Anda di halaman 1dari 17

Hubungan Materi Pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dengan Kecerdasan Emosional Siswa

M. YUSUF AHMAD*
SITI NURJANAH**
*Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR)
Jl. Kaharuddin Nasution No.113 Perhentian Marpoyan Pekanbaru 28284
Hp: 081365542760

**Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR)


Jl. Kaharuddin Nasution No.113 Perhentian Marpoyan Pekanbaru 28284

Abstrak: Kecerdasan emosional merupakan salah satu kecerdasan yang


dimiliki oleh setiap individu dan merupakan salah satu kecerdasan yang
dianggap penting. Dengan memiliki kecerdasan emosional, seseorang mampu
memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan
dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati
dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir,
berempati dan berdoa. Selain itu, seseorang yang memiliki kecerdasan
emosional juga akan mampu menjalani hidup hanya berorientasi pada
kebutuhan, bukan keinginan. Pencerdasan emosional dilakukan menurut
pencerdasan intelegensi dan pencerdasan spiritual. Pencerdasan spiritual
dapat diperoleh melalui pendidikan Agama Islam. Selain itu, dalam materi
pembelajaran pendidikan Agama Islam juga mengandung ajaran tentang
kecerdasan emosional. Oleh karena itu, melalui penelitian ini, penulis meneliti
hubungan materi pembelajaran pendidikan Agama Islam dengan kecerdasan
emosional siswa kelas VII SMP PGRI Pekanbaru. Berdasarkan hasil pengolahan
dan analisis data yang telah penulis lakukan, maka diperoleh kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara materi pembelajaran
pendidikan Agama Islam dengan kecerdasan emosional siswa kelas VII SMP
PGRI Pekanbaru.

Kata kunci : materi pembelajaran PAI, kecerdasan emosional.

PENDAHULUAN Bimbingan dapat diperoleh melalui


Manusia merupakan makhluk pendidikan. Pendidikan merupakan
ciptaan Allah SWT yang paling salah satu kebutuhan manusia yang
sempurna. Dalam diri manusia terdapat senantiasa memiliki rasa ingin tahu. Dan
berbagai potensi yang harus melalui pendidikan pula manusia akan
dikembangkan. Pengembangan potensi memperoleh sesuatu yang ingin
tersebut dapat dilakukan melalui diketahuinya. Selanjutnya, Marimba
bimbingan, sehingga setiap potensi yang (1989: 19) berpendapat bahwa
dimiliki oleh seorang manusia akan Pendidikan adalah bimbingan atau
berkembang. pimpinan secara sadar oleh si pendidik

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 1


terhadap perkembangan jasmani dan (1) Membaca Al-Quran dengan Tartil;
rohani si terdidik menuju terbentuknya (2) Iman Kepada Allah SWT; (3) Iman
kepribadian yang utama. Maka, untuk Kepada Malaikat; (4) Taharah; (5) Shalat
membentuk kepribadian yang utama, Wajib Berjamaah; (6) Shalat Jum’at; (7)
dibutuhkan peranan pendidikan Shalat Jamak dan Qasar; (8) Kewajiban
termasuk peranan pendidikan agama. Menuntut Ilmu; (9) Sikap Ikhlas, Sabar,
Pendidikan agama Islam dipercaya dan Pemaaf; (10) Perjuangan Nabi
dapat menjadi salah satu alternatif Muhammad SAW; dan (11)
untuk membentuk pribadi yang utama. Khulafaurrasyidin.
Pendidikan Islam diyakini mampu Materi pendidikan islam tersebut
menciptakan kepribadian utama yang di bertujuan pada satu titik, yaitu
dalamnya terdapat aqidah yang kuat menciptakan manusia yang berakhlakul
mengakar sehingga iman yang ada karimah. Perbaikan akhlak merupakan
dalam dirinya kokoh, melaksanakan tantangan sejak zaman Rasulullah SAW.
ibadah secara kontinu dan istiqomah Maka, pada zaman sekarang ini
sehingga dapat beramal secara ikhlas, membentuk dan memperbaiki akhlak
dan berakhlakul karimah sebagai generasi muslim merupakan tantangan
aplikasi dari iman dan amal sehingga bagi para pendidik pendidikan Islam.
dapat mencapai derajat ihsan. Materi-materi yang ada dalam
Nata (2003: 86) mengungkapkan pendidikan Islam tidak hanya untuk
bahwa Al-Ghazali menyatakan bahwa dipelajari dan dipahami, tetapi juga
pendidikan memiliki 2 tujuan, yaitu: (1) untuk diamalkan. Dengan
Tercapainya kesempurnaan insan yang mengaplikasikan seluruh teori yang
bermuara pada pendekatan diri kepada telah diperoleh, setidaknya seseorang
Allah SWT; dan (2) Kesempurnaan insan mampu mendengarkan suara hati
yang bermuara pada kebahagian dunia nuraninya, karena hati nurani tidak akan
dan akhirat. Dengan kata lain bertentangan dengan ajaran Islam, dan
pendidikan juga bertujuan untuk materi yang ada dalam pendidikan Islam
mencapai kebahagiaan dunia dan bermuara pada hati nurani. Dengan
akhirat. Jika seseorang ingin mendengarkan setiap kata hati nurani,
memperoleh kebahagiaan di dunia, ia seseorang akan mampu meyelesaikan
harus memiliki ilmu untuk dapat setiap persoalan sesuai dengan kata hati
mencapai kebahagiaan tersebut. nuraninya.
Sebaliknya, jika seseorang ingin Agama Islam tidak hanya
memperoleh kebahagiaan di akhirat, ia mengatur hubungan antara manusia
harus memiliki ilmu untuk dapat dengan Tuhan saja, tetapi juga mengatur
mencapai kebahagiaan tersebut. Dan hubungan antara manusia dengan
jika seseorang ingin memperoleh manusia, dan mengatur hubungan
kebahagiaan di dunia dan akhirat, ia antara manusia dengan alam. Dalam
juga harus memiliki ilmu tentang kedua pendidikan Islam akan ditemukan
hal tersebut. materi yang membahas tentang hal
Selanjutnya, pendidikan Islam juga tersebut. Dalam hubungan antar
mampu menciptakan generasi muslim manusia, dibutuhkan kejernihan hati
yang beriman dan bertaqwa kepada nurani dalam berperilaku dan bertindak
Allah SWT, berakhlak, berpengetahuan, agar manusia bisa saling mengerti dan
terampil, dan mampu menyelesaikan memahami yang akhirnya akan tercipta
setiap persoalan yang ada. Menurut suasana yang harmonis serta setiap
Choeroni (2013), dalam pendidikan persoalan akan mampu diselesaikan.
Islam terdapat beberapa materi, yaitu:

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 2


Seseorang yang memiliki kemam- mengatakan bahwa mereka tidak bisa
puan tersebut berarti telah memiliki menemukan ayat ataupun hadist yang
kecerdasan emosional. Kecerdasan berkaitan dengan materi dan hanya
emosional merupakan kemampuan dalam waktu beberapa menit mereka
seseorang dalam mengenali emosi diri sudah menyerah; (3) Kurang mau
sendiri dan orang lain, mengelola mendengarkan dengan baik. Pada saat
suasana hati, memotivasi diri, dan proses pembelajaran berlangsung,
mengembangkan hubungan dengan sebagian siswa tidak mau mendengar-
orang lain. kan penjelasan materi yang diberikan
Menurut Suhartono (2008: 140), oleh guru, ada sebagian siswa yang
Pencerdasan emosional dilakukan bercerita dengan temannya. Jika proses
menurut pencerdasan intelegensi dan pembelajaran dilakukan dengan baik,
pencerdasan spiritual. Pencerdasan seharusnya siswa bisa mendengarkan
spiritual dapat diperoleh melalui dengan baik, tetapi pada kenyataannya
pendidikan Agama Islam, sehingga siswa kebanyakan siswa tidak melakukan hal
dapat memperoleh kecerdasan tersebut.
emosional melalui pembelajaran Adapun rumusan masalah pada
pendidikan Agama Islam. penelitian ini: apakah ada hubungan
Berdasarkan studi pendahuluan materi pembelajaran Pendidikan Agama
yang penulis lakukan, banyak siswa di Islam dengan Kecerdasan Emosional
SMP PGRI Pekanbaru kurang memiliki Siswa kelas VII SMP PGRI Pekanbaru.
akhlak mulia yang berhubungan dengan Sedangkan tujuan penelitian ini adalah
kecerdasan emosional, dan hal ini untuk mengetahui ada atau tidaknya
terlihat dari fenomena yang penulis lihat hubungan yang signifikan antara materi
di SMP PGRI pekanbaru sebagai berikut: pembelajaran pendidikan Agama Islam
(1) Kurang bertanggung jawab dengan kecerdasan emosional Siswa
terhadap tugas yang diberikan. Setiap kelas VII SMP PGRI pekanbaru.
melakukan proses pembelajaran, tentu Selanjutnya, Penelitian ini juga
akan ada tugas yang diberikan, baik diharapkan dapat berguna untuk: (1)
tugas yang harus diselesaikan di kelas Guru PAI, sebagai pertimbangan untuk
secara kelompok, ataupun tugas yang menyeimbangkan Intelegence Quotient
harus diselesaikan di rumah. Ketika (IQ) dengan Emotional Quotient (EQ)
mendapatkan tugas kelompok di kelas, dalam pembelajaran; (2) Sekolah,
sebagian kelompok hanya bergantung khususnya bagi kepala sekolah agar
pada satu atau dua orang teman mengingatkan kepada para pendidik
kelompoknya tanpa mau bekerja sama bahwa Intelegence Quotient (IQ) saja
untuk menyelesaikan tugas yang tidak cukup, tetapi harus dilengkapi
diberikan. Sementara kelompok yang dengan Emotional Quontient (EQ); dan
lain hanya asik bercerita tanpa mau (3) Departemen Agama dan Departemen
menyelesaikan tugas yang diberikan; (2) Pendidikan Nasional, sebagai bahan
Kurang optimis. Optimis berarti tidak evaluasi untuk memperhatikan
mudah menyerah, selalu beranggapan Emotional Quontient (EQ).
bahwa apa yang dilakukan akan
berhasil, dan terus berusaha dengan
keyakinan bahwa apa yang diinginkan KONSEP TEORI
pasti tercapai. Ketika ditugaskan untuk Hakikat Pendidikan Agama Islam
mencari berbagai ayat dan hadits yang (PAI)
berkaitan dengan materi yang diajarkan, Pendidikan Agama Islam
kebanyakan siswa langsung pesimis dan berkenaan dengan tanggung jawab

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 3


bersama. Oleh sebab itu usaha yang terbentuknya kepribadian Muslim.
secara sadar dilakukan oleh guru kepribadian Muslim adalah pribadi yang
mempengaruhi siswa dalam rangka ajaran Islamnya menjadi sebuah
pembentukan manusia beragama yang pandangan hidup, sehingga cara
diperlukan dalam pengembangan berpikir, merasa, dan bersikap sesuai
kehidupan beragama dan sebagai salah dengan ajaran Islam.
satu sarana pendidikan nasional dalam Dengan demikian Pendidikan
rangka meningkatkan ketaqwaan Agama Islam itu adalah usaha berupa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. bimbingan, baik jasmani maupun rohani
Menurut Daradjat (1996: 86), kepada anak didik menurut ajaran
pendidikan agama Islam atau At- Islam, agar kelak dapat berguna menjadi
Tarbiyah Al-Islamiah adalah usaha pedoman hidupnya untuk mencapai
bimbingan dan asuhan terhadap anak kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
didik agar kelak setelah selesai
pendidikannya dapat memahami dan
mengamalkan ajaran Agama Islam serta Materi Pembelajaran PAI
menjadikannya sebagai pandangan Materi atau bahan pelajaran atau
hidup. yang dikenal dengan materi
Sedangkan menurut Ahmad D. pokok merupakan subtansi yang akan
Marimba dalam Uhbiyati, pendidikan diajarkan dalam kegiatan belajar
Islam adalah: bimbingan jasmani dan mengajar. Materi pokok adalah materi
rohani berdasarkan hukum- pelajaran bidang studi dipegang atau
hukumAgama Islam, menuju terciptanya diajarkan oleh guru. Keberhasilan
kepribadian utama menurut ukuran pembelajaran secara keseluruhan sangat
Islam (Uhbiyati: 1998: 9). tergantung padakeberhasilan guru
Dari beberapa definisi di atas, merancang materi pembelajaran. Materi
maka dapat diambil pengertian bahwa Pembelajaran padaha kekatnya
yang dimaksud Pendidikan Agama Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari
adalah suatu aktivitas atau usaha-usaha Silabus, yakni perencanaan, prediksi dan
tindakan dan bimbingan yang dilakukan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan
secara sadar dan sengaja serta pada saat Kegiatan Pembelajaran. Secara
terencana yang mengarah pada garis besar dapat dikemukakan bahwa
terbentuknya kepribadian anak didik Materi pembelajaran (instructional
yang sesuai dengan norma-norma yang materials) adalah pengetahuan,
ditentukan oleh ajaran Agama. keterampilan, dan sikap yangharus
Pendidikan Agama Islam juga dikuasai peserta didik dalam rangka
merupakan upaya sadar dan terencana memenuhi standar kompetensi
dalam menyiapkan peserta didik untuk yangditetapkan. Materi pembelajaran
mengenal, memahami, menghayati, menempati posisi yang sangat penting
hingga mengimani, bertaqwa, dan darikeseluruhan kurikulum, yang harus
berakhlak mulia dalam mengamalkan dipersiapkan agar pelaksanaan pembe-
ajaran Agama Islam dari sumber lajaran dapat mencapai sasaran. Sasaran
utamanya yaitu kitab suci Al-Quran dan tersebut harus sesuai dengan Standar
Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
pengajaran, latihan, serta penggunaan harus dicapai oleh pesertadidik. Artinya,
pengalaman. materi yang ditentukan untuk kegiatan
Dari pengertian di atas pembelajaran hendaknya materi yang
terbentuknya kepribadian yakni benar-benar menunjang tercapainya
pendidikan yang diarahkan pada

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 4


standar kompetensi dan kompetensi yaitu: (a) Pengertian Iman kepada
dasar, serta tercapainya indikator. Allah; (b) Sifat wajib bagi Allah; (c)
Agama berarti risalah yang Tanda-tanda adanya Allah SWT; dan (d)
disampaikan Tuhan kepada Nabi sebagai Berperilaku yang mencerminkan
petunjuk bagi manusia dan hukum- ketaatan kepada Allah SWT; (3) Beriman
hukum sempurna untuk dipergunakan kepada malaikat Allah SWT, dengan sub
manusia dalam penyelenggaraan tata materi pembelajaran yaitu: (a)
cara hidup yang nyata serta mengatur Pengertian iman kepada malaikat Allah
hubungan dengan tanggung jawab SWT; (b) Tugas-tugas malaikat Allah; (c)
kepada Allah dan masyarakat Sifat malaikat dan perbedaannya dengan
sekitarnya. Dan pendidikan Agama Islam makhluk gaib lain; dan (d) Hikmah dan
dapat diartikan sebagai program yang perilaku beriman kepada malaikat Allah
terencana dalam menyiapkan peserta SWT; (4) Menerapkan ketentuan bersuci
didik untuk mengenal, memahami, dari hadats kecil dan hadats besar
menghayati hingga mengimani ajaran berdasarkan syariat Islam, dengan sub
Islam serta diikuti tuntunan untuk materi pembelajaran yaitu: (a)
menghormati Agama lain dalam Pengertian taharah; (b) Hadas dan cara
hubungan dengan kerukunan antara mensucikannya; (c) Najis dan cara
umat beragama hingga terwujud menyucikannya; (d) Perbedaan hadas
kesatuan dan persatuan bangsa. dan najis; (e) Wudu; (f) Tayamum; (g)
Setelah melihat kedua pengertian Mandi wajib; (h) Praktik wudu; (i)
diatas maka dapat disimpulkan bahwa Praktik tayamum; dan (j) Praktik mandi
materi PAI adalah materi pelajaran atau wajib; (5) Menunaikan shalat wajib
materi pokok bidang studi Islam yang berjamaah sebagai implementasi dari
lakukan secara terencana guna pemahaman rukun islam, dengan sub
menyiapkan peserta didik untuk materi pembelajaran yaitu: (a)
mengenal, memahami, menghayati, Ketentuan dan tata cara shalat; (b)
mengimani, mengamalkan ajaran Islam Pengertian shalat; (c) Hukum shalat lima
dan berakhlak secara Islam serta diikuti waktu; (d) Syarat wajib shalat; (e)
tuntunan untuk menghormati Agama Syarat sah shalat; (f) Rukun shalat; (g)
lain dalam hubungan dengan kerukunan Sunah shalat; (h) Hal-hal yang
antara umat beragama hingga terwujud membatalkan shalat; (i) Ketentuan
kesatuan dan persatuan bangsa. waktu shalat wajib; (j) Praktik shalat
wajib; (k) Pentingnya shalat wajib dalam
kehidupan; (l) Shalat wajib pada awal
Jenis-Jenis Materi PAI waktu; (m) Shalat fardu berjamaah; (n)
Adapun materi pembelajaran Hukum shalat berjemaah; (o)
Pendidikan Agama Islam kelas VII sesuai Pengaturan saf (barisan shalat); (p)
dengan kurikulum 2013 (Choeroni, Ketentuan iman dan makmum; (q)
et.al., 2013) adalah dengan kompetensi Keutamaan shalat berjemaah; dan (r)
dasar pembelajaran meliputi: (1)Mem- Praktik shalat wajib berjamaah; (6)
baca Al-Qur’an dengan Tartil dengan Menunaikan shalat jum’at sebagai
submateri pembelajaran yaitu: (a) implementasi dari pemahaman Q.S Al-
Membaca Al-Qur’an dengan tartil; (b) Jum’ah (62): 9 dengan sub materi
Menghafal ayat dari beberapa surat; (c) pembelajaran yaitu: (a) Melaksanakan
Hukum bacaan mad; (d) Pengertian shalat Jum’at; (b) Ketentuan shalat
bacaan mad; dan (e) Macam-macam Jum’at; dan (c) Praktik shalat Jum’at; (7)
bacaan mad; (2) Beriman kepada Allah Menunaikan shalat jamak dan qasar
SWT, dengan sub materi pembelajaran ketika bepergian jauh (musafir) sebagai

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 5


implementasi dari pemahaman ketaatan perasaan dan maknanya, serta
beribadah, dengan sub materi pembela- mengendalikan perasaan secara
jaran yaitu: (a) Shalat jamak; (b) Shalat mendalam sehingga membantu
qasar; (c) Shalat jamak qasar; dan (d) perkembangan emosi dan itelektual
Praktik shalat jamak, qasar, dan jamak (Uno, 2010: 69). Menurut Daniel
qasar; (8) Menghargai perilaku Goleman kecerdasan emosional adalah
semangat menuntut ilmu sebagai kemampuan untuk memotivasi diri
implementasi dari pemahaman sifat sendiri dan bertahan menghadapi
Allah (Al-‘Alim, Al-Khabir, As-Sami’, dan frustasi, mengendalikan dorongan hati
Q.S Al-Mujadalah (58): 11 dan Q.S Ar- dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,
Rahman (55):33 serta hadits terkait; (9) mengatur suasana hati dan menjaga
Menghargai perilaku ikhlas, sabar, dan agar beban stres tidak melumpuhkan
pemaaf sebagai implementasi dari kemampuan berpikir, berempati dan
pemahaman Q.S. An-Nisa (4): 146, Q.S. berdoa (Uno, 2010: 68).
Al-Baqarah (2): 153, dan Q.S. Ali Imran Sementara itu, Agustian (2007:
(3): 134, dan hadits terkait; (10) 280) berpendapat bahwa kecerdasan
Memahami sejarah perjuangan Nabi emosional adalah kemampuan
Muhammad SAW; (11) Mengetahui merasakan, memahami secara efektif,
karakter Khalifah dari Khulafaurra- menerapkan daya dan kepekaan emosi
syidin, dengan sub materi pembelajaran sebagai sumber energi, informasi
yaitu: (a) Pengertian Khulafaurrasyidin; koneksi, dan pengaruh. Dalam Islam,
(b) Kahlifah Abu Bakar As Sidiq r.a (11- hal-hal yang berhubungan dengan
13 H/632-643 M); (c) Khalifau Umar bin kecakapan emosional adalah konsistensi
Khattab r.a (13-23 H/634-644 M); (d) (istiqamah), kerendahan hati (tawadhu),
Khalifah Usman bin Affan r.a (23-36 berusaha dan berserah diri (tawakkal),
H/644-656 M); dan (e) Khalifah Ali bin ketulusan (keikhlasan), totalitas
Abi Thalib r.a (36-41 H/656-661 M). (kaffah), keseimbangan (tawazun),
integritas dan penyempurnaan (ihsan).
Jadi, kecerdasan emosional adalah
Hakikat Kecerdasan Emosional kemapuan seseorang dalam mengenali
Istilah kecerdasan emosi emosi diri sendiri dan orang lain,
diperkenalkan pada tahun 1990 oleh mampu memotivasi diri dan merasakan
dua ahli psikologi yaitu Peter Salovey apa yang dirasakan orang lain, serta
dan John Mayer. Emotional intellegence mampu manjalin hubungan sosial yang
(EI) mengacu pada kemampuan baik dengan orang lain sehingga setiap
memahami dan menangani perasaan permasalahan yang timbul dapat
diri seseorang dan orang lain. Daniel diselesaikan dengan baik. Jika seseorang
Goleman mengembangkan konsep telah memiliki kecerdasan emosional,
Emotional intellegence (EI) tersebut maka ia akan mampu mengendalikan
dengan memasukkan ciri-ciri seperti emosinya.
optimis, kesadaran, motivasi, empati, Kecerdasan emosionallah yang
dan kompetensi sosial (Nuryati, 2008: memotivasi seseorang untuk mencari
43). Sebagai pencetus pertama istilah manfaat dan mengaktifkan aspirasi dan
kecerdasan emosional, Peter Salovey nilai-nilai yang paling dalam, mengubah
dan John Mayer mengemukakan bahwa apa yang dijalani. Kecerdasan emosional
kecerdasan emosional adalah menuntut seseorang belajar mengakui
kemampuan untuk mengenali perasaan, dan menghargai perasaan dirinnya dan
meraih dan membangkitkan perasaan orang lain untuk ditanggapi dengan
untuk membantu pikiran, memahami tepat, menerapkan dengan efektif

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 6


informasi dan energi emosi dalam sebaiknya pendidik tidak hanya
kehidupan dan pekerjaan sehari-hari memperhatikan kecerdasan emosional
(Uno, 2010: 71). yang tidak kalah penting dalam
Dengan demikian, kecerdasan kehidupan.
emosional merujuk pada kemampuan Kecerdasan emosional mencakup
mengenali perasaan sendiri dan orang kemampuan yang berbeda tetapi saling
lain, kemampuan memotivasi diri melengkapi dengan kecerdasan
sendiri, dan kemampuan mengelola akademik, yaitu kemampuan kognitif
emosi dengan baik pada diri sendiri murni yang dilakukan IQ (Ramayulis,
maupun dalam hubungannya dengan 2011: 93). Kecerdasan emosi juga
orang lain (Goleman & Uno, 2010: 72). bekerja secara dengan keterampilan
Komponen kecerdasan emosional kognitif (Uno, 2010: 69). Oleh karena itu,
menurut Daniel Goleman adalah: (1) dengan adanya materi pembelajaran
Mengenali emosi diri sendiri, terdiri pendidikan agama Islam diharapkan
dari: (a) Kesadaran diri, (b) Penilaian terlahir generasi muslim yang tidak
diri secara teliti; dan (c) Percaya diri; (2) hanya cerdas secara intelektual tetapi
Mengelola suasana hati, terdiri dari: (a) juga cerdas secara emosional sehingga
Mengendalikan diri, (b) Dapat mampu menyelesaikan setiap
dipercaya; (c) Kewaspadaan; permasalahan yang ada dengan
(d)Adaptabilitas; dan (e) Inovasi; (3) bijaksana.
Memotivasi diri sendiri, terdiri dari: Setiap materi pembelajaran yang
(a)Dorongan berprestasi, (b) Komitmen, direalisasikan memiliki tujuan untuk
(c)Inisiatif; dan (d) Optimisme; (4) merubah tingkah laku peserta didik dari
Mengenali emosi orang lain, terdiri dari: yang tidak baik menjadi baik sehingga
(a) Memahami orang lain; (b)Berorien- materi yang telah disampaikan benar-
tasi pelayanan; (c) Mengembangkan benar memberikan pegaruh bagi para
orang lain; (d) Mengatasi keragaman; peserta didik. Begitu juga pendidikan
dan (e) Kesadaran politis; dan (5) agama Islam, materi pembelajaran yang
Mengembangkan hubungan dengan dilaksanakan diharapkan mampu
orang lain, terdiri dari: (a) Pengaruh; (b) berpengaruh bagi para peserta didik.
Komunikasi; (c) Kepemimpinan; (d) Jika dalam kecerdasan emosional
Katalisator perubahan; (e) Manajemen terdapat komponen mengenali emosi
konflik; (f) Pengikat jaringan; (g) sendiri, dan mengelola suasana hati,
Kolaborasi dan koorperasi; dan (g) memotivasi diri sendiri, mengenali
Kemampuan tim. emosi orang lain, dan mengembangkan
hubungan dengan orang lain. Maka,
dalam Islam mengajarkan agar
Hubungan Materi Pembelajaran seseorang tetap percaya diri
Pendidikan Agama Islam Dengan bagaimanapun kelemahan yang dimiliki,
Kecerdasan Emosional mampu mengendalikan diri saat cobaan
Pembelajaran Pendidikan Agama dan ujian datang (istiqamah), tetap
Islam adalah suatu upaya yang optimis dan berusaha walaupun banyak
dilakukan oleh pendidik pendidikan cobaan yang menghalangi untuk
Agama Islam untuk membelajarkan mencapai tujuan (tawakkal), menjalin
peserta didik agar dapat mencapai komunikasi yang baik dengan orang lain
tujuan yang diinginkan, yaitu menjadi agar dapat saling memahami, dan
manusia paripurna atau insan kamil menjalin silaturahmi dengan sesama.
yang terefleksi dalam kehidupan sehari- Jika materi pembelajaran
hari. Dalam kegiatan pembelajaran, Pendidikan Agama Islam direalisasikan

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 7


dengan baik, maka peserta didik akan dalam penelitian ini adalah siswa kelas
memperoleh hal-hal tersebut sehingga VII SMP PGRI Pekanbaru. sedangkan
berpengaruh bagi mereka yang objek penelitian ini adalah hubungan
berimbas pada kecerdasan emosional materi pembelajaran pendidikan Agama
mereka. Mereka tidak hanya akan Islam dengan kecerdasan emosional.
memiliki kecerdasan intelektual yang Adapun yang menjadi populasi
baik, tetapi juga kecerdasan emosional dalam penelitian ini adalah siswa kelas
yang baik. Menurut Mahmud al-Zaky VII SMP PGRI Pekanbaru yang
kecerdasan emosional pada dasarnya berjumlah 150 orang. Karena jumlahnya
memiliki hubungan yang erat dengan lebih dari 100 orang, maka tidak seluruh
kecerdasan uluhiyah (ketuhanan) populasi yang penulis teliti. Sedangkan
(Ramayulis, 2011: 93-94). Jika tingkat jumlah sampel adalah 25% dari 150
pemahaman dan pengamalan nilai-nilai orang yaitu 37 orang. Teknik sampel
ketuhanan seseorang tinggi dalam yang digunakan pada penelitian ini
hidupnya, maka ia telah memiliki adalah random sampling.
kecerdasan emosional yang tinggi pula. Adapun metode pengumpulan data
Hal ini berarti bahwa ketika peserta yang digunakan adalah Angket
didik telah menerima dan mengamalkan (Kuesioner) dan Dokumentasi. Angket
setiap materi yang diterima dalam adalah kumpulan pertanyaan yang
proses pembelajaran, maka mereka juga diajukan secara tertulis kepada
telah memiliki kecerdasan emosional. seseorang (responden), dan cara
Hal ini juga menujukkan bahwa materi menjawabnya juga dilakukan dengan
yang telah mereka terima berpengaruh tertulis. Sedangkan dokumentasi adalah
bagi kecerdasan emosional mereka. metode yang digunakan untuk
memperoleh data-data yang terdapat
dalam dokumen-dokumen data yang
METODE diambil dari data tertulis seperti buku
Penelitian ini merupakan penili- induk, raport, dokumen, catatan harian,
tian korelasional karena penelitian ini surat keterangan dan sebagainya.
bermaksud untuk mengetahui pengaruh Penelitian ini adalah penelitian
antara dua variabel, yakni Materi deskriptif menggunakan pendekatan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam korelasional, angket diberikan kepada
(X) sebagai variabel bebas dan siswa yang merupakan sampel yaitu
Kecerdasan Emosional (Y) sebagai yang terdiri dari 5 kelas yang diambil
variabel terkaitnya. berdasarkan populasi yang homogeny.
Model korelasional bertujuan Setiap kelas diambil 25% dari populasi
untuk mendeteksi seberapa jauh maka jumlah sampelnya adalah
variabel-variabel pada suatu faktor sebanyak 37 orang siswa dari 150 orang
terkait dengan variabel-variabel pada siswa yang menjadi populasi. Setiap
faktor lain berdasarkan koefisian kelas tersebut dilakukan sampling acak
korelasi. Koefisien korelasi ini akan yaitu dengan cara pengundian, sehingga
menerangkan sejauh mana variabel ditemukan 7-8 responden disetiap
tersebut berkorelasi sedangkan dalam kelasnya yaitu secara keseluruhan
pengujian hipotesis, koefisien akan adalah sebanyak 37 responden.
menunjukkan tingkat signifikan teruji Analisis statistik yang dipakai
tidaknya hipotesis. adalah statistik presentase. Untuk
Penelitian ini dilaksanakan di SMP menganalisa data yang telah diperoleh
PGRI Pekanbaru mulai bulan Februari maka peneliti mengubah data tersebut
2015 sampai Mei 2015 dengan subjek dalam bentuk persentase, dengan

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 8


menggunakan rumus presentase sebagai digunakan dalam penyajian ini adalah
berikut: (1) Menentukan Hipotesis. Dalam
(Sudijono, penelitian ini hipotesis yang digunakan
adalah sebagai berikut: (a) Tidak
2011:43)
terdapat hubungan yang signifikan
keterangan:
antara materi pembelajaran pendidikan
= angka presentasi
agama islamdengan kecerdasan
= frekuensi skor jawaban siswa
emosional; dan (b) Terdapat
= jumlah responden
hubungan yang signifikan antara materi
Penelitian ini merupakan
pembelajaran pendidikan agama
penelitian korelasi, yang bertujuan
islamdengan kecerdasan emosional. (2)
untuk menemukan ada tidaknya
Menghitung nilai pada korelasi product
hubungan dan apabila ada seberapa
moment menggunakan rumus:
besarnya hubungan serta berarti atau
tidaknya hubungan tersebut. Dalam hal
ini untuk menentukan hubungan materi
pembelajaran pendidikan Agama Islam dimana:
dengan kecerdasan emosional
digunakan korelasi product moment, jumlah responden
seperti rumus berikut: koefisien korelasi
(Riduwan, 2010: 98)
Untuk menguji kebenaran atau
kepalsuan dari hipotesis dan
keterangan: tersebut maka langkah selanjutnya
= materi pembelajaran adalah membandingkan besarnya
pendidikan Agama Islam dengan besarnya dengan
= kecerdasan emosional
terlebih dahulu mencari derajat bebas
= jumlah skor total
(db) atau degrees of freedom dengan
= jumlah skor total
rumus sebagai berikut:
= jumlah responden
Korelasi product moment
keterangan:
dilambangkan dengan ( ), kriteria
degrees of freedom
penafsiran mengenai indeks korelasinya
banyaknya variabel yang
( ) dapat dilihat sebagai berikut:
dikorelasikan
(a) antara 0,80 – 1,00 : sangat kuat; (b)
Dengan diperolehnya df maka
antara 0,60 – 0,799 : kuat; (c) antara
dapat dicari besarnya yang pada
0,40 – 0,599 : cukup kuat; (d) antara
taraf signifikan 5%. Jika >
0,20 – 0,399 : rendah; dan (e) antara
0,00 – 0,199 : sangat rendah (Riduwan, maka ditolak dan diterima artinya
2010: 138). terdapat hubungan yang signifikan
Untuk mengetahui apakah ada antara materi pembelajaran pendidikan
hubungan materi pembelajaran agama islamdengan kecerdasan
pendidikan Agama Islam dengan emosional.
kecerdasan emosional dari data sampel
dapat menduga populasi perlu diketahui
signifikanhubungan Konsep Operasional
tersebut.Uji
signifikan dilakukan dengan uji t. Sesuai dengan judul Hubungan
Pengujian ini bertujuan Materi Pembelajaran Pendidikan Agama
untuk
Islam dengan Kecerdasan Emosional
mengetahui besarnya hubungan masing-
siswa kelas VII SMP PGRI Pekanbaru,
masing variabel. Langkah-langkah yang
untuk lebih terarah maka disusun
Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 9
konsep operasional materi pembela- yang membatalkan shalat; (i) Siswa
jaran pendidikan Agama Islam sesuai mengetahui ketentuan waktu shalat
dengan kurikulum 2013 adalah sebagai wajib; dan (j) Siswa mengetahui
variabel X: (1) Membaca Al-Qur’an pentingnya shalat wajib dalam
dengan Tartil, meliputi: (a) Siswa kehidupan. (6) Menunaikan shalat
mampu membaca Al-Qur’an dengan jum’at sebagai implementasi dari
tartil; (b) Siswa mampu menghafal ayat pemahaman Q.S Al-Jum’ah (62): 9,
dari beberapa surat; dan (c) Siswa meliputi: (a) Siswa melaksanakan shalat
memahami hukum bacaan mad. (2) Jum’at; (b) Siswa mengetahui ketentuan
Beriman kepada Allah SWT, meliputi: (a) shalat Jum’at; dan (c) Siswa melakukan
Siswa mengetahui pengertian Iman praktik shalat Jum’at. (7) Menunaikan
kepada Allah; (b) Siswa mengetahui Sifat shalat jamak dan qasar ketika bepergian
wajib bagi Allah; (c) Siswa mengetahui jauh (musafir) sebagai implementasi
tanda-tanda adanya Allah SWT; dan (d) dari pemahaman ketaatan beribadah.
Siswa mengetahui berperilaku yang (8) Menghargai perilaku semangat
mencerminkan ketaatan kepada Allah menuntut ilmu sebagai implementasi
SWT. (3) Beriman kepada malaikat Allah dari pemahaman sifat Allah SWT. (9)
SWT, meliputi: (a) Siswa mengetahui Menghargai perilaku ikhlas, sabar, dan
pengertian iman kepada malaikat Allah pemaaf; (10) Memahami sejarah
SWT; (b) Siswa mengetahui tugas-tugas perjuangan Nabi Muhammad SAW; dan
malaikat Allah; (c) Siswa mengetahui (11) Mengetahui karakter Khalifah dari
sifat malaikat dan perbedaannya dengan Khulafaurrasyidin.
makhluk gaib lain; dan (d) Siswa Sedangkan konsep operasional
mengetahui hikmah dan perilaku variabel Y, yaitu: (1) Mengenali emosi
beriman kepada malaikat Allah SWT. (4) diri sendiri, terdiri dari: (a) Siswa
Menerapkan ketentuan bersuci dari mampu mengetaui kesadaran diri; (b)
hadats kecil dan hadats besar Siswa mampu mengetahui penilaian diri
berdasarkan syariat Islam, meliputi: (a) secara teliti; dan (c) Siswa percaya diri.
Siswa mengetahui pengertian taharah; (2) Mengelola suasana hati, terdiri dari:
(b) Siswa mengetahui hadas dan cara (a) Siswa mampu mengendalikan diri;
mensucikannya; (c) Siswa mengetahui (b) Siswa dapat dipercaya; (c) Siswa
najis dan cara menyucikannya; (d) Siswa mampu melakukan kewaspadaan; (d)
mengetahui perbedaan hadas dan najis; Siswa mampu adaptabilitas; dan (e)
(e) Siswa mengetahui cara berwudu; (f) Siswa mampu melakukan inovasi. (3)
Siswa mengetahui cara bertayamum; (g) Memotivasi diri sendiri, terdiri dari: (a)
Siswa mengetahui cara mandi wajib; dan Siswa mampu mendorongan dalam
(h) Siswa mengetahui manfaat taharah berprestasi; (b) Siswa mampu berkomit-
dalam kehidupan. (5) Menunaikan men; (c) Siswa mampu berinisiatif; dan
shalat wajib berjamaah sebagai (d) Siswa selalu optimisme. (4)
implementasi dari pemahaman rukun Mengenali emosi orang lain, terdiri dari:
islam, meliputi: (a) Siswa mengetahui (a) Siswa mampu memahami orang lain;
ketentuan dan tata cara shalat; (b) Siswa (b) Siswa mampu berorientasi
mengetahui pengertian shalat; (c) Siswa pelayanan; (c) Siswa mampu mengem-
mengetahui hukum shalat lima waktu; bangkan orang lain; (d) Siswa mampu
(d) Siswa mengetahui syarat wajib mengatasi keragaman; dan (e) Siswa
shalat; (e) Siswa mengetahui syarat sah mampu mengetahui kesadaran politis.
shalat; (f) Siswa mengetahui rukun (5) Mengembangkan hubungan dengan
shalat; (g) Siswa mengetahui sunah orang lain, terdiri dari: (a) Pengaruh;
shalat; (h) Siswa mengetahui hal-hal (b)Komunikasi; (c) Kepemimpinan;

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 10


(d)Katasilator perubahan; (e) PGRI Propinsi Riau. Sekolah yang
Manajemen konflik; (f) Pengikat bernomor statistik 204096007058.
jaringan; (g) Kolaborasi dan kooperasi; Sekolah ini telah dibuka pada tahun
dan (e) Kemampuan tim. 1967. Namun SK / Izin pendirian
sekolah dari kanwil Depdikbud baru
didapat pada tanggal 31 Desember
1987.
HASIL Mengenai akreditasi SMP PGRI
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pekanbaru ini diakui tepatnya tanggal 4
Profil SMP PGRI Pekanbaru Januari 1993, dan sekolah ini
SMP PGRI Pekanbaru dikelompokkan menjadi sekolah
beralamatkan di Brigjend Katamso No. yayasan dengan nama yayasan YPLP
42 Kecamatan Bukit Raya Kelurahan PGRI DATI RIAU.
Tangkerang Utara Pekanbaru, Riau. Selama berdirinya SMP PGRI
Akreditasi Sekolah ini adalah “A”. Pekanbaru, terjadi beberapa kali
Sekolah ini berstatus swasta dengan pergantian kepala sekolah, yaitu :
penyelenggara sekolahnya adalah YLPI

Tabel 1
Daftar Nama Kepala Sekolah SMP PGRI Pekanbaru
NO NAMA KEPALA SEKOLAH MASA JABATAN
1 DR. M. Diah 1967
2 Drs.H.Sugio Hadi Warnoto 1968
3 H.Masri Radmin 1968-2000
4 H.Bactiar, Bm 2000-2006
5 Aldian, M.Pd 2006-Sekarang

SMP PGRI Pekanbaru memiliki Pekanbaru bertaraf Internasional di


beberapa ruang belajar, perpustakaan, bidag akademis, disiplin, agamis, dan
laboratorium, ruang kepala sekolah, kompetitif di lingkungan sekolah yang
ruang rapat, ruang wakil kepala sekolah bersih, indah, rindang dan alami”.
bidang kurikulum, ruang wakil kepala Sedangkan misi SMP PGRI Pekanbaru
sekolah bidang HUMAS, ruang wakil adalah: (1) Meningkatkan mutu serta
kepala sekolah bidang kesiswaan, ruang layanan pendidikan; (2) Mengupayakan
wakil kepala sekolah bidang sarana dan pengadaan sarana dan prasarana
prasarana, ruang data, ruang BK, ruang pembelajaran yang memadai; (3)
UKS, ruang multimedia, majelis guru, Menanamkan nilai-nilai pendidikan
ruang TU, koperasi, gudang, dan WC. karakter serta keimanan dan ketakwaan
terhadapan Tuhan Yang Maha Esa; (4)
Meningkatkan kebersihan, keindahan,
Visi dan Misi ketertiban, serta sekolah hijau; dan (5)
Visi SMP PGRI Pekanbaru adalah: Melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler
“Menjadikan SMP PGRI Pekanbaru guna mengembangkan potensi bakat,
sebagai sekolah berkualitas, minat serta kreatifitas peserta didik.
berkarakter,berwawasan lingkungan Tujuan akhir yang diinginkan SMP
berdasarkan iman dan taqwa, juga PGRI Pekanbaru adalah: “Mewujudkan
menjadikan sekolah SMP PGRI peserta didik yang cerdas, berkualitas,

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 11


beriman, bertaqwa, disiplin, menguasai menunjukkan apakah terdapat
IPTEK, serta peduli lingkungan. hubungan antara pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan
kecerdasan emosional siswa kelas VII
Hubungan Materi Pembelajaran SMP PGRI Pekanbaru. angket ini
Pendidikan Agama Islam dengan diberikan kepada 37 responden yang
Kecerdasan Emosional menjadi sampel dalam penelitian ini,
Data yang akan disajikan pada kemudian data hasil angket dimasukkan
penyajian hasil penelitian ini adalah dalam tabulasi yang merupakan proses
data yang dikumpulkan dari lapangan. mengubah data dan instrument
Adapun teknik pengumpulan data yang pengumpulan data (angket) menjadi
digunakan adalah angket. Hasil angket tabel-tabel angka (persentase), dapat
yang diperoleh diharapkan mampu dilihat pada tabel-tabel berikut:

Tabel 2
Hasil Angket Materi Pembelajaran PAI (Variabel X)
Alternatif Jawaban
No Pernyataan SS S JR TP Jumlah (%)
F % F % F % F %
Selain membaca bahasa
arabnya, saya sering
1 3 8,11 1 2,70 33 89,19 - - 37 (100%)
membaca arti dari ayat
alqur’an yang saya baca
Hukum bacaan-bacaan di
dalam alqur’an sangat
penting, saya akan
2 9 24,32 15 40,54 12 32,43 1 2,70 37 (100%)
berusaha menguasainy,
agar bacaan alqur’an
saya benar
Saya melakukan shalat
3 lima (5) waktu dalam 27 72,97 7 18,92 2 5,40 1 2,70 37 (100%)
sehari semalam
Setiap melakukan
perbuatan baik saya
4 18 48,65 17 45,95 2 5,40 - - 37 (100%)
melakukanny karena
Allah
Saya berusaha membaca
5 21 56,76 7 18,92 8 21,62 1 2,70 37 (100%)
alqur’an setiap hari
Saya berusaha
menghindari berbuat dan
6 berkata buruk agar 17 45,95 11 29,73 8 21,62 1 2,70 37 (100%)
malaikat atid tidak
mencatatnya
Saya melakukan wudhu
7 paling sedikit lima (5) 2 5,40 25 67,57 7 18,92 3 8,11 37 (100%)
kali sehari semalam
Setiap hari saya mandi
8 27 72,97 9 24,32 1 2,70 - - 37 (100%)
paling sedikit dua (2) kali
Saya segera ke masjid
9 atau mushala saat 10 27,03 26 70,27 1 2,70 - - 37 (100%)
mendengar adzan
Saya tidak pernah
10 bercanda pada saat 17 45,95 7 18,92 13 35,14 - - 37 (100%)
shalat

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 12


Saya membaca alqur’an
11 12 32,42 15 40,54 10 27,03 - - 37 (100%)
sebelum khotbah dimulai
Saya mandi sebelum
12 19 51,35 11 29,73 7 18,92 - - 37 (100%)
jum’atan
Saya menjamak shalat
13 8 21,62 9 24,32 11 29,73 9 24,32 37 (100%)
sebelum perjalanan jauh
Saya mengqasar shalat
14 yang ketinggalan karena 11 29,73 16 43,24 6 16,22 4 10,81 37 (100%)
perjalanan jauh
Setiap pulang sekolah
15 18 46,65 12 32,42 4 10,81 3 8,11 37 (100%)
saya mengulani pelajaran
Ketika belajar di kelas
16 saya mendengarkan dan 17 45,95 15 40,54 5 13,51 - - 37 (100%)
memperhatikan guru
Sabar saat mendapat
17 14 37,84 15 40,54 8 21,62 - - 37 (100%)
cobaan atau musibah
Menolong orang tanpaa
18 17 45,95 10 27,03 7 18,92 3 8,11 37 (100%)
ingin disanjung
Saya melakukan amanah
19 yang diberikan kepada 17 45,95 13 35,14 7 18,92 - - 37 (100%)
saya dengan baik
Setiap berbicara kepada
20 orang lain saya berkata 15 40,54 11 29,73 6 16,22 5 13,51 37 (100%)
jujur
Saya berusaha menjadi
pribadi yang dimiliki oleh
21 20 54,05 9 24,32 8 21,62 - - 37 (100%)
khalifah Abu Bakar As
Sidiq r.a
Saya berusaha menjadi
pribadi yang dimiliki oleh
22 18 48,65 14 37,84 5 13,51 - - 37 (100%)
khalifah Ali bin Abi
Thalib r.a
Total 327 40,17 275 33,78 171 21,01 31 3,81 814 (100%)
Sumber: Hasil Olahan Data Lapangan,2015

Berdasarkan tabel di atas dapat pendidikan Agama Islam dalam


disimpulkan bahwa sebagian siswa kehidupaan sehari-harinya. Hal ini
dapat mengaplikasikan materi menunjukkan bahwa materi
pembelajaran pendidikan Agama Islam pembelajaran pendidikan Agama Islam
dalam kehidupan sehari-hari, hanya mampu mempengaruhi di kehidupan
sebagian siswa yang tidak siswa.
mengaplikasikan materi pembelajaran

Tabel 3
Hasil Angket Kecerdasan Emosional (Variabel Y)
Alternatif Jawaban
Jumlah
No Pernyataan SS S JR TP
(%)
F % F % F % F %
Mengenali emosi diri
sendiri
Saya menyadari keku-
1 rangan dan kelebihan 17 45,95 15 40,54 5 13,51 - - 37 (100%)
yang ada pada diri saya
Setiap mengambil
2 keputusan dan melaksa- 12 32,43 18 48,65 7 18,92 - - 37 (100%)
nakannya, saya berada

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 13


dalam kondisi sadar
Saya meluangkan waktu
3 untuk merenung dan 15 40,54 12 32,43 10 27,03 - - 37 (100%)
belajar dari pengalaman
Saya yakin dengan
kemampuan yang saya
4 miliki dalam menjalan- 13 35,14 16 43,24 6 16,22 2 5,41 37 (100%)
kan tugas yang harus
diselesaikan
Saya mampu membuat
13,5
5 keputusanyang baik 12 32,43 13 35,14 7 18,92 5 37 (100%)
1
dalam keadaan tertekan
Mengelola suasana Hati
Saya menghadapi
situasi yang sulit 13,5
6 9 24,32 11 29,73 12 32,43 5 37 (100%)
dengan penuh 1
kesabaran
Saya dapat berpikir
7 jernih dalam keadaan 8 21,62 12 32,43 14 37,84 3 8,11 37 (100%)
tertekan
Saya berani mengakui
8 17 45,95 12 32,43 5 13,51 3 8,11 37 (100%)
kesalahan saya sendiri
Dalam menjalankan
9 tugas, saya memegang 12 32,43 13 35,14 10 27,03 2 5,41 37 (100%)
teguh prinsip kejujuran
Saya memenuhi janji
10 yang telah saya buat 15 40,54 12 32,43 8 21,62 2 5,41 37 (100%)
dengan siapapun
Memotivasi diri sendiri
Saya berjuang untuk
meraih hasil yang
11 memuaskan sesuai 12 32,43 18 48,65 7 18,92 - - 37 (100%)
dengan tujuan yang
saya inginkan
Saya terus belajar untuk
12 terus meningkatkan 14 37,84 18 48,65 5 13,51 - - 37 (100%)
hasil kerja saya
Untuk mengambil
keputusan dalam
13 organisasi, saya 17 45,95 15 40,54 5 13,51 - - 37 (100%)
menggunakan nilai-nilai
kelompok
Saya aktif mencari
peluang untuk
14 10 27,03 17 45,95 9 24,32 1 2,70 37 (100%)
memenuhi misi
kelompok
Mengenali emosi orang lain
Saya turut merasakan
15 apa yang dirasakan oleh 12 32,43 13 35,14 9 24,32 3 8,11 37 (100%)
orang lain
Saya menghargai
kemajuan dan 10,8
16 15 40,54 10 27,03 8 21,62 4 37 (100%)
keberhasilan yang 1
diraih orang lain
Ketika ada teman yang
menceritakan
17 13 35,14 15 50,54 9 24,32 - - 37 (100%)
masalahnya kepada
saya, saya akan

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 14


mendengarkannya
dengan baik
Saya menawarkan
bantuan yang sesuai
18 15 40,54 13 35,14 6 16,22 3 8,11 37 (100%)
kepada orang lain
dengan senang hati
Mengembangkan hubungan
dengan orang lain
Saya menyesuaikan
19 materi pembicaraan 15 40,54 13 35,14 9 24,32 - - 37 (100%)
dengan para pendengar
saya membangung
kebersamaan dan 16,2
20 14 37,84 10 27,03 7 18,92 6 37 (100%)
komitmen dalam 2
bekerja
Saya membangkitkan
semangat anggota untuk 13,5
21 11 29,73 12 32,43 9 24,32 5 37 (100%)
meraih kesuksesan 1
bersama
Saya memberikan
10,8
22 teladan dalam bekerja 16 43,24 11 29,73 6 16,22 4 37 (100%)
1
kepada para anggota
814
Total 294 36,12 299 36,73 173 25,25 48 5,90
(100%)
Sumber: Hasil Olahan Data Lapangan, 2015.

Berdasarkan tabel di atas dapat Dari hasil yang didapat


disimpulkan bahwa sebagian besar menunjukkan bahwa terdapat hubungan
siswa telah melaksanakan kecakapan- yang kuat antara variabel (X) Materi
kecakapan kecerdasan emosional dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
hanya sebagian kecil saja dari siswa dengan variabel (Y) Kecerdasan
yang tidak melaksanakannya. Emosional Siswa.
Sedangkan nilai pada korelasi
product moment menggunakan uji t,
Analisis Inferensial yaitu:
Analisis Inferensial ini digunakan
untuk mengetahui hubungan materi
pembelajaran pendidikan agama
islamdengan kecerdasan emosional
siswa, dalam hal ini penulis
menggunakan rumus korelasi product
moment. Maka menggunakan
rumus korelasi product moment adalah:

Dalam membandingkan nilai


dengan , maka derajat
bebas (db) harus ditentukan. Penentuan
derajat bebas (db) dengan rumus:

Maka untuk menentukan apakah


Ha diterima atau ditolak dan sebaliknya

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 15


dengan kriteria > , dengan antara materi pembelajaran pendidikan
= 0,05 maka diperoleh , Agama Islam dengan kecerdasan
nilai ini jelas jauh lebih kecil dari emosional siswa kelas VII SMP PGRI
yang diperoleh yaitu 7,125 Pekanbaru. Berdasarkan korelasi
Setelah diperoleh yaitu product moment diperoleh nilai =
7,125 selanjutnya pengujian hipotesis 7,125 dan berdasarkan derajat bebas
dengan membandingkan dengan (db) diperoleh nilai
. Karena > , >
maka Ha diterima dan Ho ditolak, Maka Ha diterima dan Ho ditolak.
artinya terdapat hubungan yang Data-data yang telah diperoleh
signifikan materi pembelajaran juga menunjukkan bahwa kecerdasan
pendidikan agama islam dengan emosional berhubungan dengan
kecerdasan emosional siswa kelas VII pembelajaran materi pendidikan Agama
SMP PGRI Pekanbaru. Islam sebesar 59%, sedangkan sisanya
Koefisien determinasi digunakan 41% berhubungan oleh hal-hal lain. Hal
untuk menentukan seberapa besar ini menunjukkan bahwa terdapat
materi pembelajaran pendidikan Agama hubungan yang kuat antara variabel (X)
Islam mempengaruhi kecerdasan Materi Pembelajaran Pendidikan Agama
emosional siswa kelas VII SMP PGRI Islam dengan variabel (Y) kecerdasan
Pekanbaru. Untuk menghitung koefisien emosional.
determinasi digunakan rumus sebagai
berikut:
SIMPULAN
Berdasarkan hasil olahan dan
analisis data yang telah penulis lakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
kecerdasan emosional dihubungkan antara pembelajaran materi pendidikan
oleh materi pembelajaran pendidikan Agama Islam terhadap kecerdasan
agama islam sebesar 59% sedangkan emosional siswa kelas VII SMP PGRI
41% dihubungkan oleh faktor lain. Pekanbaru. Kesimpulan ini di peroleh
berdasarkan rumus = 0,05 maka
diperoleh dari yang diperoleh
PEMBAHASAN yaitu 7,125 dan diperoleh .
Dari hasil analisis data terdapat Jadi, > , artinya Ha diterima
nilai sebesar 7,125 sedangkan dan Ho ditolak.
diperoleh nilai sebesar . Hal Data-data yang telah diperoleh
ini berarti bahwa juga menunjukkan bahwa kecerdasan
> artinya emosional berhubungan dengan
terdapat hubungan yang signifikan pembelajaran materi pendidikan Agama
antara materi pembelajaran pendidikan Islam sebesar 59%, sedangkan sisanya
Agama Islam dengan kecerdasan 41% berhubungan oleh hal-hal lain. Hal
emosional siswa kelas VII SMP PGRI ini menunjukkan bahwa terdapat
Pekanbaru.Hal ini sejalan dengan uji hubungan yang kuat antara variabel (X)
hipotesis yang menyatakan Materi Pembelajaran Pendidikan Agama
bahwa 7,125> , maka Islam dengan variabel (Y) kecerdasan
Ha diterima dan Ho ditolak, artinya emosional.
terdapat hubungan yang signifikan Setelah mengetahui hasil
penelitian yang penulis lakukan, ada

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 16


beberapa saran yang ingin penulis Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Pendidikan
sampaikan, antara lain: (1) Bagi Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
siswa,untuk lebih meningkatkan dan Goleman, Daniel. 2000. Emotional
memperhatikan kecakapan-kecakapan Intelligent, Kecerdasan Emosional
kecerdasan emosional agar dalam EI Lebih Penting daripada IQ. Terj.
menjalani hidup tidak berorientasi Hermaya. Jakarta: Gramedia
dengan keinginan, tetapi kebutuhan; dan Pustaka.
(2) Bagi guru, khususnya guru Marimba, Ahmad D., 1989. Pengantar
pendidikan Agama Islam untuk lebih Filsafat Pendidikan Islam.
meningkatkan pembelajaran pendidikan Bandung: Al-Ma’arif.
Agama Islam dengan memperhatikan Ramayulis. 2006. Ilmu Pendidikan Islam.
setiap tahapan-tahapan dalam proses Jakarta: Kalam Mulia.
pembelajaran agar dapat meningkatkan Riduan dan Akdon. 2010. Pengantar
kecerdasan emosional siswa. Bagi guru statistika Untuk Penelitian
lain sebaiknya memperhatikan Pendidikan Sosial, Ekonomi, dan
kecakapan-kecakapan emosional dalam Bisinis. Bandung: Alfabeta.
kegiatan pembelajaran karena Ridwan dan Sunarto. 2007. Pengantar
menerapkan contoh-contoh kecakapan Statistik untuk Penelitian.
kecerdasan emosional kepada siswa Bandung: Alfabeta.
tidak hanya tugas guru pendidikan Ridwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian.
Agama Islam tetapi juga guru bidang Bandung: Alfabeta.
studi lain, misalnya memulai Sudijono, Anas. 2007. Pengantar statistik
pembelajaran diawali bengan bismillaah pendidikan. Jakarta: Raja grafindo
dan diakhiri alhamdallah. Pembiasaan Persada.
ini dapat memberikan nilai-nilai religius _________________. 2011. Pengantar
pada siswa yang akan mengarahkan Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
mereka pada kecerdasan emosional. Rajawali Press.
Suhartono, Suparlan. 2008. Wawasan
Pendidikan: Sebuah Pengantar
DAFTAR RUJUKAN Pendidikan. Yogyakarta: Ar-
Ruzzmedia.
Agustian, Ary Ginanjar. 2005. Rahasia Team Pustaka Phoenix. 2008. Kamus
Sukses Membangun Kecerdasan Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru.
Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Jakarta Barat: Media Pustaka
Spiritual Quotient The ESQ Way Phoenix.
165, lihsan 6 Rukun Iman dan 5 Uhbiyati, Nur. 1998. Ilmu Pendidikan
Rukun Islam. Jakarta: Arga Wijaya Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Persada. Uno, Hamzah B., 2010. Orientasi Baru
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur dalam Psikologi Pembelajaran.
Penelitian Suatu Pendekatan Jakarta: Bumi Aksara.
Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Yudhawati, Ratna dan Haryanto, Dany.
Choeroni, et al., 2013. Pendidikan Agama 2011. Teori-Teori Dasar Psikologi
Islam. Semarang: Erlangga. Pendidikan. Jakarta: Prestasi
Dairi, Rizal. 2010. Metodologi Penelitian Pustaka.
Berbasis Kompetensi. Pekanbaru:
UIR Pers.

Jurnal Al-hikmah Vol. 13, No. 1, April 2016 ISSN 1412-5382 17

Anda mungkin juga menyukai