Anda di halaman 1dari 5

Pengenalan Suara Bahasa Bima

Disusun oleh:

Jaelani Muhammad Akbar (F1D019041)


Jihad As’ Syahid (F1D019043)
Meidina Indriyani (F1D019061)
Novianda Shafira S. Y. (F1D019079)
Rafli Gunawan Hadi (F1D019091)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Media berkomunikasi yang efektif dan sering digunakan selain bahasa
isyarat dan tulisan adalah suara manusia. Suara manusia merupakan gelombang
yang sangat unik, hal itu disebabkan karena setiap manusia memiliki
gelombang suara yang berbeda. Seiring dengan perkembangannya hubungan
antar bangsa di dunia, baik dalam bidang ekonomi, kesehatan, politik ataupun
budaya, maka bahasa menjadi alat komunikasi yang sangat penting dimanapun
berada.
Bahasa Mbojo atau bahasa Bima adalah sebuah bahasa Austronesia yang
dipertuturkan oleh suku Mbojo di Pulau Sumbawa bagian timur, Nusa
Tenggara Barat. Pemakaian bahasa Bima terjadi dalam pergaulan dan
percakapan sehari-hari di sekitar daerahnya. Sehingga untuk warga asing yang
datang ke Bima akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi.
Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas mengenai “Pengenalan
Suara Bahasa Bima” yang dapat mengenali bahasa Bima melalui suara,
ataupun yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh banyak orang terlebih bagi
developer aplikasi yang ingin menciptakan sebuah sistem aplikasi pengenalan
suara bahasa Bima.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara mengenali suara dengan menggunakan bahasa Bima?
2. Apa saja struktur dan jenis-jenis bunyi dalam bahasa Bima?
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana cara untuk mengenali bahasa Bima
2. Untuk mengetahui apa saja struktur dan jenis-jenis bunyi dalam bahasa
Bima
BAB II
PEMBAHASAN

Bunyi-Bunyi Bahasa Bima Berdasarkan penelitian, bunyi-bunyi bahasa Bima


dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu bunyi segmental dan
suprasegmental. Bunyi-bunyi segmental yang ditemukan berupa bunyi vokoid dan
kontoid, sedangkan bunyi suprasegmental yang ditemukan dalam penelitian ini
berupa aksen (tekanan) dan pemanjangan bunyi.
1. Bunyi Segmental Vokoid
Bunyi segmental vokoid adalah bunyi yang keluar dari paru-paru tidak mendapat
halangan di rongga mulut. Namun, jika dikaitkan dengan cara kerja alat-alat bicara,
terutama bentuk dan posisi lidah serta bentuk dan posisi akhir, terjadilah perbedaan
bunyi vokoid yang satu dengan yang lain.
2. Bunyi segmental Kontoid
Bunyi segmental kontoid adalah bunyi yang dalam pembentukannya arus udara
mengalami hambatan di dalam saluran udara (Lapoliwa,1988 :30). Pendapat yang
serupa tentang kontoid juga dikemukakan oleh Samsuri (1983: 95-96) yang
menyatakan bahwa bunyi segmental. Kontoid adalah bunyi ujaran yang dalam
pengucapannya arus udara dihambat sama sekali oleh penutupan laring atau jalan
di mulut, atau dipindahkan dari garis tengah alirannya melalui; lubang lateral atau
menyebabkan bergetarnya alirannya melalui lubang lateral atau menyebabkan
bergetarnya salah satu dari alat supraglotal.
Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar
dengan rintangan, yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah
terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator.
a. Hilangnya konsonan akhir pada sebuah kata dan
penambahan/penghilangan fonem pada sebuah kata.
Umumnya pada bahasa Bima (Nggahi Mbojo) tidak memiliki kata
yang berakhiran konsonan, sedangkan untuk kata yang berakhiran
konsonan, konsonan tersebut dihilangkan. dan termasuk pada kata-kata
serapan dari bahasa kedua atau bahasa lain (kecuali pada para penutur yang
berpendidikan akibat pengaruh bahasa lain).
b. Hilangnya konsonan akhir pada sebuah nama.
Dalam bahasa Bima (Nggahi Mbojo) untuk setiap nama yang diakhiri
oleh konsonan, akan terjadi penghilangan fonem. Akan tetapi, apabila
sebuah nama diakhiri oleh vokal maka, tidak ada penghilangan fonem
akhir, misalnya nama Sri akan tetap dilafalkan Sri, Amri akan tetap
dilafalkan Amri, dan seterusnya. Seperti pada contoh dibawah ini:
1) Samin akan menjadi Sami, konsonan (n) dihilangkan.
2) Ahmad akan menjadi Ahma, konsonan (d) dihilangkan.
3) Bakar akan menjadi Baka, konsonan (r) dihilangkan.
c. Terdapat kluster (konsonan rangkap) pada awal kata
Kluster adalah dua konsonan yang dibaca satu bunyi. Oleh karena
itu,dalam bahasa Bima (Nggahi Mbojo) kluster ini biasanya selalu muncul
pada awal kata yang berbeda dengan bahasa lain yang kadang muncul di
awal kata, di tengah kata, maupun di akhir kata. Perhatikan contoh
dibawah ini.
1) mb seperti pada mbai = busuk
2) nc seperti pada ncai = jalan
3) nd seperti padandore artinya = berbaring.
BAB II
KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa


bunyi-bunyi dalam bahasa Bima dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu
bunyi segmental dan suprasegmental. Bunyi segmental sendiri terbagi menjadi
bunyi vokoid dan bunyi kontoid, sedangkan bunyi suprasegmental ditemukan
dalam bentuk aksen atau tekanan dan pemanjangan bunyi. Beberapa klasifikasi
tersebut kemudian dapat dijadikan acuan untuk mengenali suara dalam bahasa
Bima.

Anda mungkin juga menyukai