Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH TINGKAT EMOTIONAL INTELLIGENCE TERHADAP

TINGKAT STRES KERJA DALAM MENANGANI PASIEN COVID-19


PADA DOKTER DI RSUD ABDUL AZIZ SINGKAWANG

USULAN PENELITIAN

DANIEL ALEXANDER CHANGESTU


I1011201001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak dilaporkan pada tanggal 2 Maret 2020 bahwa ditemukannya 2
orang yang terinfeksi COVID-19, pandemi telah menyebar hampir di seluruh
daerah Indonesia.1,2 Juru Bicara Satgas COVID-19 Singkawang, dr. Barita P.
Ompusunggu, menyatakan bahwa Singkawang telah masuk dalam zona kuning. 3
Hal ini menunjukan bahwa kasus COVID-19 masih ada di Kota Singkawang. Di
sini, dokter berperan sebagai garda terdepan yang bertanggung jawab dalam
penanganan COVID-19, sekaligus pihak yang berisiko terinfeksi COVID-19. Dari
berbagai negara, angka kematian dokter mengalami pertambahan. Tenaga
kesehatan, tidak terkecuali dokter, memiliki risiko yang sangat tinggi terinfeksi
oleh COVID-19.4,5 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Misra-Hebert dan
rekan-rekannya terhadap kelompok tenaga kesehatan di Ohio dan Florida,
ditemukan bahwa 70% tenaga kesehatan terinfeksi oleh COVID-19, baik tenaga
kesehatan yang pernah maupun sedang menangani pasien COVID-19. Dari tenaga
kesehatan yang terinfeksi COVID-19, 28% di antaranya terjadi penularan
COVID-19 di keluarga.6 Permasalahan ini menjadi hal yang dicemaskan oleh para
dokter yang bertugas dalam penanganan COVID-19 karena risiko infeksi yang
tinggi dan menyebabkan stres pada para dokter.7
Stres merupakan suatu kondisi yang tidak diinginkan dari seseorang
ketika dihadapkan suatu kondisi tekanan berat yang akan mempengaruhi fisik dan
mental seseorang. Dalam kondisi rendah, stres merupakan hal normal karena
dapat meningkat kondisi kesehatan biopsikososial. Selain itu, tubuh memerlukan
stres yang berperan penting sebagai faktor motivasi, adaptasi, dan reaksi terhadap
lingkungan sekitar. Namun, dalam kondisi yang berat, stres akan membahayakan
individu baik secara biologi, psikologi, maupun sosial.8,9

Dalam penelitian sebelumnya oleh Firman Parulian Sitanggang dan


rekan-rekannya terhadap dokter umum di Bali, ditemukan bahwa para partisipan
yang mengikuti penelitian ini berada dalam kondisi kesehatan mental yang baik.
Meskipun para dokter umum juga bertugas dalam sistem pelayanan kesehatan di
masa pandemi, para dokter memiliki durasi kerja yang lebih kecil, sehingga hal ini
mungkin menjadi faktor penyebab rendahnya persentase stres, kecemasan, dan
depresi dalam penelitian ini.10
Emotional Intelligence merupakan suatu kemampuan untuk
mengamati perasaan dan emosi seseorang, untuk membedakannya di antara
mereka dan menggunakan informasi ini untuk mengarahkan pikiran dan
tindakannya (Bar-on, 1997). Emotional intelligence menjadikan kunci utama bagi
seorang tenaga medis untuk mampu peka, berempati, menyadari dan mengontrol
diri.11 Penelitian Leila Karimi dan rekan-rekan pada tahun 2010 terhadap
komunitas perawat yang ada di Australia menunjukan bahwa adanya andil
emotional intelligence dalam mengurangi emosi saat bekerja (emotional labour)
dan tingkat stress saat bekerja.12 Oleh karena itu, keterkaitan emotional
intelligence dan tingkat stres pada para dokter dapat ditelilti untuk mengetahui
bagaimana tingkat emotional intelligence seorang dokter dapat meredakan tingkat
stres yang dihadapi selama menangani pasien COVID-19.
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Abdul Karim tahun
2020 terhadap perawat yang ada di Surabaya, ditemukan ada keterkaitan secara
tidak langsung antara coronavirus anxiety dalam memediasi pengaruh emotional
intelligence terhadap tingkat burnout pada para perawat yang di Surabaya.
Coronavirus anxiety merupakan suatu kondisi di mana terjadinya ketakutan secara
terus-menerus atau tidak terkendali yang mengganggu kehidupan sehari-hari
ketika bertugas menghadapi pandemi COVID-19 yang ditandai dengan gejala
fisiologis antara lain pusing, kelumpuhan di luar kendali (tonic immobility),
gangguan tidur, kehilangan nafsu, dan lain-lain. Coronavirus anxiety
menunjukkan peranan negatif secara tidak langsung antara emotional intelligence
dan burnout secara signifikan. Artinya, apabila seorang individu memiliki tingkat
emotional intelligence yang tinggi, maka dapat menurunkan tingkat coronavirus
anxiety dan berakhir pada menurunnya tingkat burnout.13
Penelitian terhadap tingkat stres dan emotional intelligence di Kota
Singkawang belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti sangat
tertarik untuk meninjau hubungan antara emotional intelligence terhadap tingkat
stress para dokter ketika menghadapi pasien-pasien yang terinfeksi oleh COVID-
19.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh tingkat emotional intelligence terhadap tingkat
stres dalam menangani pasien COVID-19 pada dokter di RSUD Abdul Aziz
Singkawang?

1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui tingkat emotional
intelligence terhadap tingkat stres kerja dalam menangani pasien COVID-19 pada
dokter di RSUD Abdul Aziz Singkawang
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mengetahui tingkat stres kerja selama menangani pasien COVID-19 pada
dokter di RSUD Abdul Aziz Singkawang
1.3.2.2. Mengetahui tingkat emotional intelligence pada dokter di RSUD Abdul
Aziz Singkawang

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan wawasan baru mengenai bagaimana
pengaruh tingkat emotional intelligence terhadap tingkat stres kerja dokter ketika
dalam kondisi sebagai pihak yang memiliki risiko tinggi terhadap infeksi, seperti
dalam menangani wabah COVID-19 yang terjadi saat ini.

1.4.2. Bagi Rumah Sakit


Melalui penelitian ini, pihak rumah sakit dapat mengetahui bagaimana
kondisi mental para dokter selama bertugas dalam penanganan COVID-19 dan
mengetahui bagaimana pengaruh emotional intelligence seorang dokter terhadap
tingkat stres dokter.
1.4.3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Melalui penelitian ini, para peneliti dapat mengembangkan penelitian
lebih lanjut terhadap hasil yang diperoleh dari penelitian ini baik aspek maupun
variabel penelitian yang berbeda untuk memperoleh pengetahun terkait emotional
intelligence dan stres kerja.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah desain
analitik observasional dengan jenis cross sectional.

3.2. Variabel Penelitian


3.2.1. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini ialah tingkat
emotional intelligence dokter yang menangani pandemi COVID-19 di RSUD
Abdul Aziz Singkawang.

3.2.2. Variabel Terikat


Variabel terikat dalam penelitian ini ialah tingkat stres kerja dalam
menangani pandemi COVID-19 dokter yang bertugas dalam penanganan pandemi
COVID-19 di RSUD Abdul Aziz Singkawang.
DEFINISI SKALA UKUR
VARIABEL OPERASIONAL ALAT UKUR KATEGORI
Kondisi ketegangan
yang menciptakan
ketidakseimbangan
fisik dan psikis yang
mempengaruhi emosi
dan proses berpikir,
Stres Kerja
dan kondisi seorang
(Job Stress)
karyawan, disebabkan
oleh satu atau
beberapa faktor di
tempat kerja yang
berinteraksi dengan
pekerja.    
Kemampuan
Emotional
seseorang untuk
Intelligence
merasakan emosi
(Kecerdasan    
pada dirinya sendiri
dan orang lain,
memahami makna
Emosional)
emosi, serta
mengontrol suatu
emosi.
3.3. Definisi Operasional
Tabel 3.2. Definisi Operasional

DAFTAR PUSTAKA

1. Tosepu R, Gunawan J, Effendy DS et al. Correlation between weather and


covid-19 pandemic in Jakarta, Indonesia. Elsevier Public Health Emergency
Collection. 2020 Jul 10; 725: 138436.
2. Singkawang Tanggap COVID-19. 2021. Diakses:
https://covid19.singkawangkota.go.id/
3. INews Kalbar. Singkawang Zona Kuning, Tak Ada Penambahan Kasus
Covid-19 Hari Ini. 2021 Mei 16. Diakses:
https://kalbar.inews.id/berita/singkawang-zona-kuning-tak-ada-penambahan-
kasus-covid-19-hari-ini
4. Almaghrabi RH, Alfaradi HA, Hebshi WAA, Albaadani MM. Healthcare
Workers experience in dealing with Coronavirus (COVID-19) Pandemic.
Saudi Medical Journal. 2020 May 5; 41(6): 657-660.
5. Ing EB, Xu QA, Salimi A, and Torun N. Physician deaths from corona virus
(COVID-19) disease. Occupational Medicine. 2020; 70: 370-4.
6. Misra-Hebert AD, Jehi L, Ji X et al. Impact of The COVID-19 Pandemic on
Healthcare Workers’ Risk of Infection and Outcomes in a Large, Integrated
Health System. Journal of General Internal Medicine. 2020 Sept 1; 35: 3293-
3301.
7. Luan R, Pu W, Dai L, Yang R and Wang P. Psychological Stress Levels and
Associated Factors Among Healthcare Workers, Frontline Workers, and the
General Public During the Novel Coronavirus Pandemic. Psychiatry. 2020;
11: 583971.
8. Shahsavarani AM, Abadi EAM, Kalkhoran MH. Facts and Theories through
Literature Review. International of Journal Medical. 2015; 2(2): 230-41.
9. Schneiderman N, Ironson G, and Siegel SD. STRESS AND HEALTH:
Psychological, Behavioural, and Biological Determinants. HHS Author
Manuscript. 2008; 1(1): 607-28.
10. Sitanggang FP et al. Determinants of Mental Health and Practice Behaviors
of General Practitioners During COVID-19 Pandemic in Bali, Indonesia: A
Cross-sectional Study. Risk Management and Healthcare Policy. 2021; 14:
2055-64.
11. Dusseldorp, LRLC van, Meijel BKG van, and Derksen JJL. Emotional
intelligence of mental health nurses. Journal of Clinical Nursing. 2010; 20:
555-62.
12. Karimi L, Leggat SG, Donohue L, Farrell G, and Couper GE. Emotional
rescue: the role of emotional intelligence and emotional labour on well-being
and job-stress among community nurses. Journal of Advanced Nursing. 2013;
70(1): 176-86.
13. Apriyanto P, Haryono S. Pengaruh Tekanan Kerja, Beban Kerja, dan
Lingkungan Kerja Intensi Turnover: Peran Mediasi Kepuasan Kerja. Jurnal
Manajemen Dewantara. 2020; 4(1): 33-45.

Anda mungkin juga menyukai