Salak merupakan salah satu jenis tanaman pekarangan yang dapat menjadi komoditas ekspor di
Indonesia. Tanaman salak hidup di dataran rendah sampai ± 800 mdpl. Tanaman buah semusim ini
merupakan jenis hortikultura yang membutuhkan banyak sinar matahari, namun tidak optimal pada
suhu 70°C dan suhu rata-rata harian 20-30°C. Keasaman tanaman garam ini sekitar 4,5-7,5 (Sutoyo
dan Suprapto, 2010).
Nama ilmiah tanaman salak adalah Salacca edulis atau Salacca zalacca. Keunggulan dari buah
tropis ini adalah setiap 100g nutrisinya cukup tinggi, mengandung 77kkal, 0,5g protein, 20,9g
karbohidrat, 28 mg kalsium, 18 mg fosfor, 4,2mg fe, 0,0mg Vitamin B1 dan 2mg Vitamin C
(Pulangkiang, 2017).
Tanaman palem rendah ini memiliki batang yang hampir tidak terlihat. Batangnya tertutup
rapat dengan pelepah daun yang tumbuh. Terdapat duri pada tepi daun, batang dan bagian bawah
pelepah, terutama pada permukaan buah salak. Pada umur 1-2 tahun, batang tumbuh menyamping,
membentuk anakan atau kuncup bunga. Tanaman salak tumbuh hingga ketinggian ± 7 meter. Buah
salak terdiri dari beberapa bagian yaitu kulit, daging buah dan biji. Kulitnya terdiri dari sisik-sisik
yang tersusun rapi dan kulit ari putih tembus pandang yang menutupi daging. Warna sisik salak
bervariasi, ada yang berwarna coklat kehitaman, coklat kemerahan, dan coklat keputihan tergantung
jenisnya (Harahap, 2013).
Jawa Timur, khususnya di wilayah Lumajang, Madura dan Kediri merupakan penghasil
barang salak. Lumajang memiliki 15 kecamatan yang menghasilkan batulanau sepanjang tahun. Panen
besar pada musim November-Januari dan Mei-Juni. Panen kecil pada bulan Februari-April dan
Agustus-Oktober. Sebagian besar salak yang ditanam di Lumajang adalah salak pondoh. Berbagai
jenis salak ditanam di Madura, khususnya Bangkalan, mulai dari kulit mangga, kulit aren, kulit
nangka, kulit pandan, kulit pepaya, penjalinsalak, kulit kerbau, kulit apel, kulit manggis, kulit senna,
kulit bukol dan kulit air. Di wilayah Kedir, khususnya Kunjang dan Segaran di sub-wilayah, jenis
garam yang ditanam petani antara lain kulit kunjang hitam, kulit kunjang kuning, kulit budeng dan
kulit gading (Choiriyah, 2018).
Kesamaan ciri luar atau morfologi merupakan salah satu cara untuk menentukan hubungan
antar spesies tumbuhan. Identifikasi morfologi dapat dilakukan dengan melihat morfologi batang,
tinggi tanaman, morfologi daun (warna permukaan daun atas, warna permukaan daun bawah, warna
kulit batang, jumlah daun, panjang batang, panjang daun, lebar daun, panjang puncak). lebar ujung
daun, kondisi ujung daun, kondisi batang), morfologi bunga (perbungaan, bentuk bunga jantan dan
betina, warna mahkota dan benang sari), morfologi buah (warna kulit dan bentuk buah, diameter
buah, warna biji, warna kulit buah, jumlah biji, jumlah buah dalam tandan) dan morfologi spike.
Penggunaan keanekaragaman morfologi merupakan metode yang dapat langsung diterapkan pada
populasi salak.
PENGERTIAN
Salak adalah buah yang kaya dari Indonesia. Salak mengandung sukrosa, fruktosa dan
glukosa, yang digunakan oleh bakteri asam laktat (BAL) dalam proses fermentasi untuk
dijadikan sebagai bahan utama minuman probiotik. Salak merupakan produk pertanian
Indonesia yang umum dijumpai hampir di seluruh Nusantara, dimana terdapat beberapa jenis
salak.
PRODUK OLAHAN
Pengolahan salak menjadi minuman probiotik mampu meningkatkan nilai jual salak dan
meningkatkan durabilitas kadaluarsanya. Produk olahan berbahan dasar buah salak mampu
menghasilkan minuman probiotik yang lebih terjangkau bagi masyarakat.