Disusun Oleh:
JUDUL
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG..............................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................1
C. TUJUAN....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
KESIMPULAN................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................8
ii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: ”Islam dan
Kebudayaan Sumatra Barat”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari
penghabisan.
Semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi
tugas dari mata kuliah Islam Budaya Lokal dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah
keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengan tujuan untu kmemberi arahan dan tuntunan agar
yang membaca bias menciptakan hal-hal yang lebihbermakna.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun
kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam di Sumatra Barat adalah Islam Sunni. Orang Minangkabau, penduduk asli Sumatra
Barat dan terdiri dari 88% penduduk Sumatra Barat saat ini, secara historis memainkan peran
penting dalam komunitas Muslim di Indonesia. Hingga saat ini wilayah tersebut dianggap sebagai
salah satu benteng Islam di Indonesia. Islam adalah agama yang paling dianut di Sumatra Barat,
sebuah provinsi di Indonesia, yang dianut oleh 97,42% dari seluruh penduduk. Populasi Muslim
meningkat menjadi 99,6% jika tidak termasuk Kepulauan Mentawai, di mana mayoritas non-
Muslim (Protestan) Sumatra Barat tinggal.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Agama Islam pertama kali memasuki Sumatra Barat pada abad ke-7, dimana pada
tahun 674 telah didapati masyarakat Arab di pesisir timur pulau Sumatra. Selain berdagang,
secara perlahan mereka membawa masuk agama Islam ke dataran tinggi Minangkabau atau
Sumatra Barat sekarang melalui aliran sungai yang bermuara di timur pulau Sumatra,
seperti Batang Hari.
2
B. KEBUDAYAAN DAN ADAT DI SUMATRA BARAT
Beberapa Upacara Adat Sumatera Barat mungkin sudah tidak asing lagi. Setiap daerah dan
provinsi di Indonesia pasti memiliki ragam adat dan Budaya, keseluruhannya telah ada dan
diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang, hingga generasi setelahnya sampai sekarang.
Begitu juga dengan beberapa Upacara Adat Minangkabau yang hingga kini masih dilestarikan.
Sebut saja seperti upacara pernikahan, pengangkatan kepala suku, upacara tahunan, syukuran, dan
lain sebagainya. Semuanya bukan tanpa tujuan, melainkan untuk senantiasa menjaga tradisi yang
diwariskan para pendahulu, serta ajang dalam mempertahankan, mewarat dan memperkenalkan
kepada para penerus. Beberapa Upacara Adat Sumatera Barat ini ada yang diselenggarakan dengan
penentuan waktu, ada pula yang tidak.
Yang pertama adalah pergi berziarah ke makam keluarga atau sanak famili yang sudah wafat.
Tradisi ini biasanya dilakukan ketika menjelang bulan Ramadhan atau ketika lebaran. Tujuannya
adalah untuk mendo’a akan mereka yang sudah meninggal, agar senantiasa diberi ketenangan oleh
Allah SWT.
Tradisi Unik di Sumbar berikutnya bernama Turun Mandi. Upacara ini diselenggarakan ketika
sebuah pasangan baru saja melahirkan anak mereka. Upacara Turun Mandi ini menjadi ajang
dalam memanjatkan rasa syukur atas karunia berupa seorang anak yang dianugerahi oleh Allah
SWT.
Selain itu, masyarakat Minangkabau mempercayai bahwa upacara ini merupakan Sunnah
Rasulullah, sambil memperkenalkan bahwa telah lahir seorang anak dari satu suku tertentu. Sesuai
dengan namanya, bayi tersebut akan dimandikan ke sungai dan dihadiri oleh masyarakat setempat
secara beramai-ramai.
3
Festival Tabuik
Selain pacu jawi, salah satu Upacara Adat Sumatera Barat yang tak kalah unik dan populer adalah
tradisi Tabuik, yang berasal dari Pariaman. Festival Akbar ini digelar setiap tanggal 10 Muharram
kalender Hijriyah, yang bertujuan untuk memperingati wafatnya Husein, cucu Nabi Muhammad
SAW.
10 Muharram disebut juga dengan Hari Asyura. Tradisi Tabuik pertama kali diperkenalkan tahun
1831, oleh tentara Tamil beragama Islam yang berasal dari India. Kegiatan dalam festival ini
adalah pelepasan Tabuik ke laut lepas, yang dilakukan di pantai yang berada di kota Pariaman.
Tradisi Basapa
Upacara Adat Sumatera Barat selanjutnya adalah ”Tradisi Basapa”, yakni berziarah ke makam
Syekh Burhanuddin, yang lokasinya ada di Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Dalam bahasa Indonesia,”Sapa” di sini berarti Safar, yakni salah satu nama bulan di kalender
Hijriyah.
Puncak acara akan dilakukan pada tanggal 10 safar, hari Rabu pada Minggu ke-2 dan 3. Tujuan
ziarah ini tentulah untuk mengirimkan do’a serta sebagai ucapan terima kasih kepada Syekh
Burhanuddin, yang telah berjasa besar dalam menyebarkan ajaran Islam di Minangkabau.
Mandi Balimau
Budaya Tradisional Sumatera Barat berikutnya adalah Balimau, singkatnya ialah kegiatan mandi
yang bertujuan membersihkan diri sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Dinamakan Balimau
karena masyarakat akan mandi menggunakan air limau atau jeruk nipis, karena jeruk nipis
dipercaya mampu mengangkat kotoran yang melekat pada kulit.
4
C. NILAI ADAT DAN AJARAN ISLAM DI SUMATRA BARAT
5
Pada mulanya ada perbedaan ajaran antara adat Minangkabau dan agama Islam
khususnya dalam masalah hukum kekerabatan dan hukum waris telah menyebabkan
timbulnya serangkaian masalah dalam hukum perdata, yang memerlukan penyesuaian
mendasar dalam kaidah hukum serta kelembagaan sosial. Oleh karena masyarakat
Minangkabau tidak mempunyai tatanan kelembagaan di atas tingkat nagari, maka
rangkaian goncangan dan perubahan sosial tersebut hanya diselesaikan secara lokal, dan
belum pernah dikonsolidasikan secara menyeluruh, terarah, terpadu, dan terencana.
Pada tahun 1832 Tuanku Imam Bonjol memberikan fatwa ishlah yang menjadi
dasar untuk pengembangan AjaranAdat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah,
Syarak Mangato Adat Mamakai yang kemudian dilengkapi dengan Alam Takambang Jadi
Guru- sebagai nilai dasar dalam menata masyarakat Minangkabau. Fatwa Tuanku Imam
Bonjol ini kemudian dikukuhkan dalam Sumpah Satie Bukit Marapalam pada tahun 1837
di Bukit Pato, Lintau, dekat Batu Sangkar.Peristiwa ini merupakan titik klimaks proses
Dengan adanya hubungan timbal balik adat dan agama dalam kebudayaan
Minangkabau yang kemudian dilengkapi dengan dibangunnya institusi keagamaan yang
diterima luas dalam struktur masyarakat adat maka kemudian ia dapat mendorong
dinamika keagamaan masyarakat Minangkabau yang berjalan dengan cepat dan mendasar.
6
BAB III
KESIMPULAN
7
DAFTAR PUSAKA
Nasrun, Dasar Filsafat Adat Minangkabau (Jakarta: Bulan Bintang, 1971)
Samad, Duski tradisional Islam di Minangkabau: Dinamika, Perubahan dan konstitusinya Tajdid:
Jurnal Nasional Ilmu-ilmu Ushuluddin (Juli2003), vol 6, no. 2
Gazalba, Sidi, Konflik Antara Adat, Agama dan Pengaruh Adat (Padang: Seminar Islam di
Minangkabau, 1969) Hamka, Sejarah Minangkabau dengan Islam (Fort de Kock: Miratul
Ikhwan,1929)
https://media.neliti.com/media/publications/23743-ID-reaktualisasi-nilai-islam-dalam-budaya-
minangkabau-melalui-kebijakan-desentralis.pdf