SISTEM RESPIRASI
OLEH
KELOMPOK III
Tutor
Ns. Nirwanto K. Rahim, M.Kep
Seorang laki-laki berusia 47 tahun dirawat diruang interna dengan batuk yang disertai
nyeri dada saat batuk. Saat dilakukan pengkajian nyaeri pada bagian bawah dada skala 5,
ronkhi, nafas dangkal, sulit tidur, sulit mengeluarkan secret. TD 130/90 mmHg, frekuensi
pernapasan 27 x/menit, frekuensi nadi 76 x/menit, Suhu badan 36.9oC. Hasil pemeriksaan
laboratorium, HB 12,39%, Leukosit 12.000, Trombosit 265.000, Hematokrit 37,8%.
LEMBAR KERJA MAHASISWA
2. KATA KUNCI
a. Laki-laki usia 47 tahun
b. Batuk
c. Nyeri dada bawah saat batuk
d. Skala nyeri 5 (0-10)
e. Ronkhi
f. Nafas dangkal
g. Sulit tidur
h. Sulit mengeluarkan sekret
i. TD : 130/90 mmHg
SB : 36,9OC
N : 76 x/m
R : 24 x/m
j. Hb :12,39 %
Leukosit 12.000
Trombosit 265.000
Hematokrit 37,8
3. MINDMAP
Nyeri Dada
Bronkitis
Pneumonia Emfisema Bronkitis adalah
Pneumonia adalah peradangan yang Pleuritis
Emfisema adalah terjadi pada
infeksi paru-paru suatu penyakit Pleuritis adalah
yang disebabkan oleh saluran udara peradangan
obstruktif paru atau saluran Asma
bakteri, virus, jamur yang bersifat pada selaput
atau parasite. bronkus. ketika pembungkus Asma adalah jenis
kronis dan saluran udara penyakit jangka
Pneumonia dapat progresif, organ paru-paru
mempengaruhi meradang atau atau pleura. panjang atau kronis
ditandai dengan terinfeksi udara pada saluran
siapapun pada segala adanya kelainan Gejala utama
usia. Namun yang dapat pernapasan yang
anatomis berupa pleuritis adalah ditandai dengan
demikian, orang mengalir masuk nyeri parah yang
pelebaran rongga dan keluar dari peradangan dan
lanjut usia (>65 udara distal pada terasa tajam dan penyempitan
tahun) dan anak-anak paru-paru menusuk di
bronkiolus menjadi saluran napas yang
adalah rentang umur terminal dan bagian dada menimbulkan
yang paling rentan. berkurang, saat terutama ketika
kerusakan syarakat sulit
Pneumonia peradangan akan bernafas dan bernafas. Asma
parenkim paru. tercipta pula
mengganggu Pada anamnesis alasan juga mengalami
pertukaran gas lendir atau dahak memburuk gejala lain seperti
didapatkan tebal sehingga
normal dalam paru- keluhan seperti ketika bersin, nyeri dada batuk
paru yang membuat anda batuk, tertawa batuk dan mengi
sesak napas suara terbatuk karena
menyebabkan kadar nafas mengi atau bergerak asma bisa diderita
oksigen menjadi berusaha namun dapat oleh semua
batuk disertai mengeluarkanny
rendah dalam darah mereda ketika golongan usia, baik
atau tanpa batuk a dan muda dan tua. (dr.
dan merusak dan nyeri dada menahan nafas
pengeluaran menimbulkan atau menekan Marianti, 2019
akut. (dr. nyeri dada jika dalam www.
karbondioksida dari Novita,2021 area dada. (dr.
tubuh. batuk yang Andika dalam Alodokter.com)
dalam terlalu sering.
(Parkway www.Alomedika. www.Alodokter.
Holdings.2021 dalam com) (dr. fajarina com))
www.gleargles.com) dalam
www.Hellosehat.
com)
LEMBAR CHECKLIST
Manifestasi Klinis Diagnosa Medik
4. PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. Kenapa diagnosa pada kasus di atas adalah bronchitis?
2. Mengapa terjadi peningkatan leukosit pada pasien bronchitis?
3. Apakah yang bisa dilakukan untuk mengatasi keluhan yang sering muncul pada
pasien dengan bronchitis?
4. Mengapa pasien bronchitis sulit mengeluarkan dahak?
5. Apa saja factor pemicu penyakit bronchitis?
5. JAWABAN PERTANYAAN
1. Karena gejala yang ada pada kasus di atas mengarah ke bronchitis, seperti batuk yang
disertai nyeri dada dan perut, sulit tidur dan sulit mengeluarkan secret.(Tinjauan
pustaka jurnal UMS.ac.id 2019)
2. Peningkatan leukosit menandakan adanya infeksi/radang di paru-paru,sehingga
menyebabkan hasil pemeriksaan leukosit 12.000 mg/dl. (Tinjauan pustaka jurnal
UMS.ac.id 2019)
3. Ada beberapa cara mengatasi keluhan yang timbul, misalnya menggunakan obat
pengencer dahak atau teknik batuk efektif untuk mengeluarkan dahak/secret jika
sulit mengeluarkan dahak dan menggunakan teknik distraksi/relaksasi napas dalam
atau pengalihan untuk mengatasi nyeri yang timbul. (Tinjauan pustaka jurnal
UMS.ac.id 2019)
4. Pada kasus bronchitis terjadi terjadi penyempitan saluran pernapasan. Penyempitan ini
dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sehingga secret akan lebih sulit keluar.
(Phee,2003 dalam Tinjauan pustaka jurnal UMS.ac.id 2019)
5. Dalam Jurnal Karya Tulis La ode Alifariki 2019 tentang factor pemicu penyakit
bronchitis meliputi :
Kebiasaan merokok
Kebiasaan minum alcohol
Jenis pekerjaan
Aktifitas tinggi pada usia produktif
Penderita Rhinitis Alergika
7. INFORMASI TAMBAHAN
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen Thoraks
Tampak adanya konsolidasi di bidang paru menunjukkan terjadinya penurunan
kapasitas paru.
b. Pemeriksaan fungsi paru
Di gunakan untuk mengetahui volume dan kapasitas normal paru jika lebih /
kurang menunjukan malfungsi sistem paru. Normalnya 12 -16 x/menit yang
mengangkut 5 liter udara pada orang dewasa sedangkan anak 24 x / menit Alatnya
spirometer
c. Kadar gas darah
Gas darah arteri memungkinkan untuk pengukuran pH / keseimbangan asam basa,
oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan
kelebihan atau kekurangan basa. Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
PH normal 7,35-7,45
8. KLARIFIKASI INFORMASI
Bronkitis adalah peradangan pada saluran bronkial, menyebabkan pembengkakan
yang berlebihan dan produksi lendir. Batuk, peningkatan pengeluaran dahak dan sesak
napas adalah gejala utama bronkitis (Cohen J, 2010). Bronkitis dapat bersifat akut atau
kronis. Bronkitis akut disebabkan oleh infeksi yang sama yang menyebabkan flu biasa
atau influenza dan berlangsung sekitar beberapa minggu (Karunanayake et al, 2017).
Berdasarkan lama waktu kejadiannya bronchitis terbagi menjadi dua yakni akut dan
kronik, dimana bronchitis kronis berkembang dari kondisi peradangan akut pada bronkus
yang tidak mendapatkan pengobatan yang baik. Akibat dari sistem pencatatan dan
pelaporan serta perilaku mencari pengobatan dari masyarakat yang masih rendah,
sehingga prevalensi bronkitis sulit ditetapkan (Windrasmara, 2012). Penyebab penyakit
bronkitis sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus
(RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis dapat juga
disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur. Selain penyakit infeksi, bronkitis
dapat pula disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti bahan fisik atau kimia serta
faktor risiko lainnya yang mempermudah seseorang menderita bronkitis misalnya
perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik (Selviana,
2015).
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan jumlah lekosit dan pada
hitung jenis lekosit didapatkan pergeseran kekiri serta terjadi peningkatan LED.
Pemeriksaan C-reaktif Protein (CRP) adalah tes terbaik untuk membedakan antara
pneumonia dan infeksi saluran nafas bawah-non pneumonia.
b. Foto Toraks
Foto toraks merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan
diagnosa serta juga dapat untuk membedakan infeksi saluran nafas bawah yang
lain. Pada bronkitis tidak terdapat tanda-tanda konsolidasi dan tidak ada
gambaran infiltrat pada foto toraks.
c. Spesimen dahak
Spesimen yang dapat digunakan untuk mendiagnosa etiologi dari infeksi saluran
nafas bawah antara lain berasal dari sputum (dahak), aspirasi trakeobronkial,
bilasan bronkus dan bilasan trakea. Sputum purulen bukan suatu nilai prediktif
untuk membedakan penyebab infeksi oleh karena virus atau bakteri. Pemeriksaan
dahak secara mikroskopis dan kultur tidak membantu dalam membedakan
penyebab infeksi yang berasal dari saluran nafas atas atau saluran nafas bawah.
Namun beberapa pendapat menyatakan bahwa tes tersebut harus dilakukan untuk
identifikasi organisme penyebab.
Penatalaksanaan
Bronkitis Akut
Pemberian antibiotik belum menunjukkan manfaat yang konsisten pada kasus
bronkitis akut. Beberapa laporan menunjukkan bahwa 65-80% pasien dengan
bronkitis akut mendapatkan antibiotik meskipun ada bukti yang menunjukkan
tidak efektif kecuali pada kasus bronkitis akut yang dicurigai suatu pertusis.
Pemberian antibiotik pada bronkitis akut direkomendasikan pada pasien dengan
risiko komplikasi serius dan adanya penyakit komorbid (diabetes mellitus, gagal
jantung kongestif)
Infeksi Akut Eksaserbasi Bronkitis Kronis
Pemberian antibiotik digunakan untuk memperbaiki AEBK, mencegah
eksaserbasi dan mencegah perburukan fungsi paru jangka panjang. Sejumlah
percobaan telah dilakukan dengan hasil yang cukup konsisten bahwa antibiotik
tidak mengurangi angka kejadian AEBK tetapi mengurangi jumlah hari yang
hilang dari pekerjaan. Terapi bronkodilator dapat diberikan untuk mengurangi
sesak nafas. Pemberian steroid secara sistemik selain mempercepat pemulihan
juga menurunkan kekambuhan dan memperlama terjadinya eksaserbasi
2. Klasifikasi Bronkitis
Bronkitis dapat diklasifikasi sebagai bronkitis akut dan bronkitis kronis.
a. Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak yang biasanya bersama juga dengan
trakeitis, merupakan penyakit infeksi saluran napas akut (ISPA) bawah yang
sering dijumpai (Ngastiyah, 2005). Walaupun diagnosis bronkitis akut seringkali
dibuat, namun pada anak anak keadaan ini mungkin tidak dijumpai sebagai klinis
tersendiri. Bronkitis merupakan akibat beberapa keadaan lain saluran pernapasan
atas dan bawah, dan trakea biasanya terlibat. Bronkitis asamtis adalah bentuk
asama yang sering terancukan dengan bronkitis akut. Pada berbagai infeksi
saluran pernapasan (Robert, 1999).
b. Bronkitis Kronis
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronkitis kronis, yang ada ialah
mrngenai batuk kronik dan atau berulang yang disingkat (BKB). BKB ialah
keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala batuk yang
berlangsung sekurang kurangnya 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling
sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan memakai batasan ini secara klinis jelas bahwa
bronkitis kronis pada anak adalah batuk kronik dan atau berulang (BKB) yang
telah disingkirkan penyebab – penyebab BKB itu misalnya asma atau infeksi
kronis saluran napas dan sebagainya (Ngastiyah, 2005).
Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi
bronkitis kronis, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang
menderita bronkitis kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk menderita
gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun, terutama jika pasien
tersebut merokok akan mempercepat menurunnya fungsi paru (Ngastiyah, 2005).
3. Penyebab Bronkitis
Penyebab utama penyakit ini adalah virus. Penyebab bronkitis akut yang
paling sering adalah virus seperti rhinovirus, respiratory sincytial virus (RSV), virus
influenza, virus parainfluenza dan coxsackie virus. Bronkitis akut sering terdapat pada
anak yang menderita morbili, pertusis, dan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Infeksi
sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun ini jarang dilingkungan sosio-ekonomi
yang baik (Ngastiyah, 2005). Biasanya virus agens lain (seperti bakteri, jamur,
gangguan alergi, iritan udara) dapat memicu gejala (Wong, 2008).
5. Patofisiologi Bronkitis
Serangan bronkitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat
timbul kembali dengan eksaserbasi akut dari bronkitis kronis. Pada umumnya, virus
merupakan awal dari serangan bronkitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas.
Dokter akan mendiagnosis bronkitis kronis jika pasien mengalami produksi sputum
selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun
berturut – turut.
Serangan bronkitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non
infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabakan iritasi) akan menyebabkan
timbulnya respons inflamansi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema
mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkitis lebih mempengaruhi
jalan naps kecil dan besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkitis, alian udara
masih memungkinkan tidak mengalami hambatan. Pasien dengan bronkhitis kronis
akan mengalami :
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga
meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme pembersihan mukus.
Pada keadaan normal, paru – paru memiliki kemampuan yang disebut
“mucocilliary defence”, yaitu sistem penjagaan paru – paru yang dilakuakn oleh
mukus dan siliari. Pada pasien dengan bronkitis akut, sistem mucocilliary defence
paru – paru mengalami kerusakan sehingga lebih muda terserang infeksi.
Ketika infeksi timbul, kelenjar, mukus akan menjadi hipertropi dan hiperplasia
(ukuran membesar dan jumlah betambah) sehingga produksi mukus akan meningkat.
Infeksi menyebabkan dinding bronkial meradang, menebal (sering kali sampai dua
kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental.
Adanya mukus kental dari dinding bronkial dan mukus yang dihasilkan
kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan mengahambat beberapa aliran udara kecil
dan mempersempit saluran udara besar. Bronkitis kronis mula – mula hanya
mempengaruhi bronkus besar, namun lambat laun akan mempengaruhi seluruh
saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkus akan mengobstruksi jalan napas
terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara
terperangkap pada bagian distal ari paru – paru. Obstruksi ini menyebabkan
penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan asidosis. Pasien mengalami kekurangan
O2 jaringan dan ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, dimana terjadi penurunan
PO2 kerusakan ventilasi juga dapat meningkatkan nilai PCO2, sehingga pasien
terlihat sianosis, sebagai kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia
(produksi eritrosit berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah
sputum yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien
mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah
tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuju penyakit
cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure) (Soemantri, 2007).
6. Pathway Bronkitis
7. Komplikasi Bronkitis
Bronkitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi bronitis
kronis, sedangkan bronkitis kronis memungkinkan anak mudah mendapat infeksi.
Gangguan pernapasan secara langsung sebagai akibat bronkitis kronis ialah bila lendir
tetap tinggal di dalam paru akan menyebabkan terjadinya atelektasis atau
bronkiektasis, kelainan ini akan menambah penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien bronkitis harus
mendapatkan pengobatan dan perawatan yang benar sehingga lendir tidak selalu
tertinggal dalam paru. Berikan banyak minum untuk membantu mengencerkan lendir,
berikan buah dan makanan bergizi untuk mempertinggi daya tahan tubuh.
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya jika sedang
batuk dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi batuk – batuk yang keras sering
diakhiri dengan muntah, biasanya bercampur lendir. Setelah muntah bayi menjadi
agak tenang. Tetapi bila muntah berkelanjutan, maka maka dengan keluarnya
makanan dapat menyebabkan bayi menjadi kurus serta menurunkan daya tahan tubuh.
Untuk mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah dan tenang perlu
diberikan minum susu atau makanan lain (Ngastiyah, 2005).
9. Penatalaksanaan Bronkitis
Karena penyebab bronkitis pada umumnya virus maka belum ada obat kausal.
Obat yang diberikan biasanya untuk penurunan demam, banyak minum terutama sari
buah- buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak lendir,
lebih baik diberi banyak minum.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu
dicurigai adanya infeksi bekteri sekunder dan antibiotik boleh diberikan, asal sudah
disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotik yang serasi untuk
M.pneumoniae dan H. Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya
amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7 – 10 hari
dan bila tdak berhasil maka perlu dilakuakan foto toraks untuk menyingkikan
kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda asing dalam saluran
pernapasan dan tuberkulosis (Ngastiyah, 2005).
KONSEP KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian primer dan sekunder
a. Identitas pasien
Nama :-
JK : Laki-laki
Umur : 47 tahun
Alamat :-
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Agama :-
b. Keluhan utama
Masuk rumah sakit dengan keluhan Batuk
c. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh nyeri dada saat batuk, Nyeri skala 5 (0-10). Nyeri pada bagian bawah
dada, mengeluh sulit tidur dan sulit mengeluarkan secret.
d. Riwayat penyakit sebelumnya
-
e. Aktivitas/ istirahat
Klien mengatakan sulit tidur karena batuk
f. Integritas ego
-
g. Eliminasi
-
h. Makanan/cairan
-
i. Hygine
-
j. Neurosensori
-
k. Nyeri/kenyamanan
Klien mengatakan nyeri pada bagian bawah dada jika batuk dengan skala
nyeri 5 (0-10) nyeri sedang.
l. Interaksi social
-
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda tanda vital :
TD : 130/90 mmHg
N : 76x/m
R : 27x/m
SB : 36.9°c
Keadaan Umum lemah, kesadaran Composmentis
a. Respirasi
Nafas dangkal, suara nafas ronkhi, sulit mengeluarkan secret, R:27 x/m
b. Nyeri/kenyamanan
Nyeri pada bagian bawah dada saat batuk, skala 5 (0-10)
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 12,39
Leukosit : 12.000
Trombosit : 265.000
Hematokrit : 37,8 %
Analisa Data
No Data Penyebab Masalah
1 Ds : Infeksi bakteri /virus Bersihan jalan nafas
tidak efektif
- Klien mengeluh batuk
- Klien mengatakan Masuk ke bronkus
sulit mengeluarkan melalui nasal
secret
Iritasi pada daerah
bronkus
Do:
- KU lemah
Peradangan/inflamasi
- Batuk
pada bronkus
- Ronkhi
- TD: 130/90 mmHg
Peningkatan produksi
N: 76x/m secret
R: 27x/m
SB: 36.9°c Penumpukan mucus di
- Hb : 12,39 jalan nafas
Hematokrit : 37,8
Leukosit 12.000 Bersihan jalan nafas
Trombosit 265.000 tidak efektif
- Nafas dangkal
- TD: 130/90 mmHg inflamasi menyebar luas
N: 76x/m
R: 27x/m peningkatan produksi
secret
SB: 36.9°c
- Hb : 12,39 penumpukan mucus
di jalan nafas
Hematokrit : 37,8
Leukosit 12.000 penyempitan jalan
nafas
Trombosit 265.000
nafas dangkal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nfas dibuktikan
dengan
Ds :
- Klien mengeluh batuk
- Klien mengatakan sulit mengeluarkan secret
Do:
- KU lemah
- Batuk
- Ronkhi
- TD: 130/90 mmHg
N: 76x/m
R: 27x/m
SB: 36.9°c
- Hb : 12,39
Hematokrit : 37,8
Leukosit 12.000
Trombosit 265.000
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan jalan nafas dibuktikan dengan
Ds :
- Klien mengeluh batuk
- Klien mengatakan sulit mengeluarkan secret
Do :
- KU lemah
- Batuk
- Ronkhi
- Nafas dangkal
- TD: 130/90 mmHg
N: 76x/m
R: 27x/m
SB: 36.9°c
- Hb : 12,39
Hematokrit : 37,8
Leukosit 12.000
Trombosit 265.000
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
Ds :
- Klien mengeluh batuk
- Klien mengekuh nyeri dada saat batuk
Do :
KU lemah
- Batuk
- Ronkhi
- Sulit tidur
- Nyeri bagian bawah dada sat batuk
- Nyeri sedang, skala 5 (0-10)
- TD: 130/90 mmHg
N: 76x/m
R: 27x/m
SB: 36.9°c
C. Perencanaan Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
dx
1 bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
efektif berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan Tindakan
hipersekresi jalan nfas bersihan jalan nafas Observasi
meningkat dengan kriteria
dibuktikan dengan 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
hasil :
kedalaman, usaha nafas)
1. Batuk efektif
Ds : 2. Monitor bunyi nafas tambahan
meningkat
- Klien mengeluh batuk (mengi, whizzing, ronchi)
2. Produksi sputum
- Klien mengatakan sulit 3. Monitor sputum (jumlah,
menurun
mengeluarkan secret warna, aroma)
3. Ronkhi menurun
4. Frekuensi nafas
Do: Terapeutik
membaik
- KU lemah 1. Posisikan semi fowler atau
- Batuk fowler
- Ronkhi 2. Berikan minum air hangat
- TD: 130/90 mmHg 3. Lakukan fisioterapi dada jika
N: 76x/m perlu
R: 27x/m 4. Berikan oksigen jika perlu
SB: 36.9°c
- Hb : 12,39 Edukasi
Hematokrit : 37,8 1. Anjurkan asupan cairan 2000
Leukosit 12.000 ml/hari, jika tidak
Trombosit 265.000 kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemeberian
bronkodilator, eksperoran,
moukolitik, jika perlu
2 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Manajemen Pola Nafas
3X 24 jam diharapkan pola
berhubungan dengan nafas membaik dengan Observasi
hambatan jalan nafas kriteria hasil : 1. Monitor frekuensi napas,
dibuktikan dengan - dyspneu kedalaman, dan upaya napas
- frekuensi nafas 2. Monitor pola napas
Do : menurun napas
- KU lemah 6. Auskultasi bunyi napas
- Batuk 7. Monitor saturasi oksigen
- Ronkhi
- Nafas dangkal Terapeutik
- TD: 130/90 mmHg 1. Atur interval pemantauan
N: 76x/m respirasi sesuai kondisi
R: 27x/m pasien
SB: 36.9°c 2. Informasikan hasil
- Hb : 12,39 pemantauan, jika perlu
Hematokrit : 37,8
Leukosit 12.000 Edukasi
Trombosit 265.000 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Kolaborasi
Memberikan therapy injeksi yaitu
: a. Methylprednisolone 3 x 8 mg
b. Cefotaxime 3 x 800 mg
3 Setelah dilakukan tindakan Nyeri
Nyeri Akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologis 3X 24 jam diharapkan nyeri Manajemen Nyeri
dibuktikan dengan akut menurun dengan Observasi
kriteria hasil :
Ds : 1. Identifikasi lokasi,
- Klien mengeluh batuk - Keluhan nyeri katakeristik,durasi,frekuensi,k
- Klien mengekuh nyeri menurun ualitas,intensitas nyeri, factor
dada saat batuk - Kesulitan tidur pencetus
menurun 2. Identifikasi skala nyeri
Do :
- Pola nafas membaik 3. Identifikasi respon nyeri
KU lemah
- Vital sign membaik nonferbal
- Batuk
4. Identifikasi factor yang
- Ronkhi
memperberat dan
- Sulit tidur
memperingan nyeri
- Nyeri bagian bawah
dada sat batuk
Terapeutik
- Nyeri sedang, skala 5
1. Berikan teknik
(0-10)
nonfarmakologis untuk
- TD: 130/90 mmHg
mengurangi nyeri (aroma
N: 76x/m
terapi)
R: 27x/m
2. Fasilitasi istirahat dan tidur
SB: 36.9°c
3. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
1. jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
2. anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
3. jelaskan strategi meredakan
nyeri
4. ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
5. anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi
1. kolaborasi pemerian
analgetik jika perlu
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahap keempat dari proses keperawatan, dimana
rencana perawatan dilaksanakan pada tahap ini serangkaian kegiatan yang dilakukan
perawat. Untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi menuju status
kesehatan yang baik/optimal. Pada tahap ini perawat perlu mengidentfikasi. Prioritas
perawatan pasien agar setiap tndakan yang diberikan tepat waktu dan egfektif. Dalam tahap
ini perawat siap untuk menjelaskan dan melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam perencanaan keperawatan pasien, baik perawatan langsung yang diberikan
pada pasien atau tidak langsung yang diberikan tanap melibatkan klien secara aktif seperti
berkolaborasi dengan tim kesehatan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yaitu untuk mengetahui sejauh
mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan cara
membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat dalam
rencana keperawatan, dalam hal ini mengukur respon pasien terhdap tindakan keperawatan
dan kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan.
Evaluasi ini dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan kriteria hasil,
klien dapat keluar dari siklus proses keperawatan, jika sebaliknya klien akan masuk kembali
kedalam sikus tersebut dan mulai dari pengkajian ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Holman, RC. (2003). Risk factor for bronchiolitis-associated deaths among infants In the
United States. Pediart Infect Dis J 2003;22:483-9.
Soematri,I. (2007). Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Alifariki, L. (2019). Faktor Risiko Kejadian Bronkitis di Puskesmas Mekar Kota Kendari.
Kendari : Jurnal Ilmu Kesehatan
DPP PPNI, Tim Pokja SDKI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
DPP PPNI, Tim Pokja SLKI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI
DPP PPNI, Tim Pokja SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI