Anda di halaman 1dari 13

PERKEMBANGAN SENI HADRAH SEBAGAI PENGARUH

EKSISTENSI MASYARAKAT NADHATUL ULAMA PADA


TAHUN 1990-AN DI DESA GAYAM, KECAMATAN
BANGSAL, MOJOKERTO.

Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Sejarah Indonesia yang dibina
oleh: Bapak M. Riyanto, S.Pd

Oleh:
M.Suhadak (13)
Saikul Wakul (23)

SMA NEGERI 1 PURI


X MIPA 6
TAHUN AJARAN 2018/2019
FEBRUARI 2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya yang


diberikan oleh Allah S.W.T sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik dan tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W yang diutus sebagai rahmat bagi
seluruh alam.
Tujuan dari pada penyusunan makalah ini tidak lagi untuk memaparkan
hasil-hasil selama menempuh matakuliah Sejarah sosial yaitu untuk memahami
sejarah kehidupan dan perkembangan kehidupan sosial yang ada dalam
masyarakat
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami tujukan kepada,
1. Bapak Drs. Nur Hadi M.Pd, M.Si sebagai pembimbing matakuliah Sejarah
Sosial yang telah memberikan informasi yang sangat bermanfaat dalam
perkuliahan selama ini.
2. Teman-teman jurusan pendidikan sejarah yang tidak kami sebutkan satu
persatu yang juga telah memberikan semangat dan motivasi untuk dapat
menyelesaikan makalah ini.
3. Semua pihak yang terlibat yang belum kami dapat sebutkan satu persatu.
Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan kepada para pembaca sebagai referensi pelengkap untuk mengkaji
tentang karakteristik kehidupan sosial yang ada dalam masyarakat.
.

Mojokerto, 12 Januari 2019

Tim Penyusun/Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ………………………………………………….. ii
Daftar Isi ………………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ……………………………………………. 1
2. Rumusan Masalah ………………………………………… 2
3. Tujuan Penulisan ……………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian dari Seni Hadrah dan Nadhatul Ulama (NU)……….. 3
2. Perkembangan Seni Hadrah Sebagai Pengaruh Eksistensi
Masyarakat Nadhatul Ulama di Desa Gayam, Kecamatan Bangsal,
Mojokerto ……………………………........................................... 3
3. Manfaat Seni Hadrah Bagi Masyarakat Desa Gayam,
Kecamatan Bangsal, Mojokerto................................................... 6
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan ……………………………………………. 8
2. Saran ……………………………………………………. 8
DAFTAR RUJUKAN...............………………………………………. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Adanya kebiasaan yang menjadi tradisi di sebuah masyarakat
merupakan unsur yang membangun sebuah kebudayaan masyarakat itu
sendiri. Hal itu tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita, sebab
kecenderungan untuk selalu melaksanakan dan mentaati atas apa yang
telah menjadi kesepakatan bersama di dalam masyarakat merupakan suatu
kebiasaan yang sulit ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat pun menyadari betapa pentingnya sebuah kesepakatan
bersama itu dijalankan dengan sungguh-sungguh, penuh keikhlasan dan
berdasarkan atas aturan yang telah ada di dalam masyarakat.
Berbagai upaya akan dilakukan untuk menjaga eksistensi dari sebuah
tradisi yang ada. Hal itu terjadi untuk menjaga agar sebuah tatanan
masyarakat yang sudah terbentuk tidak mengalami pergeseran dan
perubahan struktur budaya yang telah membangunnya.
Tradisi yang ada dalam masyarakat dapat disejajarkan dengan
kepercayaan dan keyakinannya masing-masing, karena kebanyakan umat
beragama mempunyai ciri khasnya masing-masing untuk selalu
mengamalkan ajaran yang mereka anutnya. Seperti halnya agama Islam di
Indoneisa, mempunyai banyak macam-macam harokah yang mempokokoh
ajaran Islam. Di sini saya mencontohkan salah satu harokah itu, ialah
Nadhathul Ulama (NU) yang ajarannya agamanya mempunyai prinsip
ketradisionalanya dan Ahli Sunah Wal Jama’ah (ASWAJA). Dengan
adanya prinsip itulah, eksisitensi NU sampai saat ini masih menyatu dalam
masyarakat Indonesia dengan berbagai macam karakteristik yang
membangun dan unsur tradisi yang masih dipertahankan. Oleh karena itu
saya ingn mengkaji hal itu secara menyeluruh dalam makalah ini yang
berjudul “Perkembangan Seni Hadrah Sebagai Pengaruh Eksistensi
Masyarakat Nadhatul Ulama Pada Tahun 1990-An Di Desa Gayam,
Kecamatan Bangsal, Mojokerto”.

1
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
a) Apakah pengertian dari Seni Hadrah dan Nadhatul Ulama (NU)?
b) Bagaimana perkembangan Seni Hadrah Sebagai Pengaruh
Eksistensi Masyarakat Nadhatul Ulama di Desa Gayam,
Kecamatan Bangsal, Mojokerto?
c) Bagaimana manfaat Seni Hadrah bagi masyarakat Desa Gayam,
Kecamatan Bangsal, Mojokerto?

3. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas, dapat diperoleh tujuan penulisan sebagai
berikut:
a) Untuk mengetahui pengertian dari Seni Hadrah dan Nadhatul
Ulama (NU).
b) Untuk mendeskripsikan perkembangan Seni Hadrah sebagai
pengaruh eksistensi masyarakat Nadhatul Ulama di Desa Gayam,
Kecamatan Bangsal, Mojokerto.
c) Untuk memahami manfaat Seni Hadrah bagi masyarakat Desa
Gayam, Kecamatan Bangsal, Mojokerto.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian dari Seni Hadrah dan Nadhatul Ulama (NU).


Seni Hadrah merupakan serangkaian kegiatan shalawat kepada nabi
Muhammad SAW sebagai rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah
SWT kepada manusia. Hal ini dilakukan dengan sebuah gerakan yang berciri
khas Seni Hadrah dan bacaan shalawat Nabi, setelah itu dilanjut dengan adanya
bacaan shalawat nabi diiringi dengan pukulan rebana dan terbang jidor yang
dilaksanakan oleh anggota Seni Hadrah itu sendiri.
Nadhatul Ulama (NU) berarti kebangkitan ulama. Berdirinya NU
dipelopori oleh tokoh-tokkoh ulama seperti Hadratus Syekh Kiai Haji
Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947) dan KH. Abdul Wahab Hasbullah
(1888-1971). NU lahir pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya dan kini
menjadi salah satu organisasi dan gerakan Islam terbesar di Indonesia. NU lahir
dari komite hijaz yang bertujuan mengupayakan berlakunya ajaran Islam yang
berhaluan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah dan penganut salah satu mazhab yang
empat (Hanafi, Syafi’I, Hambali, Maliki), sebagian besar yang mendominasi
gerakan ini adalah mazhab Syafi’I (Sabili, 2003:138).
(WWW…….COM)
(http//…….ac.id)

2. Perkembangan Seni Hadrah Sebagai Pengaruh Eksistensi Masyarakat


Nadhatul Ulama di Desa Gayam, Kecamatan Bangsal, Mojokerto.
Berbasis massa pesantren di seluruh nusantara, NU mendorong menjadi
sebuah gerakan kultural yang sangat berkembang. Solidaritas di kalangan NU
juga sedikit banyak dipengaruhi oleh kuatnya kekerabatan internal, baik yang
disebabkan oleh seperguruan dalam menimba ilmu agama (pesantren sebagai
tempat belajar), sebab nasab (keturunan), dan juga silaturahim yang dijalin
serta adanya ukhuwah Islamiyah dan kesatuan akidah. Kepengurusan NU
terdiri atas Mustasyar (berfungsi sebagai badan penasehat), Syuriah (berfungsi

3
sebagai pimpinan tertinggi) dan Tanfidziyah (berfunsi sebagai pelaksana
harian). Kepengurusan lajnah, lembaga dan badan otonomi.
Partai ini lahir dari suatu lingkungan kebudayaan dan keagamaan yang
khas, yakni lingkungan kebudayaan yang dibentuk oleh nilai-nilai keagamaan
Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah. Setiap anggota partai dan aktivis partai, baik
secara perorangan maupun kolektif, harus selalu konsisten memperjuangkan
kelestarian lingkungan kebudayaan dan nilai-nilai keagamaan tersebut, tanpa
harus menghindari kemungkinan perubahan sebagai sunnatullah (Baso, 2006:
64).
Keterlibatan kembali NU dalam politik praktis di era reformasi
sebagaimana tampak pada kelahiran partai-partai di kalangan NU, berarti telah
mninggalkan komitmen terhadapa khittah 1926, setidaknya secara de facto.
Selain itu tampilnya Abdurahman Wahid sebagai presiden, juga telah
menggeser orientasi gerakan NU, dari gerakan social keagamaan ke orientasi
politik kekuasaan (Ulum, 2002: 41).
Besarnya organisasi NU yang oleh para penggagasnya dengan segala
kejernihannya dimaksudkan untuk menegakkan Izzul Islam wal muslimin.
Nyatanya cukup memberikan corak bagi khazanah sosial politik di Indonesia.
Keberadaan organisasi Islam terbesar di Indonesia telah mengundang harapan
bagi segenap kaum muslimin di Indonesia khususnya untuk memberikan
kontribusi bagi kemashalatan umat, seluas-seluasnya.
Adanya kebiasaan masyarakat yang dilaksanakan oleh masyarakat tidak
bisa dipisahkan dengan adanya perpaduan unsur-unsur budaya yang telah ada
di dalam aturan dasar masyarakat itu sendiri, karena budaya merupakan
himpunan keseluruhan dari semua cara manusia berfikir, berperasaan dan
berbuat serta segala sesuatu yang dimiliki manusia sebagai anggota masyarakat
yang dapat dipelajari dan dialihkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
(Setiawan, 2004: 265)
Seperti halnya Seni Hadrah yang ada di Desa Gayam, telah dijadika n
sebagai acara yang menjadi sebuah kebiasan yang harus dilakukan, berbagai
aktivitas dilaksanakan untuk mendukunga acara Seni Hadrah ini, misalnya
adanya informasi yang diberitahukan waktu sholat Jum’at di Masjid, persiapan

4
tempat, rebana dan peralatan terbang jidor. Dalam proses pelaksanaannya
dilaksanakan setelah sholat Isya’, setelah para Jama’ah berkumpul, acara Seni
Hadrah akan segera dimulai. Di bawah ini merupakan susunan acara Seni
Hadrah di Desa Gayam adalah sebagai berikut:
a) Pembukaan (sebelumya pembukaan, ada pengumpulan iuran wajib
sebesar Rp 2.000,-)
b) Kirim Do’a (pembacaan Al Fatihah yang ditujukan kepada ahli kubur
terutama dari tuan rumah, dan Jama’ah anggota Seni Hadrah).
c) Pembacaan Tahlil
d) Tausiyah dari pemateri terutama para ustadz dan kiai Desa Gayam
e) Pembacaan Shalawat disertai dengan gerakan khas dari Seni Hadrah.
f) Pembacaan Shalawat disertai dengan pukulan rebana dan terbang jidor
g) Pengumuman tempat, untuk acara di bulan depannya.
h) Penutup dan Do’a
Kegiatan ini dilaksanakan satu bulan sekali yaitu pada hari sabtu setiap
minggu ke-3 setelah sholat Isya’ dan temapatnya berubah-ubah berdasarkan
kesepakatan yang sudah ditentukan, biasanya menurut giliran dari rumah
Jama’ah anggota Seni Hadrah di Desa Gayam. Dalam pelaksanaan acara
biasanya disertai dengan suguhan berupa makanan ringan dan pada akhir acara
diberikan sebuah nasi beserta lauk pauknya untuk dibawa pulang serta tidak
lupa pula buah pisang yang disuguhkan dan nantinya juga di bisa dibawa
pulang.
Keberadaan Seni Hadrah yang sudah melekat di Desa Gayam, sulit untuk
dipisahkan dari masyarakat karena masyarkat tersebut telah memahami betapa
pentingnya arti budaya yang telah mereka yakini dari beberapa puluh tahun
yang lalu. Semua itu terjadi secara bertahap, karena adanya regenerasi yang
harus dilaksanakan. Warga masyarakat Desa Gayam berusaha untuk membina
anak-anak didiknya dengan bekerjasama dengan TPQ Sabilur Rosyad, hal itu
dilakukan agar kegiatan Seni Hadrah itu sendiri tidak punah begitu saja.
Adanya perbaikan dan bimbingan kepada anak didik sangatlah diperhatikan
demi bertahannya Seni Hadrah ini.

5
Semua warga masyarakat Desa Gayam menyadari bahwa kegiatan ini,
perlu dipertahankan sehingga adanya upaya yang mendasar untuk selalu
menjaga dan melestarikan. Adanya pembentukan kepengurusan Seni Hadrah
dilakukan untuk menjaga eksistensi dari budaya masyarakat NU, terutama
sebagian besar masyarakat Desa Gayam. Sehingga adanya struktur
kepengurusan yang jelas dalam upaya melestarikan Seni Hadrah ini, ada
seorang ketua yang bertugas untuk mengatur secara langsung dari
kepengurusan in, sehingga adanya Ikatan Seni Hadrah Indonesia (ISHARI)
yang selalu menjaga eksistensi dan selalu mendukung perjuangan dari NU.
Kepengurusan ini beranggotakan Jama’ah anggota Seni Hadrah itu sendiri.
Pada bulan tertentu atau ketika mendapat undangan dari Desa atau
Kecamatan lain, anggota Seni Hadrah Desa Gayam berusaha untuk hadir dalam
kegiatan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar silaturahmi tetap berjalan lancar
dan kegiatan Seni Hadrah ini dapat bertahan dan berkembang ke tempat-
tempat lainnya. (Baso, 2006: 18).
(www.wikipedia,com).

3. Manfaat Seni Hadrah bagi masyarakat Desa Gayam, Kecamatan Bangsal,


Mojokerto.
Kegiatan Seni Hadrah ini dimaksudkan agar masyakat Desa Gayam selalu
bersyukur atas rahmat yang diberikan oleh Allah SWT dan senantiasa
mengucapkan shalawat kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang
telah memberikan petunjuk Islam, sebagai agama yang diridhoi dan dapat kita
pahami sampai saat ini. Sehingga dengan adanya Seni Hadrah ini, masyarakat
semakin merasa memiliki budaya yang dibawaq oleh ajaran masyarakat
Nadhatul Ulama pada umumnya.
Dukungan dari setiap elemen masyarakat desa tidak bisa dipisahkan begitu
saja, mereka turut berpengaruh dalam menjaga dan mengembangkan seni
hadarah ini. Bagi masyarakat luar atau desa lainnya, kegiatan Seni Hadrah ini
dapat menjalin silaturahmi kepada saudara-saudara kita sesama muslim, dan
nantinya dapat dijadikan sebagai ajang untuk saling tukar pengalaman dan
saling mendorong untuk kemajuan kegiatan Seni Hadrah kedepan nantinya.

6
Marcell Mauss menyatakan teori pertukaran, merupakan perbandingan
adat istiadat saling tukar menukar hadiah atau pemberian yang tersebar luas
dan menyajikan pemahaman mengenai fungsinya dalam artikulasi keteraturan
sosial, dan kebanyakan ahli ilmu sosial mempergunakan pendekatan
evolusionis dalam studi perkembangan institusi atau lembaga masyarakat
manusia dari bentuk yang sederhana ke arah yang lebih kompleks. (Pelly,
1994: 254)
Keberadaan teori ini dapat dimanfaatkan masyarakat Desa gayam untuk
selalu berusaha untuk mengembangkan kebudayaan yang telah ada, terutama
perkembangan Seni Hadrah yang nantinya sebagai acuan dasar serta tolak ukur
untuk selalu menjalankan keharmonisan kehidupan bermasyarakat. Semua itu
nantinya dapat menciptakan rasa empati yang tinggi dan rasa memiki Seni
Hadrah sebagai pengaruh eksisitensi masyarakat Nadhatul Ulama di Desa
Gayam, karena semua itu merupakan sebagaian dari kewajiban sebagai
manusia yang selalu patuh dan taat kepada ajaran Islam yang sudah ada sampai
saat ini dan berkembang di masyarakat Indonesia.

7
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Kegiatan Seni Hadrah ini dimaksudkan agar masyakat Desa Gayam selalu
bersyukur atas rahmat yang diberikan oleh Allah SWT dan senantiasa
mengucapkan shalawat kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW
yang telah memberikan petunjuk Islam, sebagai agama yang diridhoi dan
dapat kita pahami sampai saat ini.
b. Perkembangan kegiatan Seni Hadrah di Desa Gayam sangatlah
mempunayai potensi yang tinggi dalam upaya untuk mempertahankan dan
mengembangkannya secara menyeluruh. Hal itu dibuktikan dengan adanya
kepengurusan yang jelas, regenerasi kepada anak didiknya dan usahnya
untuk menjalin silaturahmi dengan desa atau Kecamatan lain.
c. Dukungan dari setiap elemen masyarakat desa tidak bisa dipisahkan begitu
saja, mereka turut berpengaruh dalam menjaga dan mengembangkan seni
hadarah ini. Hal itu dilakukan untuk menjaga eksistensi budaya
masyarakat Nadhatul Ulama yang semakin lama mengalami
perkembangan yang begitu pesat, sehingga nantinya kegiatan seni hadarah
ini dapat bertahan meskipun adanya pergeseran dengan dunia modern saat
ini.

2. Saran
Diharapakan kepada pembaca agar memahami, memberikan saran dan
kritiknya terhadap kelengkapan makalah ini, yang nantinya penulis dapai
intopeksi dengan makalah ini. Bagi penulis berikutnya diharapkan
menggunakan banyak buku referensi yang mendukung makalah ini, karena
penulis mengakui banyak kesalahan pada makalah ini, baik itu yang disengaja
maupun yang tidak disengaja.

8
DAFTAR RUJUKAN

Baso, A. 2006. NU Studies “Pergolakan Pemikiran Antara Fundamentalisme


Islam & Fundamentalisme Neo-Liberal”. Jakarta: Erlangga.
Pelly, Usman. 1994. Teori-Teori Sosial Budaya. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Rosdianti, Yeni. 2003. Nadhatul Ulama “Mengantar Kiai untuk RI”. Sabili,
hlm. 138.
Setiawan, Edi. 2004. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Bekasi: PT Delta
Pamungkas.
Ulum, Bahrul. 2002. Bodohnya NU apa NU Dibodohi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Press (diakses tanggal 9 Januari 2017 jam 09.50 WIB)---TIDAK BOLEH
GARIS BAWAH DAN WARNA BIRU.

9
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai