Nim : 04020200347
Kelas : C3
Matkul : Hukum PEMDA
Menurut pendapat saya bahwa UU PEMDA menggunkan ajaran Otonomi Riil. Yang
mana definisi Otonomi Riil merupakan kombinasi antara otonomi materiil dan otonomi
formal (jalan tengah). Penyerahan urusan, tugas, dan wewenang kepada daerah harus
didasarkan pada faktor nyata atau riil yang ada di daerah sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan daerah serta pertumbuhan masyarakat yang terjadi (Krishna D. Darumurti dan
Umbu Rauta, 2000 : 16 – 18).
Otonomi Riil merupakan gabungan dari otonomi formal dan otonomi material. Dalam
hal ini kepada pemerintah daerah diberikan wewenang sebagai wewenang pangkal dan
kemudian ditambah dengan wewenang lain secara bertahap dan tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatnya. pada prinsipnya otonomi
Rio menyatakan bahwa penentuan tugas pengalihan atau penyerahan wewenang tersebut
didasarkan pada kebutuhan dan keadaan serta kemampuan daerah yang menyelenggarakan.
Otonomi tergantung kebutuhan nyata didaerah. Pelimpahan kewenangan sesuai dengan daktor
dan keadaan nyata dari daerah dianut oleh UU otonomi No. 1 tahun 1997. Yang dimaksud
dengan Daerah dalam Undang-undang ini ialah daerah yang berhak mengurus rumah
tangganya sendiri, yang disebut juga "Daerah Swatantra" dan "Daerah Istimewa".
Ajaran ini bertitik tolak dari pemikiran akan keadaan dan faktor-faktor yang nyata
untuk mencapai keserasian antara tugas dengan kemampuan dan kekuatan, baik yang ada
pada daerah sendiri maupun di pusat. Pemerintah pusat memperlakukan pemerintah daerah
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pusat. Di dalam ajaran rumah tanggal riil dianut
kebijaksanaan bahwa setiap undang-undang pembentukan daerah mencantumkan beberapa
urusan rumah tangga daerah yang dinyatakan sebagai modal pangkal dengan disertai segala
atributnya, berupa kewenangan, personil, alat perlengkapan, dan sumber pembiayaan.
Dengan modal pangkal itu, daerah akan menjalankan tugas dan fungsi pemerintahan
daerah. Namun pada perkembangannya, jika daerah dianggap sanggup dan mampu maka
kewenangannya dapat ditambah sesuai dengan kapasitasnya. Ada beberapa keuntungan
apabila ajaran rumah tangga ini dijalankan. Keuntungan tersebut, yaitu:
a. Sistem rumah tangga riil memberikan kesempatan kepada daerah yang bercorak
aneka ragam untuk menyesuaikan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan
kondisi dan kemampuan setiap daerah.
b. Ajaran ini berlandaskan pada faktorfaktor yang nyata di daerah dan
memperhatikan keadaan khusus daerah.
c. Ajaran ini memberikan fleksibilitas tanpa mengurangi kepastian sehingga daerah
bebas berprakarsa mengembangkan modal pangkal yang sudah ada sebelumnya,
dengan bimbingan dan pembinaan dari pemerintah pusat.
d. Pembinaan dan pengawasan dari pemerintah pusat tersebut amat bergantung pada
kesiapan dan kemampuan pemerintah daerah itu sendiri.
e. Prakarsa untuk mengembangkan urusan di luar modal pangkal juga dapat
dilakukan oleh pemerintah daerah asal tidak bertentangan atau belum/tidak diatur
oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang lebih tinggi tingkatannya.
f. Ajaran ini memperhatikan pemerataan dan keseimbangan laju pertumbuhan antar
daerah.
Berbeda dengan sistem otonomi yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam sistem
otonomi riil penyerahan urusan atau tugas dan kewenangan kepada daerah didasarkan pada
faktor yang nyata atau riil, sesuai dengan kebutuhan atau kemampuan riil dari daerah maupun
pemerintah pusat serta pertumbuhan masyarakat yang terjadi. Karena pemberian tugas dan
kewajiban serta wewenang ini didasarkan pada keadaan yang riil di dalam masyarakat. Hal ini
membawa konsekuensi bahwa urusan/tugas yang selama ini menjadi wewenang pemerintah
pusat diserahkan kepada pemerintah daerah, dengan memperhatikan kemampuan masyarakat
untuk mengaturnya dan mengurusnya sendiri. Sebaliknya tugas yang telah menjadi wewenang
daerah, suatu ketika, jika dipandang perlu dapat ditarik kembali oleh pemerintah pusat.
Sistem otonomi riil ini merupakan jalan tengah atau percampuran dari sistem otonomi
materiil dan otonomi formil. Dalam arti, sistem ini mengandung anasir-anasir baik dari sistem
otonomi materiil dan otonomi formil, sehingga dapat dikatakan merupakan sistem tersendiri.
Terhadap sistem otonomi riil ini, Bagir Manan berpendapat bahwa sistem ini mempunyai ciri-
ciri khas yang membedakannya dengan kedua sistem pokok otonomi, yaitu18:
a. menurut urusan pangkal yang ditetapkan pada saat pembentukan suatu daerah otonom,
memberikan kepastian mengenai urusan rumah tangga daerah. Hal semacam ini tidak
mungkin terjadi pada sistem rumah tangga formil.
b. Disamping urusan-urusan rumah tangga yang ditetapkan secara ―materiil‖, daerah-
daerah dalam rumah tangga riil dapat mengatur dan mengurus pula semua urusan
pemerintahan yang menurut pertimbangan adalah penting bagi daerahnya sepanjang
belum diatur dan diurus oleh pemerintah pusat atau daerah tingkat atas.
c. Otonomi dalam rumah tangga riil didasarkan pada faktor-faktor nyata suatu daerah.
Hal ini memungkinkan perbedaan isi dan jenis urusan-urusan rumah tangga daerah
sesuai dengan keadaan masing-masing.