Anda di halaman 1dari 6

MATERI PAI

Pengertian etika,akhlaq,moral
Etika adalah aturan atau norma yang mengatur tentang tingkah laku manusia. Etika berfungsi m
engatur sikap seseorang kepada orang lain,

Etika adalah yang membahas baik buruk atau benar tidaknya tingkah laku dan tindakan
manusia serta menyoroti kewajiban-kewajiban manusia.
Etika adalah cabang filsafat yang mencari hakikat nilai-nilai
baik dan jahat yang berkaitan dengan perbuatan dan tindakan
seseorang, yang dilakukan dengan penuh kesadaran berdasarkan
pertimbangan pemikiranya. (Musa Asy’ari, 2002: 89).
Menurut Ahmad Amin, “Etika adalah ilmu pengetahuan yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang
harus dicapai oleh manusia dalam perbuatan mereka, dan
menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang seharusnya
diperbuat oleh manusia”.
etika adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan baik dan
perbuatan buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia
sejuah dapat diketahui oleh akal pikiran. (H.A. Mustofa, 2005, 14-15)
Moral artinya sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, yang bai
k dan wajar sesuai
dengan ukuran tindakan yang oleh umum diterima, meliputi kesatuan
social atau lingkungan tertentu. (Abuddin Nata, 77, Rosihon, 17).
Menurut Imam Al-Ghazali, “akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan
gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan.”

HUBUNGAN ILMU AKHLAQ DAN ILMU LAINNYA

1. Ilmu akhlak dengan sosiologi


Hubungan kedua ilmu ini sangat erat. Sosiologi
mempelajari perbuatan manusia yang juga menjadi objek kajian
ilmu akhlak. Ilmu akhlak mendorong mempelajari kehidupan
masyarakat yang menjadi pokok persoalan sosiologi. Sebab,
manusia tidak dapat hidup, kecuali dengan cara bermasyarakat dan
tetap menjadi anggota masyarakat. Sosiologi mempelajari tingkah laku, bahasa, agama, dan k
eluarga, bahkan pemerintahan dalam masyarakat. Kesemuanya itu mengenai tingkah laku yan
g timbul dari kehendak jiwa (akhlak). Dengan demikian, sosiologi menolong ilmu akhlak me
ndapatkan pengertian tingkah laku manusia dalam kehidupannya.
Ilmu akhlak dengan psikologi
Ilmu psikologi membahas tentang
gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam tingkah laku. Melalui
ilmu psikologi/ilmu jiwa dapat deketahui sifat-sifat psikologis yang
dimiliki seseorang. Dengan demikian, ilmu jiwa mengarahkan pembahasanya
pada aspek batin manusia dengan cara menginterpretasikan
perilakunya yang tampak. Dalam studi tersebut menggambarkan adanya hubungan
yang erat antara potensi psikologis manusia dengan ilmu akhlak.
Dengan kata lain, melalui bantuan informasi yang diberikan ilmu
jiwa, atau potensi kejiwaan yang diberikan Al-Qur’an, maka secara
teoritik Ilmu Akhlak dapat dibangun dengan kokoh.
Ilmu akhlak dengan ilmu hukum
Pokok pembicaraan dua ilmu ini adalah perbuatan
manusia. Tujuanya pun hampir sama, yaitu mengatur perbuatan
manusia demi terwujudnya keserasian, keselarasan, keselamatan,
dan kebahagiaan. Cara kita bertindak terdapat pada kaidah-kaidah
hukum dan akhlak, akan tetapi, raung lingkup akhlak lebih luas.
Ilmu akhlak memerintahkan perbuatan yang bermanfaat dan
melarang perbuatan yang membahayakan, sedangkan ilmu hukum
tidak demikian karena banyak perbuatan yang jelas-jelas
bermanfaat, tetapi tidak diperintahkan oleh ilmu hukum, seperti
berbuat baik kepada fakir miskin, dan perlakuan baik antara suami
istri. Demikian pula, terdapat beberapa perbuatan yang jelas-jelas
tidak baik, tetapi tidak dicegahnya, seperti dusta dan dengki. Ilmu
hukum tidak mencampuri hal-hal seperti seperti itu karena ilmu
hukum tidak mempunyai kapasitas untuk memerintah atau
melarang.
. Ilmu akhlak dengan filsafat
Diantara objek pemikiran filsafat yang erat kaitanya
dengan ilmu akhlak adalah tentang manusia. Para filsuf Muslim
seperti Ibn Sina (9980-1037 M) dan Al-Ghazali (1059-1111 M)
memiliki pemikiran tentang manusia sebagaimana terlihat dalam
pemikiranya tentang jiwa. Ibnu Sina misalnya mengatakan bahwa
jiwa manusia merupakan satu unit yang tersendiri dan mempunyai
wujud yang terlepas dari badan. Jiwa manusia timbul dan tercipta
tiap kali ada badan yang sesuai dan dapat menerima jiwa, lahir di
dunia ini. Sungguhpun jiwa manusia tak memiliki fungsi-fungsi
fisik, dan dengan demikian tak berhajat pada badan namun untuk
menjalankan tugasnya sebagai daya yang berfikir, jiwa masih
berhajat pada badan. Karena pada permulaan wujudnya badanlah
yang menolong jiwa manusia untuk dapat berfikir
Ilmu akhlak dengan ilmu pendidikan
Semua aspek pendidikan tersebut ditujukan pada
tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan ini dalam
pandangan Islam banyak berhubungan dengan kualitas manusia
yang berakhlak. Ahmad D. Marimba misalnya mengatakan bahwa
tujuan pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup seorang
Muslim, yaitu menjadi hamba Alloh yang mengandung implikasi
kepercayaan dan penyerahan diri kepada-Nya. Sementara Mohd.
Athiyah al-Abrasyi, mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti
dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. Mencapai suatu akhlak
yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.
Ilmu akhlak dengan aqidah dan ibadah
Hubungan ilmu akhlak dengan ilmu tauhid ini sekurang
kurangnya dapat dilihat melalui dua dianalisis sebagai berikut:
Pertama, dilihat dari segi objek pembahasanya, Ilmu
Tauhid sebagaimana diurakan di atas membahas masalah Tuhan
baik dari segi dzat, sifat, dan perbuata-Nya. Kepercayaan yang
mantap kepada Tuhan yang demikian itu, akan menjadi landasan
untuk mengarahkan amal perbuatan yang dilakukan manusia,
sehingga perbuatan yang dilakukan manusia itu akan tertuju
semata-mata karena Allah SWT. Dengan demikian ilmu tauhid
akan mengarahkan perbuatan manusia menjadi ikhlas, dan
keikhlasan ini merupakan salah satu akhlak yang mulia.
Kedua, dilihat dari segi fungsinya, ilmu tauhid
menghendaki agar seseorang yang bertauhid tidak hanya cukup
dengan menghafal rukun iman yang enam dengan dalil-dalilnya
saja, tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid itu
meniru dan mencontoh terhadap subjek yang terdapat dalam rukun
iman itu.
Hubungan ilmu tauhid dan ilmu akhlak dapatpula dilihat
dari eratnya kaitan antara iman dan amal salih. Baik di dalam Al
Qur’an maupun hadits banyak sekali disebutkan secara beriringan
antara iman dan amal salih.
. Ilmu akhlak dengan tasawuf
Secara eksistensial pada hakikatnya ahlak dan tasawuf merupakan dua bangunan keilmuan ya
ng saling mendukung dalam penerapaan-penerapan dan yang paling rasional adalah bahwa ke
dua ini memiliki orientasi yang sama, yaitu bagaimana agar manusia sebagai wakil / khalifah
Allah di muka bumi senantiasa dapat menjalankan misi ilahiyah yang transendental beraksi d
an menunjukan eksistensinya di muka bumi.
C. Keutamaan Akhlak Mulia
Berikut ini beberapa keutamaan akhlak mulia yang secara
eksplisit disebutkan dalam sejumlah kitab hadits:
1.
“Yang paling sempurna imanya orang-orang mukmin adalah
yang paling bagus akhlaknya” (HR. At-Tirmidzi)
2. “Sesungguhnya yang paling aku sukai dari kalian semua dan
yang paling dekat tempatnya denganku pada hari kiamat adalah
orang di antara kalian yang paling baik akhlaknya” (HR.At
Tirmidzi)
3. “Sesungguhnya orang yang terpilih di antara kalian semua
adalah yang paling bagus akhlaknya” (HR. Al-Bukhori)
4. “Tidak ada sesuatu yang lebih berat dari dalam timbangan
seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlaknya, karena
sesungguhnya Alloh murka kepada para pelaku perbuatan keji
dan buruk”. (HR. Abu Dawud)
5. “Sesungguhnya kemuliaan akhlak seorang mukmin menyusul
derajat dari ahli puasa dan ahli solat” (HR. Abu Dawud)
6. “Ada 4 perkara, jika hal itu terdapat dalam diri kalian maka
tidaklah membahayakan bagi kalian hilangnya dunia dari kalian;
menjaga amanah, pembicaraan yang jujur, akhlak mulia, dan
menjaga diri dalam hal makanan”. (HR. Imam Ahmad)
7.
‘Sesungguhnya kebaikan itu adalah akhlak yang mulia”. (HR.
Muslim).
8. “Pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik” (HR. At
Tirmidzi)
9. “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia” (HR. Al-Baihaqi, Ahmad, dan Al-Hakim)
10. “Demi ayah dan ibuku, sebelumnya atau sesudahnya saya tidak
pernah melihat seorang pengajar yang lebih baik pengajaran ya
daripada Rosululloh saw” (HR. Bukhori)
11. “Ya Alloh, berikanlah petunjuk kepadaku untuk bisa berakhlak
mulia karena tidak ada yang bisa memberikan petunjuk kepada
kami kecuali Engkau”. (HR. Muslim)
12. “Ya Alloh, sebagaimana telah Engkau sempurnakan
penciptaanku maka juga sempurnakan juga akhlakku”. (HR.Al
Baihaqi, dan Ahmad).
13. “Kalian tidaklah mendapatkan simpati hati manusia dengan
harta kalian, tetapi dengan wajah yang cerah dan akhlak mulia”
(HR.Ibnu Abi Syaibah, dan Al-Bazzar)
14. “Saya jamin rumah di surge terendah bagi orang yang mau
meninggalkan perdebatan walaupun dia benar, dan saya jamin
sebuah rumah di surge tengah-tengah bagi yang meninggalkan dusta, walaupun sudah menj
adi pembawaanya. Saya menjamin
rumah di surge bagi orang yang memperbaiki akhlaknya” (HR
Abu Dawud)
15. “Dari Abu Hurairoh, Rosululloh saw pernah ditanya tentang
amal yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surge.
Rosululloh saw menjawab, taqwa kepada alloh dan akhlak
mulia”. (HR. At-Tirmidzi)
16. “Apakah kalian mau saya beritahu tentang orang yang haram
masuk neraka (dalam riwayat lain: Orang yang neraka haram
atas dirinya)? Dia adalah orang yang bersikap kekeluargaan,
ramah, mudah” (HR. At-Tirmidzi)
17. “Dari Aisya ra berkata, bahwa Rosululloh saw bersabda, sebaik
baik kalian adalah orang yang paling baik terhadap keluarganya
dan saya adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku”
(HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Al-Baihaqi, dan Al-Hakim).
(Sa’id Ali Wahaf al-Qahthani, 2018: 5-32).
D.Metode Pencapaian Akhlak Mulia
Mengamalkan akhlak yang mulia dalam diri setiap muslim
adalah sebuah keniscayaan dalam rangka mengarungi pejalanan
hidupnya agar sampai tujuan akherat dengan selamat, dan sukses
dalam mejalankan tugas amanat kekhalifahan di muka bumi. Tujuan
perjalanan hidup manusia dalam konsep Filsafat Islam adalah
mencapai perjumpaan kembali dengan Tuhan. (Musa Asy’ari, 236).
hal lain yang perlu digarisbawahi
dalam konteks meraih akhlak luhur adalah: (a) melakukan
introspeksi, (b) menyibukkan diri dengan hal yang positif, (c)
memperhatikan dampak buruk ketiadaan akhlak, (d) berada di
lingkungan yang baik, (e) membaca yang bermanfaat, (f) bergaul
dengan yang berbudi, dan (g) memohon kepada Allah sebagaimana
yang diajarkan Nabi saw bila memandang ke cermin berdoa: “Ya
Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah penampilan
jasadku, maka perindah juga budi pekertiku” HR. Ahmad). (M.
Quraish Shihab, 2016: 91-4).
Ruang Lingkup Kajian Akhlak
Secara rinci kajian akhlak itu meliputi:
a. Akhlak terhadap Allah; dengan cara:
1) Beribadah yang benar kepada Allah SWT.
2) Berdoa kepada-Nya dengan penuh yakin dan harap-harap
cemas.
3) Tawadhu
4) Husnuzhzhon (berbaik sangka) kepada-Nya.
5) Taqwa
6) Tawakal
7) Berzikir
8) Dan lain-lain sebagainya.

b. Akhlak terhadap manusia; dengan cara memperbagus perlakuan


terhadap:
1) Diri sendiri
2) Keluarga
3) Masyarakat sekitar
4) Bangsa dan negara
Tentunya dengan upaya maksimal masing-masing diri dalam
mengaplikasikan nilai-nilai luhur seperti:
1) Keramahan (al-Hilm)
2) Belas kasih (al-„aathifah)
3) As-syukru (syukur/ terimakasih)
4) as-shabru (sabar)
5) Al-tawadhu lil naas (rendah hati terhadap manusia)
6) Al-„iffah (memelihara kesucian)
7) Toleransi (at-Tasaamuh)
8) Solidaritas (ash-Shadaaqah)
c. Akhlak terhadap alam semesta dengan cara:
1) Melestarikan keasrian dan keindahan alam
2) Mengelola alam secara baik dan benar
3) Melakukan hal-hal positif yang berkaitan dengan
kelangsungan alam.

Anda mungkin juga menyukai