Anda di halaman 1dari 129

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

R USIA 24 TAHUN
DI PMB.D JL. IBRAHIM ADJIE NO. 38 KELURAHAN INDIHIANG
KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Disusun oleh :

RISA RAHMAH
NIM: E1815401049

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TSIKMALAYA
2021
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. R USIA 24 TAHUN
DI PMB.D JL. IBRAHIM ADJIE NO. 38 KELURAHAN INDIHIANG
KECAMATAN INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan


Praktek Klinik kebidanan II A (PKK II A)

Disusun oleh :

RISA RAHMAH
NIM: E1815401049

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSHIF PADA NY. R USIA 24 TAHUN DI


PMB.D JL. IBRAHIM ADJIE NO. 38 KELURAHAN INDIHIANG KECAMATAN
INDIHIANG KOTA TASIKMALAYA

Laporan Asuhan Kebidanan Komprehensif Ini Telah Memenuhi Persyaratan dan


Disetujui oleh Tim Pembimbing Ujian Komprehensif Program Studi D III
Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
Tasikmalaya, Mei 2021

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Noorhayati Novayanti, SST., M.Keb Delis Iswati, Amd.Keb


NUPN : 9904001542 NIP :
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Praktek Klinik Kebidanan II A (PKK II A) ini telah diperiksa dan
disahkan oleh Tim Penguji Ujian Laporan Asuhan Praktek Klinik Kebidanan II A
(PKK II A) Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya guna melengkapi syarat
menyelesaikan Praktik Klinik Kebidanan II A (PKK II A)

Tasikmalaya, Mei 2021

Penguji I Penguji II

Noorhayati Novayanti, SST.,M.Keb


NUPN : 9904001542 NIDN :

Mengetahui:
Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Sri Wahyuni Sundari, SST.,M.Keb


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Praktik

Klinik Kebidanan II A pada waktunya dengan judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny. R usia 24 tahun di PMB.D Jl. Ibrhaim Adjie No. 38

kebidanan II A (PKK II A) di Prodi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya. Shalawat dan salam senantiasa tercurah

limpahkan kepada jungjunan alam Nabi Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan asuhan kebidanan ini

tidak dapat terselesaikan tanpa bimbingan, arahan, bantuan dan kerjasama semua

pihak, baik dalam bentuk moral maupun material. Untuk itu penulis mengucapkan

terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Dr. Ahmad Qonit AD, MA., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Tasikmalaya.

2. Sri Mulyanti, M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Tasikmalaya.

3. Sri Wahyuni Sundari SST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.


4. Noorhayati Novayanti, SST.,M.Keb selaku pembimbing PKK I yang telah

memberikan arahan dan dorongan sehingga laporan komprehensif ini dapat

terselesaikan.

5. Ryssa Nuryuniarti, SST.,M.H.kes selaku pembiming akademik yang telah

memberikan arahan dan dorongan selama PKK I berlangsung.

6. Bidan Dian Roslina, Amd.Keb, Bidan Fitria Anggraeni, Amd.Keb, Bidan Suci

Rahmawati, Amd.Keb yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam

proses asuhan.

7. Pasien beserta keluarga yang telah banyak memberikan informasi atas kerjasama

yang begitu tulus selama penulis melakukan asuhan kebidanan

8. Kedua orang tua tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang yang tiada henti-

hentinya dan selalu memberikan semangat dan dorongan baik moril maupun

materil.

9. Teman-teman mahasiswi Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, terimakasih atas

kekompakan dan kebersamaannya.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Laporan ini yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penyusunan

Laporan Asuhan kebidanan komprehensif ini, masih jauh dari kesempurnaan dan

banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritikan yang membangun sangat
penulis harapkan, semoga Laporan Asuhan Praktik Klinik Kebidanan II A ini dapat

memberikan masukan serta informasi yang bermanfaat. Aamiin.

Tasikmalaya, Mei 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................... iii

KATA PENGANTAR............................................................................ iv

DAFTAR ISI........................................................................................... vii

DAFTAR TABEL.................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan...................................................................... 3

C. Manfaat Penulisan.................................................................... 4

D. Ruang Lingkup......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kehamilan......................................................... 9

B. Konsep Dasar Persalinan.......................................................... 27

C. Konsep Dasar Nifas.................................................................. 44

D. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir................................................. 62

E. Keluarga Berencana .............................................................

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan................................................ 71


B. Asuhan Kebidanan Persalinan................................................. 79

C. Asuhan Kebidanan Nifas......................................................... 86

D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir........................................ 92

E. Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana ....................

BAB IV PEMBAHASAN

A. Asuhan Kehamilan Normal...................................................... 98

B. Asuhan Persalinan Normal...................................................... 101

C. Asuhan Nifas Normal.............................................................. 104

D. Asuhan Bayi Baru Lahir Normal............................................. 105

E. Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana ....................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.................................................................................. 107

B. Saran............................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

2.1 Cara menghitung usia kehamilan berdasarkan HPHT........................... 9

2.2 Indikator Penilaian Untuk IMT.............................................................. 12

2.3 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan............................... 13

2.4 Imunisasai TT........................................................................................ 14

2.5 Tabel rumus TBBJ menurut johnson toshack....................................... 18

2.6 Indikator pemeriksaan protein urin........................................................ 19

2.7 Indikator pemeriksaan glukosa urin....................................................... 20

2.8 Proses involusi uterus............................................................................. 47

2.9 Tabel jadwal kunjungan neonatus.......................................................... 70


DAFTAR LAMPIRAN

1. Partograf

2. Lembar Observasi

3. Dokumentasi

4. Lembar konsultasi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut definisi World Health Organitation (WHO), kematian

maternal adalah kematian ibu sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari

sesudah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau

di perberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh

cedera/ kecelakaan.

Di Indonesia, Angka Kematian Ibu (AKI) hasil SDKI tahun 2012

mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut tiga kali lipat lebih

tinggi dari target Millenium Development Goals (MDG’s) 2015 yakni 102 per

100.000 kelahiran hidup, sedangkan data Angka Kematian Bayi (AKB) di

Indonesia yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup, tetapi tercatat mengalami

penurunan yaitu sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup menjadi sebesar 34 per

1000 kelahiran hidup dan terakhir menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup

(Melorose et al., 2015)

Kementrian Kesehatan menargetkan penurunan AKI dan AKN dalam

kerangka Sustainable Development Goals (SDGs) menargetkan penurunan

AKI Di Indonesia pada tahun 2015 sampai tahun 2030 adalah 70 kematian per

100.000 kelahiran hidup, dari data survey Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) sebelumnya pada tahun 2012 yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup
dan penurunan AKN pada tahun 2015 menjadi 12 kematian per 1.000

kelahiran hidup, dari data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)

sebelumnya pada tahun 2012 yaitu 19 per 1.000 kelahiran hidup (pemerintah

provinsi jawa barat, 2016)

Sustainable Development Goals(SDGs) adalah kelanjutan dari global

goals Milenium Development Goals (MDGs) yang berakhir tahun 2015.

Menurut kemenkes RI dalam program SDGs bahwa target sistem kesehatan

nasional yaitu pada goals ke 3 menerangkan bahwa pada 2030, mengurangi

angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup,

mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh

Negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga

12 per 1.000 kelahiran hidup, mengurangi sepertiga kematian prematur akibat

penyakit tidak menular melalui pencegahan dan perawatan, serta mendorong

kesehatan dan kesejahteraan mental, pada 2030 menjamin akses semesta

kepada pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk keluarga

berencana (KB), informasi dan edukasi, serta integrasi kesehatan reproduksi

ke dalam strategi dan program nasional (Permenkes RI, 2015)

Di wilayah Jawa Barat tahun 2016 ratio kematian ibu dibawah capaian

target, yaitu target yang harus dicapai sebesar 89/100.000 KH, Pada tahun

2017 sebesar 76,03/100.000 kelahiran hidup jika dibanding dengan proporsi

AKI tahun 2017 yang ditargetkan maka AKI di Provinsi Jawa Barat sudah

berada dibawah target nasional (MDG)s tahun 2015, dengan realisasi sebesar
86,97/100.000 KH hal ini baik sekali karena ada penurunan kematian ibu

dibanding 3 tahun sebelumnya. (pemerintah provinsi jawa barat, 2016). Untuk

AKB 2013, BPS melakukan publikasi berdasarkan SDKI 2012, di mana Provinsi

Jawa Barat mempunyai AKB sebesar 30/1.000 kelahiran hidup. Dibandingkan AKB

2009, maka terjadi penurunan sebesar 6 poin, yaitu dari 36/1.000 kelahiran hidup

menjadi 30/1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan pencatatan dan pelaporan, di Provinsi

Jawa Barat tahun 2016, terdapat 3702 bayi meninggal, menurun 343 orang dibanding

tahun 2015 yang tercatat 4.045 kematian bayi. Range pelaporan kematian bayi

periode 2009 s/d 2016 antara 3.982 - 5719 kematian bayi, dengan rata rata

4.560/tahun. (jabar, 2018)

Berdasarkan data di kota tasikmalaya pada tahun 2017 AKI dilaporkan

0,58% sedangkan untuk AKB pada taun 2017 tercatat sebanyak 116,8% (jabar, 2018)

Berbagai upaya yang aman dan efektif untuk mencegah dan mengatasi

penyebab utama kematian adalah dengan pelayanan antenatal yang

berkualitas, asuhan persalinan normal/dasar dan pelayanan kesehatan neonatal

oleh tenaga profesional. Komplikasi-komplikasi tersebut sebagian besar dapat

dicegah apabila kesehatan ibu selama hamil selalu terjaga melalui

pemeriksaan antenatal yang teratur dan berkesinambungan juga pertolongan

persalinan yang bersih dan aman. Salah satu caranya adalah dengan

meningkatkan pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan ibu serta

perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer (Musbikin,

2011).
Berdasarkan uraian diatas, dalam upaya meningkatkan kemampuan

pelayanan kesehatan dirasa perlu bagi penulis menerapkan asuhan kebidanan

komprehensif dari mulai hamil, bersalin, nifas, neonatus dan keluarga

berencana sesuai dengan standar pelayanan kebidanan yang tepat, dengan

judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. R usia 24 tahun di PMB.D

Jl Ibrahim Adjie No 38, Kelurahan Indihiang, Kecamatan Indihiang, Kota

Tasikmalaya”

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan umum

Tujuan umum dalam penulisan laporan komprehensif ini adalah agar

penulis mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif yaitu

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana Pada

Ny. R usia 24 Tahun di PMB.D Jl. Ibrahim Adjie No 38, Kelurahan

Indihiang, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, dengan pendekatan

manajemen kebidanan dan mendokumentasikannya dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan asuhan kehamilan pada Ny.R usia 24 Tahun di

PMB.D Jl. Ibrahim Adjie No 38, Kelurahan Indihiang, Kecamatan

Indihiang, Kota Tasikmalaya, dengan pendekatan manajemen

kebidanan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.


b. Mampu melakukan asuhan persalinan kepada Ny.R usia 24 tahun di

PMB.D Jl. Ibrahim Adjie No 38, Kelurahan Indihiang, Kecamatan

Indihiang, Kota Tasikmalaya, dengan pendekatan manajemen

kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

c. Mampu melakukan asuhan nifas kepada Ny.R usia 24 tahun di

PMB.D Jl. Ibrahim Adjie No 38, Kelurahan Indihiang, Kecamatan

Indihiang, Kota Tasikmalaya, dengan pendekatan manajemen

kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

d. Mampu melakukan asuhan Bayi Baru Lahir kepada bayi Ny.R di

PMB.D Jl. Ibrahim Adjie No 38, Kelurahan Indihiang, Kecamatan

Indihiang, Kota Tasikmalaya dengan pendekatan manajemen

kebidanan dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

e. Mampu melakukan asuhan Kesehatan Reproduksi kepada Ny.R di

PMB.D Jl. Ibrahim Adjie No 38, Kelurahan Indihiang, Kecamatan

Indihiang, Kota Tasikmalaya tahun 2021.

C. Manfaat penulisan

1. Bagi penulis

Hasil penulis ini dapat memberikan wawasan dan pengalaman nyata

bagi penulis supaya penulis dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan

yang diperoleh dari institusi pendidikan dengan keadaan di tempat

praktek serta dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam menerapkan

ilmu mengenai Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.R usia 24


Tahun di PMB.D Jl. Ibrahim Adjie No 38, Kelurahan Indihiang,

Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya. Pada bulan Maret- Mei Tahun

2021.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan melalui Asuhan Kebidanan Komprehensif ini, Hasil

penulis dapat menambah bahan kajian dan referensi untuk menjadi bahan

ajar kebidanan di Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, khususnya.

3. Bagi Lahan Praktek

Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan

kebidanan yang terorganisir mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi terhadap asuhan kehamilan khususnya ibu hamil sehingga

komplikasi-komplikasi dapat dicegah sedini mungkin.

4. Manfaat Bagi Ibu dan Keluarga

Diharapkan dapat menjadi bahan pengetahuan bagi Ibu Hamil,

Bersalin dan Nifas, sehingga dapat mengetahui berbagai hal yang

mungkin terjadi pada masa tersebut.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai data dan informasi perkembangan ilmu pengetahuan pada

institusi kesehatan informasi penulis selanjutnya, terutama dalam Asuhan

Kebidanan Komprehensif
D. Ruang Lingkup

1. Lingkup Masalah

Lingkup masalah dalam laporan asuhan mulai dari Kehamilan,

Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir dan keluarga berencana.

2. Lingkup Metode

Dalam penyusunan laporan ini penulis menggunakan metode

deskriptif dengan pendekatan asuhan komprehensif. Adapun teknik

pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Anamnesis

1) Auto Anamnesis

Teknik ini dilakukan melalui komunikasi secara langsung

dengan klien untuk memperoleh data yang berhubungan dengan

permasalahan klien yang akan dijadikan kasus sehingga yang

diperoleh lebih akurat.

2) Allo Anamnesis

Teknik ini dilakukan melalui komunikasi secara langsung

dengan keluarga untuk memperoleh data yang berhubungan

dengan permasalahan klien yang akan dijadikan kasus sehingga

yang diperoleh lebih akurat.

b. Pemeriksaan Fisik

Penulis melaksanakan pemeriksaan fisik pada klien dengan

teknik inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.


c. Pemeriksaan Laboratorium

Penulis melakukan pemeriksaan laboratorium sebagai

pemeriksaan penunjang pada klien untuk mengetahui kadar Hb,

Glukosa Urine dan Protein Urine.

d. Partisipasi Aktif

Penulis melakukan asuhan secara langsung dan memberikan

konseling sesuai dengan kebutuhan pada saat hamil, bersalin, nifas,

bayi baru lahir dan keluarga berencana

e. Home Visite

Melakukan asuhan dengan melakukan kunjungan ulang untuk

mengikuti perkembangan klien dan menilai tingkat keberhasilan dari

asuhan yang diberikan yaitu di rumah pasien.

f. Studi Kepustakaan

Membaca dan mempelajari buku-buku sumber yang dapat

dijadikan data dasar teoritis yang berhubungan dengan kasus yang

diambil.

3. Lingkup Sasaran

Sasaran dalam asuhan kebidanan komprehenshif pada Ny.R usia 24

tahun di PMB. D Jl. Ibrahim Adjie No 38, Kelurahan Indihiang, Kota

Tasikmalaya.

4. Lingkup Tempat dan waktu


Pengkajian Laporan Asuhan Kebidanan Komprehenshif pada Ny. R

usia 24 tahun di PMB.D Jl. Ibrahim Adjie No 38, Kelurahan Indihiang,

Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya dilakukan selama PKK II A

berlangsung dan kegiatan home visite dilakukan tanggal 3 April 2021 di

rumah Ny. R Pasanggrahan RT/RW 02/09 Kecamatan Indihiang, Kota

Tasikmalaya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kehamilan

1. Definisi Kehamilan

Kehamilan menurut Maritalia adalah proses pertemuan dan persenyawaan

antara spermatozoa (sel mani) dengan sel telur (ovum) yang menghasilkan

zigot dan berakhir sampai permulaan persalinan. Kehamilan adalah fertilisasi

atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi

atau implantasi yang berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan.

(irianti bayu, erda, 2013)

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan kehamilan adalah dimulai dengan pembuahan dan berakhir dengan

kelahiran seorang manusia baru.

Perhitungan usia kehamilan menurut Mochtar (2010) dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

2.1 Cara menghitung usia kehamilan berdasarkan HPHT

Tanggal Kunjungan – HPHT x 4 1/3


2. Diagnosa Kehamilan

Diagnosis merupakan suatu cara untuk mengidentifikasi suatu

keadaan/kondisi seseorang berdasarkan hasil olah fikir atau analisis hasil

pemeriksaan dan atau gejala untuk mengetahui suatu keadaan atau penyebab.

a. Tanda awal kehamilan

1) Amenorrhea, merupakan istilah yang digunakan untuk

menggambarkan tidak adanya haid pada waktu usia subur atau pada

masa reproduksi.

2) Tanda hegar, adalah melunaknya isthmus uteri sehingga serviks dan

korpus uteri seolah-olah terpisah. Perubahan ini terjadi sekitar 4-8

minggu setelah pembuahan.

3) Tanda goodell, yaitu pelunakan leher rahim sejak 4 minggu setelah

pembuahan.

4) Tanda Chadwick, yaitu adanya warna kebiruan, keunguan atau agak

gelap pada mukosa vagina, hal ini dapat diketahui dengan

pemeriksaan speculum.

5) Ballottement

b. Pemeriksaan hormonal

1) Human Chorionic Gonadotropin (hCG) sebagai detector adanya

kehamilan, hormon ini tidak terdeteksi pada wanita yang tidak hamil

dan laki-laki.
2) Progesterone, pada awal kehamilan sebagian besar progesterone

diproduksi oleh korpus luteum atas rangsangan dari hCG,

keberadaan progesteron tersebut dijadikan dasar untuk mendiagnosis

kehamilan.(irianti bayu, erda, 2013).

3. Asuhan Kehamilan

Asuhan kehamilan adalah suatu program yang terencana berupa observasi,

edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu

proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.

a. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga

professional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu

bidan dan perawat bidan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai

dengan standar minimal pelayanan antenatal Menurut KemenKes

(kementrian kesehatan republik, 2017), standar pelayanan asuhan

antenatal terdiri dari 10 T yang meliputi :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penambahan berat badan selama kehamilan ditentukan dengan

menggunakan rumus indeks massa tubuh (IMT). Dimana IMT

dihitung dengan menggunakan rumus:


2.2 Indikator Penilaian Untuk IMT. IOM (2009)

Nilai IMT Kategori


<18 kg/m2 Underweight
18,5-24,9 kg/m2 Normal – weight
25,0-29,9 kg/m2 Overweight
≥30,0 kg/m2 Obese

Berikut perkiraan kenaikan berat badan ibu hamil yang normal

menurut IMT:

a) IMT di bawah 18 (berat badan di bawah normal), maka ibu

disarankan untuk menaikkan bobot sekitar 12,7 – 18,1 kg.

b) IMT sekitar 18,5–24,9 (berat badan normal), maka ibu disarankan

untuk menaikkan bobot sekitar 11,3 – 15,9 kg.

c) IMT di atas sekitar 25-29,9 (kelebihan berat badan), maka ibu

disarankan untuk menaikkan bobot sekitar 6,8 – 11,3 kg.

d) IMT di atas 30 (obesitas), maka ibu disarankan untuk menaikkan

bobot sekitar 5,0 – 9,1 kg.

Menurut Wiknjosastro (2010) yang menyatakan bahwa berat

badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara 6,5-16,5 kg rata-rata

12,5 kg. kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan

20 minggu terakhir.

2) Ukur tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah merupakan salah satu langkah dalam

mendeteksi dan menilai apakah ibu hamil mengalami hipertensi


kronik, preeklampsia-eklampsi atau hipertensi gestasional. Hipertensi

merupakan keadaan dimana tekanan darah sistolik dan diastolik

≥140/90 mmHg.

3) Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA)

Penghukurn LILA merupakan salah satu pemeriksaan yang digunkan

untuk mengetahui staatus gizi pada ibu hamil. Bila <23,5 cm

menunjukkan ibu hamil menderita Kurang Energi Kronis (ibu hamil

KEK) dan beresiko melahirkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah

(BBLR)

4) Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin

apakah sesuai dengan usia kehamilan.

2.3 Tinggi Fundus Uteri Berdasarkan Usia Kehamilan

Usia Kehamilan TFU

12 minggu 1-2 jari atas symphysis.

16 minggu pertengahan antara Symphysis – pusat.

20 minggu 3 jari bawah pusat.

24 minggu setinggi pusat.

28 minggu 3 jari atas pusat.

32 minggu Pertengahan proc. xyphoideus-pusat.

36 minggu 3 jari dibawah proc. Xyphoideus

40 minggu Pertengahan proc. xyphoideus-pusat.


5) Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan denyut

jantung janin

Apabila trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau

kepala belum masuk panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau

ada masalah lain. Bila denyut jantung janin < 120 kali/menit atau >

160 kali/menit menunjukkan adanya tanda Gawat Janin, Segera rujuk.

6) Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap

ACIP (Advisory Committee on Imminization Practies) tahun

2011, merekomendasikan vaksin tetanus toksoid untuk mengurangi

tingginya angka kejadian bayi yang meninggal karena pertusis.

Vaksin tetanus teksoid diberikan pada ibu hamil trimester III atau

akhir trimester II ( setelah usia kehamilan 20 minggu).

2.4  Imunisasi TT

Masa
TT Interval % Perlindungan
Perlindungan

Langkah awal
TT 1 - 0% pembentukan
kekebalan tubuh

TT 2 4 minggu setelah TT 1 80 % 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 95 % 5 tahun

TT 4 1 tahun setelah TT 3 99 % 10 tahun

Seumur hidup
TT 5 1 tahun setelah TT 4 99%
(>25 tahun)
7) Pemberian tablet tambah darah

Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan,

diminum pada malam hari untuk mengurangi rasa mual.

8) Tes laboratorium

a) Tes golongan darah, untuk mempersiapkan pendonor.

b) Tes hemoglobin, untuk mengetahui penyakit Anemia.

c) Tes pemeriksaan protein urine untuk mendeteksi apakah ada

tanda-tanda preelampsi.

d) Tes pemeriksaan glukosa urine merupakan skrining terhadap

diabetes gestasional

e) Tes pemeriksaan lainnya, seperti HIV dan Sifilis.

9) Konseling atau penjelasan

Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan

kehamilan, persalinan dan IMD (Inisiasi Menyusui Dini), nifas,

perawatan bayi baru lahir, ASI ekslusif, keluarga berencana dan

imunisasi pada bayi.

10) Tata laksana atau mendapatkan pengobatan

b. Tujuan Asuhan Antenatal

Tujuan asuhan kehamilan yang harus di upayakan oleh bidan melalui

asuhan antenatal yang efektif adalah mempromosikan dan menjaga

kesehatan fisik mental sosial ibu dan bayi dengan pendidikan kesehatan,

gizi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi..


c. Prinsif pokok asuhan kehamilan

Prinsip merupakan dasar atau azaz atau kebenaran yang menjadi pokok

dasar berpikir, bertindak dan sebagainya. Sebagai seorang bidan dalam

melakukan asuhan kebidanan harus berdasarkan prinsip sesuai tugas pokok

dan fungsinya agar apa yang dilakukan tidak melanggar kewenangan.

Selain harus memiliki kompetensi, bidan dalam melaksanakan asuhan

harus berpegang pada Undang-Undang Kesehatan Nomor 30 Tahun 2009;

Permenkes 1464 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Praktik Bidan,

pelayanan dilaksanakan sesuai standar pelayanan kebidanan dan standar

profesi bidan.

d. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya. Oleh karena itu setiap wanita hamil memerlukan

sedikitnya 4 kali kunjungan selama periode antenatal (kementrian

kesehatan republik, 2017) :

1) 1 kali kunjungan pada usia kandungan 1-3 bulan

2) 1 kali kunjungan pada usia kandungan 4-6 bulan

3) 2 kali kunjungan pada usia kandungan 7-9 bulan

e. Pemeriksaan Ibu Hamil

1) Anamnesa yang terdiri dari :

a) Identitas istri dan suami

b) Alasan kunjungan atau keluhan


c) Riwayat obstetri (Menstruasi, kehamilan saat ini, kehamilan,

persalinan, nifas dan anak yang lalu)

d) Riwayat perkawinan dan riwayat pemakaian KB

e) Riwayat keturunan (penyakit keturunan, keturunan kembar,

penyakit menular, penyakit yang sedang/pernah diderita)

f) Riwayat ginekologi, riwayat psikososial, rencana persalinan,

persiapan kegawatdariratan, riwayat pemenuhan kebutuhan sehari-

hari.

2) Pemeriksaan Fisik, meliputi:

a) Pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, LILA)

b) Tanda-tanda vital (suhu, tekanan darah, nadi, nafas)

c) Periksa kepala, periksa wajah ibu, periksa mata, periksa hidung,

periksa mulut, periksa telinga dan raba leher

d) Periksa dada dan payudara (inspeksi payudara, palpasi payudara,

auskultasi detak jantung)

e) Inspeksi perut, ukur TFU dan tentukan (TBBJ) Taksiran Berat

Badan Janin. Berdasarkan rumus Johnson Toshack (Prawihardjo,

2005) :

2.5 Tabel Rumus TBJ menurut Johnson Toshack

Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ) = 155x (TFU-K)

Keterangan :
TFU: dalam satuan cm

K : 13 bila kepala belum memasuki Pintu Atas Panggul

K : 11 bila kepala sudah memasuki Pintu Atas Panggul

f) Lakukan Pemeriksaan Leopold :

Leopold I : untuk menentukan TFU ( usia kehamilan) juga untuk

menentukan apa yang berada di pundus jika presentasi bokong

sensasinya besar, lunak dan tidak melenting, jika presentasi kepala

sensasinya keras, bulat dan melenting.

Leopold II : untuk menentukan apa yang ada di sebelah kiri dan

kanan ibu, jika satu sisi dirasakan bagian kecil irregular yang

mudah digerakan berarti itu bagian ekstremitas dan jika teraba

sensasi keras, memanjang berarti itu punggung.

Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah

dan apakah bagian bawah ini sudah atau belum masuk ke pintu atas

panggul.

Leopold IV : untuk menentukan berapa masuknya bagian bawah ke

dalam rongga panggul.

g) Auskultasi DJJ. Frekuensi normal DJJ 120-160x/menit

h) Periksa ekstremitas atas dan bawah (periksa refleks patella)

i) Pemeriksaan anogenital (genitalia dan anus)


3) Pemeriksaan penunjang

a) Cek kadar haemoglobin dalam darah, untuk ibu hamil kadar HB

yang normal yaitu 11,0 gr/dl.

b) Protein urin

2.6 indikator pemeriksaan protein urin

Nilai Simbol Deskripsi


Negati
tidak ada kekeruhan sedikitpun
f
Positif kekeruhan ringan tanpa butir, kadar protein rata-
+1
+ rata 0,01-0,05%

Positif kekeruhan mudah dilihat nampak butir-butir, kadar


 +2
++ protein kira-kira 0,05-2%

Positif jelas keruh dengan kepingan-kepingan, kadar


 +3
+++ protein kira-kira 0,02-0,5%

sangat keruh dengan kepingan-kepingan besar atau


Positif
 +4 bergumpal-gumpal atau memadat, kadar protein
++++
kira-kira >0,5%

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan protein urin pada ibu

hamil yaitu: risiko preeklampsia, infeksi ginjal, dehidrasi, tangan, kaki

dan wajah mulai membengkak, tekanan darah meningkat.


c) Glukosa urin

2.7 indikator pemeriksaan glukosa urin

Nilai Deskripsi
Negati
Tetap biru atau sedikit kehijau-hijaun
f
Positif
Hijau kekuning-kuningan dan keruh (0,5-1% glukosa)
+
Positif
Kuning keruh (1-1,5% glukosa)
++
Positif
Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5% glukosa)
+++
Positif
Merah keruh (>3,5% glukosa)
++++

4. Ketidaknyamanan kehamilan

a. Pada trimester I

1) Mual muntah

Mual muntah (emesis gravidarum / morning sickness) merupakan

suatu keadaan mual yang terkadang disertai muntah (frekuensi <5x).

selama kehamilan, sebanyak 70-85% wanita mengalami mual muntah

(Wegrzyniak, dkk, 2012). Emesis gravidarum berhubungan dengan

level human chorionic gonadotropin (hCG) yang menstimulasi

produksi estrogen pada ovarium. Estrogen diketahui bahwa

meningkatkan mual dan muntah. Peningkatan hormone estrogen ini

dapat memancing peningkatan keasaman lambung yang membuat ibu

merasa mual.
2) Hipersaliva / sialorrehea / ptyalism atau air liur berlebih adalah

peningkatan sekresi air liur yang berlebihan (1-2 L/hari). Keadaan ini

dihubungkan dengan munculnya mual dan muntah pada trimester 1.

3) Pusing

Penyebabnya diduga karena pengaruh hormone progesterone yang

memicu dinding pembuluh darah melebar, sehingga mengakibatkan

terjadinya penurunan tekanan darah dan membuat ibu pusing.

4) Mudah lelah

Teori yang muncul yaitu diakibatkan oleh penurunan drastis laju

metabolisme dasar pada awal kehamilan, peningkatan progesterone

memiliki efek menyebabkan tidur. Ini akan hilang pada akhir

trimester 1.

5) Heartburn

Sebesar 17-45% wanita hamil mengeluhkan rasa terbakar pada dada.

Disebabkan oleh peningkatan hormon progesterone, estrogen dan

relaxing yang mengakibatkan relaksasi otot-otot dan organ termasuk

system pencernaan.

6) Peningkatan frekuensi berkemih

Sebesar 50% wanita mengalami peningkatan frekuensi berkemih

pada trimester I kehamilan (Chalica, 2002). Mulai dari usia gestasi 7

minggu ukuran ginjal bertambah sekitar 1 cm akibat peningkatan


volume vascular dan jarak interstitial. Letak kandung kemih yang

bersebelahan dengan rahim juga membuat kapasitasnya berkurang.

7) Konstipasi

Konstipasi adalah penurunan frekuensi BAB yang disertai dengan

perubahan karakteristik feses yang menjadi keras sehingga sulit

untuk dibuang dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat. Pada

TM 1, konstipasi terjadi pada 24% wanita (Bradley, 2007).

Konstipasi terjadi akibat peningkatan hormone progesterone yang

menyebabkan tonus otot polos dan system pencernaan menurun,

sehingga system pencernaan menjadi lambat.

b. Pada trimester II

1) Pusing

Timbul karena peningkatan volume plasma darah hingga 50%

(hemodialusi). Perubahan pada komposisi darah tubuh ibu hamil

terjadi mulai minggu ke 24 dan akan memuncak pada minggu ke 28-

32 kemudian menetap pada minggu ke 36.

2) Sering berkemih

Disebabkan karena peningkatan ukuran uterus sehingga menekan

kandung kemih.

3) Nyeri perut bawah

Disebabakan oleh semakin membesarnya uterus sehingga keluar dari

rongga panggul menuju rongga abdomen. Keadaan ini berakibat pada


tertariknya ligament-ligamen uterus seiring dengan pembesaran yang

menimbulkan rasa tidaknyaman dibagain perut bawah.

4) Nyeri punggung

Seiring bertambahnya usia kehamilan dan perkembangan janin yang

menyebabkan muatan dalam uterus bertambah, menjadikan uterus

membesar. Pembesaran ini akan memaksa ligament, otot-otot,

serabut syaraf dan punggung teregangkan, sehingga beban tarikan

tulang punggung ke arah depan akan menyebabkan lordosis

fisiologis(Annelie dkk, 2008). Peran bidan dalam membantu ibu

mengurangi nyeri punggung yaitu dengan:

a) Membantu ibu untuk menjaga posisi tubuhnya (body mechanic)

Posisi ibu saat mengangkat beban dengan melakukan kuda-kuda,

kaki kanan didepan dan kiri sedikit kebelakang, pegang beban dan

berdiri secara perlahan. Dengan menghindari berdiri secara tiba-

tiba kan mengurangi ketegangan otot sehingga mengurangi

ketidaknyamanan yang terjadi. Saat ibu berbaring, berbaringlah

dalam keadaan miring kearah kiri dengan mengepit bantal dintara

duakaki untuk menghindari terjadinya bengkak.

b) Menganjurkan ibu untuk melakukan exercise selama hamil untuk

melatih otot-otot tubuh serta membantu dalam menyesuaikan

dengan perubahan fisiologi yang terjadi


c) Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitasnya serta menambah

waktu istirahat jika diperlukan

5) Flek kecoklatan pada wajah

Sikatrik (streatch marck) diakibatkan oleh hiperdistensi yang terjadi

pada jaringan kulit akibat peningkatan ukuran maternal yang

menyebabkan peregangan pada lapisan kolagen kulit, terutama pada

payudara, abdomen dan paha.

6) Sekret vagina berlebih

Sekret vagina berlebih selama kehamilan karena pengaruh

peningkatan vaskularisasi dan hiperaemia pada bagian servik vagina

dan perineum. Hal ini menyebabkan terjadi pengentalan mukosa,

jaringan ikat melonggar dan sel-sel otot polos hipertropi. Akibat

tingginya kadar estrogen memicu servik mengeluarkan leucorrhea.

7) Konstipasi

Diakibatkan karena menurunnya kerja peristaltic usus akibat dari

peningkatan hormone progesterone.

8) Penambahan berat badan

Penambahan berat badan terjadi karena bertambahnya komposisi

uterus, berkembang nya plasenta, janin dan cairan ketuban, selain itu

penambahan berat badan diakibatkan karena bertambahnya jumlah

pembuluh darah, peningkatan retensi cairan serta produksi lemak

selama kehamilan.
9) Pergerakan janin

Pergerakan janin (quickening) yaitu keadaan dimana ibu merasakan

gerakan janin pertama kali pada masa kehamilannya, pada

multigravida pergerakan janin dirasakan pada usia kehamilan 16-18

minggu. Sedangkan pada primigravida dirasakan pada usia

kehamilan 18-20 minggu. Gerakan janin yang normal yaitu dengan

frekuensi 4 -10 gerakan selama 2jam

c. Pada trimester III

1) Sering berkemih

Semakin membesarnya ukuran uterus menyebabkan kapasitas

kandung kemih berkurang.

2) Varises

penekanan uterus yang membesar selama kehamilan pada vena

panggul saat duduk atau berdiri dan penekanan pada vena kava

inferior saat ia berbaring dapat menjadi pencetus terjadinya varises.

3) Wasir

Pengaruh hormone progesterone dan tekanan yang disebabkan oleh

ueterus menyebabkan vena-vena pada rectum mengalami tekanan

yang lebih dari biasanya. Akibatnya, ketika massa dari rectum akan

dikeluarkan tekana lebih besar sehingga terjaidnya haemorroid.


4) Sesak nafas

70% ibu hamil mengeluhkan sesak nafas pada kehamilan trimester

III. Terjadi karena adanya perubahan pada volume paru yang terjadi

akibat perubahan anatomi toraks selama kehamilan. Dengan semakin

bertambahnya usia kehamilan, pembesaran uterus semakin

mempengaruhi keadaan diafragma ibu hamil, dimana diafragma

terdorong ke atas sekitar 4 cm disertai pergeseran ke atas tulang iga.

5) Bengkak dan kram kaki

Bengkak terjadi dikarenan tekanan uterus yang semakin meningkat

dan mempengaruhi sirkulasi cairan. Dengan bertambahnya tekanan

uterus dan tarikan gravitasi menyebabkan retensi cairan semakin

besar (Jean, 2011). Sedangkan kram pada kaki diperkirakan terjadi

karena adanya gangguan aliran atau sirkulasi darah pada pembuluh

darah panggul yang disebabkan oleh tertekannya pembuluh tersebut

oleh uterus yang semakin membesar pada kehamilan lanjut.

6) Mudah lelah dan gangguan tidur

Cepat lelah pada kehamilan disebabkan oleh nokturia ( sering

berkemih di malam hari) bahwa cepat lelah pada ibu hamil

dikarenakan tidur malam yang tidak nyenyak karena terbangun

tengah malam untuk berkemih.

7) Nyeri perut bawah


8) Heartburn

Karena adanya peningkatan kadar hormon progesteron atau

meningkatkan nya metabolisme menyebabkan relaksasi dari otot-otot

polos, sehingga terjadi penurunan pada irama dan pergerakan

lambung dan penurunan tekanan pada spinkter esofagus bawah.

(irianti bayu, erda, 2013)

B. Konsep Dasar Persalinan

1. Definisi Persalinan.

Menurut Prawirohardjo Persalinan dan kelahiran normal adalah proses

pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),

lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18

jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Nurasiah &

Rukmawati, 2013)

2. Tujuan asuhan persalinan

Tujuannya adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai

derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya

yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal dengan asuhan

kebidanan persalinan yang adekuat sesuai dengan tahapan persalinan sehingga

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang

optimal.
3. Tanda Menjelang Persalinan

a. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu

atas panggul terutama pada primigravida. Pada multigravida tidak begitu

kelihatan.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

c. Perasaaan sering atau susah buang air kecil (polakisuria) karena kandung

kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi

lemah dari uterus, disebut “fase labor pains”

e. Servik menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa

bercampur darah (bloody show)

f. Pada Pemeriksaan: Tinggi fundus uteri semakin turun,serviks uteri mulai

lunak sekalipun terdapat pembukaan

g. Kontraksi Braxton Hicks makin frekuen :

1) Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam 10menit.

2) Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan serviks dapat

mulai muncul.

3) Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat pembukaan.

4) Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his semakin

frekuen dan persalinan dapat dimulai.

h. Air ketuban pecah

i. Sulit untuk tidur karena adanya beberapa faktor yang sedang dirasakan
4. Tanda dan Gejala Inpartu

a. Timbulnya kontraksi uterus Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu

his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut :

1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.

2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan

3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya

makin besar Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau

pembukaan servix.

4) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.

5) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix

(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi

dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.

b. Penipisan dan pembukaan servix

Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran

lendir dan darah sebagai tanda pemula.

c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)

Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis

keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini

disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen

bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.

Menjelang persalinan, leher rahim mulai rileks sehingga keluar lendir

penyumbat dengan warna jernih , serupa darah ataupun merah muda.


d. Premature Rupture of Membrane

Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan

lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.

Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap

dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.

Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan

kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun

demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air

ketuban keluar.

(Rosyati, 2017)

5. Proses Persalinan

Proses persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu:

a. Kala I ( Kala Pembukaan)

Kala I disebut juga kala pembukaan karena pada kala ini terjadi

pembukaan serviks dari 1 sampai 10 cm (pembukaan lengkap). Proses

pembukaan serviks dari 0 sampai dengan 10 cm dibagi ke dalam 2 fase

yaitu :

1) Fase Laten : dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaann, pembukaan terjadi sangat lambat yaitu

dari 0 sampai 3 cm dan berlangsung sekitar 8 jam.


2) Fase Aktif : berlangsung sekitar 6 jam, pembukaan serviks dari 4

sampai dengan 10 cm. Fase aktif dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu :

a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 3 cm menjadi

4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 4 cm

menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan kembali

melambat dari 9 cm menjadi 10 cm atau pembukaan lengkap.

Pengisian partograf dimulai ketika memasuki fase aktif yaitu dari

pembukaan 4 cm. Kala I berakhir bila pembukaan serviks sudah lengkap

atau 10 cm.

b. Kala II

Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai

kala pengeluaran janin. Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam

dan multipara rata-rata 0.5 jam Gejala dan tanda kala dua persalinan

adalah :

1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

2) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya.

3) Perineum menonjol.

4) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka.


5) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah dan pengeluaran

air ketuban meningkat

Pada persalinan kala II jika bayi belum lahir dalam waktu 120

menit/2 jam dipimpin meneran untuk ibu primipara dan 60 menit/1 jam

dipimpin meneran untuk ibu multipara, dilakukan merujuk segera.

Asuhan sayang ibu menurut Sarwono Prawihardjo dalam jurnal yang

diteliti (Wuryani, 2019) dengan tujuan untuk memberi rasa nyaman

dapat mengurangi kecemasan dan juga rasa sakit yang dialami ibu.

Asuhan yang diberikan yaitu :

(a) Berikan dukungan, besarkan hatinya, dan tentramkan perasaan ibu

beserta anggota keluarga.

(b) Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan anggota keluarga lainnya.

(c) Ajarkan kepada suami dan anggota keluarga menangani cara-cara

bagaimana memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan

kelahiran bayinya.

(d) Hargai privasi ibu.

(e) Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan

kelahiran bayi.

(f) Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan-makanan ringan bila ia

menginginkannya.

(g) Hindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan.

(h) Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya setelah lahir.


(i) Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah

kelahiran bayi.

c. Kala III

Persalinan kala tiga dimulainya setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.Pada kala tiga persalinan,

otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume

rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat

perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak

berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari

dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus

atau ke dalam vagina. Jika sudah terdapat tanda-tanda pelepasasan

plasenta seperti tali pusat bertambah panjang, lakukan penegangan tali

pusat selama 15 menit. Jika selama 15 menit plasenta tidak lepas setelah

melakukan penegangan tali pusat lakukan : suntik ulang oxytosin 10 unit

IM, meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan jika plasenta tidak lahir

selama 30 menit (Nurasiah & Rukmawati, 2013)

Tanda-tanda lepasnya plasenta :

1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus (uterus globuler)

2) Tali pusat memanjang

3) Semburan darah mendadak dan singkat


Manajemen aktif kala III :

1) Suntik oksitosin

2) Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT)

3) Masase uterus

Klasifikasi laserasi perineum berdasarkan luasnya robekan :

1) Derajat I

Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum.

Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi

perdarahan

2) Derajat II

Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot

perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur

3) Derajat III

Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot

perineum dan otot spingter ani external

4) Derajat IV

Derajat III ditambah dinding rectum anterior

Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini

memerlukan teknik dan prosedur khusus

d. Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.Setelah

plasenta lahir :
1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus

berkontraksi lebih baik dan kuat

2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara

melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, tinggi fundus

uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat

3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan

4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau

episiotomi) perineum

5) Evaluasi keadaan umum ibu

6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV

di bagian belakang partograf, segera setelah asuhan diberikan atau

setelah penilaian dilakukan

Setelah plasenta lahir asuhan yang diberkan antara lain : segera

setelah plasenta lahir lakukan masase uterus, kemudian lakukan cek

plasenta, cek laserasi (ada/tidak terdapat laserasi), memberikan

kenyamanan pada ibu, mengobservasi keadaan umum ibu, TTV, TFU,

kontraksi, kandung kemih, pendarahan. Selama 2 jam post partum

(Sarwono Prawihardjo, 2013 : 345-346).

Pemantauan kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena

pendarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Hal-hal yang harus dilakukan selama 2 jam post partum ada 7 langkah :

1) Kontraksi rahim
Masase uterus untuk membuat kontraksi uterus menjadi baik setiap 15

menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua

kala IV.

2) Perdarahan

Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina selama 1 jam pertama

dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala IV.

3) Kandung kemih

Kandung kemih harus kosong, jika ibu belum bisa mobilisasi

dilakukan katererisasi. Kandung kemih yang penuh mendorong uterus

ke atas dan menghalangi uterus berkontraksi sepenuhnya.

4) Luka jahitan

Jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak

5) Uri dan selaput ketuban harus lengkap

6) Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit

(a) Keadaan Umun Ibu

Periksa Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan dan

setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan jika kondisi itu

tidak stabil pantau lebih sering,

(b) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Pantau tekanan darah, nadi, setiap 15 menit selama 1 jam pertama

dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua kala IV. Jika ada temuan

yang abnormal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian


kondisi ibu serta pantau temperatur tubuh setiap jam dalam 2 jam

pasca persalinan.

7) Bayi dalam keadaan baik

6. Asuhan persalinan normal 60 langkah

Berikut merupakan langkah-langkah persalinan 60 langkah menurut (Sagita,

2019), yaitu :

1) Melihat tanda dan gejala persalinàn kala dua, seperti : Ibu mempunyai

keinginan untuk meneran, ibu merasa tekanan yang semakin meningkat

pada rektum dan vagina, perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter

ani membuka.

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan

tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan

dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai

sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan


kembali di partus set/wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa

mengkontaminasi tabung suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah

dibasahi air desinfeksi tingkat tinggi.

8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput

ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan

amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan yang kotor ke dalam larutan klorin 0,5%

dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya

di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) Setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160  ×/menit).

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginannya.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat

untuk meneran.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 -6 cm, letakkan

handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15) Meletakkan kain yang bersih yang dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong

ibu

16) Membuka partus set.

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan

yang lain di kepala bayi dan lakukan tekana yang lembut dan tidak

menghambat pada kepala bayi, mwmbiarkan kepala keluar perlahan-

lahan.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain atau

kasa yang bersih.

20) Memeriksa lilitan talu pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal

itu terjadi, kemuadian meneruskan segera proses kelahiran bayi.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan outaran paksi luar secara

spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di

masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke

arah luar hungga bahu anterior muncul di bawah arcus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk

melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, geser tangan ke bawah kearah perineum

ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan

tangan atas untuk meneslusuri dan memegang lengan dan siku sebelah

atas.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke

punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan

telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan

jari-jari lainnya pada satu sisi dan jari-jarinya pada sisi yang lain agar

bertemu dengan jari telunjuk)

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi

di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari

tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang

memungkinkan) Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan resusitasi

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan

kontak kulit ibu -bayi.

27) Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir.

28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi

dengan baik

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM di

1/3 paha atas bagian distal lateral


30) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 5 cm dari pusat bayi.

Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan

memasang klem kedua 3 cm dari klem pertama

31) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting

dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

32) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau

selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali

pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil tindakan

yang sesuai. Memberikan bayi kepada ibunya lalu IMD.

33) Memindahkan klem pada tali pusat 5-10 cm dari vulva.

34) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas

tulang pubis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

35) Setalah uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah

bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan

arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke atas dan

belakang (dorsokranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 -40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut

mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seotang anggota

keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.


36) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali

pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva jalan

lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5 -10 c, dari vulva.

b) Jika plasenya tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat

selama 15 menit  :

(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit i.m

(2) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kanding

kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu

(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya

(5) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam wakti 30 menit sejak

kelahiran bayi.

37) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua

tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.

Dengan lembut perlahah melahirkan selaput ketuban tersebut.

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, melakukan telapak tangan di fundus dan melakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi.


39) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin

dan selaput ketuban lengkap dan utuh. masukkan plasenta di dalam

kantung plastik atau tempat khusus.

40) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit

laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

41) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik

42) Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan klorin

0,5 % Bilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan

air desinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkan dengan kain yang bersih

dan kering.

43) Pastikan kandung kemih kosong

44) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus.

45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

46) Memeriksa nadi ibu

47) Pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x/m)

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci peralatan setelah dekontaminasi.

49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

50) Bersihkan ibu dengann air DTT. Bantu ibu memakai pakaian kembali.

51) Pastikan ibu nyaman dan bantu untuk memulai pemberian ASI.

52) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.


53) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan

bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

54) Cuci kedua tangan engan sabun dan air mengalir.

55) Pakai sarung tangan DTT/bersih untuk melakukan pemfis bayi.

56) Dalam 1 jam pertama beri salep/tetes mata profilaksis infeksi,

pemberian vit. K1 1 mg di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik

BBL, pernafasan bayi normal dan temperature tubuh setiap 15 menit.

57) Setelah 1 jam pemberian vit.K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B

dip aha kana bawah lateral.

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

60) Lengkapi patograf (halaman depan dan belakang) asuhan kala IV

C. Konsep Dasar Nifas

1. Definisi Nifas

Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,plasenta,

serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan

seperti sebelum hamil dengan dimulai sejak 2 jam setelah plasenta lahir

sampai kurang lebih 6 minggu ( 42 hari ). (Saleha, 2011)

2. Tujuan asuhan masa nifas


a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologis.

b. Mendeteksi masalah, mengobati dan merujuk bila terjadi komplikasi pada

ibu maupun bayi ( Skrinning secara Komperehensif )

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, cara dan menyusui yang baik , imunisasi, serta perwatan bayi

sehari – hari .

d. Memberikan pelayanan KB.

3. Periode Post Partum atau Nifas

Masa nifas dibagi dalam 3 periode, yaitu:

a. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24jam. Pada masa ini

sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.

Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan

kontraksi uterus, pengeluaran lokia dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam- 1minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada pendarahan, tidak berbau busuk,tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB.


4. Perubahan fisiologi pada masa nifas

Berikut beberapa perubahan fisiologi pada masa nifas menurut (Reksohusodo,

2018), yaitu:

a. Involusi TFU Berat Uterus

Pada uterus terjadi involusi. Proses involusi adalah proses

kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan .

proses ini di mulai sesudah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot

polos uterus. Pada tahap ketiga persalianan uterus berada pada garis

tengah kira-kira 2 cm dibahaw umbilicus dengan bagian fundus bersandr

pada promontorium sakralis. Pada saat ini kira-kira uterus sama besarnya

sketika hamil 16 minggu dan beratnya sekitar 100 gr.

2.8 proses involusi uterus

Diameter
Involusi Tinggi fundus Berat uterus
bekas melekat Keadaan
uteri
plasenta serviks

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr

2 jari dibawah
Uri lahir 750 gr 12.5 Lembek
pusat

Satu Pertengahan
500 gr 7,5
minggu pusat simpisis

Dua Tak terapa


350 gr 3-4
minggu diatas simfisis
Enam Bertambah
50-60 gr 1-2
minggu kecil

Delapan Sebesar
minggu normal 30 R

b. Involuai tempat plasenta

setelah persalinan, tenpat palsenta merupakan tempat dengan

permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebasar telapak tangan.

Dengan cepat luka ini mengecil pada akhir minggu ke 2 hanya sebasar

4-3 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm . penyembuhan luka bekas plsenta

khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta banyak mengandung

banyak pembulu darah besar yang tersumbat oleh trimbus.

c. Luka- luka pada jalan lahir apabila tidak disertai infeksi akan sembuh

dalam 6-7 hari.

d. Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang berada pada

vagina normal. Lokea mempunyai bau yang amis meskipun tidak

terlalu menyengat dan volumneya berbeda-beda pada setiap wanita .

secret mikroskopik lokea terdiri atas eritrosit, peluruhan desidua, sel


epitel, dan bakteri . pengeluaran lokea dapat dibagi berdasarkan

perubahan warna sebagai berikut :

1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput

ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa, lanugo dan mekonium,

selama dua hari pascapersalinan.

2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir, hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan.

3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berubah lagi, pada

hari ke-7 sampai ke-14 pasca persalinan.

4) Lochea alba: cairan putih setelah 2 minggu.

5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan

berbau busuk.

6) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya.

e. Perubahan pada serviks

serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. perubahan-

perubahan yang terdapat pada servisks postpartum adalah bentuk

serviks yang akan menganga seperti sorong bentuk ini disebabakan

oleh corpus uteri yang dapat mengdakan kontraksi , sedangkan serviks

tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara corpus

dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri

merah kehitam-hitaman karena penuh pembulu darah.


f. Perubahan ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada

waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi

ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang

dan menjadi retrofleksikarena ligamentum rotundum menjadi kendor.

g. Perubahan pada vagina dan perineum

Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan

mukosa vagina dan hilanya rugae. Vagina yang semula dapat teregang

akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8

minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada minggu

keempat walaupun tidak akan menonjol pada wanita nulipara . pada

umumnya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik

pada wanita yang menyusui sekurang-kuranya sampai mentruasi di

mulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan

fungsi ovarium.

h. Perubahan Tanda-Tanda Vital

1) suhu tubuh

satu hari (24jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-

38) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan

cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan akan

biasa. Biasanya pada hari ke3 naik lagi karena ada pembentukan
ASI dan payudara menjadi bengkak. bila suhu tidak turun

kemungkinan adanya infeksi /pada endometrium, mastisis, traktus

genetalis, atau system lain.

2) nadi

Denyut nadi pada wanita pasca persalinan biasanya lebih cepat

3) tekanan darah

biasanya tekanan darah pada postpartum akan menurun karena

adanya pendarahan namun apabila tekanan darah tinggi

menandakan preeklamsia postpartum.

4) pernapasan

pernafasan selalu berhunbungan dengan keadaan suhu dan denyut

nadi apabila tidak normar pernapasan mengikuti tidak normal

kecuali ada gangguan pada system pernapasan.

i. Perubahan Sistem Kardiovaskuler

1) Volume darah

Perubahan volume darah tergantung pada bebrapa faktor, misalnya

kehilangan darah pada selama persalinan dan mobilisasi serta

pengeluaran cairan ekstravaskular. Kehilangan darah merupakan

akibat penurunan volume darah total yang yang cepat tetapi

terbatas. Setelah itu terjadi perubahan normal cairan tubuh yang

menyebabkan volume darah menurun dengan lambat pada minggu


ke 3 dan 4 setelah bayi lahir volume darah biasa menurun sampai

mencapai volume darah sebelum hamil. Pada persalinan

pervaginam, ibu kehilangan darah sekitar 300-400 cc. Bila

kelahiran melalui sc dua kali lipatnya. Perubahan terdiri atas

volume darah dan hematokrit (haemaconsentrasion). Pada

persalianan pervaginam biasanya hematokrit nail namun untuk sc

biasanya cemderum stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.

Tiga perubahan fisiologis sesudah melahirkan yang terjadi pada

wanita antara lain sebagai berikut:

a) Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran

pembuluh darah maternal 10-15%.

b) Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan

stimulus vasodilatasi.

c) Terjadinya mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan selama

wanita hamil.

2) Curah Jantung

Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat

sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan

ini meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena

darah yang biasanya melintas sirkulasi uteroplasma tiba-tiba

kembali ke sirkulasi umum.

j. Perubahan sistem Hematologi


Selama minggu-minggu kehamilan, kadar fibrinogen dan

plasma, serta faktor2 pembekuan darah meingkat. Pada hari pertama

postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi

darah lebih mengental dengan viskositas sehingga meningkatkan

faktor pembekuan darah. Leukositosis yang meningkat dimana jumlah

sel darah putih dapat mencapai 15000 selama persalinan akan tetap

tinggi dalam bebrapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel

darah putih tersebut masih bisa naik 2500-30.000 tanpa adanya kondisi

jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobin,

hematokrit dan eritrosit akan sangat bervariasi pada awal-awal

postpartum sebagai akibat dari volume darah. Penurunan volume dan

peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan

hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3 sampai 7 postpartum dan

akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.

k. Perubahan Sistem Pencernaan

1) Nafsu makan

Ibu merasa lapar segera setelah melahirkan sehingga boleh

mengomsumsi makanan ringan. Ibu sering kali lapar setelah

melahirkan dan setiap makan pada 1-2 jam post-primordial dan

dapat di toleransi dengan diet yang ringan. Setelah benar-benar

pulih dari analgesia, anastesia, dan keletihan. Kebanyakan ibu


merasa sangat lapar. Permintaan jumlah makan 2 kali dari jumlah

biasa dikonsumsi disertai konsumsi cemilan sering ditemukan.

Sering kali untuk pemulihan nafsu makana diperlukan waktu

3-4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar

progesterone menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan

juga mengalami penurunan selama satu sampai dua hari, gerak

tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika

sebelum melahirkan diberikan enema.

2) Motilitas

Penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap

selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan anastesia

bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan

normal

3) Pengosongan Usus

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua

sampai tiga hari setelah persalinan. Keadaan ini bisa disebabkan

karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada

awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum

melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi.System pencernaan pada

masa nifas membutuhkan waktu yang berangsung-angsur untuk

kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan seperti bisa

dalam beberapa hari dan perineum akan terasasakit dan defekasi.


l. Perubahan system perkemihan

1) Diuresis postpartum

Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang

kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Salah

satu mekanime untuk mengurangi cairan yang teretens selama

masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari,

selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresis postpartum

yang disebabkan pleh penurunan kadar estrogen, hilangnya

peningkatan tekanan vena pada tingkat bawaah, dan hilangnya

peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan

mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan

cairan melalui keringat dan jumlah urine menyebabkan penurunan

berat badan sekitar 2,5 kg selama masa post partum.

D. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

1) Nutrisi dan Cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,

karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan

sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu,

bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung

cairan.

Ibu yang menyesui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut:
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral,

dan vitamin yang cukup.

c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.

d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi, setidaknya

selama 40 hari pasca persalinan.

e) Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin

A kepada bayinya melalui ASI.

2) Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat

mungkin bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya

dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan.

Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum telentang di tempat

tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu postpartum sudah

diperbolehkan bangun dan tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.

Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut:

a) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.

b) Faal usus dan kandung kemih lebih baik.

c) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara merawat

anaknya selama ibu masih di rumah sakit. Misalnya memandikan,

mengganti opakaian, dan memberi makan.

3) Eliminasi
a) Buang Air Kecil

Ibu diminta buang air kecil 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam

postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum

melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau

ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk

kateterisasi.

Berikut seban-sebab terjadinya kesulitan berkemih ( retensio urine)

pada ibu postpartum

(1) Berkurangnya tekanan intraabdimonal

(2) Otot-otot perut masih lemah.

(3) Edema dan uretra

(4) Dinding kandung kemih kurang sensitive.

b) Buang Air Besar

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar setelah hari kedua

postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat

pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah)

c) Personal Higiene

Pada saat postpartum , seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.

Oleh karena itu dengan personal hygiene bisa mencegah terjadinya

infeksi.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri

ibu postpartum adalah sebagai berikut:


(1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.

(2) Mengajarkan ibu bagaimana membersikan daerah kelamin dengan

sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan

daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang,

kemudian membersihkan daerah sekitar anus, nasihati ibu untuk

membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.

(3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari.

(4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

dan sesudah membersihkan daerah kelamin.

(5) Jika ibu mempunyai luka episiotomy atau laserasi, sarankan

kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut.

d) Istirahat Dan Tidur

(1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebih.

(2) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga

secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat

selagi bayi tidur.

(3) Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal:

(a) Mengurangi jumlah ASI

(b) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak

perdarahan.
(c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat

bayi dan dirinya sendiri.

e) Aktivitas Seksual

Aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas harus memenuhi

syarat sebagai berikut:

(1) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu-satu dua

jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri, maka ibu aman untuk

memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

(2) Banyak budaya tang mempunyai tradisi menunda hubungan suami

istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6

minggu setelah persalinan.

f) Latihan dan Senam Nifas

Setelah persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh

wanita. Involusi ini sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan.

Sebagai akibat kehamilan dinding perut menjadi lembek dan lemas

disertai adanya striae gravidarum yang membuat keindahan tubuh

sangat terganggu.. cara mengembalikan bentuk tubuh agar menjadi

indah dan langsing seperti semula adalah dengan melakukan latihan dn

senam nifas. Sebelum itu harus di beri penjelasan terlebih dahulu.

(1) Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul agar kembali

normal, karena hal ini akan membuat ibu merasa lebih kuat dan ini
juga menjadikan otot perutnya menjadi kuat, sehingga mengurangi

rasa sakit pada punggung.

(2) Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat

membantu.

(a) Sengan tidur terlentang dan lengan disampingm tarik otot perut

selagi menarik nafas, tahan nafas dalam, angkat dagu ke dada,

tahan mulai hitungan 1 sampai 5. Rileks dan ulang sebanyak

10 kali.

(b) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul

lakukanlah latihan kegel.

(3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot bokong dang

panggul, tahan sampai 5 hitungan. Rileksasi otot dan ulangi latihan

sebanyak 5 kali.

(4) Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap

minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu

ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan

sebanyak 30 kali.

E. Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda bahaya nifas yaitu adanya tanda-tanda yang mengganggu sampai

membahayakan keadaan ibu yang terjadi pada masa nifas.Tanda-tanda bahaya

postpartum :

a. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, ada gangguan penglihatan
b. Pembengkakan pada muka dan tangan

c. Demam, pengeluaran dari vagina yang berbau busuk, perdarahan yang

banyak secara tiba-tiba

d. Terasa nyeri pada bagian bawah perut atau punggung.

e. Payudara terasa berat, sakit, bengkak, merah, panas dan putting pecah-

pecah/lecet

f. Adanya kesulitan menyusui bayinya

g. Terasa sakit atau panas pada saat buang air kecil (kencing)

h. Sulit untuk buang air besar, wasir

i. Kaki terasa sakit, merah, lembek, bengkak dan mengkilat

j. Nafsu makan hilang dengan waktu yang lama

k. Merasa sangat lelah, nafas sampai terengah-engah

l. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya.

F. Asuhan Kunjungan Masa Nifas Normal

a. Kunjungan I (KF I) 6 jam-3 hari setelah persalinan, Sampaikan hasil

pemeriksaan dan berikan pendidikan kesehatan sesuai kebutuhan, seperti:

1) Jelaskan mengenai cara mencegah perdarahan dengan massase uterus,

tidak menahan BAK, melakukan IMD.

2) Jelaskan mengani cara merawat kebersihan jalan lahir.

3) Jelaskan mengenai kebutuhan mobilisasi dini selanjutnya senam nifas

4) Jelaskan mengenai kebutuhan nutrisi, istirahat, eliminasi, pemberian

ASI eksklusif dan teknik menyusui


5) Jelaskan tentang cara perawatan bayi baru lahir termasuk perawatan

tali pusat, cara mencegah hipotermia

6) Jelaskan tentang tanda bahaya masa nifas meliputi : perdarahan hebat,

mengeluarkan gumpalan darah, pusing, lemas yang berlebihan,

demam, nyeri perut, pengeluaran lochia berbau, kejang-kejang.

b. Kunjungan II (KF2) 4-28 hari setelah persalinan, sama dengan KF 1

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada

bau

2) Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan

istirahat

3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda penyulit serta jelaskan cara menyusui yang benar untuk

mencegah putting susu lecet, dan mastitis serta infeksi nifas lainnya.

4) Jelaskan mengenai kebutuhan alat kontrasepsi

c. Kunjungan III (KF 3) 29-42 hari setelah persalinan

1) Mengkaji tentang kemungkinan penyulit pada ibu

2) Berikan konseling tentang kebutuhan seksual pada ibu nifas

3) sMemberi konseling keluarga berencana (KB) secara dini

4) Jelaskan tentang kesehatan bayi dan kebutuhan imunisasi (BCG dan

Polio 1)

D. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


1. Definisi Bayi Baru Lahir

Menurut Rudolph, 2015 Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari

pertama kehidupan. Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 1

tahun /tidak ada batasan yang pasti, pada masa ini manusia sangat lucu dan

menggemaskan. Tetapi juga rentan terhadap kematian. Kematian bayi dibagi

menjadi 2, kematian neonatal (kematian di 27 hari) pertama hidup dan post

neonatal (setelah 27 hari) (Mutmainnah et al., 2017)

Asuhan pada bayi baru lahir yaitu asuhan yang diberikan pada bayi

tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Tujuannya adalah untuk

menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu terlaksananya pernafasan

spontan serta mencegah hipotermi pada detik-detik pertama.

Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Berat badan : 2500 – 4000 gram

b. Panjang badan : 48 – 52 cm

c. Lingkar dada : 30 – 38 cm

d. Lingkar kepala : 33 – 35 cm

e. Denyut jantung pertama 180 x/menit turun 120 x/menit.

f. Bernafas 80 x/menit turun 40 x/menit.

g. Kulit kemerahan dan licin.

h. Rambut lanugo tidak terlihat banyak.

i. Kuku agak panjang dan lembek.

j. Genetalia:
1) Labia mayora menutupi labia minora pada bayi perempuan.

2) Testis sudah pada skrotum pada bayi laki-laki.

k. Reflek hisap dan menelan, reflek moro, gerak reflek sudah baik.

l. Eliminasi baik urine dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama

mekonium berwarna hitam kecoklatan.

2. Reflek-reflek fisiologis

a. refleks glabela

Ketukan halus pada dahi antara 2 alis mata yang menyebabkan mata

menutup dengan rapat.

b. refleks moro

Kejutan atau perubahan tiba-tiba dlam ekuilibrium yang menyebabkan

ekstensi dan abduksi ekstremitas yang tiba-tiba.

c. refleks sucking

ketika bagian atas atau langit-langit mulut bayi disentuh , bayi akan mulai

menghisap.

d. refleks rooting

Menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan

bayi mengarahkan kepala ke sisi tersebut dan mulai menghisap. Refleks

ini harus hilang pada usia kira-kira 3-4 bulan.

e. refleks swallowing

muncul ketika benda-benda yang dimasukan kedalam mulut, seperti

puting susu ibu dan bayi akan berusaha menghisap lalu menelan.
f. grafing refleks

refleks menggenggam pada bayi muncul ketika menyentuh telapak tangan

bayi, bayi akan menutup jari-jarinya seperti gerakan menggenggam.

g. refleks babinski

refleks ini muncul ketika menggaruk telapak kaki bayi, jempol bayi akan

mengarah keatas dan jari-jari yang lainnya akan terbuka

3. Perubahan-perubahan yang terjadi setelah lahir

a. Perubahan Metabolisme Karbohidrat

Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama

sesudah lahir, diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga kadar

gula darah dapat mencapai 120 mg/100 mg.

b. Perubahan Suhu Tubuh

Segera setelah lahir, bayi akan berada di tempat yang suhu

lingkungannya lebih rendah dari lingkungan dalam lahir. Suhu tubuh

normal neonatus yaitu 36,5ºC-37,5ºC. Bila bayi dibiarkan dalam suhu

kamar (25ºC) maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi

(penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak 200

kalori/kgBB/menit,sedangkan pembentukan panas yang dapat diproduksi

hanya persepuluh dari jumlah kehilangan panas di atas, dalam waktu 15

menit. Keadaan ini sangat berbahaya untuk neonatus, terlebih bagi BBLR,

bayi dapat mengalami asfiksia karena tidak sanggup mengimbangi

penurunan suhu tersebut dengan produksi panas yang dibuat sendiri


c. Perubahan Sistem Pernafasan

Pernafasan normal pada neonatus pertama kali bernafas 30 detik

sesudah kelahiran. Pernafasan ini terjadi sebagai adanya aktivitas normal

dari susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa

rangsangan lainnya.Misalnya tekanan mekanis pada toraks sewaktu

melalui jalan lahir.Penurunan tekanan O2 dan kenaikan CO2 pada paru-

paru merangsang kemoreseptor yang terletak pada sinus karotis sehingga

bayi bernafas, rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang

permulaan gerakan pernafasan.

d. Perubahan Sistem Sirkulasi

Dengan berkembangnya paru-paru tekanan O2 di dalam alveoli

meningkat dan tekanan karbondioksida menurun, hal ini mengakibatkan

aliran darah ke paru-paru meningkat, akhirnya darah dari arteria

pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup.

Dengan terpotongnya tali pusat, arteri dan vena umbilikalis menciut,

aliran darah dari placenta melalui vena cava superior dan foramen ovale

ke atrium kiri terhenti, paru-paru mulai berfungsi.

Dengan masuknya darah dari paru-paru ke dalam atrium kiri, tekanan

atrium kiri menjadi lebih tinggi daripada tekanan atrium kanan,hal ini

menyebabkan foramen menutup, sirkulasi jarum berubah menjadi sirkulasi

bayi yang hidup di luar badan ibu.

e. Keadaan klinik bayi normal segera sesudah lahir


Bunyi jantung pada menit-menit pertama kira-kira 180x/menit yang

kemudian turun sampai 140/menit, 120/menit pada waktu bayi berumur 30

menit. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama (kira-kira 80x/menit)

disertai dengan pernafasan cuping hidung, retraksi supra sternal dan

interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit. Bayi yang sehat

tampak kemerahan, aktif, tonus otot baik, menangis keras, minum baik,

suhu 36,30C-370C (Manuaba, 2007).

Dalam dua minggu pertama, berat bayi mungkin turun dahulu baru

kemudian naik lagi dan pada usia 2 minggu umumnya telah mencapai

berat lahirnya. Penurunan berat badan maksimal untuk bayi baru lahir

cukup bulan maksimal 10%, untuk bayi kurang bulan maksimal 15%

(Kemenkes, 2010).

4. Penilaian klinik bayi baru lahir

Hal-hal yang dilakukan pada bayi baru lahir adalah:

a. Penilaian awal bayi baru lahir

Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir secara tepat dan

cepat (0-30 detik). Nilai kondisi bayi baru lahir dengan

mempertimbangkan hal-hal berikut :

1) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan.

2) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau dalam keadaan lemas.

3) Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat atau biru.


b. Membersihkan jalan nafas

Bayi normal akan segera menangis spontan segera setelah lahir.

Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan

jalan nafas.

c. Memotong tali pusat

Tali pusat dipotong 2 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril

dan diikat dengan pengikat steril. Sebelum memotong tali pusat, pastikan

tali pusat diklem dengan baik, untuk mencegah terjadinya perdarahan.

d. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya

tetap hangat. Bayi baru lahir harus diselemuti sama kain bersih, lembut

dan hangat untuk mencegah hipotermi pada bayi.

e. Memberikan vitamin K

Untuk mencegah terjadinya pendarahan karena difisiensi vitamin K

pada bayi baru lahir normal atau cukup bulan

f. Memberikan obat tetes atau salep mata

Perawatan mata bayi baru lahir diharuskan untuk mencegah penyakit

mata oftalmia neonatorum (penyakit menular seksual) yang terdiri dari

pemberian tetes mata profilaktik (larutan/salep eritromisin 0,5% atau

tetrasiklin 1%) dan harus dikerjakan setelah bayi selesai perawatan tali

pusat atau dalam waktu 1 jam setelah kelahiran.


5. Pemantauan bayi baru lahir

Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi

normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang

memerlukan perhatian dari semua pihak.

Pemantauan bayi baru lahir dilakukan pada :

a. Dua jam pertama sesudah lahir

Hal-hal yang dinilai pada waktu pemantauan bayi pada jam pertama

sesudah bayi lahir meliputi kemampuan menghisap kuat atau lemah, bayi

tampak lebih aktif atau lunglai, bayi kemerahan atau biru.

b. Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya.

Yang perlu dipantau pada bayi baru lahir adalah suhu badan dan

lingkungan, tanda-tanda vital, berat badan, mandi dan perawatan kulit,

pakaian serta perawatan tali pusat.

6. Pemberian ASI

Pemberian ASI dipercepat segera setelah lahir diisapkan pada puting

susu ibu dengan keuntungan yaitu rangsangan puting susu ibu memberikan

reflek pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofise, sehingga pelepasan

plasenta akan dapat dipercepat dan kepuasan serta kesejahteraan ibu dan janin

selama periode kehamilan.

7. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Menurut (Kemenkes RI 2010) Pelayanan kesehatan neonatus adalah

pelayanan kesehatan sesuai standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan


kepada neonatus sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari

setelah lahir baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :

2.9 Tabel Jadwal Kunjungan Neonatus

Kunjungan Usia Tujuan


Neonatus

KN 1 6 jam-48 jam 1. Melanjutkan pengamatan terhadap pernafasan, warna,


aktivitas, suhu.
2. Melakukan pemeriksan fisik yang lebih lengkap.
3. Melakukan penyuntikkan Vitamin K dan Hb Neo
4. Melakukan pemberian salep mata
5. Setelah 6 jam jika bayi cukup hangat (36,5 oC),
mandikan bayi dan lakukan perawatan tali pusat.
6. Memberitahukan kepada ibu mengenai tanda-tanda
bahaya pada bayi baru lahir.
7. Mengajarkan kepada orang tua mengenai perawatan
bayi baru lahir.
KN 2 3-7 hari 1. Menanyakan mengenai keadaan kesehatan bayi
2. Menanyakan masalah-masalah dalam proses menyusui
3. Mengamati cara ibu berinteraksi dengan bayinya
4. Mengamati perkembangan dan perumbuhsn bayi
5. Melakukan pemeriksaan bayi
6. Menjelaskan pertanyaan yang diajukan ibu.
KN 3 8-28 hari 1. Menanyakan mengenai keadaan kesehatan bayi
2. Menanyakan masalah-masalah dalam proses menyusui
3. Mengamati cara ibu berinteraksi dengan bayinya
4. Mengamati perkembangan dan pertumbuhan bayi
5. Melakukan pemeriksaan bayi
6. Menjelaskan pertanyaan yang diajukan ibu
7. Merujuk bayi bila timbul masalah
8. Memberikan imunisasi sesuai jadwalnya.
(kementrian kesehatan republik, 2017)

E. KONSEP KELUARGA BERENCANA


1. Pengertian KB
Menurut Undang – Undang Nomor 10 tahun 1992, Keluarga Berencana (KB)
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga
kecil, bahagia dan sejahtera.
2. Tujuan KB
Menurut (Handayani, 2013) Program keluarga berencana merupakan salah satu
strategi untuk mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu melalui:
a. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan.
b. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama kehamilan,
persainan dan nifas.
c. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan yang
mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan, dan nifas.
Peranan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan, unsafe abortion dan komplikasi yang pada akhirnya dapat mencegah
kematian ibu. Selain itu, Keluarga Berencana merupakan hal yang sangat strategis
untuk mencegah kehamilan “Empat Terlalu” terlalu muda, terlalu tua, teralu sering
dan terlalu banyak. (Kemenkes RI, 2014).
3. Alat kontrasepsi suntik 3 bulan
Menurut Montolalu pada penelitian yang dilakukan oleh (Bingan, 2019)
penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin juga berkaitan
dengan penurunan volume dan durasi ASI. Jika hanya mengandung progestin
maka tidak ada dampak terhadap volume ASI, sejalan dengan teori bahwa
hormone prolaktin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian depan otak
berfungsi untuk merangsang kelenjar produksi ASI.
Kontrasepsi suntik 3 bulan memiliki kandungan 150 mg Depo
Medroxyprogesteron Asetat (DMPA) atau Norethindrone enanthate (NET-EN).
Kedua bahan ini hanya mengandung efek progestin. Dengan cara pemberian
disuntikkan setiap 2-3 bulan, yang perlu diperhatikan adalah waktu progestin
ini disuntikkan pada ibu dalam bentuk depot konsentrasinya akan sangat tinggi
maka transmisinya ke bayi juga akan sedikit meningkat. Studi yang telah
dilaksanakan tidak menunjukkan adanya efek negatif pada bayi yang menyusui
dari ibu yang mendapat suntikan. Cara ini dianjurkan sebagai alat KB pada
ibu yang sedang menyusui. Bagi ibu yang dalam masa menyusui, tidak
dianjurkan menggunakan kontrasepsi suntik yang memiliki kandungan estrogen
atau estradinol sipionat karena hal ini dapat menurunkan jumlah produksi ASI,
sehingga menghambat kelancaran pengeluran ASI selama masa laktasi. Kadar
estrogen yang tinggi pada kontrasepsi dapat menekan FSH, sehingga
merangsang lobus anterior hipofise untuk mengeluarkan luteinising hormone.
Produksi luteinising hormone, maka dapat menyebabkan hipotalamus untuk
melepas faktor penghambat prolaktin (PIF) yang dianggap sebagai dopamin.
Dopamin ini dapat menurunkan sekresi prolaktin sampai sepuluh kali lipat.
Bila sekresi prolaktin dihambat, maka sel-sel alveoli pada payudara tidak
akan memproduksi air susu. Dengan tidak memproduksi air susu, maka
pengeluaran ASI juga terhambat. Kontrasepsi yang tidak mempengaruhi
produksi dan pengeluaran ASI antara lain, metode kontrasepsi non hormonal
dan metode hormonal yang hanya mengandung progesteron.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL CARE PADA NY. R

24 TAHUN G2P1A0 HAMIL 38-39 MINGGU FISIOLOGIS

Tanggal pengkajian : 16 Maret 2021

Jam : 16.30 WIB

Pengkaji : Risa Rahmah

Tempat pengkajian : PMB Delis Iswati, Am.Keb

I. DATA SUBJEKTIF

A. Identitas

Nama Istri : Ny. R Nama Suami : Tn. C

Umur : 24 tahun Umur : 25 tahun

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh

Agama : Islam Agama : Islam

Gol. Darah :A Gol. Darah :O

Alamat : Pasanggrahan RT/RW 02/09 Kecamatan Indihiang, Kota

Tasikmalaya

B. Keluhan utama/alasan kunjungan

Ibu mengeluh nyeri dan pegal-pegal pada punggung serta ingin memeriksakan

kehamilannya.
C. Riwayat Obstetri

1. Riwayat Menstruasi

Ibu pertama kali haid pada umur 13tahun. Siklus haid 28 hari, lama haid 7

hari, banyaknya darah haid 2-3 kali ganti pembalut/hari, terkadang suka

ada rasa nyeri saat haid . HPHT 19-06-2020. TP 26-03-2021.

2. Riwayat Kehamilan sekarang

Ini merupakan kehamilan keduanya. Pemeriksaan pertama kali dibidan.

Perkiraan usia kehamilan menurut ibu 9 bulan. ANC selama kehamilan 9

kali. Imunisasi TT 2 kali. Gerakan janin mulai dirasakan saat usia

kehamilan 4 bulan lebih. Obat/vitamin yang sudah didapat, Fe 80 tablet,

asam folat dan kalsium selama kehamilan. dan tidak ada kekhawatiran

yang di alami ibu sekarang.

3. Riwayat Perkawinan

Ini merupakan perkawinan pertamanya. Lama perkawinan 2 tahun. Usia

ibu saat menikah 23 tahun. Usia suami saat menikah 24 tahun.

4. Riwayat Kesehatan

Ibu tidak pernah menderita penyakit menular, tidak pernah menderita

penyakit berat, tidak pernah menderita penyakit keturunan dan tidak

mempunyai riwayat alergi.

5. Riwayat Ginekologi

Ibu tidak pernah mengalami bedah ginekologi dan tidak mempunyai

riwayat penyakit yang berhubungan dengan reproduksi


6. Gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan

Ibu tidak pernah mengonsumsi rokok, tidak mengonsumsi obat-obatan

terlarang, tidak mengonsumsi jamu dan tidak mengonsumsi alkohol.

7. Riwayat KB

Ibu tidak pernah memakai alat kontrasepsi sebelum kehamilan ini.

8. Rencana persalinan

Ibu berencana bersalin di Praktek Mandiri Bidan (PMB) dan ditolong oleh

Bidan, transfortasi nya sudah dipersiapkan, perlengkapan ibu dan bayi

sudah dipersiapkan, biaya sudah dipersiapkan dan pendonor darah masih

disiapkan.

9. Riwayat psikososial

Ini merupakan kehamilan yang diinginkan ibu, sudah direncanakan dan

dinantikan oleh suami dan keluarga. Serta selalu mendapat dukungan dari

suami dan keluarga.

10. Riwayat pola kebiasaan

Makan frekuensi 3 kali/hari, menu nasi, lauk pauk, sayur. Minum

frekuensi 10 gelas air putih/hari. Eliminasi frekuensi BAK 8-9 kali / hari,

warna urin jernih. Frekuensi BAB 1 kali / hari, warna kuning konsistensi

lembek. Istirahat malam 7-8 jam, siang 1 jam. Aktivitas hanya di rumah

melakukan pekerjaan rumah tangga seperti mencuci, menyapu dan lain-

lain. Pola hubungan seksual semenjak usia kehamilan 9 bulan ibu tidak

melakukan hubungan intim. Personal hygine frekuensi mandi 2kali/hari,


sikat gigi 2x/hari, keramas 2x/minggu, ganti baju 1x/2hari, ganti celana

dalam 2x/hari.

II. DATA OBJEKTIF

A. Keadaan umum

Kesadaran : composmentis

Keadaan emosional : stabil

B. Antropometri

TB : 150 cm

BB sekarang : 70 kg

BB sebelum hamil : 61 kg

Kenaikan BB setelah hamil : 9 kg

IMT : 31,1 kg/m2 ( Obese)

LILA : 29 cm

C. Tanda -tanda vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 79 kali/menit

Suhu : 36,5°C Pernapasan : 20 kali/menit

D. Pemeriksaan fisik

1. Kepala

Rambut lurus, warna rambut hitam, kulit kepala bersih tidak ada nyeri

dan benjolan, tekstur rambut lembut


2. Wajah

Alis mata simetris, tidak ada oedema, warna kulit sawo matang tidak

ada nyeri saat saat dahi dan pipi ditekan

3. Mata

Kedua mata simetris, tidak juling, respon mata baik, konjungtiva

berwarna merah muda, sklera warna putih, pupil mengecil

4. Hidung

Rongga hidung simetris dan tidak ada kotoran, tidak ada nyeri saat di

tekan dan tidak ada yang menghalangi jalan nafas

5. Mulut

Bibir tidak ada kelainan, tidak kering, warna merah, gigi ada yang

berlubang, warna nya putih, tidak ada caries, tidak ada radang pada

gusi

6. Leher

Tidak ada benjolan, warna kulit sawo matang, tidak ada nyeri saat

kelenjar tiroid di tekan dan tidak ada pembengkakan kelenjar getah

bening

7. Dada

Kiri kanan simetris, warna kulit sawo matang, tidak ada mengik

8. Payudara

Kiri kanan simetris, puting menonjol, tidak ada luka bekas operasi,

tidak ada benjolan, kolostrum sudah ada


9. Abdomen

Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra dan streetchmark

TFU mc donald : 31 cm

TBBJ : (TFU - 11) x 155 = (31-11) x 155 = 3.100gram

(TFU - 11) x 135 = (31-11) x 135 = 2.700gram

Leopold 1 : TFU 3 jari dibawah processus xypoideus, difundus

teraba bagian bulat lunak tidak melenting yaitu sensasi bokong janin

Leopold 2 : dibagian perut kanan ibu teraba bagian terkecil janin

di bagian perut kiri ibu teraba bagian keras memanjang ada tahanan

yaitu punggung janin

Leopold 3 : dibagian bawah perut ibu teraba bagian bulat keras

melenting, yaitu presentasi kepala, dan sudah masuk PAP.

Leopold 4 : Konvergent 4/5 Bagian

DJJ : 144x/menit

10. Ekstremitas atas

Kedua tangan simetris, tidak ada benjolan, oedema (-/-), Kuku jari

tidak pucat

11. Ekstremitas bawah

Kedua kaki simetris, tidak ada benjolan, oedema (-/-), tidak ada

varises, kuku jari tidak pucat, reflek patella (+/+)

E. Pemeriksaan penunjang

a. HB : 12 gr/dL
b. Protein urin : negatif (-)

c. Glukosa urin : negatif (-)

III. ANALISA DATA

G2P1A0 hamil 38-39 minggu fisiologis

IV. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dan janin dalam

keadaan baik dengan letak normal dan kepala janin sudah masuk panggul

ibu. ( ibu mnegerti)

2. Memberitahukan usia kehamilan ibu sekarang 38 minggu lebih 2 hari, dan

taksiran persalinannya tanggal 26 maret 2021. (ibu mengerti dan

mengetahui)

3. Memfasilitasi pendidikan kesehatan tentang:

a. Nutrisi, bahwa ibu harus memakan makanan yang gizi nya seimbang,

dan mengatur pola makan nya, jangan makan berlebihan, jangan

memakan makanan yang banyak mengandung lemak jenuh dan santan.

Perbanyak memakan buah dan sayur (ibu mengerti dan bersedia

melaksanakan)

b. Istirahat, saat ibu berbaring berbaringlah dalam keadaan miring kearah

kiri dengan mengepit bantal dintara dua kaki untuk menghindari

terjadinya bengkak (ibu mengerti dan bersedia melaksanakan)

c. Ketidaknyamanan pada ibu hamil, bahwa sering kencing dan nyeri

pinggang pada saat ini bersifat normal, untuk mengatasi


ketidaknyamanan pada saat ibu nyeri pinggung yaitu dengan menjaga

posisi tubuhnya dengan menganjurkan posisi ibu saat mengangkat

beban atau mau berdiri dengan melakukan posisi kaki kuda-kuda, kaki

kanan didepan dan kiri sedikit kebelakang, pegang beban dan berdiri

secara perlahan. (ibu mengerti dan bersedia melaksanakan)

d. Persiapan persalinan dan persiapan kegawatdaruratan

4. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi tablet tambah darah 1x1 (ibu

bersedia).

5. Memfasilitasi KIE kepada ibu tentang tanda bahaya persalinan dan tanda-

tanda persalinan seperti ibu ingin mengedan, ada mules yang teratur,

keluar cairan campur darah, ibu harus segera pergi ke bidan (Ibu mengerti)

6. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu kedepan atau apabila sudah

terdapat tanda-tanda persalinan (Ibu mengerti dan akan melaksanakan)


ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL CARE PADA NY. R 24 TAHUN

G2 P1A0 HAMIL 38-39 MINGGU INPARTU KALA 1 FASE AKTIF

Tanggal pengkajian : 24 Maret 2021

Jam : 09.00 WIB

Pengkaji : Risa Rahmah

Tempat pengkajian : PMB Delis Iswati, Am.Keb

I. DATA SUBJEKTIF

Ibu mengeluh mules-mules sejak kemarin jam 12.00 WIB. Sudah keluar lendir

campur darah. Belum keluar air-air terasa ada tekanan pada perut bagian bawah.

II. DATA OBJEKTIF

A. Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

B. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah : 110/70 mmHg Pernafasan : 20x/menit

Nadi : 79x/menit Suhu : 36,50C

C. Pemeriksaan Fisik

1. Mata

Kedua mata simetris, tidak juling, respon mata baik, konjungtiva

berwarna merah muda, sklera warna putih, pupil mengecil

2. Payudara

Kanan dan kiri simetris, puting menonjol, tidak ada luka bekas operasi,

tidak ada benjolan, kolostrum sudah ada


3. Abdomen

Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra dan streechmark

TFU mc donald : 31 cm

Leopold 1: TFU pertengahan antara processus xypoideus dan pusat,

difundus teraba bagian bulat lunak tidak melenting yaitu sensasi bokong

janin

Leopold 2: di bagian perut kanan ibu teraba bagian terkecil janin di

bagian perut kiri ibu teraba bagian keras memanjang ada tahanan yaitu

sensasi punggung janin

Leopold 3: dibagian bawah perut ibu teraba bagian bulat keras melenting,

yaitu presentasi kepala dan sudah masuk PAP

Leopold 4: Divergen 3/5 Bagian

His : 4x10’50”

Kandung kemih : tidak penuh

DJJ : 148x/menit

4. Vulva / vagina dan anus

Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tebal lembek, pembukaan 4-5cm,

ketuban belum pecah (+), presentasi belakang kepala, posisi UUK kanan

anterior, tidak ada moulage, penurunan kepala Hodge II . Pada anus tidak

terdapat haemoroid.

III. ANALISA DATA

G2P1A0 hamil 38-39 minggu inpartu kala I fase aktif fisiologis


IV. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan (ibu

mengerti)

2. Memfasilitasi ibu tentang :

a. Mobilisasi : miring kiri dan kanan, jalan-jalan kecil, dan lain-lain

b. Teknik relaksasi ketika ada his

c. Kebutuhan ibu dan bayi (pakaian, kain bersih, dan lain-lain)

d. Nutrisi dan cairan

e. Eliminasi, pengosongan kandung kemih untuk kemajuan persalinan

f. Posisi meneran dalam persalinan

3. Memonitoring kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf

4. Persiapan pertolongan persalinan :

a. Tempat asuhan bayi baru lahir

b. Tempat resusitasi

c. Perlengkapan, bahan dan obat essensial

KALA II JAM 11.30 WIB

S : Ibu merasakan mules semakin sering dan adanya dorongan meneran

O : keadaan umum sakit sedang, kesadaran composmentis, keadaan emosional stabil,

TD:110/80mmHg, N 80 kali/menit, R 22 kali/menit, S 36,6°C, His kuat 5x10’50” ,

DJJ 150 kali/menit.


Vt : vulva vagina tidak ada kelainan, portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban

belum pecah (+), presentasi kepala UUK kanan anterior, tidak ada moulage,

penurunan kepala H IV, perlimaan 1/5.

A : G2P1A0 Hamil 38-39 minggu inpartu kala II fisiologis

P:

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan (ibu

mengerti)

2. Mempersiapkan alat dan mendekatkannya.

3. Mempersiapkan diri untuk menolong persalinan. (memakai APD)

4. Memimpin ibu untuk mengedan saat ada kontraksi.

5. Memberi pujian jika ibu dapat meneran dengan baik

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat di sela-sela kontraksi, periksa DJJ.

7. Memenuhi kebutuhan makan dan minum saat tidak ada kontraksi (ibu

bersedia)

8. Meminta keluarga untuk membantu ibu dan memberikan dukungan kepada

ibu( keluarga mengerti)

9. Membantu ibu mengatur posisi senyaman mungkin, ibu merasa terbantu.

10. Melakukan asuhan persalinan normal 60 langkah.


Pukul 12.07 WIB

Bayi lahir spontan, menangis kuat, tonus otot kuat, warna kulit kemerahan, jenis

kelamin perempuan, bayi di rangsang taktil sambil di keringkan.

KALA III JAM 12.15 WIB

S : Ibu mengatakan senang bayinya telah lahir dan ibu sedikit lelah juga masih

merasakan mules.

O : keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, palpasi tidak ada janin kedua,

TFU sepusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih tidak penuh dan adanya tanda-

tanda pelepasan plasenta.

A : P2A0 inpartu kala III fisiologis

P:

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan (Ibu mengerti)

2. Memastikan kandung kemih kosong

3. Melakukan manajemen aktif kala III

4. Memberitahu ibu akan disuntik

5. Menyuntikan oxytocin 10 unit IM di 1/3 paha atas

6. Melakukan Pemotongan tali pusat, bayi langsung IMD

7. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT)

8. Plasenta lahir jam 23.55 WIB, mengecek kelengkapan plasenta, hasilnya

plasenta lengkap
KALA IV 12.45

S : Ibu merasa lemas dan ngilu

O : Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, TFU 1 jari dibawah pusat,

Kontraksi uterus baik, kandung kemih tidak penuh, perdarahan sedang. Terdapat

laserasi di mukosa vagina, kulit perineum dan otot perineum (laserasi perineum

derajat II)

A : P2A0 inpartu kala IV fisiologis.

P:

1. Melakukan massase uterus selama 15 detik.

2. Terdapat laserasi di mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot

perineum, dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur.

3. Menilai perdarahan dan evaluasi laserasi pada perineum.

4. Memeriksa tanda-tanda vital

5. Mengajarkan keluarga cara melakukan masase uterus

6. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT dan bantu memakai pakaian

kembali

7. Dekontaminasi alat dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

8. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.

9. Membaritahu ibu untuk melakukan mobilisasi setelah 2 jam post partum.


10. Melakukan pemantauan kala IV setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap

30 menit pada jam ke 2, hasil terlampir di partograf.


ASUHAN KEBIDANAN POST NATAL CARE PADA NY.R

24 TAHUN P2A0 POST PARTUM 6 JAM FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 24 Maret 2021

Waktu Pengkajian : 19.00 WIB

Pengkaji : Risa Rahmah

Tempat Pengkajian : PMB Delis Iswati Am.Keb

I. DATA SUBJEKTIF

Ibu merasa sedikit lemas, masih terasa mules, ibu belum bisa menyusui bayinya.

II. DATA OBJEKTIF

A. Keadaan umum : Baik.

Kesadaran : Composmentis.

B. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 110/70 mmHg Respirasi : 20x/menit

Nadi : 79x/menit Suhu : 36,5 oC

C. Pemeriksaan fisik

1. Mata

Kedua mata simetris, tidak juling, respon mata baik, konjungtiva berwarna

merah muda, sklera warna putih, pupil mengecil


2. Payudara

Kedua payudara simetris, puting menonjol, tidak ada luka bekas operasi,

tidak ada benjolan abnormal, kolostrum sudah ada

3. Abdomen

Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra dan streetchmark

TFU 2jari di bawah pusat, kandung kemih tidak penuh, kontraksi baik

4. Ekstremitas atas

Kedua tangan simetris, tidak ada benjolan, oedema (-/-), Kuku jari tidak

pucat

5. Ekstremitas bawah

Kedua kaki simetris, tidak ada benjolan, oedema (-/-), tidak ada varises,

kuku jari tidak pucat, reflek patella (+/+), tanda human (-/-)

6. Anogenital

Vulva vagina tidak ada kelainan, pendarahan normal, luka jahitan di

perineum baik, anus tidak ada hemoroid

III. ANALISA DATA

P2A0 post partum 6 jam Fisiologis.

IV. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan (ibu

mengerti)

2. Memeriksa Tanda-tanda Vital, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan

perdarahan (hasilnya baik).


3. Memfasilitasi pendidikan kesehatan tentang :

a. Cara mencegah perdarahan dengan masase uterus (ibu mengerti)

b. Nutrisi dan cairan, konsumsi makanan tinggi protein (ibu mengerti)

c. Istirahat yang cukup

d. Mobilisasi dini

e. Eliminasi, dianjurkan untuk BAB pada 24 jam pertama dan selalu

mengosongkan kandung kemih (ibu mengerti)

f. Personal hygiene, terutama merawat kebersihan jalan lahir

g. Tanda bahaya nifas, seperti adanya pendarahan, keluar cairan berbau

dari jalan lahir, demam disertai kejang, payudara bengkak serta

bernanah dan ibu terlihat depresi (ibu mengerti)

h. ASI Eksklusif, bahwa pemberian ASI ekslusif pada bayi setiap 2 jam

sekali (ibu mengerti)

i. Teknik menyusui (ibu mengerti)

j.
ASUHAN KEBIDANAN POST NATAL CARE PADA NY.R

24 TAHUN P2A0 POST PARTUM 7 HARI FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 03 April 2021

Waktu Pengkajian : 08.00 WIB

Pengkaji : Risa Rahmah

Tempat Pengkajian : Rumah Klien

I. DATA SUBJEKTIF

Ibu tidak mengeluh apapun, sudah bisa BAK dan BAB, ASI lancar.

II. DATA OBJEKTIF

A. Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

B. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 110/70 mmHg Pernafasan : 21x/menit

Nadi : 80x/menit Suhu : 36,80C

C. Pemeriksaan Fisik

1. Wajah

Alis mata simetris, tidak ada oedema, warna kulit sawo matang, tidak ada

nyeri saat saat dahi dan pipi ditekan


2. Mata

Kedua mata simetris, tidak juling, respon mata baik, konjungtiva

berwarna merah muda, sklera warna putih, pupil mengecil

3. Payudara

Kedua payudara simetris, puting menonjol, tidak ada luka bekas operasi,

tidak ada benjolan abnormal, ASI sudah ada

4. Abdomen

Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra dan streetchmark.

TFU pertengahan antara pusat dan simpisis, kandung kemih tidak penuh,

kontraksi baik

5. Ekstremitas atas

Kedua tangan simetris, tidak ada benjolan, oedema (-/-), kuku jari tidak

pucat

6. Ekstremitas bawah

Kedua kaki simetris, tidak ada benjolan, oedema (-/-), tidak ada varises,

kuku jari tidak pucat, reflek patella (+/+) , tanda human (-/-)

7. Anogenital

Vulva vagina bersih, lochea sanguinolenta, luka jahitan di perineum baik

dan tidak terlihat tanda-tanda infeksi. Anus tidak ada hemoroid

III. ANALISA DATA

P2A0 post partum 7 hari fisiologis


IV. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan (ibu

mengerti)

2. Memastikan involusi uterus berjalan normal

3. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup (sempatkan tidur siang

ketika bayi tidur)

4. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi selama nifas

5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-

tanda penyulit

6. Mengevaluasi tanda bahaya nifas, hasilnya tidak ada kelainan

7. Memfasilitasi konseling mengenai kebutuhan alat kontrasepsi (ibu

mengerti)

8. Mengajarkan senam nifas


ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

USIA 6 JAM FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 24 Maret 2021

Waktu Pengkajian : 17.00WIB

Pengkaji : Risa Rahmah

Tempat Pengkajian : PMB Delis Iswati Am.Keb

I. DATA SUBJEKTIF

A. Identitas

Nama Bayi : By. Ny. R

Nama orangtua : Ny. R dan Tn. C

Usia : 6 jam

Tempat/Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 24 Maret 2021

Jenis Kelamin : Laki-laki

Anak ke : Dua

B. Keluhan Utama

Bayinya tidak ada keluhan

II. DATA OBJEKTIF

A. Keadaan umum : baik

Tonus otot : aktif


Menangis : kuat

Warna kulit : kemerahan

B. Tanda-tanda Vital

Denyut jantung : 143x/menit

Pernafasan : 46x/menit

Suhu : 37,0ᵒC

C. Antropometri

Berat badan : 3100 gram Lingkar kepala : 31 cm

Panjang badan : 50 cm Lingkar dada :

31 cm

D. Pemeriksaan fisik

1. Kepala : Simetris, tidak ada cepal haematoma.

2. Sutura : Normal, tidak melebar, tidak ada moulage

3. Fontanel : Normal, tidak cekung, tidak cembung

4. Mata : Tidak ada tanda – tanda infeksi

5. Kulit : Kemerahan

6. Telinga : Bentuk simetris, tulang telinga sudah keras

7. Hidung : Tidak ada polip dan lendir.

8. Mulut : Bibir normal, berwarna kemerahan.

9. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening dan

tyroid.
10. Dada : Bentuk simetris, areola sudah coklat, bunyi nafas

normal, bunyi jantung normal

11. Perut : Tampak tali pusat masih basah dan tidak berbau,

penonjolan tali pusat saat menangis tidak ada, perdarahan tali pusat

tidak ada

12. Punggung : Tidak ada kelainan

13. Genetalia :Tidak ada kelainan, labia minora tertutup labia

mayora, terdapat lubang uretra, lubang vagina dan lubang anus

14. Ekstremitas

Atas : Bentuk simetris, jari lengkap, pergerakan aktif

Bawah : Bentuk simetris, jari lengkap, pergerakan aktif

15. Refleks

Refleks Glabela : (+) Refleks Swallowing : (+)

Refleks Moro : (+) Refleks babynski : (+)

Refleks Rooting : (+) Refleks Grasping : (+)

Refleks Sucking : (+)

III. ANALISA DATA

Bayi baru lahir usia 6 jam fisiologis

IV. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan

kepada bayi (ibu mengerti)

2. Melakukan pemeriksaan fisik (sudah dilakukan)


3. Memandikan bayi dan Merawat tali pusat

4. Memberikan kenyamanan kepada bayi (mengganti popok saat BAK dan

BAB)

5. Menjaga kehangatan bayi agar tidak hipotermi, yaitu dengan menyelimuti

bayi dan dan menempatkan bayi ditempat yang hangat

6. Memberitahukan kepada ibu tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir

(ibu mengerti)

7. Memotivasi ibu untuk memberikan ASI Eksklusif sesering mungkin


ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

USIA 7 HARI FISIOLOGIS

Tanggal Pengkajian : 3 April 2021

Waktu Pengkajian : 08.30 WIB

Pengkaji : Risa Rahmah

Tempat Pengkajian : Rumah Klien

I. DATA SUBJEKTIF

Bayi nya sudah bisa menetek dengan baik dan kuat, BAK 3 kali dalam sehari,

BAB 2 kali dalam sehari konsistensi agak cair, mandi 1 kali dalam sehari di pagi

hari. Tali pusat sudah lepas 1 jam yang lalu. Dan bayi nya tidak ada keluhan

II. DATA OBJEKTIF

A. Antropometri

Berat Badan 3300 gram

B. Tanda-tanda Vital

Denyut Jantung : 145x/menit

Pernafasan : 52x/menit

Suhu : 36,50C

C. Pemeriksaan Fisik
Tonus otot : Aktif

Warna Kulit : Tidak ikterik

Sklera : Putih

Abdomen : Tali pusat sudah terlepas

III. ANALISA DATA

Bayi baru lahir usia 7 hari fisiologis

IV. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan

kepada bayi (Ibu mengerti)

2. Memberikan motivasi kepada ibu untuk memberikan ASI saja selama 6

bulan

3. Menyepakati kunjungan ulang 1 bulan setelah bayi lahir untuk pemberian

imunisasi BCG dan Polio 1


ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. R 24 TAHUN P2A0

DENGAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN

Tanggal pengkajian : 03 Mei 2021

Jam : 08.30 WIB

Pengkaji : Risa Rahmah

Tempat pengkajian : PMB Delis Iswati Am.Keb

I. DATA SUBJEKTIF

Ibu datang ke PMB bermaksud ingin menjarangkan kehamilannya karena anaknya

masih kecil dan berkeinginan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang tidak

menggangu pada kelancaran ASI karena ibu lagi menyusui anaknya.

II. DATA OBJEKTIF

A. Keadaan umum : Baik.

Kesadaran : Composmentis.

B. Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 110/70 mmHg Respirasi : 20x/menit

Nadi : 79x/menit Suhu : 36,5 oC

C. Pemeriksaan fisik

1. Wajah
Alis mata simetris, tidak ada oedema, warna kulit sawo matang, tidak ada

nyeri saat saat dahi dan pipi ditekan

2. Mata

Kedua mata simetris, tidak juling, respon mata baik, konjungtiva

berwarna merah muda, sklera warna putih, pupil mengecil

3. Payudara

Kedua payudara simetris, puting menonjol, tidak ada luka bekas operasi,

tidak ada benjolan abnormal, ASI sudah ada

4. Abdomen

Tidak ada luka bekas operasi, terdapat linea nigra dan streetchmark.

TFU sudah tidak teraba, kandung kemih tidak penuh

8. Ekstremitas atas

Kedua tangan simetris, tidak ada benjolan, oedema (-/-), kuku jari tidak

pucat

9. Ekstremitas bawah

Kedua kaki simetris, tidak ada benjolan, oedema (-/-), tidak ada varises,

kuku jari tidak pucat, reflek patella (+/+) , tanda human (-/-)

10. Anogenital

Vulva vagina tidak ada kelainan, lokea sudah tidak ada, tidak terdapat

tanda-tanda infeksi pada luka perineum, bersih dan sudah kering, juga

tidak terdapat haemoroid.

III. ANALISA DATA


Ny. R usia 24 tahun P2A0 dengan akseptor KB suntik 3 bulan

V. PENATALAKSANAAN

1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan diberikan (ibu

mengerti)

2. Memberikan informed choice seputar KB terutama KB untuk ibu yang

sedang menyusui

3. Memberikan KIE mengenai suntik 3 bulan tentang keuntungan dan

kerugian serta kapan bisa memulainya dan kapan harus kembali untuk

suntikan berikutnya

4. Melakukan informed concent sebelum melakukan tindakan , bahwasannya

ibu menyetujui dan menerima tindakan yang akan diberikan

5. Memberikan suntikan secara IM pada daerah bokong 1/3 SIAS

6. Memberitahu jadwal kunjungan ulang 3 bulan kedepan


BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. R di PMB.D Jl.

Ibrahim Adjie no. 38 Kelurahan Indihiang Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya,

penulis menemukan persamaan antara teori dengan kenyataan di lapangan. Adapun

hal ini penulis dapat Jabarkan dengan bentuk Pendokumentasian SOAP yang

digunakan sebagai berikut

A. Asuhan Kehamilan Normal

1. Subjektif

Penulis menemukan kesamaan antara teori dan praktek di lapangan

karena sebelum pemeriksaan penulis melakukan infromed consent secara lisan

dengan Ny. R dan keluarga yang mendampingi, sehingga pada waktu

anamnesis diperoleh data subjektif yang sesuai dengan keadaan ibu seperti

data identitas, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan, nifas,

riwayat kb dan segala hal tentang data subjektif yang penulis butuhkan demi

kelancaran asuhan yang diberikan pada kasus tersebut Ny.R yang mengeluh

sakit pada bagian punggung

Pada keluhan yang saat ini ibu rasakan terdapat kesamaan teori bahwa

rasa nyeri pada bagian punggung dimulai pada usia kehamilan 12 minggu dan

meningkat pada usia kkehamilan 24 minggu sampai menjelang persalinan. Hal


ini diakibatkan oleh pengaruh aliran darah vena ke arah lumbal sebagai

peralihan cairan dari intraseluler ke arah ekstraseluler akibat dari aktifitas

yang ibu lakukan (irianti bayu, erda, 2013)

Penulis juga menemukan adanya kesamaan teori dan praktek lapangan,

yaitu pada saat melakukan anamnesis pada pertemuan awal diperoleh

informasi bahwa ibu merupakan primigravida dengan haid terakhir nya

(HPHT) tanggal 19-06-2020 sehingga usia kehamilannya pada tanggal 16

Maret 2021 adalah 38 minggu 2 hari. Hal ini sesuai dengan perhitungan usia

kehamilan menurut Mochtar dalam buku (irianti bayu, erda, 2013)

Penulis juga menemukan kesamaan teori pada usia Ny. R usia 24

tahun, itu merupakan usia produktif wanita yaitu 20-35 tahun. Karena pada

usia 20-an wanita memiliki 98% kemungkinan untuk hamil (irianti bayu, erda,

2013).

Ny. R mengatakan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan di bidan 1

bulan sekali, atau jika ada keluhan. serta suka mengkonsumsi tablet Fe rutin

setiap hari, ibu mengatakan sudah mengkonsumsi sekitar 90 tablet. Hal ini

sesuai dengan teori yaitu menurut (kementrian kesehatan republik, 2017).

2. Objektif

Pada kenaikan berat badan yang terjadi pada Ny. R tergolong

overwight yaitu 31,1 kg/m2. Hal ini sesuai dengan teori menurut IOM (2009)

bahwa IMT di atas sekitar ≥30,0 kg/m² (obese), maka ibu disarankan untuk

menaikkan bobot sekitar 5.0-9,1 kg.


Pada pemeriksaan Penunjang didapatkan hasil heamoglobin yaitu

kadar HB dalam darah 12, gr/dl dan didapat data yang mendukung penegakan

diagnosa, yaitu pada conjungtiva merah muda, berarti tidak mengelami

anemia. Menurut WHO dalam buku (irianti bayu, erda, 2013) yang

menyatakan bahwa ibu hamil dikatakan anemia apabila kadar Hb ibu dibawah

11 gr/dl pada trimester I dan III atau <10,5 gr/dl. Hal tersebut menunjukan

bahwa kadar Hb ibu dalam batas Normal.

3. Analisa

Setelah penulis mengumpulkan data subjektif dan objektif, penulis

dapat menyimpulkan bahwa G2P0A1 hamil 38-39 minggu janin tunggal hidup

intra uterin, dengan kehamilan fisiologis.

4. Penatalaksanaan

Penulis dapat melakukan perencanaan sesuai dengan teori menurut

DepKes RI (2010) adalah asuhan yang diberikan penulis sesuai dengan

konsep teori. Asuhan yang diberikan adalah mengacu kepada upaya Gerakan

Sayang Ibu dari Saiffudin pada buku (irianti bayu, erda, 2013) pada Ny. R ibu

hamil usia kandungan 38-39 minggu yaitu dengan memberitahu usia

kehamilan, memberitahu tentang tanda-tanda persalinan, tanda bahaya

persalinan,

Menurut (irianti bayu, erda, 2013) Peran bidan dalam membantu ibu

mengurangi nyeri punggung yaitu dengan Membantu ibu untuk menjaga

posisi tubuhnya (body mechanic), Menganjurkan ibu untuk melakukan senam


hamil secara rutin, Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitasnya serta

menambah waktu istirahat jika diperlukan.

B. Asuhan Persalinan Normal

1. Subjektif

Penulis menemukan bahwa Ny. R mules-mules sangat kuat dan sudah

keluar lendir campur darah. Hal ini ada kesamaan teori dalam buku

(Mutmainnah et al., 2017) yang menyatakan bahwa persalinan dimulai bila

timbul his dan mengeluarkan lendir yang bersemu darah atau bloody show,

lendir yang bersemu darah ini berasal dari kanalis servikalis karena serviks

mulai membuka atau mendatar sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-

pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis pecah karena

pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.

Pada Kala II persalinan ibu mengatakan mulesnya semakin kuat,

terdapat tekanan pada anus. Hal ini telah sesuai dengan teori (Nurasiah &

Rukmawati, 2013) bahwa gejala tanda kala II yang akan ibu alami yaitu Ibu

merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan

peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya, Perineum menonjol,

Vulva-vagina dan sfingter ani membuka, Meningkatnya pengeluaran lendir

bercampur darah dan pengeluaran air ketuban meningkat.

Pada kala III telah dilakukan penatalaksanaan aktif kala III meliputi

pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali. Hal ini ada kesamaan

teori dalam (Mutmainnah et al., 2017)


Pada kala IV penulis mendapatkan data sebagai berikut : klien merasa

mules dan ngilu disamping itu ia juga merasa senang atas kelahiran bayinya.

2. Objektif

Pada pengumpulan data objektif, klien bersalin di PMB.D Penulis

mendapatkan data His 4X10’50”, DJJ 138 kali/menit, pada pemeriksaan

dalam pembukaan 5 cm. Data objektif hal ini ada kesamaan teori dalam

(Nurasiah & Rukmawati, 2013) yang menyatakan bahwa persalinan dimulai

bila timbul his dan mengeluarkan lendir yang bersemu darah atau bloody

show, lendir yang bersemu darah ini berasal dari kanalis servikalis karena

serviks mulai membuka atau mendatar sedangkan darahnya berasal dari

pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis pecah

karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.

Pada kala II penulis mendapatkan hasil pemeriksaan frekuensi his nya

semakin sering, anus dan vagina membuka, perineum menonjol.

Pada kala III penulis mendapatkan data objektif saat berlangsung

pengeluaran plasenta yaitu ada semburan darah tiba-tiba, tali pusat

memanjang. Hal tersebut mendapatkan kesamaan dengan teori pada

(Mutmainnah et al., 2017) bahwa Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu,

Perubahan bentuk dan tinggi fundus (uterus globuler), Tali pusat memanjang,

Semburan darah mendadak dan singkat.

Pada kala IV penulis mendapatkan data sebagai berikut : keadaan umum

sedang, tanda-tanda vital normal, kontraksi uterus baik, kandung kemih tidak
penuh, terdapat laserasi grade 2, dan perdarahan sedang. Data tersebut meiliki

kesamaan dengan teori bahwa pada kala IV harus dilakukan observasi karena

pendarahan post partum paling sering terjadi pada 2jam pertama (Nurasiah &

Rukmawati, 2013).

3. Analisa

Pada kala I Ny. R G2P0A1 38-39 minggu inpartu kala I fase aktif fisiologis.

Pada kala II Ny R G2P0A1 38-39 minggu inpartu kala II fisiologis.

Pada kala III Ny. R P0A1 38-39 minggu inpartu kala III fisiologis.

Pada kala IV Ny. R P0A1 38-39 minggu inpartu kala IV fisiologis.

4. Penatalaksanaan

Tahap pelaksanaan asuhan kebidanan pada kala I, II, III, dan IV,

penulis dapat melakukan asuhan sesuai dengan prosedur dan standar yang

berlaku dengan tetap memperhatikan asuhan sayang ibu dan sayang bayi.

Setelah plasenta lahir asuhan yang diberikan pada Ny. N antara lain : segera

setelah plasenta lahir lakukan masase uterus, kemudian lakukan cek plasenta,

cek laserasi (derajat 2), memberikan kenyamanan pada ibu, mengobservasi

keadaan umum ibu, TTV, TFU, kontraksi, kandung kemih, pendarahan.

Selama 2 jam post partum (Nurasiah & Rukmawati, 2013) Untuk pencegahan

infeksi, tempat persalinan didekontaminasi dengan menggunkan larutan klorin

0,5%, begitu pula dengan peralatan yang telah dipakai, didekontaminasi

dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, kemudian dicuci dengan air

sabun, dibilas, dan disterilkan dalam sterilisator selama 20 menit.


C. Asuhan Nifas

1. Subjektif

Hasil pengkajian pada 6 jam post partum, ibu mengatakan perut masih

terasa mules. Rasa mules setelah melahirkan adalah akibat dari kontraksi

uterus, biasanya berlangsung selama 2-4 hari post partum. Keadaan ini akan

lebih dirasakan oleh ibu pada saat menyusui. (Saleha, 2011)

2. Objektif

Pada 7 hari post partum penulis menemukan lochea jenis

sanguinolenta, warnanya merah kekuningan dengan bau khas (normal). Hal

ini sesuai dengan yang menyatakan bahwa pengeluaran lochea berdasarkan

jumlah dan warnanya salah satunya adalah lochea sanguilenta yaitu lochea

yang keluar 4 sampai 7 hari, berwarna merah kekuningan, terdiri dari darah

dan lendir. (Reksohusodo, 2018)

3. Analisa

Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan data objektif, dapat

disimpulkan bahwa Ny. R Umur 24 Tahun P0A1 post partum fisiologis.

4. Penatalaksanaan

Berdasarkan analisa data diatas dan disesuaikan dengan kebutuhan ibu,

penulis melakukan penatalaksanaan yaitu: memberikan penjelasan tentang

tanda bahaya masa nifas, memberikan pendidikan kesehatan tentang

menjaga kebersihan diri, perawatan luka jahitan, nutrisi bagi ibu menyusui,
cara menyusui, dan memberikan konseling tentang KB. Asuhan yang penulis

berikan sesuai dengan standar asuhan yang (Reksohusodo, 2018).

D. Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Subjektif

Berdasarkan anamnesa Bayi lahir spontan, bayi langsung menangis

kuat segera setelah lahir. Hal ini sesuai dengan teori dalam buku (kementrian

kesehatan republik, 2017) tanda bayi baru lahir sehat yaitu apakah bayi

menangis kuat, apakah warna kulit kemerahan, bagaimana pergerakan bayi

tersebut, berat lahir, dan bagaimana cara bayi menyusu pada payudara ibu.

Hal ini ada kesamaan dengan teori bahwa, bila bayi menangis kuat segera

setelah lahir, berwarna kemerahan, bergerak aktif, berat lahir 2500-4000 gram

dan bayi menyusu pada payudara ibu dengan kuat maka dapat dipastikan

bahwa bayi dalam kondisi sehat. Pada hari ke 7 dikatakan tali pusat sudah

terlepas sebagaimana pernyataan Saifuddin (2007), bahwa tali pusat bayi akan

lepas saat bayi berusia 6-7 hari.

2. Objektif

Pemeriksaan tali pusat ditemukan bahwa tali pusat masih basah, tidak

berbau, tidak ada pengeluaran cairan serta tidak ada perdarahan. Hal ini sesuai

dengan Saiffudin (2008) tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru

lahir adalah tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk dan berdarah.
3. Analisa

Berdasarkan pengkajian data subjektif dan data objektif yang

diperoleh pada bayi Ny. R. Maka penulis dapat menulis diagnosa yaitu bayi

baru lahir usia 7 hari Fisiologis.

4. Penatalaksanaan

Memberitahukan ibu dan keluarga tentang cara menjaga kehangatan

bayi antara lain dengan cara membungkus bayi dengan kain yang bersih dan

kering serta menyelitmutinya, juga menganjurkan ibu untuk memandikan

bayinya dengan air hangat. Hal ini sesuai dengan kompetensi inti bidan

kepada keterampilan dasar point kedua yaitu tentang menjaga kehangatan dan

menghindari panas yang berlebihan, menyarankan ibu untuk memberikan ASI

eksklusif yaitu memberikan ASI saja tanpa memberikan makanan tambahan

selama 6 bulan dan mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar. Hal ini

sesuai dengan kompetensi inti bidan pada keterampilan dasar point ke enam

yaitu memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif serta mengatur posisi

bayi pada waktu menyusu.

E. Asuhan Keluarga Berencana

1. Subjektif

Ibu datang ke PMB bermaksud ingin menjarangkan kehamilannya karena

anaknya masih kecil dan berkeinginan untuk menggunakan alat kontrasepsi

yang tidak menggangu pada kelancaran ASI karena ibu lagi menyusui

anaknya. Alasan ibu ingin ber kb yaitu untuk menjaga jarak kehamilan yang
dekat, resiko terhadap bayi dan ibu serta ketidak tersediaan kontrasepsi. Hal

ini sejalan dengan teori menurut (Bingan, 2019) bahwasanya ibu yang

bermaksud untuk menjarangkan kehamilannya dan ia sedang menyusui

disarankan memakai KB yang tidak mempengaruhi kelancaran ASI yaitu

memakai KB hormonal yang hanya mengandung progesterone.

2. Objektif

Hasil pemeriksaan Ny. R didapat keadaan secara umum dalam keadaan baik,

tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak terdapat janin, TFU sudah tidak

teraba, kandung kemih tidak penuh. Sesuai dengan syarat untuk ber KB yaitu

pastikan ibu yang mau di KB sedang tidak hamil atau tidak adanya janin dan

tekanan darah tidak boleh tinggi.

3. Analisa

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah didapat dari data subjektif dan data

objektif penulis dapat menyimpulkan bahwa diagnose nya yaitu Ny. R usia 24

tahun P2A0 dengan akseptor KB suntik 3 bulan

4. Penatalaksanaan

Dalam memberikan asuhan kepada pasien penulis melakukan nya sesuai

dengan standar kebidanan dan prosedur tindakan yang harus dilakukan

sebagaimana mestinya, yaitu : memberitahukan hasil pemeriksaan dan asuhan

yang akan diberikan, memastikan involusi uterus berjalan normal, tidak

adanya janin dan tekanan darah dalam batas normal, memberikan informed

choice seputar KB terutama KB yang aman untuk ibu yang sedang menyusui,
memberikan KIE mengenai suntik 3 bulan tentang keuntungan dan kerugian

serta kapan bisa memulainya dan kapan harus kembali untuk suntikan

berikutnya, melakukan informed concent sebelum melakukan tindakan ,

bahwasannya ibu menyetujui dan menerima tindakan yang akan diberikan,

memberikan suntikan secara IM pada daerah bokong 1/3 SIAS, dan

memberitahu jadwal kunjungan ulang 3 bulan kedepan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada asuhan yang telah diberikan oleh penulis, maka dapat

disimpulkan bahwa :

1. Penulis mampu melaksanakan asuhan kehamilan pada Ny. R 24 Tahun

G2P1A0 Hamil 38-39 Minggu di PMB.D Jl. Ibrahim Adjie No 38 Kelurahan

Indihiang Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya dengan pendekatan

manajemen kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

2. Penulis mampu melaksanakan asuhan persalinan pada Ny. R 24 Tahun G2P1A0

Hamil 38-39 Minggu di PMB.D Jl. Ibrahim Adjie No 38 Kelurahan Indihiang

Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya dengan pendekatan manajemen

kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

3. Penulis mampu melaksanakan asuhan nifas pada Ny. R P2A0 di PMB.D Jl.

Ibrahim Adjie No 38 Kelurahan Indihiang Kecamatan Indihiang Kota

Tasikmalaya dengan pendekatan manajemen kebidanan dan

didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

4. Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir pada

By. Ny. R di PMB.D Jl. Ibrahim Adjie No 38 Kelurahan Indihiang Kecamatan

Indihiang Kota Tasikmalaya dengan pendekatan manajemen kebidanan dan

didokumentasikan dalam bentuk SOAP.


5. Penulis mampu melaksanakan asuhan keluarga berencana pada Ny. R usia 24

tahun di PMB.D Jl. Ibrahim Adjie No 38 Kelurahan Indihiang Kecamatan

Indihiang Kota Tasikmalaya dengan pendekatan manajemen kebidanan dan

didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

6. Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan dan tidak ada kesenjangan

antara asuhan yang di berikan dengan teori.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Agar selalu menerapkan Manajemen Asuhan Kebidanan yang sesuai

teori yang sudah ada dan sesuai standar pelayanan kebidanan juga untuk

meningkatkan keterampilan serta bahan pembelajaran di lapangan kerja

nantinya.

2. Bagi Bidan

Bidan sangat diharapkan dapat menerapkan teori sesuai standar

pelayanan kebidanan yang komprehensif dalam upaya meningkatkan derajat

kesehatan bagi kesejahteraan ibu dan bayi dengan memberikan pelayanan

yang terbaik dalam setiap asuhan yang diberikan.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjaga mutu dan kualitas pendidikan terutama di

bidang kesehatan supaya dapat menghasilkan generasi / lulusan yang

kompeten di bidang kesehatan khususnya kebidanan untuk dapat diterapkan di

masyarakat.
4. Bagi Klien dan Keluarga

Klien dan keluarga dapat mengetahui perkembangan kesehatan ibu

dan bayi sehingga komplikasi yang mungkin terjadi dapat terdeteksi serta

diatasi sedini mungkin.


DAFTAR PUSTAKA

Bingan, E. C. S. (2019). Pemakaian KB Suntik 3 Bulan dengan Kecukupan ASI


Eksklusif pada Ibu yang Mempunyai Anak Usia Handayani. (2013). keluarga
berencana. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Irianti bayu, erda, fitra. (2013). asuan kehamilan berbasis bukti ( husin farid (ed.);
edisi ke 1). sagung seto.

Jabar, dinkes. (2018). Profil Kesehatan Provinsi jawa Barat 2017.


Juliaan, F., & Anggraeni, M. (2016). Penggunaan Kontrasepsi Pada Wanita Pasca
Melahirkan Dan Pasca Keguguran, Sdki 2012. Jurnal Kesehatan Reproduksi,
6(2), 107–116. https://doi.org/10.22435/kespro.v6i2.4751.108-116

Kementrian kesehatan republik, I. (2017). Buku kesehatan ibu dan bayi.

Melorose, J., Perroy, R., & Careas, S. (2015). Buku Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan 2011-2014. Statewide Agricultural Land Use Baseline
2015, 1. buku-data-penduduk-sasaran-program-pembangunan-kesehatan-2011-

Mutmainnah, annisa U., Johan, H., & Llyod, S. S. (2017). Asuhan Persalinan
Normal & Bayi Baru Lahir ( ratih indah Utami (ed.); I). CV. ANDI OFFSET.

Nurasiah, A., & Rukmawati, A. (2013). Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan (3rd
ed.). Refika Aditama.

Putri, R. P., & Oktaria, D. (2016). Efektivitas Intra Uterine Devices (IUD) Sebagai
Alat Kontrasepsi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 5(4), 138.
2014.pdf

Pemerintah provinsi jawa barat, dinas kesehatan. (2016). Pemerintah provinsi jawa
barat dinas kesehatan provinsi jawa barat (Issue 25).

Reksohusodo, S. (2018). Perubahan Fisiologi Ibu Nifas. Jurnal Ilmiah Kesehatan.


Rosyati, H. (2017). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (1st ed.). FK UMJ.

Sagita, M. (2019). asuhan kebidanan persalinan. Universitas Muhammadiya


Tasikmalaya.

Saleha, S. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas (Rida Anggi). Salemba
Medika.

Wuryani, M. (2019). Pelaksanaan Asuhan Sayang Ibu Pada Proses Persalinan Di


Blud Rumah Sakit Kabupaten Konawe. Jurnal SMART Kebidanan, 6(1), 37.
https://doi.org/10.34310/sjkb.v6i1.248

Anda mungkin juga menyukai