama Arkan) ini
dianggap memiliki semangat lain yang bahkan tidak hanya berlandaskan
kepentingan olahraga semata, namun juga kepentingan etnis Serbia yang menjadi
etnis dominan di Yugoslavia waktu itu. Hal ini dapat tercermin dalam suatu
peristiwa pada pertandingan sepakbola antara klub Red Star Belgrade melawan
Dinamo Zagreb, dimana Red Star mewakili Serbia dan Zagreb mewakili Kroasia.
Pertandingan yang awalnya hanya berisi tontonan olahrga tiba-tiba berubah
menjadi rusuh saat suporter Red Star mulai memprovokasi suporter Zagreb.
Hinaan-hinaan bernada rasial terlontar antar kubu suporter, sehingga pada
akhirnya terjadi baku hantam.
Suporter Red Star yang sebelumnya terpecah dalam beberapa kelompok
suporter ini dapat dikendalikan dan dipersatukan oleh seorang Arkan yang
karismatik. Di bawah komando Arkan, kumpulan suporter yang suka main-main
dan mabuk dapat didisiplinkan bak pasukan tentara yang terlatih. Setelah resmi
menjadi kekuatan paramiliter Serbia, suporter Red Star di bawah kepemimpinan
Arkan mendapat nama julukan baru yaitu Dilije yang dalam bahasa turki berarti
pahlawan. Hal itu tidak bertahan lama hingga diganti lagi dengan nama Tigers.
Pada 1991 Tigers memulai serangan yang membawa Serbia ke dalam perang
saudara.
Serangan-serangan brutal yang dilancarkan oleh pasukan Tiger tidak
hanya menyasar pasukan militer lawan, namun juga warga sipil. Serangan
terbrutal Tigers terjadi di Bosnia dimana pasukan Arkan menculik para pria
muslim lalu menyiksa mereka hingga mati. Di Kosovo perang dengan dasar
agama dan etnis juga terjadi. Etnis Albania Kosovo yang beragama Islam ingin
memerdekakan diri dari etnis Serbia yang mayoritas beragama Kristen Ortodox.
11

Serbia yang tidak setuju akan pernyataan kemerdekaan Kosovo (1991) seringkali
mendapat serangan dari pasukan militer sipil Kosovo.
Saling serang terus terjadi hingga menjadi parah pada 1998 saat mulai
banyak kekuatan asing yang turut serta dalam perang kosovo tersebut. Serbia yang
saat itu tidak ingin melepaskan kosovo begitu saja mulai semakin menggencarkan
serangan bahkan pada penduduk sipil sekalipun. NATO sebagai utusan resolusi
PBB mulai turun tangan untuk mengatasi konflik, namun Serbia tidak gentar dan
terus menyerang. NATO merespon sikap Serbia dengan mulai menyerang wilayah
Serbia. Hal ini membuat Serbia melemah dan pada akhirnya menyetujui
penghentian serangan pada 9 Juni 1999 yang menandai bebasnya Kosovo dari
serangan Serbia. Akan tetapi hal ini tidak membuat Kosovo bisa merdeka begitu
saja. Kosovo tetap menjadi bagian wilayah dari Serbia, namun serbia tidak
memiliki wewenang apapun atas Kosovo. Slobodan Milosevic selaku pimpinan
Serbia akhirnya ditangkap dan ditetapkan sebagai penjahat perang dengan tuduhan
genosida.
Setelah peperangan usai, sisa negara bekas Yugoslavia yaitu Serbia dan
Montenegro membuat negara Uni Serbia Montenegro pada 4 Februari 2003.
Setelah berjalan sekitar 3 tahun, akhirnya negara ini bubar pada 2006 dan
menjadikan negara Serbia dan Montenegro berdiri sendiri-sendiri. Dengan begitu
dimulailah bentuk negara baru Serbia yang sekaligus menandai benar-benar
runtuhnya negara Yugoslavia.
12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Serbia merupakan negara yang mayoritas penduduknya adalah keturunan
dari bangsa Slavia Selatan yang terbesar di wilayah Balkan. Pada abad ke-14
Turki berhasil mengalahkan Serbia dan menjajah selama 500 tahun, akibatnya
Serbia sangat membenci Turki. Pada tahun 1912-1913, terjadi Perang Balkan I
antara Serbia, Bulgaria, Yunani melawan pendudukan Turki. Pada saat itu adanya
pemberontakan yang dilakukan oleh liga Balkan mendapat dukungan dari Rusia,
perang yang berlangsung sejak 8 Oktober 1912 dan berakhir Mei 1913
mengakibatkan Turki Utsmani kehilangan wilayah semenanjung Balkan. Setelah
Perang Balkan I, terjadi Perang Balkan II yang terjadi karena adanya perebutan
kekuasaan oleh sekutu-sekutu Balkan. Nasionalisme Serbia juga terlihat dari
adanya klub sepak bola Red Star Belgrade. Red Star Belgrade, adalah salah satu
klub kenamaan dari liga Serbia yang turut andil dalam Perang Balkan 1990. Klub
tersebut merupakan salah satu kekuatan fanatisme terbesar di Serbia dan menjadi
tonggak penting dalam kebangkitan nasionalisme Serbia.
13

DAFTAR RUJUKAN

Affan, H.M. & Maksum, H. 2016. MEMBANGUN KEMBALI SIKAP


NASIONALISME BANGSA INDONESIA DALAM MENANGKAL
BUDAYA ASING DI ERA GLOBALISASI. 3(4), 65ˉ72. Dari
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/PEAR/article/view/7542.
Aji, Kresno. 2014. Jatuhnya Yugoslavia dan Implikasinya terhadap Indonesia.
Academia.edu, diakses pada 10 Oktober 2019.

Alkatiri, Z. 2016.TRANSISI DEMOKRASI DI EROPA TIMUR: Politik, Jerman


Timur, Rumania, dan Balkan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Andriana, R. B. 2018. Kebangkitan Red Star di Eropa. Online panditfootball.com.
Anugrah, Septian. 2018. Peranan Red Star dalam Perang Balkan. Online
panditfootball.com
Foer, Franklin. 2017. Memahami Dunia Lewat Sepak Bola. Marjin Kiri:
Tangerang Selatan.
Raharjo, F.P. & Djumarwan. 2016. AKSI POLITIK SERBIA TERHADAP PROSES
DISINTERGASI YUGOSLAVIA 1908-1995. 1(4),1ˉ7. Dari
http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/risalah/article/view/916.
Sapitri, P. 2017. Perang Balkan dan Implikasinya terhadap kehidupan sosial
politik Islam di Eropa Tenggara, 06(02), 229ˉ236. Dari
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intelektualita/article/view/
1608/1285.
Wikipedia. Serbia dan Montenegro, (Online),
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Serbia_dan_Montenegro), diakses 7
September 2019.
Wikipedia, Sejarah Kosovo, (Online),
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Kosovo), diakses 7 September
2019.
Wikipedia. FK Crvena Zvezda, (Online),
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/FK_Crvena_Zvezda), diakses 7
September 2019.

Anda mungkin juga menyukai