bentuk kata yang berdampak pada perolehan makna. Perubahan dan pemalingan
kata inilah yang disebut At-Tashrif. Dari proses At-Tashrif ini menghasilkan
wazan atau timbangan.
Wazan Secara definitif dapat diartikan standar untuk menentukan pola kata
yang ditimbang (mauzun) dengan disandarkan kepada kata yang menimbang
(wazan) dengan menyejajarkan huruf yang mati dengan huruf yang mati, serta
membilang hururf asal dengan huruf لعف dan huruf zaidah dengan huruf
zaidah.
Tekstur dasar morfologi dalam bahasa Arab salah satunya disebut dengan
shigot (bentuk kata atau bentuk kalimah yang ditinjau dari segi makna). Shigot
sendiri terdiri dari tiga bagian, yaiutu: shigot isim, shigot fi’il, dan shigot sifat.
Pada tataran berikutnya, shigot-shigot ini sering kali mengalami proses afiksasi
atau penambahan huruf, yaitu huruf-huruf tambahan yang masuk dalam kata
sehingga dari penambahan tersebut akan muncul berbagai variasi makna.
Verba (fi’il) merupakan salah satu kajian morfologi bahasa Arab (ilm’
sharf). Kalimah fi’il adalah kalimah yang menunjukkan arti pekerjaan pada suatu
masa atau waktu tertentu. Menurut bilangan hurufnya fi’il dibagi menjadi dua,
yaitu sulasi dan ruba’I. sedangkan ditinjau dari sisi keaslian huruf kata kerja
dalam bahasa Arab diklasifikasikan ke dalam dua jenis, yakni fi’il mujarrad dan
f’il mazid. Fi’il mujarrad adalah fi’il yang huruf-huruf pendukungnya adalah asli.
Maksud asli di sini adalah fi’il yang hurufnya tanpa tambahan. Adapun fi’il yang
huruf pendukungnya mengalami penambahan atas huruf aslinya dinamai dengan
fi’il mazid. (Imaduddin dan dan Akhmad 2008:23).
Dalam penelitian ini, akan memilih fi’il sulasi dari pada fi’il ruba’I, karena
fi’il sulasi merupakan bentuk dasar dari derivasi-derivasi yang menghasilkan
banyak kosa-kata dalam bahasa Arab dan yang paling produktif membentuk
wazan ke bentuk mazid. Untuk penambahan (zawaid) dari al-fi’l al-madi al-sulasi
al-mujarrad menjadi al-fi’I al-madi al-mazid para pakar linguistik klasik maupun
modern telah sepakat bahwa mereka membagi menjadi tiga bagian, yaitu
penambahan yang terdiri dari satu konsonan disebut al-ruba’I, penambahan dua
konsonan disebut al-khumasi, dan penambahan tiga konsosnan disebut al-sudasi.
Dengan demikian fi’il sulasi mazid memiliki 12 wazan yang terdiri dari 3
kelompok, yakni (1) yang ditambah satu huruf ada 3 wazan, (2) yang ditambah
dua huruf ada 5 wazan, (3) dan yang ditambah dengan tiga huruf ada 4 wazan
(Ibnu Ali, 1951 M / 1371 H : 12-30 ; Al-Ghalayani, 1973 : 224-225 ; Al-Hasan
dkk, 1975 : 83-113 ; Ad-Dahdah, 1987 : 118).
Proses morfologis adalah sebuah proses yang mengubah leksem atau satuan
leksikal menjadi kata (Arifin 2009:9). Dari akar kata dan pola tersebutlah kata
dalam bahasa Arab terbentuk. Adapun kata adalah satuan atau bentuk yang dapat
berdiri sendiri dalam tuturan.
Penelitian ini dilakukan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
(MALIKI) Malang, yang berdiri berdasarkan surat keputusan presiden No. 50
tanggal 21 Juni 2004. Universitas ini terletak di Jalan Gajayana 50, Dinoyo
Malang. Secara spesifik akademik, Universitas ini mengembangkan ilmu
pengetahuan tidak saja bersumber dari metode-metode ilmiah melalui penalaran
logis seperti observasi, eksperimentasi, survei, wawancara, dan sebagainya.
Tetapi, juga dari al-Quran dan Hadis yang selanjutnya disebut paradigma
integrasi. Oleh karena itu, posisi matakuliah studi keislaman, yaitu: al-Quran,
Hadis, dan Fiqh menjadi sangat sentral dalam kerangka integrasi keilmuan
tersebut.
Universitas ini juga sebagai implikasi dari model pengembangan
keilmuannya dan keharusan bagi seluruh anggota civitas akademika untuk
menguasai bahasa Arab dan bahasa Inggris. Terutama dalam bidang bahasa Arab,
diharapkan mereka mampu melakukan kajian Islam dari sumber aslinya yaitu al-
Qur’an dan Hadis. Keberadaan pembelajaran bahasa Arab di universitas ini masih
dianggap berhasil oleh berbagai universitas, baik di dalam negeri maupun luar
negeri. Hal ini tidak lepas dari kerja keras yang dilakukan oleh sebuah unit
penunjang akademik yaitu Program Khusus Pengembangan Bahasa Arab
(PKPBA). PKPBA dibentuk oleh Universitas sebagai kekuatan strategis dalam
mengajarkan dan mengembangkan bahasa arab yang akan menunjang
terwujudnya struktur keilmuan yang berorientasikan integrasi Islam dan sains.
Program Khusus Pengembangan Bahasa Arab (PKPBA) menggunakan buku
yang paling modern, yaitu buku Al ‘Arabiyah baina Yadaika yang menggunakan
media pembelajaran dari bentuk MP3, pdf, dan sebagainya, sehingga dalam
MORFOLOGI
Pengertian dan Objek Kajian Morfologi
Definisi Morfologi
Secara etimologi, kata morfologi (bahasa Indonesia) di serap dari bahasa
Inggris “morphology”. Kata ini juga di serap dalam bahasa Arab, menjadi
" "مرفولوجيyang berarti ilmu tentang bentuk kata, namun istilah yang paling
populer dalam bahasa Arab adalah الصرفي النظام/ al-nizaamu al-sharfiya atau
‘ilmu isytiqaq yaitu perubahan bentuk kata menjadi bermacam-macam bentuk
untuk mendapatkan makna yang berbeda (Nasution, 2017: 104). Dalam kamus
besar bahasa Indonesia disebutkan, morfologi berarti “cabang linguistik tentang
morfologi bahasa Arab adalah (1) ( املتمكن أالسماءisim-isim yang dapat di’irob)
dan (2) أالفعال ( املتصرفةfi’il-fi’il yang dapat ditasrif). Hal ini di tegaskan oleh Al-
Ghulayani dalam kitabnya jami’ addurus al ‘arabiyah: “huruf dan yang serupa
denganya tidak termasuk dalam pembahasan morfologi bahasa Arab. Yang
dimaksud dengan yang mempunyai huruf adalah isim-isim mabni dan fi’il-fi’il
jamid, keduanya sama denga huruf; tidak mempunya tasrihf”. (Al-Ghulayain,
1987: 208).
adalah membentuk kata baru, yang identitas leksikalnya tidak sama dengan
kata dasarnya (Nasution, 2017: 111). Proses derivasi disamping menimbulkan
kelasa kata yang berbeda, juga menimbulkan makna yang berbeda, walaupun
kelas kata sama. Misalnya: نصرbisa juga menjadi منصورdan seterusnya.
Reduplikasi )(التأكيد .2
Dalam bahasa Arab, proses seperti ini disebut dengan التأكيد. Yaitu pengulangan
kata secara utuh dengan makna penguat (Nasution, 2017: 118). Seperti kata: جاء
الغيب جاء. Disini tidak menunjukan makna jama’ tapi sebagai penguat.
Merupakan hasil dari gabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik
bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah leksikal yang baru dan
4. Modifikasi internal
Yaitu proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang
biasanya vokal) kedalam morfem yang berkerangka tetap (konsonan), (Chaer,
2001: 189).
Dalam hal ini, bahasa Arab selalu menggunakan modifikasi internal, karena
5. Pemendekan )(النحت
kata-kata dalam bahasa Arab, huruf-hurfnya yaitu: ف /fa/ ع /’ain/ ل /lam/
(Ma’rifa, 2013: 25), dan secara sederhana wazan artinya bentuk (Nurul Huda,
2013: 19).
a. Macam-macam dan faedah wazan
berfaedah:
wazan فعل
ّ
f) Meminta, seperti: اكت ( دia memintanya agar bekerja keras).
e) Makna َ Mujarrod,
ل
ع
ف
Pada tahun akademik 2004/2005, setelah dosen-dosen PKPBA dilatih oleh Arabic
For All, Riyadh Saudi Arabia selama 30 Jam Pelatihan, PKPBA pun kemudian merubah
kurikulum pembelajarannya dengan menggunakan silsilah Al ‘Arabiyah baina Yadaika,
yang diterbitkan oleh Al ‘Arabiyah Li al Jami’ (Arabic For All) di Riyadh. Buku
Arabiyah Baina Yadaik (ABY) ini ditulis oleh : Dr. Abdurrahman Bin Ibrahim Al-
Fauzan, Dr. Mukhtar Ath Thahir Husain, Dr. Muhammad Abdul Khaliq Muhammad
Fadhl Isyrof, dan Dr. Muhammad bin Abdurrohman Ali Syaikh. Mereka merupakan
dosen di Ma’had al-Lughoh al-Arabiyah (Institut Bahasa Arab) King Saud University
Riyadh Saudi Arabia.
Buku ABY ini diterbitkan oleh Mu`assasah al-Waqf al-Islami Riyadh (cetakan I)
pada tahun 1422H/2001M. Tujuan penulisan buku seri pembelajaran bahasa Arab ini
adalah untuk menghantarkan peserta didik memiliki: kemampuan berbahasa (kifâyah
lughowiy-yah), kemampuan berkomunikasi (kifâyah ittishôliyyah), dan kemampuan
berbudaya (kifâyah tsaqôfiyyah).
لى
َ َ ْ َ َ ْ
َوَب ْع د أ ن َي ت َع َّرف ال;شاب ِإ.ُحس ِن اال خ ِت َيا ِر
ن
َ ْ َ َ ْ َ ْ َ
َي ن َب ِغي ع ل ْي ِه أ ن َي ت َع َّرف ِإ،لى ن ف ِس ِه َو ِص فا ِت ِه
م
َ
ل ى ع د ٍد
َ َ َ
ِل َيخ تا َر م ْنَها ما ُي نا ِس ُب،ا ِمل ِهن
ُ
.ه
(berusahanya fa’il dengan keras). Sehingga dalam konteks kalimat diatas memiliki
makna “jika seseorang itu memiliki kejujuran, kejujuran itu akan banyak
memberikan pertolongan kepadanya saat dia memilih profesi untuk masa
depannya, maka dia akan menjadi pribadi yang lebih tenang dalam menetapkan
pilihan. Dan seorang pemuda itu harus benar-benar mengetahui potensi dirinya
agar ia dapat memilih profesi yang tepat untuk masa depannya.”
َ ٌ ٌ َ ْ
ما ذا.َو ُم َؤ ط ْي َع ة ِإ: ًما ت تقو: فيصل2.
َ
ح دث؟ ة ُل ن
َ ُ
َ ٌ ّ ج ْ َ ّ ك
د َب ة و ُم نها ز و دا
ٌ َ ّ ِئ
،ط ِي ب ة
Analisis buku ABY hal: 58
ُم : shigot masdar mim, kalimat َّد mengikuti wazan َّع dengan
َ ٌ
ؤ ّد َب ة ل
َ
ً با ُم ؤ ف
menambahkan tadl’if (mendobel ain fi’il) berfaidah membuat fi’il (perbuatan) dari
isim. Jadi dalam kalimat diatas diartikan “kamu selalu mnegatakan: bahwasanya
dia itu istri yang baik, sopan, dan taat. Apa yang terjadi?”. Namun sopan yang
dimaksud dalam kalimat tersebut bukanlah sopan yang berasal dari dirinya
sendiri, namun istri tersebut sopan karena disuruh suaminya.
َ ُ َ َ ْ ُ ُ ْ َن َ َ ;ً َ ْ ً َ ْ َ َ ّ َُْ ُ ْ ُ
َّول ي أ خ ذ و م قا ِبل، ي ن ِف ق ا مل د ِ خنو ن أ م و اال ك ِث ي ر ة ع لى الس جا ِئ ِر3.
;ً َ َّ
.ذ ِلك ِإ َّل ض َرً;را و خسا َر ة
Analisis buku ABY hal: 20
ُم : shigot isim fa’il, Kalimat ُم yang mengikuti wazan فا dengan
قا ِبل
َ
قا ِبل
َ ل َع
menambahkan alif setelah fa’ fi’il dengan faedah kesengajaan. Jadi kalimat diatas
diartikan “perokok menghabiskan banyak uang untuk merokok, dan ia mengetahui
bahwa merokok itu hanya akan menimbulkan kerusakan dan kerugian”. Jadi
paragraph tersebut menggunkan wazan
َ عل َفا, dikarenakan adanya unsur
kesengajaan seorang perokok. Perokok itu sudah mengetahui kerugian apa yang
akan dia dapat pada saat dia merokok.
ْ َ ُ َ
َو ُه َو، ُي ِع ْي ع َلى خ ِت م ْه ن ِة املس ت ق َب ِل،ِس ِه ِ
ْ
َِوإ4.
ٌّ َ ُ َ ا
مط م ِئ ن ِإ ر ِ ا ي ْي ُن ُه م َع ًرا ك ن ن
َ ْ ِث إال سا ْ ّ
نف ن ص دق
لى
ْ
.ُحس ِن اال خ ِت َيا ِر
Analisis buku ABY hal: 140
ٌّ ُ َ َ ْ َ
ن ِئ م مط : shigot isim fa’il, َم ِئ yang mengikuti wazan لل ع ف ا ini
Kalimat
ّ
ن
ُمط
memiliki faedah melebih-lebihkan fi’il lazim. Sehingga dalam konteks kalimat
diatas bermakna “jika seseorang itu memiliki kejujuran, kejujuran itu akan banyak
memberikan pertolongan kepadanya saat dia memilih profesi untuk masa
depannya, maka dia akan menjadi pribadi yang lebih tenang dalam menetapkan
َ ْ َ
pilihan”. Dapat disimpulkan bahwa kalimat tersebut menggunakan wazan لل ع ف ِا,
karena memiliki faedah melebih-lebihkan fi’il lazim. Dalam konteks ini berarti
melebih-lebihkan kejujuran, yaitu orang itu bisa tenang karna ia memiliki
kejujuran.
ُ َّ َ َ
والحديث ِة امل،إالسال ِم َّي ِة ال َع َِرب َّي ِة س ت طا ع أ ن َ ي ج َ م َ ع ب ي ن ا ل ث5 . ا
َ َ َ
وهو.َعاص َ ِر;ة ،قا ف ت ْي ِن
َ َ
، و خط ْيب ُم ف َّو ٌه،عا ِل ٌم ك ِب ْي ٌر
ٌ َ
Analisis buku ABY hal: 186 .َو كا ِتب َب ِل ْي غ
ِل َ ْ
: sighot isim fa’il, Kalimat عا mengikuti wazan ع ف
ٌم ِل ٌم
ُل
عا
ي
َ
yang – ف ِعل,
bercirikan penambah alif setelah fa’ fi’il, sehingga memiliki arti orang yang
banyak mengetahui, dalam teks tersebut didefinisikan sebagai ilmuan yang hebat.
Penggalan teks diatas berarti: “Sehingga ia mampu menggabungkan dua budaya,
kontemporer Arab Islam dan modern. Dia adalah seorang ilmuwan hebat,
pengkhotbah dan penulis yang fasih.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa:
1. Morfologi atau ilm sharf dalam ilmu linguistik mempunyai peran penting
dalam perubahan setiap bentuk kata untuk mendapatkan makna yang berbeda.
Saran
Berdasarkan pemaparan dan berbagai keterbatasan penelitian ini, peneliti
merasa perlu untuk menyampaikan sejumlah saran untuk penelitian-penelitian
yang akan datang, sebagai berikut:
1. Perbedaan wazan serta faedahnya dalam penelitian ini sebatas pada
penggunaan wazan dalam buku ‘Arabiyah bain yadaik (ABY) jilid dua,
sehingga perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam kajian morfologi serta
penggunaan wazan dan faedahnya, baik dalam masalah wazan pada buku-
buku bahasa Arab yang lain dan juga hal-hal lain yang termasuk kajian
morfologi.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dalam buku-buku yang kemungkinan
memiliki perbedaan wazan yang berimplikasi terhadap perbedaan makna
secara lebih luas agar dapat didapatkan hasil yang lebih komprehensif.
DAFTAR RUJUKAN
Chaer, Abdul, 2002. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Nasution, Sahkholid, 2017. Pengantar Linguistik Bahasa Arab. Siduarjo: CV.
Lisan Arabic
Fachrudin, Awar Aziz, 2017. Pengantar Sejarah dan Mazhab Linguistik Arab.
Siduarjo: CV. Lisan Arabic
Taufiqurrochman, 2008. Leksikologi Bahasa Arab. Malang: UIN Malang Press
Munjiah, Ma’rifa, 2013. Ilmu Shorof Nazhoriah wa totbiyqi. Malang: UIN
Malang Press
Huda, Nurul. 2013. Rumus-rumus Cerdik Pembentukan Kata-kata Bahasa Arab.
Jogjakarta
Mu’sam bin ali, Muhammad. Amtsilatul Attasrifiyah. Nganjuk: pondok pesantren
Daarus Salam