Anda di halaman 1dari 53

KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................i
DAFTAR ISI....................................................i
BAB I. MASYARAKAT ADAT DAN
PERTANIAN...................................................1
I. A KARAKTERISTIK PETANI DI
MASYARAKAT ADAT.............................1
I. A. 1 Pola Pertanian tradisional /
Subsisten 1
I. A. 2 Transformasi Pola Pertanian.....4
I. A. 3 Pola Pertanian Masyarakat Adat
di Siberut5
I. B MASYARAKAT ADAT DAN
KEGIATAN BUDIDAYA PERTANIAN....8
I. B.1 Mengenal Kegiatan Budidaya. .8
i
I. B. 2 Manfaat Budidaya..................10
I. B. 3 Belajar Budidaya di Demplot
Pertanian 11
BAB II. BUDIDAYA TANAMAN SAYUR-
SAYURAN....................................................15
II. A PERSEMAIAN..............................15
II. A. 1 Memilih dan Menyiapkan Benih
dan Bibit 15
II. A. 2 Menyiapkan Tempat Persemaian
Benih 17
II. A. 3 Menyiapkan Wadah Tanam dan
Media Tanam.........................................18
II. B PINDAH TANAM.........................21
II.C. PERAWATAN TANAMAN.............28
II. D PANEN DAN PASCA PANEN.....35
BAB III. KIAT MENJADI PETANI SUKSES
DI MASYARAKAT ADAT..........................42

ii
iii
BAB I. MASYARAKAT ADAT DAN
PERTANIAN

I. A KARAKTERISTIK PETANI DI
MASYARAKAT ADAT

I. A. 1 Pola Pertanian tradisional /


Subsisten

Petani di masyarakat adat


bekerja dari hasil pengolahan tanah
dengan sistem pengetahuan yang
khas yang menjadi corak
kebudayaannya. Petani di
masyarakat adat adalah petani
tradisional sebagaimana yang

Page | 1
dijabarkan oleh Scott1, bahwa petani
tradisional memiliki kebudayaan,
pola sosial dan gaya hidup
tersendiri. Dalam pertanian
tradisional, petani masih
menerapkan pertanian subsisten
dimana lahan pertanian didominasi
tanaman pangan untuk mampu
mencukupi kebutuhan pangannya.
Pertanian subsisten merupakan satu
unit konsumsi dan unit produksi
sekaligus sehingga jumlah produksi
dan konsumsi cenderung sama
banyaknya.

Pertanian subsisten
umumnya hanya menggunakan
tanah dan tenaga kerja manusia
1
Scott, James C, 1981, Moral Ekonomi Petani;
Pergolakan dan subsistensi di Asia Tenggara,
Jakarta, LP3ES
Page | 2
sebagai modal. Dalam pertanian
subsisten, petani terkesan
menghindari resiko, mereka hanya
fokus untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari tanpa perencanaan untuk
meningkatkan hasil produktivitas
pertanian yang lebih tinggi.
Pertanian tradisional masih
menggunakan peralatan yang sangat
sederhana, dan mengandalkan
pengetahuan dan kearifan lokal
dalam kegiatan-kegiatan produksi.
Pengetahuan tersebut diperoleh
melalui proses belajar dari nenek
moyang terdahulu dan dari
pengalaman yang telah dilalui
petani itu sendiri sejak lama.

Dalam pengetahuan lokal


terkandung kearifan lokal yang
berpegang teguh pada adat dan
Page | 3
tradisi. Seperti dalam pemilihan
lahan, pemilihan bibit, teknik
bercocok tanam, penentuan waktu,
rotasi tanam dan sebagainya. Sikap
kegotongroyongan dan nilai sosial
pun masih tinggi karena sebagian
besar pekerjaan pengolahan lahan
pertanian masih mengandalkan
tenaga manusia.

I. A. 2 Transformasi Pola Pertanian


Perkembangan
pembangunan di sektor pertanian
telah membawa perubahan pada
pola pertanian di daerah-daerah
pedesaan. Pola pertanian tradisional
mulai beralih dari usaha pertanian
subsisten kepada usaha pertanian

Page | 4
komersial dengan 3 tahap
perkembangan2, yaitu :

1. Tahap pertama, adalah


pertanian tradisional atau
pertanian subsisten dengan
produktivitas pertanian yang
rendah tanpa orientasi
komersiil.
2. Tahap kedua, adalah
komersialisasi produk
pertanian. Pada tahap ini
mulai adanya
penganekaragaman produk
pertanian, sebagian produk
sudah mulai dijual ke sektor
komersil. Namun pada tahap
ini pemakaian modal dan
teknologi masih rendah.

2
ibid
Page | 5
3. Tahap ketiga, adalah
pertanian modern yang
berorientasi komersiil/pasar
dengan penggunaan
teknologi, modal dan
produktivitas yang sangat
tinggi.

I. A. 3 Pola Pertanian Masyarakat Adat


di Siberut
Pola pertanian masyarakat
adat di Siberut, pada awalnya
adalah pertanian tradisional atau
subsisten untuk pemenuhan
kebutuhan sampai batas aman. Pola
pertanian subsisten dilakukan
dengan sistem ladang dengan
pengolahan tanah yang sangat
minim. Produktivitas bergantung
pada lapisan humus pada lahan.
Sistem ladang masyarakat adat
Page | 6
Mentawai membentuk sebuah siklus
atau rotasi penggunaan lahan.
Siklus pertama dimulai dengan
ladang muda yang disebut dengan
istilah tinungglu. Produk pertanian
didominasi oleh tanaman muda
yang menjadi bahan pangan seperti
pisang, keladi dan umbi-umbian.
Setelah lapisan humus semakin
berkurang, lahan ditanami dengan
berbagai jenis tanaman tua terutama
buah-buahan. Lambat laun ladang
ini bertransformasi menjadi ladang
tua yang disebut dengan pumonean.

Saat ini, pola pertanian


sebagian besar masyarakat adat di
Siberut sudah mulai beralih ke
tahap komersialisasi produk
pertanian namun dengan
penggunaan modal dan teknologi
Page | 7
yang masih rendah. Mereka
bercocok tanam dengan peralatan
yang sangat sederhana, umumnya
hanya parang dan cangkul. Dalam
bercocok tanam, mereka biasa
bekerja keras dalam masa-masa
tertentu, misalnya pada saat
pembukaan lahan dan penanaman
bibit tanaman. Tetapi setelah itu,
mereka juga biasa mengambil masa
rehat bekerja di ladang selama masa
perawatan tanaman hingga panen.
Mereka belum terbiasa bekerja
secara intensif dalam bidang
pertanian.

Perkembangan
pembangunan di Siberut telah
menyebabkan orientasi pertanian
mulai beralih ke arah komersil atau
pasar. Salah satunya ditandai
Page | 8
dengan mulai berkembangnya
pertanian hortikultura atau budidaya
tanaman kebun yang didominasi
sayur-sayuran dan buah-buahan.
Seiring berkembangnya
infrastruktur dan pasar sebagai
pusat ekonomi, pertanian
hortikultura dengan masa panen
yang relatif singkat dapat menjadi
salah satu solusi bagi peningkatan
ekonomi masyarakat.

I. B MASYARAKAT ADAT DAN


KEGIATAN BUDIDAYA
PERTANIAN

Page | 9
I. B.1 Mengenal Kegiatan Budidaya
Kegiatan budidaya
merupakan bagian penting dalam
usaha pertanian. Menurut KBBI,
budidaya adalah usaha yang
bermanfaat dan memberi hasil.
Budidaya adalah suatu usaha yang
dilakukan dengan terencana untuk
memelihara dan
mengembangbiakkan suatu tanaman
tertentu agar tetap terjaga
kelestariannya dan bisa
mendapatkan hasil yang bermanfaat
serta berguna untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia.

Budidaya adalah suatu


kegiatan pengembangan dan
pemanfaatan sumber daya nabati
yang dikerjakan oleh manusia
dengan memanfaatkan modal,
Page | 10
teknologi, atau sumberdaya lainnya
agar bisa menghasilkan suatu
produk barang yang mampu
memenuhi keperluannya3. Budidaya
tanaman memberi prioritas pada
tanaman tertentu, salah satu
contohnya adalah budidaya tanaman
pangan. Kegiatan budidaya tanaman
oleh petani di pedesaaan
menggunakan media tanah di suatu
lahan pertanian yang dikenal
dengan istilah bercocok tanam.

I. B. 2 Manfaat Budidaya
Budidaya tanaman bertujuan
untuk membesarkan tanaman
hingga menghasilkan dan memanen
3
PP RI No.18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya
Tanaman.
Page | 11
bagian tanaman yang bernilai
ekonomi. Dengan kegiatan
budidaya petani bisa
memperdagangkan hasil produksi
dari budidayanya agar bisa
memperoleh keuntungan. Petani
akan mendapat keuntungan dari sisi
ekonomi dengan menjual hasil
produksi. Sekaligus petani juga
mendapat keuntungan konsumsi
karena hasil panen bisa dijadikan
bahan pangan.

Dengan budidaya, petani


bisa mendapatkan hasil yang
maksimal baik dari sisi jumlah
maupun sisi kualitas hasil produksi
atau hasil panen. Kegiatan budidaya
juga menjadi salah satu cara
mengelola sumberdaya alam secara
lebih maksimal. Salah satu kegiatan
Page | 12
budidaya yang potensial untuk
dikembangkan oleh petani di
Siberut adalah budidaya tanaman
sayur-sayuran. Budidaya tanaman
sayur akan menghasilkan beberapa
jenis tanaman yang bisa dijual dan
juga untuk konsumsi keluarga.

I. B. 3 Belajar Budidaya di
Demplot Pertanian
Kegiatan budidaya
merupakan hal yang baru dalam
sistem pertanian tradisional
masyarakat adat di Siberut. Salah
satu cara untuk belajar dan memulai
kegiatan budidaya tanaman bisa
dilakukan dengan membuat demplot
pertanian. Demplot atau
Demonstrasi Plot adalah suatu
metode penyuluhan pertanian
Page | 13
kepada petani, dengan cara
membuat lahan percontohan yang
luasannya berkisar antara 0,1 s/d 1
ha. Demplot adalah salah satu
metode penyuluhan yang efektif,
karena dengan metode ini petani
dapat melihat, mempelajari, dan
mengerjakan kegiatan budidaya
hingga melihat hasilnya secara
langsung.
Di Desa Madobag, YCMM
memfasilitasi 2 kelompok
komunitas adat dalam proses
belajar budidaya tanaman dengan
membuat demplot pertanian.
Masing-masing kelompok membuat
satu demplot tanaman hortikultura
jenis sayur-sayuran seperti cabai,
terong, timun, dan kacang panjang.
Dengan belajar budidaya di
demplot, setiap anggota kelompok
diharapkan dapat tertarik mencoba
teknik dan teknologi yang
Page | 14
dipelajarinya di lahan masing-
masing. Sehingga dapat
memberikan hasil panen yang lebih
tinggi dibandingkan dengan cara
bertani yang biasa.

Page | 15
Page | 16
BAB II. BUDIDAYA TANAMAN
SAYUR-SAYURAN

II. A PERSEMAIAN
Persemaian merupakan
kegiatan dimana benih ditanam di
suatu media yang bertujuan agar
benih bisa tumbuh maksimal dan
terlindung dari hama penyakit yang
mengganggu. Ada beberapa jenis
sayuran yang sebaiknya 4disemai
terlebih dahulu, antara lain cabai,
terung, tomat, seledri, selada, dan
bawang daun.

Berikut adalah langkah-langkah dalam


melakukan persemaian benih.

Page | 17
II. A. 1 Memilih dan Menyiapkan
Benih dan Bibit
Benih adalah tanaman atau
bagian tanaman yang digunakan
untuk memperbanyak dan atau
mengembangbiakkan tanaman4.
Benih adalah biji yang telah
mengalami perlakuan khusus
sehingga dapat dijadikan sarana
dalam memperbanyak tanaman.
Sedangkan bibit adalah benih yang
telah berkecambah. Langkah awal
dalam melakukan budidaya
tanaman adalah dengan memilih
dan menyiapkan benih yang baik.

Cara memilih benih yang baik adalah :

1. Ambil biji untuk benih dari buah


yang sudah tua, tidak terserang
4
UU No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian
Page | 18
hama atau penyakit dan dari pohon
yang berbuah lebat.
2. Rendam atau cuci biji agar bersih
dari kotoran.
3. Keringkan biji sekitar 2-7 hari.
4. Jika belum langsung ditanam,
simpan biji di tempat yang kering
yang terhindar dari sinar matahari
langsung.

II. A. 2 Menyiapkan Tempat


Persemaian Benih
Langkah selanjutnya adalah
membuat tempat persemain benih.
Persemaian adalah tempat atau areal
untuk kegiatan memproses benih
menjadi bibit yang siap ditanam.
Penyemaian adalah proses
menyemai benih. Penyemaian
diperlukan ketika benih terlalu kecil
sehingga jika ditanam langsung
Page | 19
akan rentan rusak atau hilang.
Tujuan penyemaian benih adalah
untuk melindungi benih dari cuaca
ataupun gangguan lainnya, hingga
dapat menjadi bibit dan siap
ditanam di lapangan. Agar benih
tumbuh menjadi bibit yang baik
perlu dilakukan perawatan benih
dengan disiram secara teratur.

II. A. 3Menyiapkan Wadah Tanam dan


Media Tanam
Wadah tanam secara
sederhana berarti tempat menanam,
sedangkan media tanam adalah
media tumbuh bagi tanaman
umumnya berupa tanah yang
dimasukkan dalam wadah tanam.
Wadah tanam umumnya
menyesuaikan tanaman, media
tanam, dan teknik bertanamnya.
Page | 20
Wadah tanam yang telah diisi media
tanam adalah tempat menanam
benih hingga menjadi bibit. Untuk
jenis tanaman sayur-sayuran
diperlukan media tanam yang
gembur dan mudah ditembus akar.
Setiap wadah tanam diisi campuran
tanah hitam dan pupuk kandang
dengan perbandingan 1 banding 1.

Ketika memilih wadah


tanam, selain polybag ada beberapa
alternatif yang bisa dipilih oleh
petani tanpa perlu mengeluarkan
uang untuk membeli, antara lain :

a. Karung plastik atau karung semen.


Karung plastik atau karung semen
yang tidak digunakan lagi dapat
dimanfaatkan sebagai wadah tanam.
Selain tidak perlu membeli untuk
Page | 21
menghemat biaya juga dapat
mengurangi sampah plastik dan
barang bekas. Keuntungan lain, jika
ukuran karung cukup besar, benih
yang disemaikan seperti cabai tidak
harus dipindah tanam ke tanah. Di
setiap karung bisa disemai 1 sampai
2 biji benih yang akan
menghasilkan 1 sampai 2 batang
pohon cabai.
b. Daun pisang. Wadah tanam
alternatif yang dibuat dari daun
pisang yang lebar dan tidak terlalu
tua. Daun pisang, dipanaskan atau
dijemur terlebih dahulu hingga agak
layu agar mudah dibentuk. Daun
pisang dibelah-belah dan dibentuk
menyerupai kotak menggunakan
lidi sebagai penyangga dan perekat.
Setiap kotak daun pisang diisi satu

Page | 22
biji, dan diletakkan di atas papan
kayu atau bambu dan sejenisnya
untuk mengantispasi datangnya
hama seperti semut dan keong.
Benih yang disemai nantinya tidak
perlu dipindah tanam tetapi
langsung disusun di bedengan sebab
akar tanaman dapat menembus daun
pisang. Daun pisang dengan
sendirinya akan membusuk dan
menjadi pupuk alami bagi tanaman.

Benih yang disemai tidak


boleh terkena sinar matahari
langsung. Jika tempat persemaian di
tempat terbuka maka bisa dibuat
pelindung dari pelepah kelapa.
Benih juga harus disiram dua kali
sehari agar bisa tumbuh dengan
baik.

Page | 23
II. B PINDAH TANAM
Benih biasanya akan mulai
tumbuh menjadi bibit dan bisa
dipindah tanam dalam kurun waktu
2 s/d 3 minggu. Benih cabai
misalnya, 14 hari pasca disemai
atau ketika sudah tumbuh empat
lembar daun sudah bisa dipindah
tanam. Jika karena suatu alasan
seperti musim tanam yang belum
pas sehingga terlambat dipindah
tanam (benih sudah ketuaan) masih
tetap bisa dilakukan. Caranya
dengan menggunakan teknik
pangkas batang dan daun, agar daun
baru bisa tumbuh lagi, setelah itu
baru dipindah tanam.

Page | 24
Ketika benih telah disemai,
petani sembari menyiapkan lahan
untuk pindah tanam. Langkah awal
adalah melakukan penilaian
terhadap kondisi atau karakteristik
tanah. Tanah yang cocok dijadikan
lahan bercocok tanam tanaman
muda adalah tanah yang subur,
gembur, mengandung banyak
humus dan tidak terlalu
basah.Mengenali karakteristik tanah
sebenarnya dapat dilakukan dengan
kasat mata. Tanah subur umumnya
berwarna kehitam-hitaman. Namun
secara ilmiah, ada alat khusus dalam
teknologi pertanian untuk
mengetahui kesuburan tanah.

Untuk memastikan bisa


dilakukan dengan cara sederhana.
Cungkil atau korek tanah
Page | 25
menggunakan parang di setiap atau
dengan jarak 6 meter dari satu titik
ke titik lainnya. Jika tanah berwarna
coklat kemerahan, bertekstur keras
karena bercampur dengan bebatuan
(tanah liat), tanah ini sebenarnya
tidak cocok dijadikan lokasi
bercocok tanam.

Tetapi jika tidak tersedia


tanah lain yang gembur, bisa
dilakukan pengolahan tanah
menggunakan peralatan sederhana
seperti cangkul. Tanah dicangkul
berbalik, yakni tanah yang telah
dicangkul kemudian dibalikkan
sehingga bagian bawah berada di
atas permukaan tanah. Setelah tanah
diolah untuk digemburkan
sebaiknya tanah dibiarkan dulu
sekitar 2 sampai dengan 4 minggu,
Page | 26
tujuannya untuk mendewasakan
tanah, membentuk/mengumpulkan
unsur hara dalam tanah. Akan lebih
baik lagi jika dicampur dengan
pupuk kandang.

Langkah selanjutnya adalah


membuat bedengan -bedengan
dengan lebar 1 s/d 1,2 meter.
Bedengan dibuat agar lahan tidak
tergenang air ketika hujan sebab air
yang tergenang akan sangat
mempengaruhi keasaman tanah.
Standar keasaman tanah untuk
bercocok tanam atau bekebun sayur
adalah 6 s/d 7 ph. Untuk
menetralkan keasaman tanah bisa
dibuat parit-parit kecil sebagai
aliran air di sekitar kebun. Selain itu
bedengan juga membantu
mengkonsentarsikan serapan unsur
Page | 27
hara dan pupuk langsung ke akar
tanaman.

Beberapa jenis sayur seperti


kacang panjang, kacang tanah,
umbi-umbian dan tanaman
merambat/menjalar lainnya bisa
langsung disemai sekaligus ditanam
di bedengan. Pada saat pindah
tanam perlu mengatur jarak tanam
setiap benih atau bibit yaitu rata-
rata 60 x 70 cm. Alat ukur bisa
dibuat dari dua batang kayu dengan
ukuran masing-masing 60 cm dan
70 cm yang sudah diukur terlebih
dahulu dengan penggaris/meteran.
Jarak tanam selain untuk
memaksimalkan pertumbuhan
tanaman juga bisa menambah nilai
estetika atau keindahan. Benih atau
bibit yang sudah dipindah tanam ke
Page | 28
bedengan masih perlu dilindungi
dari paparan sinar matahari
langsung hingga tanaman tumbuh
lebih kokoh. Salah satu cirinya
ditandai dengan keluarnya tunas
baru. Pelindung yang dapat
digunakan bisa berupa pelepah
kelapa atau daun pisang. Jika
memungkinkan dapat juga
menggunakan waring sebagai
semacam atap pelindung dan bisa
pula dipasang di sekeliling kebun
sebagai pagar untuk mencegah
masuknya hama seperti tikus, dll.

Berdasarkan pengalaman
dan pengetahuan lokal masyarakat
adat Mentawai, pindah tanam atau
penanaman sebaiknya dilakukan
pada musim hujan. Mereka masih
meyakini dan mempraktekkan
Page | 29
pengetahuan lokal lainnya bahwa
masa terbaik untuk menanam adalah
pada saat bulan mati. Berdasarkan
pengalaman, tanaman akan tumbuh
subur dan berbuah dengan baik,
berlaku bagi semua jenis tanaman
terutama tanaman tua. Oleh karena
itu perlu mengatur rentang waktu
penyemaian benih hingga masa
pindah tanam (2 s/d 4 minggu)
dengan menyesuaikan musim/cuaca
dan kalender bulan (bulan mati).
Bisa dibuat kalender waktu/musim.

Tantangan terbesar petani di


Siberut adalah dalam pengolahan
tanah dan pembuatan bedengan.
Pekerjaan ini masih dianggap
pekerjaan terberat karena dikerjakan
secara manual mengandalkan
tenaga manusia tanpa bantuan
Page | 30
alat/teknologi pertanian. Bedengan
perlu dibuat untuk
memfokuskan/mengkonsentrasikan
pengolahan tanah di tempat
penanaman. Juga memberi ruang
untuk aliran air di sekitar demplot,
ketika hujan air dapat mengalir dan
tidak menggenangi tanah.
Kebiasaan pindah tanam atau
menanam adalah dengan sistem
tugal (sibipbip akenen) di tanah.
Pekerjaan berat lainnya adalah
membuat parit-parit di sekitar lokasi
penanaman. Kondisi tanah di
perladangan didominasi oelh onaja
atau tanah rawa yang pada
dasarnya tidak cocok untuk tanaman
muda atau holtikultura. Sangat
penting untuk membuat saluran air

Page | 31
agar tanah bisa leboih kering dan
berkurang kadar keasaman tanah.

II.C. PERAWATAN TANAMAN


Proses pindah tanam biasanya cukup
rentan, tanpa perawatan yang ekstra bibit
bisa mati setelah dipindahkan. Setelah bibit
bertumbuh, perawatan tanaman harus tetap
dilakukan secara rutin agar membuahkan
hasil yang maksimal. Perawatan yang
paling umum adalah :

1. Penyiangan rumput dan gulma.


Rumput dan gulma bisa
menghambat pertumbuhan tanaman.
Penyiangan rumput bisa dilakukan
jika rumput sudah mulai banyak dan
tinggi, atau minimal satu kali dalam
dua minggu. Di Tasiriguruk,

Page | 32
anggota kelompok kewalahan
membersihkan tanaman dari rumput
karena luasnya lahan. Penyiangan
rumput selesai di satu sisi/bagian, di
sisi/bagian lain sudah tumbuh
kembali. namun jika pekerjaan
menyiangi rumput ini bisa
dilakukan bersama –sama oleh
anggota kelompok maka tidak akan
ada kendala. Jika hanya satu dua
orang saja yang bekerja maka
pekerjaan menyiangi rumput ini
bisa saja harus dilakukan setiap
hari.
2. Penyiraman. Tanaman juga harus
rutin disiram dua kali dalam sehari
(pagi dan sore) terlebih pada musim
kemarau. Penyiraman tanaman bisa
tidak terlalu sulit jika lokasi kebun
dekat dengan sumber air. Jika

Page | 33
memiliki modal, petani juga bisa
menggunakan teknologi alat
penyemprot air. Namun jika tidak
ada, bisa menggunakan peralatan
sederhana dari botol plastik
kemasan air mineral yang tutupnya
sudah dilubangi untuk jalan keluar
air dari dalam botol.
3. Pengendalian hama dan penyakit
tanaman. Dilakukan untuk mengusir
atau mencegah munculnya hama
dan penyakit yang merusak
tanaman. Misalnya hama pada
tanaman cabai yaitu kutu daun.
Tanaman cabai dapat terganggu
pertumbuhannya pada musim
kemarau atau saat cuaca yang
terlalu panas, daunnya menjadi
keriting. Salah satu cara
mengatasinya dengan menggunakan

Page | 34
daun sirsak dan daun pepaya yang
dicincang atau lebih baik lagi
ditumbuk halus, (jika ada blender
dapat dibelender, atau dihaluskan
dengan gigiok) lalu dicampur
dengan air dicampur sedikit cairan
sabun pembersih piring sebagai
perekat. 3 lembar daun sirsak, 1
lembar daun pepaya, setengah
sendok teh cairan pencuci piring,
dicampur ke dalam 5 liter air.
Ramuan ini dimasukkan ke dalam
botol bekas parfum atau botol
semprot lainnya, disemprotkan ke
daun cabai satu atau dua kali dalam
satu minggu.
Di musim hujan, hama yang sering
mengganggu adalah ulat yang
berasal dari dalam tanah yang
basah. Oleh sebab itulah penting

Page | 35
membuat bandar atau parit di
sekeliling kebun/lahan agar air tidak
tergenang.
4. Pemupukan. Pemupukan bisa
dilakukan setelah dua minggu pasca
pindah tanam dan dilakukan secara
rutin satu kali dalam dua minggu.
Bertanam tanaman muda seperti
sayur-sayuran membutuhkan
perawatan intensif dan seringkali
dikerjakan dengan non organik agar
lebih praktis. Misalnya penggunaan
bahan kimia untuk pupuk dan
pestisida. Sehingga ada sedikit
kesulitan untuk mengarahkan ke
pertanian organik. Penggunaan
bahan-bahan kimia bisa
mengundang hama, tanaman
menjadi ketergantungan, tidak akan

Page | 36
tumbuh jika tidak diberi asupan
bahan kimia yang sama.
Bahan-bahan alami banyak tersedia
di lingkungan sekitar. Petani bisa
membuat dan menggunakan pupuk
organik dari kotoran sapi, jika di
sekitar banyak ternak sapi. Cara
membuatnya dengan menjemur
kotoran sapi di bawah sinar
matahari langsung selama dua hari
agar kandungan airnya berkurang.
Setelah itu pindahkan ke lokasi
yang terlindung dari sinar matahari
atau buat semacam atap pelindung
tanpa dinding agar sirkulasi udara
lancar. Setelah dua bulan, kotoran
sapi telah menajdi pupuk kandang
dan siap digunakan. Pupuk kandang
bisa juga dibuat berbentuk cair

Page | 37
untuk disiramkan ke sekitar batang
tanaman, satu kali dalam satu bulan.
Selain pupuk kandang petani bisa
membuat dan menggunakan
kompos dari batang pisang, serbuk
kayu, abu-abu bekas pembakaran
sampah organik seperti batang dan
daun pohon. Caranya batang pisang
dan serbuk kayu yang sudah
membusuk atau dicincang-cincang
halus. Penggunaan kompos yang
baik dan tepat bisa menjamin
pertumbuhkembangan tanaman
tanpa perlu pestisida lagi.Semakin
intensif melakukan perawatan
tanaman akan semakin baik dan
maksimal hasil yang didapatkan.
Tanaman sayur-sayuran atau
holtikultura sebaiknya di tanam di
pekarangan atau di lokasi yang

Page | 38
mudah diakses agar perawatan
dapat dilakukan lebih intensif.

II. D PANEN DAN PASCA PANEN


Penanganan panen dan
pasca panen penting menjadi
perhatian petani agar kualitas panen
baik dan memiliki harga jual yang
tinggi. Terutama sayur-sayuran dan
produk holtikultura lainnya yang
mudah rusak.

Ketika tanaman siap


dipanen, berikut beberapa hal yang
harus diperhatikan untuk
menghindari kerusakan, antara lain :

1. Sayur atau buah yang dipanen


jangan sampai terjatuh atau tergores
karena dapat menyebabkan
Page | 39
pembusukan pada bagian yang
rusak.
2. Gunakan alat panen sesuai karakter
tanaman. Panen sayuran biasanya
dilakukan secara manual dengan
memetik atau menggunakan alat
tradisional seperti pisau, parang
atau gunting yang tajam.
3. Mengetahui saat yang tepat untuk
panen. Setiap tanaman memiliki
kriteria siap panen yang spesifik
atau berbeda. Namun ada beberapa
kriteria umum jenis tanaman
sayuran seperti cabai merah yang
siap dipanen yaitu dengan adanya
perubahan warna, bentuk, dan
ukuran buah. Selain itu juga dengan
cara menghitung jumlah hari setelah
benih ditanam hingga siap panen.
Di dataran rendah cabai merah

Page | 40
dapat dipanen pertama kali pada
umur 70-75 hari setelah tanam,
sedangkan di dataran tinggi lebih
lambat yaitu umur 4-5 bulan setelah
tanam. Sedangkan sayur-sayuran
lain rata-rata siap panen pada umur
45 sampe 60 hari setelah tanam.
4. Waktu panen yang baik pada
tanaman cabai adalah pada pagi hari
sebab tanaman belum banyak
mengalami penguapan. Petik buah
beserta tangkainya supaya buah
tidak cepat busuk dan lakukan
dengan hati-hati agar tidak ada
cabang atau ranting yang patah.
5. Apabila tanaman cabai dirawat
dengan baik, jeda waktu panen
berkisar 3-5 hari sekali dengan
masa panen berkisar 1-2 bulan
setelah pemanenan yang pertama.

Page | 41
Hal-hal yang harus dilakukan pada
penanganan pasca panen adalah :

1. Pisahkan segera sayur atau cabai


yang busuk untuk mencegah
terjadinya penularan kerusakan ke
sayur atau cabai yang sehat.
2. Kumpulkan hasil panen di tempat
yang teduh atau terhindar dari sinar
matahari langsung agar tidak cepat
layu.
3. Bersihkan hasil panen dari kotoran
atau bagian tanaman yang
menempel dengan air bersih.
4. Kelompokkan hasil panen
berdasarkan ukuran, bentuk, warna,
dan kriteria lainnya untuk
mendapatkan hasil panen yang
bermutu baik.
Page | 42
5. Hasil panen yang bermutu baik bisa
dijual ke pasar atau kepada
konsumen langsung di sekitar
lingkungan tenpat tinggal.
6. Jika memungkinkan, kemas hasil
panen untuk melindungi atau
mencegah dari kerusakan akibat
suhu udara, cahaya, dan gangguan
lain serta untuk menambah daya
tarik bagi konsumen. Kemasan bisa
dibuat dari bahan-bahan alami
seperti daun pisang, dll.
7. Untuk keberlanjutan benih tanaman
cabai, tandai beberapa buah yang
berkualitas baik hingga benar-benar
tua baru dipanen atau dibiarkan
hingga jatuh dari tangkainya. Satu
buah cabai yang bermutu baik rata-
rata bisa menghasilkan 50 biji
benih. Jumlah buah yang akan

Page | 43
dibenihkan kembali bisa
disesuaikan dengan kebutuhan bibit
di masa tanam berikutnya agar tidak
perlu membeli benih.
8. Setelah panen, sebaiknya tanah
ditanami dengan jenis tanaman yang
berbeda. Misalnya setelah panen
cabai tanah diolah atau
digemburkan kembali dan ditanami
dengan kacang tanah, kacang-
kacangan atau tanaman muda
lainnya yang berbeda karakter. Jika
tetap ingin menanam jenis tanaman
yang sama dan di lokasi yang sama
harus dilakukan pengolahan tanah
kembali karena tanah sudah
didominasi oleh akar-akar tanaman.

Page | 44
Page | 45
BAB III. KIAT MENJADI PETANI
SUKSES DI MASYARAKAT ADAT

Menjadi petani sukses bukanlah hal yang


mustahil di lingkungan masyarakat adat
termasuk masyarakat adat Mentawai di
Siberut. Petani dapat mulai
mentransformasi pola pertanian subsisten
ke pola pertanian berorientasi
komersiil/pasar. Beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk menjadi petani sukses
yang dirangkum dari berbagai sumbe5r,
antara lain :
1. Mengambil peluang dengan
membaca tren permintaan pasar di

http://pustaka.setjen.pertanian.go.id/index-berita/tips
-menjadi-petani-sukses
Page | 46
masa kini dan yang akan datang atas
jenis produk pertanian tertentu.
2. Menentukan jenis tanaman yang
akan dibudidayakan atas
pertimbangan di atas.
3. Memilih lahan yang tepat untuk
tanaman budidaya dengan
mempertimbangkan topografi, jenis
tanah, kondisi lingkungan, dan
iklim.
4. Berinovasi dan memanfaatkan
teknologi tepat guna dan ramah
lingkungan untuk meningkatkan
hasil produksi.
5. Menyesuaikan hasil panen dengan
pasar potensial dengan kriteria
pembeli (siapa, berapa banyak calon
pembeli, bagaimana
menegosiasikan harga, kapan

Page | 47
permintaan terhadap produk
cenderung meningkat, dll.
6. Mencari informasi tentang budidaya
dan pemasaran dari petani yang
telah berpengalaman.
7. Menumbuhkan rasa bangga menjadi
petani untuk meningkatkan
semangat.

Page | 48

Anda mungkin juga menyukai