Keywords:
Shorf, Irab, fiil
Pendahuluan
Sudah merupakan suatu hal tidak perlu diragukan lagi bahwasanya bahasa Arab
adalah merupakan bahasa yang harus dimiliki oleh setiap orang yang ingin mempelajari
ajaran agama islam dari sumber aslinya. Hal ini karena sumber dari seluruh ajaran agama
islam adalah tertulis dalam bahasa Arab (Al-Quran dan Al- Hadis). Begitu pentingnya
bahasa Arab, sehingga selain sebagai suatu bahasa yang digunakan oleh negara-negara
Arab, bahasa Arab juga secara resmi di pakai oleh konfrensi Negara-negara Islam (OKI).
Lalu pada akhir tahun 1973, perserikatan bangsa-bangsa pun mengakuinya sebagai salah
satu diantara bahasa resmi dalam organisasi tersebut (Al-Qasimi, 2007: 40 ). Oleh karena
itu, sudah sepatutnya bagi setiap muslim untuk mempelajari dan menguasai ilmu-ilmu
yang berkaita dengan bahasa Arab.
Sehubungan dengan hal ini, Syaikh Musthafa al-Ghulayani menyebutkan ada tiga
belas ilmu yang tercakup dalam bahasa Arab, yautu: Ilmu shorof, Irob, rasam, maani,
bayan, badi, arudi, qawafi, qardlussyiri, insya, khitobah, tarikh, adab dan matan alLughoh (al-Ghulaiyaini, 1984: 4). Dari kesemuanya itu, menurut beliau sharaf dan i rob
sebagai ilmu yang terpenting. Sependapat pula dengan pernyataan ini, ada sebagian
Ulama yang menyatakan bahwa sharaf sebagai ibunya ilmu dan nahwu sebagai bapaknya
(Muhammad, 1963: 1). Lalu bila kita mengkaji dan membandingkan pendapat para ulama
di atas dengan pandangan para ahli bahasa modern, ternyata ada kesamaanya dari segi
cabang ilmu yang di prioritaskan. Mereka pada umumnya membagi.
Sudaryanto dan Mansoer Pateda misalnya, membagi unsur-unsur bahasa menjadi
ilmu fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. Sedangkan Dr. Verhaar membaginya
menjadi ilmu fonetik, fonologi, morfologi dan sintaksis dengan lebih memebrikan
penekanan terhadap bidang morfologi dan sintaksis (shorof dan nahwu ) di bandingkan
dengan dua cabang ilmu lainya (Sudaryanto, 2002: 52; Pateda, 2005: 67). Selanjutnya
secara lebih khusus, Jonathan Owens dalam bukunya The Fondation of Grammar
menyatakan bahwa:
Kajian tentang kata dalam bahasa Arab terbagi menjadi dua bagian pokok, yaitu
tentang harokat akhir dari suatu kata tentang perubahan bentuknya. Bagian
pertama dibahas dalam ilmu nahwu ( sintaksis ) dan yang kedua tercakup dalam
ilmu shorof (morfologi) (Owen, 99).
Kemudian sebagai suatu cabang ilmu bahasa Arab, shorof adalah ilmu yang
mempelajari tentang segala peraturan yang berhubungan dengan pemebentukan kata-kata
Arab yang bukan merupakan irob dan bina, sedangkan objek pembahasanya adalah
mengenai isim-isim yang mutamakkinah dan fiil-fiil yang mutasharrifah. Kedua objek
pembahasani ini, tentunya tidak terlepas dari pembicaraan tentang kata dan segala yang
berhubungan dengannya, seperti asal-usul kata, pemecahan kata perubahan bentukbentuk kata. Memang kata dalam bahasa Arab memegang kunci yang sangat penting,
apalgi sebagai salah satu bahasa yang cukup luas wilayah pemakaiannya di dunia, bahasa
Arab memiliki banyak sekali akar kata. Dalam kamus mujam Lisanul Arab karangan
Ibnu Manzur, terdapat 80.000 akar kata. Kalau separuh dari akar kata asal kata bisa
diubah bentuknya, maka jumlah pecahannya menjadi 500.000 kata lebih.
Kajian tentang hal ini menjadi lebih menarik untuk dikembangkan, karena salah
satu diantara segi pembahasan kata dalam bahasa Arab adalah mengenai perubahan
bentuknya. Disamping itu, perubahan bentuk kata dalam bahasa Arab tentunya akan
memabawa perubahan pada segi makna. Berdasarkan dari pemikiran di atas, penulis
mencoba untuk menulis tentang Suatu hubungan Antara Tashrif dan Morfologi.
Pembahasan
A. Tashrief
1. Pengertian
Sebelumnya kita akan membahas terlebih dahulu tentang pengertian dari ilmu
sharaf. Secara atimologi, kata sharaf berasal dari bahasa Arab sharafa berasal dari
bahasa Arab sharafa-yashrifu-sharafan ( -- ) yang berarti radda wa
dafaa ( - - ) yaitu Mengembalikan, menolak. Sharaf juga berarti penukaran,
pengembalian dan pemindahan. Adapun secara terminologi, sharaf menurut Lois Maluf,
adalah ilmu yang membahas tentang bentuk-bentuk kata Arab dan keadaanya yang
bukan merupakan irobb dan bina (Louis Maluf, 1986: 422). Menurut Syaikh Muhyiddin
al-Khiyath, sharaf merupakan ilmu yang memabahas tentang perubahan bentuk-bentuk
kata dari satu bentuk ke bentuk kata yang lain (al-Khiyat: 11).
Adapun mengenai pengertian tashrif, secara etomologi adalah merupakan abentuk
mashdar dari kata sharrafa yusharrifu sharafan ( -- ) yang
semakna dengan kata ghoyyara yugghoyyiru taghyiran (--( )alGhulaiyaini: 212). Berarti pengubahan atau perubahan. Sedangkan secara terminologi,
tashrif menurut Syaikh Musthafa al-Ghulayaini adalah suatu ilmu yang membahas
tentang hukum-hukum bentuk kata dan hal-hal yang berkaitan dengan hurufnya, seperti
mengenai asalnya, tambahnahnya, shahih-nya, ilal-nya, ibdal-nya dan yang serupa
dengan itu. Tashrif juga berarti pengubahan bentuk kata (shighoh) bahasa Arab (Abu
Bakar, 1995: 1).
Di samping beberapa penegrtian sharaf dan tashrif yang dikemukakan diatas,
Majdi Wagbah dan Kemil Muhadas dalam kitabnya Mujamul Ishthilahat fi al-Lughoh
wal Adab secara implisit menyatakan bahwa tashrif ( pada fiil dan isim ) adalah
merupakan bagian kajian dari ilmu sharaf. Menurut beliau: Sharaf adalah ilmu yang
mempelajari tentang perubahan bentuk-bentuk kalam dan apa yang taerambil (berasal)
darinya, seperti bab tentang kata kerja dan tashrifnya, tashrif pada kata benda, asal
pengambilan kata ( fiil mashdar ), mashdar dengan macam-macamnya, bentuk-bentuk
sifat musyabbahah, afal tafdlil, isim zaman, isim alat dan tashghiR.
Dengan berdasarkan pada pengertian ini, maka secara sederhana dapat
disimpulkan bahwa syaraf menunjuk kepada suatu ilmu yang membahas tentang
perubahan bentuk kata secara umum, sedangkan tashrifnya secara lebih khsus mengkaji
perubahan bentuk-bentuk yang terjadi pada kata, baik pada kata benda maupun pada kata
kerja.
1). Perubahan Bentuk Kata Ditinjau dari Asal usul Terciptanya Kata
Telah diterangkan bahwa dari kata dasar qotala ( ) dapat diciptakan sejumlah
bentuk kata baru, seperti : , , , , , , .
Bentuk bentuk kata semacam ini, dalam pengertian bisa dipecah-pecah menjadi
berbagai macam bentuk baru, biasa disebut dengan kata musytaq ( ) .Dalam
hubunganya dengan asal-usul terciptanya kata, mustaq atau isytiqoq mempunyai
penegrtian sebagai berikut : Secara etimologi, istiqoq bearti mengambil suatu kata
dari kata lainnya, dengan adanya kesesuaian diantara keduanya dari segi lafadz,
makna dan susunan hurufnya serta diikuti dengan perubahan bentuknya. Isytiqoq
jenis ini, disebut dengan isytiqoq shaghir. Dua jenis isytiqoq lainnya adalah isytiqoq
kabir, yaitu adanya kesesuaian dalam lafadz dan makna, seperti kata bahasa
)dan jazaba ( ) serta terakhir isytiqoq akbar, yaitu adanya kesamaan dari segi
makhorijul huruf seperti pada kata nahiqa ( ) dan naiqa ( ) . Dari ketiga jenis
isytiqoq tersebut, hanya isytiqoq shafhir yang masuk dalam pembahasan ilmu sharaf.
Kemudian dari segi susunan hurufnya, kalimah hmusytaqqah ( kata yang dapt
ditashrif ) terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang tersusun dari tiga huruf atau sulasi
dan tersusun dari empat huruf atau rubai. Kedua kata secara sekilas sduah
disinggung pada bab II dan akan dibicarakan lebih lanjut mendalam pada bab IV.
mujarrad, karena susunan huruf-hurufnya masih asli, baik terdiri atas tiga huruf
maupun empat huruf. Sebaliknya, kata-kata seperti : , , ,
adalah termasuk golongan kata mazid, karena susunan huruf-hurufnya sudah tidak
asli lagi dan sudah mendaptkan huruf tambahan pada huruf asalnya. Perubahan
bentuk kata karena penambahan jumlah hurufnya ini, disamping mambawa perubahan
pada struktur hurufnya, juga membawa perubahan pada struktur hurufnya, juga
karangan Syaikh Mashum bin Ali (Al-Amsilah Al-Tashrifiyyah:. 8), suatu kitab yang
secara lengkap memuat masalah pentashrifan, menyebutkan bahwa ada dua macam
bentuk tashrif, yaitu tashrif ishthilahi dan tashrif lughowiy. Tashrif ishthilahi adalah satu
deret perubahan bentuk kata secara horizontal (mendatar) yang mengakibatkan terjadinya
perbedaan kelas kata, dari kelas kata kerja (madli, mudlori, nahi dan amr) ke kelas kata
benda / isim ( mashsar, isiim fail, isim maful, isim zaman dan isim makan ). Menegenai
urutan perubahan dalam mentashrif suatu kata secara isththilahi ini, pada dasarnya tidak
ditemukan suatu perbedaan yang prinsipil. Umumya perubahan dimulai berturut-turut
dari fiil madli-mudlori-isim mashdasr-isim fail isim maful, kemudian fiil amr-fiil
nahi, selanjutnya isim zaman,isim makan dan isim alat. Untuk model seperti ini akan kita
jumpai dalam kitab amsilah attashrifiyah . Model ini terlihat tidak secara konstan
mengurutkan perubahan, yaitu berawal dari fiil berubah ke isim, lalu beralih ke fiil
untuk kemudian beralih kembali ke isim.
B. MORFOLOGI
1. Pengertian dan Obyek Morfologi
Secara Etimologi, morfologi berasal dari bahasa Grieka, yaitu morf ( bentuk )
dan logos ( ilmu ). Berpandanan dengan kata bahasa Jerman formenlehre (the
studi of form) (Pateda: 71). Dan dengan kata bahasa Inggris Morfhology ( ilmu bentuk
kata-kata). Adapun secara terminologi, morfologi menurut Mansoer Pateda ialah ilmu
yang mempelajari bentuk, bentuk kata dan perubahan bentuk kata serta makna yang
muncul akibat dari perubahan bentuk kata itu. Menurut Ramlan morfologi adalah bagian
dari ilmu bahasa yang membicarakan atau me,mpelajari seluk beluk kata serta pengaruh
perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata.
Berdasarkan dari pengertian ini, maka ada tiga hal objek yang dipelajari dalam
morfologi, yaitu: Bentuk, bentuk kata dan perubahan bentuk kata, dan makna yang
muncul akibat perubahan bentuk kata.
2. Morfem dan Pembagiannya
Berbagai pengertian terhadap morfem dikemukakan oleh para Linguis.
C.F.Hocket misalnya, tokoh linguistik Amerika memberikan definisi morfem sebagai
berikut:
Di samping itu, selain dari dua macam pembagian morfem diatas, suatu
pembagian yang ada kaitanya dengan perubahan bentuk adalah pembagian morfem ke
dalam derivasi dan infeleksi ( deivational and infleksional ). Deviasi adalah suatu bentuk
perubahan yang bergeda distribusinya dengan bentuk dasarnya dan mengakibatkan
terjadinya perubahan kelas kata. Sebagai contoh misalnya derivsi dalam bahasa Biak,
berikut:
Kata Kerja
Kata Benda
Wos ( berkata
Fir ( berrfikir )
Ker ( menanam )
Fau ( maengetahui )
Wawos ( perkataan )
Fakir ( pikiran )
Kaker ( tanaman )
Fafau ( pengetahuan )
Sedangkan infleksi tidak berubah jenis asal kata menjadi jenis kelas kata lain,
melainkan hanya memodifikasikan tanda-tanda gramatik seperti jumlah, pelaku, jenis
kelamin dsb. Suatu contoh infleksi dalam bahasa Inggris, mengutip dalam buku
Linguistik suatu pengantar, karangan Chaidar Alwasilah hal. 102 yang diambil dari
buku the way of language , hal.112 adalh sbb :
I carry
I Will carry
We carry
You carry
You carry
3. Proses Morfologis
Menurut Ramlan (2000: 7), proses morfologis adalah proses pembentukan katakata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Sedangkan menurut Jos Daniel
Parera, proses morfologis sebagai sebetuan lain dari proses-proses morfemis adalah
merupakan proses pemebntukan kata bermorfem jamak, baik derivatif maupun inflektif.
Proses ini disebut morfemis karena proses ini benrmakna dan berfungsi sebagai
pelengkap makna leksikaln yang dimiliki oleh sebuah bentuk dsar. Menurut beliau, pada
umunya morfemis dapat dibedakan atas:
1). Proses morfemis afikasasi,
2). Proses morfemis pergantian/perubahan internal,
mengenal tiga macam proses, yaitu afikasi dan duplikasi serta ditambah satu lagi, namun
tidak termasuk dalam enam macam di atas yaitu kata majemuk.
Lalu bagaimana halnya proses morfologis yang terjadi dalam bahasa Arab?
Sejauh ini, penulis belum menemukan suatu kajian yang secara khusus membahas
tentang hal tersebut. Namun, penulis melihat bahwa proses afikakasasi sebagai suatu
proses yang umum terjadi pada suatu bahasa, juga terjadi dalam bahasa Arab, aganya
bentuk proses-proses morfologis yang lain, perlu diadakan duatu penelitian lebih lanjut
guna memastikan berlaku atau tidaknya proses-proses morfologis tersebut dalam bahasa
Arab.
), nun (
), ya ( ) , ha (
), lam ( ) , ta (
) dan alif (
) , mim (
).
dalam kasus yang ditunjukkan oleh huruf ziyadah. Disamping itu, seperti umumnya
proses morfologis afikasasi mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk dan arti suatu
kata, maka penambahan satu dua atau tiga huruf pada kata dasar dalam bahasa Arab pun
menunjukkan hal yang sama.
Penutup
Pada dasarnya terdapat cara yang digunakan dalam proses perubahan bentuk kata
kerja dalam bahasa arab,yang dikenal dengan mentashrief . Bahasa Arab dapat dipahami
dengan baik dan benar apabila cara mentashrief ini dapat dipahami dengan baik. Cara
mentashrief ini biasanya dengan menambahkan atau memberi imbuhan satu, dua, tiga
huruf ziyadah. Dalam tashrief perubahan bentuk kata ditinjau dari asal-usul terciptanya
kata, perubahan bentuk kata karena penambahan jumlah hurufnya, perubahan bentuuk
kata karena perbedaan.
Dalam morpologi perubahan bentuk kata adalah pembagian morfem ke dalam
derivasi dan infeleksi (deivational and infleksional). Deviasi adalah suatu bentuk
perubahan yang bergeda distribusinya dengan bentuk dasarnya dan mengakibatkan
terjadinya perubahan kelas kata. adanya kemiripan diantara tashrief dan morfologi. dalam
tashrif dikenal adanya pembedaan antara tashrif inshthilahi dan tashrif lughowi. Dua
macam tashrif tersebut bila kita bandingkan dengan pembagian morfem secara
derivasional dan inflesional, juga menujukan hal yang hampir sama. Dimana tashrif
isnthilahi identik dengan derivasi dan tashrif dan tashrif lughowi identik dengan infleksi.
Daftar Pustaka
Ali Muhammad Al-Qasimi, Ittihat fi Talimi al-Lhogah al-Arabiyah (Mekkah: Al-Riyad,
2007)
Ahmad Fauzan Zein Ali
Kudus, 1963)