Anda di halaman 1dari 5

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan pemerintahan di suatu negara,

terdapat berbagai urusan di daerah. Suatu urusan tetap menjadi urusan


pemerintah pusat dan urusan lain menjadi urusan rumah tangga daerah
sendiri, sehingga harus ada pembagian yang jelas. Dalam rangka
melaksanakan cara pembagian urusan dikenal adanya sistem otonomi yang
dikenal sejak dulu, yakni cara pengisian rumah tangga daerah atau system
rumah tangga daerah. .
Sistem rumah tangga daerah adalah tatanan yang bersangkutan dengan
cara-cara membagi wewenang, tugas, dan tanggung jawab mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan antara pusat dan daerah. Salah satu
penjelmaan pembagian tersebut, yaitu daerah-daerah akan memiliki sejumlah
urusan pemerintahan, baik atas dasar penyerahan atau pengakuan ataupun
yang dibiarkan sebagai urusan rumah tangga daerah.
Berdasarkan pengertian diatas, maka didapatkan beberapa sistem rumah
tangga daerah, yaitu sistem rumah tangga formal, sistem rumah tangga
material, dan sistem rumah tangga nyata atau riil.

1. Sistem Rumah Tangga Formal


Pada sistem rumah tangga formal, pembagian wewenang, tugas, dan
tanggung jawab antara pusat dan daerah untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan tertentu tidak ditetapkan secara rinci. Sistem rumah
tangga formal berpangkal tolak dari prinsip bahwa tidak ada perbedaan sifat
urusan yang diselenggarakan pusat dan yang diselenggarakan oleh daerah.
Pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab untuk mengatur dan
mengurus suatu urusan pemerintahan semata-mata didasarkan pada
keyakinan bahwa suatu urusan pemerintahan akan lebih baik dan lebih
berhasil kalau diurus dan diatur oleh satuan pemerinatahan tertentu, dan
begitu pula sebaliknya. Pertimbangan daya guna (dan hasil guna)
merupakan titik perhatian untuk menentukan pembagian wewenang, tugas,
dan tanggung jawab tersebut. Secara teoritik, sistem rumah tangga formal
memberikan keleluasaan yang seluas-luasnya kepada daerah untuk
mengatur dan mengurus urursan pemerintahan dan menjadikan urusan
tersebut sebagai urusan pemerintahan daerah. Dalam kenyataan, sistem
rumah tangga formal tidak selalu menjadi pendorong bagi daerah untuk
mengurus dan mengatur urusan pemerintahan. Ada beberapa kesulitan
dalam mempertinggi hasil guna sistem rumah tangga formal:
a. Tingkat hasil guna dan daya guna sistem rumah tangga formal sangat
bergantung pada kreatifitasdan aktivitas Daerah.
b. Hambatan lain adalah aspek keuangan daerah.
c. Tidak pula kalah pentingnya masalah teknis.

2. Sistem Rumah Tangga Material


Keraguan dan ketidakpastian dalam sistem rumah tangga formal dapat
diatasi oleh (dengan) sistem rumah tangga material. Dalam sistem rumah
tangga material ada pembagian wewenang, tugas, dan tanggung jawab yang
rinci antara pusat dan daerah. Sistem rumah tangga material berpangkal
tolak pada pemikiran bahwa memang ada perbedaan mendasar antara
urusan pemerintahn pusat dan daerah. Daerah dianggap memang
mempunyai ruang lingkup urusan pemerintahan tersendiri yang secara
material berbeda dengan urusan pemerintahan yang diatur dan diurus oleh
pusat.
Sistem ini berpangkal pada pemikiran bahwa urusan-urusan
permerintahan itu dapat dipilah-pilah dalam berbagai lingkungan satuan
pemerintahan. Sistem rumah tangga material sebenarnya berpangkal tolak
pada dasar pemikiran yang keliru yaitu anggapan bahwa urusan
pemerintahan itu mungkin rinci dan dipilah-pilah. Memang dalam hal
tertentu tampak sifat atau karakter suatu urusan pemerintahan misalnya
yang menyangkut kepentingan dan ketertiban seluruh negara, seperti
urusan pertahanan keamanan, urusan luar negeri, urusan moneter
tertentu. Tetapi cukup banyak urusan pemerintahan yang menampakan
sifat atau karakter ganda, misalnya urusan pemerintahan di bidang
pertanian. Tidak mudah untuk menentukan urusan pembibitan masuk
rumah tangga daerah, sedangkan pasca panen masuk urusan pusat.
Sistem rumah tangga daerah tidak memberikan peluang secara cepat
menyesuaikan suatu urusan pemerintahan dengan perubahan-perubahan
yang terjadi. Suatu urusan pemerintahan yang semula dianggap sebagai
sesuatu yang bersifat setempat atau lokal, karena perkembangan dapat
berubah menjadi suatu urusan yang bercorak nasional, sehingga
perlu diatur dan diurus secara nasional. Misalnya urusan persampahan.
Pada saat ini dalam pengertian sampah termasuk pula sampah industri,
sampah nuklir, dan sebagainya. Disamping itu, karena sifatnya, sampah-
sampah baru itu memerlukan penanganan dengan menggunakan berbagai
teknologi yang dan tenaga-tenaga yang mungkin sekali tidak tersedia atau
tidak mamapu disediakan oleh daerah, sehingga harus diubah bukan lagi
sebagai bagian dari urusan rumah tangga daerah tetapi menjadi urusan
rumah tangga nasional (negara).

3. Sistem Rumah Tangga Nyata (Riil)


Sistem rumah tangga ini lazim pula disebut (sistem) otonomi nyata atau
otonomi riil. Disebut “nyata”, karena isi rumah tangga daerah didasarkan
kepada keadaan dan faktor-faktor yang nyata. Sistem ini mengambil jalan
tengah antara sistem rumah tangga formal dan sistem rumah tangga
material. Cara-cara yang terkandung pada sistem rumah tangga formal
merupakan prinsip yang lebih diutamakan daripada cara-cara menurut
sistem rumah tangga material. Wewenang yang dirumuskan secara umum
pada sistem rumah tangga formal memberikan landasan untuk
mewujudkan prinsip kebebasan dan kemandirian dalam rumah tangga.
Sistem Rumah tangga nyata menunjukan ciri-ciri khas yang
membedakannya dari sistem rumah tangga formal dan sistem rumah tangga
material, yaitu:
a. Adanya urusan pangkal yang ditetapkan pada saat pembentukan suatu
daerah otonom, memberikan kepastian mengenai urusan rumah tangga
daerah.
b. Di samping urusan-urusan rumah tangga yang ditetapkan secara
“material” daerah-daerah dalam rumah tangga nyata, dapat mengatur
dan mengurus pula semua urusan pemerintahan yang menurut
pertimbangan adalah penting bagi daerahnya sepanjang belum diatur
dan diurus oleh pusat atau daerah tingkat atas.
c. Otonomi dalam rumah tangga nyata didasarkan pada faktor-faktor nyata
suatu daerah. Hal ini memungkinkan perbedaan isi dan jenis urusan-
urusan rumah tangga daerah sesuai dengan keadaan masing-masing.

Ajaran rumah tangga yang dianut oleh Indonesia berdasarkan Undang-


Undang Nomor 32 tahun 2004. Dalam UU No.32 Tahun 2004 pasal 1 ayat 2.
Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam UU No.32 Tahun 2004
pasal 1 ayat 5 menyebutkan bahwa : Otonomi Daerah adalah hak, wewenang
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dalam UU No 32 tahun 2004 ini Prinsip otonomi daerah menggunakan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan
mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi
urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Daerah
memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan,
peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.
Undang-undang No 32 tahun 2004 menganut sistem/ajaran rumah
tangga materil  yaitu yang terdapat dalam Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang No
32 Tahun 2004 “Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan
yang oleh Undang-Undang ini ditentukan menjadi urusan Pemerintah”.
Undang-undang ini menganut juga sistem formal  dalam pasal 10 ayat 2 UU
No. 32 Tahun 2004 “Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, yang
menjadi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan
tugas pembantuan”. Dimana dalam hal ini Daerah memiliki kewenangan
membuat kebijakan untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta,
prakarsa dan pemberdayaan masyarakat yang bertuujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai