Anda di halaman 1dari 18

PROSES ISLAMISASI di NUSA TENGGARA

Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sejarah Islam di


Indonesia yang diampu oleh:

Drs. Suwirta, M.Hum.

Disusun oleh:

Nurfauzi Dzikrulloh M 1700329

Amirotunisa 1707923

Futri Rahayu 1703058

M. Rifki Abdul Basit 1704452

Kelas 2A

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini
masih memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Proses Islamisasi di Nusa
Tenggara” tepat pada waktunya. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah
ikut membantu hingga dapat disusunnya makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Sejarah Islam
Indonesia. Akhirnya penyusun sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku
penyusun dan bagi para pembaca pada umumnya. Akhirnya, tidak ada manusia
yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala kerendahan hati, saran-
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari para
pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya
pada waktu mendatang.

Bandung , 25 Mei 2018

ii
UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mengucapkan


terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Alloh S.W.T atas limpahan karunia dan hidayahnya sehingga penulis


dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan makalah.
2. Dosen Drs. Suwirta, M.Hum.. selaku dosen Sejarah Islam di Indonesia kami
atas bimbingan, arahan dan koreksinya selama penyusunan dan penulisan
makalah.
3. Kedua Orang Tua kami selaku penyusun yang telah mendukung kami
dalam mengerjakan makalah ini

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Masuknya Islam di Nusa Tenggara................................................................3
2.2 Perkembangan Masuknya Islam di Wilayah Nusa Tenggara.........................5
2.2.1 Kerajaan Selaparang di Lombok.............................................................5
2.2.2 Kesultanan Bima di Sumbawa.................................................................6
2.3 Keadaan Islam di Wilayah Nusa Tenggara Pada Abad ke19-20....................7
2.4 Pengaruh Islam di Nusa Tenggara..................................................................9
BAB 3 PENUTUPAN...........................................................................................12
3.1 Simpulan.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13

iv
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam masuk ke Indonesia sekitar pada abad ke-13 Masehi, dengan bukti
ditemukannya makam dari Sultan Malik as-Saleh. Dengan adanya hal ini
sudah dapat diperkirakan pada abad ke-13 Masehi sudah ada kerajaan yang
bercorak Islam. Sebelumnya, pada abad ke-7 Masehi pun banyak para
pedagang Islam yang melakukan aktivitas perdagangan. Dengan perdagangan
pula Islam mulai menyebar ke berbagai daerah.

Islam pun mulai berkembang di Nusantara, khususnya pada bagian barat


yaitu Nusa Tenggara. Dimana Nusa Tenggara merupakan salah satu provinsi
yang berada di Indonesia. Provinsi Nusa Tenggara biasa disebut dengan
daerah kepulauan. Terdapat dua kepulauan besar yaitu Lombok yang terletak
di barat dan Sumbawa yang terletak di timur. Di Lombok terdapat Kota
Mataram, dimana Kota Mataram merupakan ibu kota dari provinsi Nusa
Tenggara.

Pada awalnya sebelum Islam masuk ke Nusa Tenggara, masyarakatnya


banyak yang menganut kepercayaan animisme, dinamisme, dan agama Hindu.
Islam pertama kali masuk ke pulau Jawa melalui perantara wali, yaitu sunan
Prapen sekitar abad XVI, diperkirakan setelah runtuhnya kerajaan Majapahit.
Dengan adanya para wali bukan berarti kebiasaan lama masyarakat harus
dihilangkan, justru sebaliknya terjadi proses akulturasi. Dengan adanya
akulturasi tentu diharapkan dapat mempermudah masuknya proses Islam.
Diperkirakan mayoritas penduduk Nusa Tenggara yang bergama Islam (96%).

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses masuknya Islam di wilayah Nusa Tenggara?
2. Bagaimana perkembangan Islam di wilayah Nusa Tenggara?
3. Bagaimana keadaan Islam di wilayah Nusa Tenggara di masa
sekarang?
4. Apa saja pengaruh Islam yang ada di wilayah Nusa Tenggara?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui proses masuknya Islam di wilayah Nusa Tenggara.
2. Untuk mengetahui kondisi Islam saat di wilayah Nusa Tenggara.
3. Untuk menegtahui keadaan Islam di wilayah Nusa Tenggara pada
masa sekarang.
4. Untuk mengetahui pengaruh Islam apa saja yang ada di wilayah Nusa
Tenggara.

2
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Masuknya Islam di Nusa Tenggara
Menurut beberapa catatan Islam pertama kali masuk ke wilayah Nusa
Tenggara melalui Bayan yang dilakukan oleh sunan prapen. Sunan Prapen
merupakan keturunan dari salah satu Wali Songo. Berdasarkan letak geografisnya,
Bayan berada di tepi pantai utara Lombok.

Diperkirakan bahwa Islam masuk ke Lombok pada abad XVI yang


dipimpin oleh Sunan Prapen, ia merupakan putra dari Sunan Giri. Bukti mengenai
adanya Islam di Lombok dapat dilihat melalui peninggalan masjid kuno yang
berada di Bayan, Lombok Utara, yaitu terdapat Masjid Bayan Beleq dan masjid
kuno yang berada di Pujut dan Rembitan Lombok Tengah. Selain terdapat
peninggalan masjid kuno terdapat juga makam dari raja-raja Selaparang yang
berada di Lombok Timur.

Islam menyebar di wilayah Nusa Tenggara bukan hanya karena peran dari
Sunan Prapen saja melainkan raja-raja yang berkuasa di Lombok pun ikut
berperan dalam berkembang Islam di Nusa Tenggara. Bahkan Islam pun semakin
berkembang dengan adanya Tuan Guru.

Terdapat dua versi pendapat mengenai proses masuknya agama Islam di


Pulau Lombok. Versi pertama mengatakan bahwa Islam datang dari Jawa,
sementara versi satuya lagi yakni dari Sulawesi atau Makassar. Yang
menyebarkan Islam melalui Jawa diyakini dipimpin oleh Sunan Pengging (nama
lain Sunan Prapen) pada sekitar abad ke-14. Yang semakin memperkuat versi
pertama ini adalah dengan terbentuknya komunitas wetu telu. Welu telu
merupakan komunitas Islam tertua yang sampai sekarang pun masih ada di
Lombok dengan menjadikan Bayan sebagai pusatnya. Selain terbentuknya
komunitas Islam ditemukan juga masjid kuno yang berada di Bayan yang bahkan
masih berdiri. Masjid kuno ini didirikan oleh Sunan Prapen sebagai pusat syiarnya
dalam mengislamkan penduduk setempat, sebelum akhirnya Islam pun menyebar

3
luas ke berbagai daerah di Lombok. Selanjutnya Islam pun mulai menyebar ke
sebelah barat, tengah, serta timur. Karena ditemukannya komunitas wetu telu yang
berada di wilayah-wilayah tersebut. Di Lombok Barat terdapat di Narmada dan
Sekotong, di Lombok Tengah berada di Pegadang, Pujut, dan Rambitan,
sedangkan di Lombok Timur tidak begitu terlalu banyak.

Menurut versi kedua bahwa Islam menyebar ke wilayah Nusa Tenggara


dengan dibawa oleh para pedagang dan nelayan yang berasal dari Sulawesi
Selatan melalui Labuhan Kayangan, Lombok Timur. Terdapat pula komuitas yang
berasal dari nenek moyangnya yaitu Islam Suni. Itulah mengapa pengaruh dari
Sunan Prapen tidak begitu banyak di Lombok Timur karena sudah adanya
pengaruh dari Sulawesi. Dalam beberapa catatan yang ditemukan bahwa Sunan
Prapen tidak lama menetap di Lombok, tugas untuk menyebarkan Islam pun
diserahkan kepada dua orang yang dipercayainya yaitu Raden Sumu Liya dan
Raden Salut. Sunan Prapen pun pergi menuju Pulau Sumbawa dan Bima.

Bima merupakan rute lintas pelayaran-perdagangan antara Malaka dan


Maluku serta kedudukan Bima sebagai salah satu bandar dan pusat perdagangan
pada rute tersebut. Dalam aktivitas perdagangan, saudagar-saudagar muslim pun
ikut ambil peran dalam menyebar luaskan agama Islam di tempat-tempat atau pun
daerah-daerah yang biasa disinggahi oleh para saudagar dalam rute pelayaran-
perdagangan dari Malaka sampai Maluku.

Terdapat permukiman orang Melayu yang berada di sebelah barat dan


timur pelabuhan Bima, permukiman tersebut pun disebut dengan kampo Melayu,
sedangkan penghuninya disebut dauMelayu. Kampung Melayu tersebut dikenal
sebagai tempat (pusat) studi Islam terutama dalam mempelajari kitab suci
Alquran. Diduga orang-orang Melayu pun mempunyai peran dalam penyiaran
Islam di Bima, karena mereka pun terkenal dengan perannya sebagai perantara
(middleman) dalam penyebaran Islam dan mengantarkan budaya Melayu ke
daerah Bima.

Jalur pelayaran-perdagangan dari Malaka ke Maluku telah berkembang


menjadi pusat kekuasaan dan penyiaran Islam sekitar pada abad ke-15 sampai

4
abad ke-16. Dalam aktivitas perdagangan terlibat juga pedagang yang berasal dari
berbagai bangsa, berbagai etnik, terdapat pedagang muslim yang juga
menjalankan misi untuk menyebarkan agama Islam. Proses Islamisasi yang
sesungguhnya baru berlangsung pada abad ke-17, yaitu dengan kedatangan para
mubalig dari Melayu, Aceh, Jawa dan Sulawesi Selatan. Selain melalui
perdagangan dan dakwah, saluran perkawinan dan penguasa atau politik cukup
penting.

2.2 Perkembangan Masuknya Islam di Wilayah Nusa Tenggara


Setelah dijelaskan sebelumnya jika islam di Nusa Tenggara datang dari
wilayah jawa dan makassar, perkembangan islam selanjutnya diteruskan oleh
kerajaan-kerajaan hindu yang berganti kepercayaan menjadi islam. beberapa
kerajaan berganti kepercayaan menjadi islam lalu berganti sistem menjadi
kesultanan dan muncul beberapa kesultanan baru yang menjalankan syariat islam.

Ada beberapa kerajaan dan kesultanan yang berperan dalam penyebaran


agama islam di wilayah Nusa Tenggara , kerajaan-kerajaan tersebut adalah :

2.2.1 Kerajaan Selaparang di Lombok


Kerajaan selaparang adalah kerajaan yang pernah berdiri di
wilayah nusa Tenggara. Pusat kerajaannya disebut berada di sebuah daerah
bernama Selaparang, kecamatan Swela,Lombok Timur. Disebutkan dalam
catatan lontar yang ditemukan di wilayah selaparang jika sebuah kerajaan
hindu pernah berdiri di wilayah selaparang, kemudian saat Islam mulai
masuk ke wilayah Nusa Tenggara, kerajaan Selaparang pun takluput dari
pengaruh Islam yang masuk dan mengubah Selaparang menjadi kerajaan
Islam. Seorang mubaligh bernama Sayyid Zulkarnaen disebut-sebut
sebagai salah satu tokoh penting peristiwa islamisasi Kerajaan Selaparang
dan menjadikan Kerajaan Selaparnag sebagai pusat penyebaran Agama
Islam di wilayah Nusa Tenggara. Pada pertengahan abad ke-15 pusat
kerajaan Selaparang pindah ke wilayah yang lebih strategis dan terhindar
dari serangan musuh. Oleh karena itu pula kerajaan Selaparang dapat
meraih kejayaan setelah kerajaan Selaparang berpindah tempat. Sebuah
sumber mengungkapkan jika kerajaan Selaparang dapat mengembangkan

5
kekuasaannya hingga ke wilayah Sumbawa Barat. Kerajaan Selaparang
juga berusaha memnumbuhkan kejayaannya dengan meningkatkan
kualitas sktor agraris karena wilayah Kerajaan Selaparang yang baru
adalah wilayah perbukitan di pedalaman. Disebutkan jika wilayah
Selaparang yang terdiri dari bukit-bukit memberikan kemudahan bagi
tentara Kerajaan Selaparang untuk memnatau pergerakan yang
mencurigakan sehingga mereka bisa lebih bersiap saat akan terjadi
penyerangan. Selain itu, kejayaan Kerajaan Selaparang juga ditandai
dengan kekuatan tentara lautnya yang tangguh yang berhasil mengusir
Belanda pada tahun 1667-1668 dan mengusir kerajaan Gel-Gel dari Bali
yang akan menyerang Selaparang. Kejayaan ini membuat Selaparang
semakin mudah untuk menyebarkan pengaruhnya termasuk pengaruh
Islam. Islam yang berkembang di wilayah Kerajaan Selaparang adalah
Islam yang mendapat pengaruh dari Jawa, sehingga tidak mengherankan
jika syahadat dan ikrar adat pernikahan di wilayah Selaparang
menggunakan bahasa Jawa, hal tersebut di sebabkan karena datangnya
sunan prapen dari Gresik untuk berdakwah di wilayah Nusa Tenggara
meskipun sebelumnya Selaparang telah mendapat pengaruh Islam dari
Sayyid Zulkarnaen.

2.2.2 Kesultanan Bima di Sumbawa


Setelah Sunan Prapen selesai dengan dakwahnya di wilayah Nusa
Tenggara Barat, beliau pun melanjutkan dakwahnya ke wilayah Nusa
Tenggara Timur, tepatnya di wilayah Sumbawa, tetapi kiprah sunan
Prapen di wilayah Sumbawa tidak terlalu diketahui, tapi muncul sebuah
nama baru yang juga melakukan penyebaran islam di wilayah Sumbawa,
yaitu Rama Ta Ma Bata Wadu. Dia adalah seorang pangeran kerajaan
Bima yang disingkirkan oleh pamannya dan dia melarikan diri ke kerajaan
Goa untuk meminta bantuan. Saat berapa di kerajaan Gowa, dia belajar
agama islam dan menjadi muallaf dan menikah dengan salah satu putri raja
Gowa. Pada tahun 1640, dia kembali naik takhta di kerajaan Bima berkat
bantuan dari pasukan kerajaan Gowa. Saat dia menjadi raja, susunan
pemerintahan diatur sesuai dengan susunan pemerintahan di kerajaan

6
Gowa yang berlandaskan hukum islam. Gelar Neuhi yang sebelumnya
dipakai untuk menunjukan identitas raja diganti menjadi gelar Gelarang
atau kepala desa. Dalam menjalankan pemerintahan, Sultan Gelarang
dibantu oleh beberapa bidang lain seperti dewan turelli, majelis Hadat, dan
majelis agama yang berisi imam-imam dan kadi. Selanjutnya
perkembangan islam di Kesultanan Bima mendapat pembinaan dari
Pagaruyung (Minagkabau). Ulama-ulama yang terkenal waktu itu adalah
Datuk Iskandar, Datuk Raja Lelo, Datuk Selangkata, Datuk Lelang dan
Datuk Pajang. Karena kalangan kerajaan sudah lebih dulu masuk islam,
membuat masyarakat mereka pun ikut masuk islam sebagai bentuk
penghormatan kepada raja mereka. Oleh karenanya, iman mereka dalam
islam masih sangat tipis dan mudah terguncang.

2.3 Keadaan Islam di Wilayah Nusa Tenggara Pada Abad ke19-20


Agama islam menjadi agama yang paling dominan di Lombok, hal ini
dibuktikan dengan julukan pulau Lombok sebagai pulau seribu masjid yang
menunjukan betapa seriusnyam masyarakat lombok dalam menerima dan
mempelajari agama Islam. Hal ini dikarenakan akulturasi yang terjadi antara
kebudayaan islam dengan kebudayaan lokal di wilayah nusatenggara dapat
berjalan dengan baik. Islam dan kultur sosial dapat bernegosiasi dan berdialog
dengan baik. Dalam perkembangan selanjutnya, hampir 95% penduduk lombok
merupakan orang muslim.

Meskipun pada awal abad ke-19 islam di Nusa Tenggara berada dalam
masa terpuruknya dikarenakan meletusnya gunung tambora yang meruntuhkan
kerajaan-kerajaan baik kerajaan islam maupun hindu buddha yang berdiri di
kawasan Nusa Tenggara hingga menewaskan lebih dari 85000 jiwa pada saat itu
dan juga penyerangan raja-raja bali pada pertengahan abad ke-19 yang
mengintimidasi umat islam dan memaksa umat islam di nusa tenggara untuk
meningalkan kepercayaannya, tetapi hal tersebut tidak meruntuhkan keimanan
umat islam yang tersisa di kawasan nusa tenggara untuk mempertahankan

7
kepercayaannya, bahkan mereka semakin gencar untuk terus menyebarkan
pengaruh islam.

Keadaan semakin membaik setelah seorang raja bernama A.A Gede


Ngurah Karangasem menikah dengan seorang putri sasak bernama Dinda Aminah
yang membuat A.A Gede Ngurah Karangasem menganut islam dan menjalankan
kerajaan sesuai dengan syariat islam. Pada sat ini pula umat-umat islam didukung
penuh perkembangannya oleh kerajaan. Raja pun memerintahkan pembangunan
masjid dan diadakan pelajaran membaca Al-Quran bagi anak-anak dan orang tua
islam.

Setelah meletusnya Gunung Tambora dan menyebarnya cerita-cerita magis


akibat meletusnya Gunung Tambora, masyarakat daerah Sumbawa, Dompu dan
Bima bertaubat dan menganut islam dengan sungguh-sungguh. Hingga akhir abad
ke-19 islam terus berkembang bahkan jemaat haji dari daerah Nusa Tenggara
semakin meningkat. Sepulangnya orang-orang tersebut dari ibadah haji, mereka
mengadakan pengajian-pengajian di rumahnya atau disebuah bangunan yang
kelak akan dikenal dengan sebutan pesantren dan mesjid, sehingga agama islam
semakin berkembang. Diantara tokoh-tokoh agama yang terkenal, antara lain :
Tuan Guru haji Umar dan Tuan Guru Haji Usman. Tuan Guru Haji Umar juga
mengajar dan mengarang buku-buku Islam, murid-muridnya yang terkenal yang
kelak berperan penting dalam penyebaran islam di Nusa Tenggara antara lain Haji
Abdul Fattah dari Pontianak, Haji Daud Palembang, Haji Nawawi dari Lampung
dan Haji Abdurrahman dari Kedah.

Pada tahun 1937 lahirlah sebuah lembaga pendidikan Islam Nahdlatul


Wathan yang diselenggarakan secara modern dan dipelopori oleh Haji Zainuddin
Abdulmadjid yang berpusat di Lombok. Tetapi perkembangannya sangat lambat
dikarenakan adanya pertentangan dengan ulama lain. Di Nahdlatul wathan, siswa-
siswa diajarkan untuk menulis dan membaca huruf latin yang dianggap sebagai
Bid’ah, ulama lain yang menentang Nahdlatul wathan beranggapan jika pengaruh
eropah akan membawa pengaruh buruk. Akibat pertentangan inilah umat islam di
Nusa Tenggara mengalami perpecahan dan terbagi menjadi golongan islam waktu
lima (Islam Modern) dan golongan waktu telu (Islam Kolot). Islam waktu lima

8
adalah islam yang benar-benar murni dan menjalankan 5 rukun islam yang ada,
sedangkan islam waktu telu adalah islam yang mencampur adukan urusan agama
dengan urusan adat, mereka juga hanya menjalankan 3 rukun islam dan cara
pelaksanaannya pun dinilai menyimpang.

Pada masa pendudukan Jepang, pengajian-pengajian dan pesantren-


pesantren yang diadakan sebelumnya dibubarkan. Lembaga-lembaga pendidikan
islam dan lembaga non pendidikan islam di teliti dan jika ada yang mencurigakan,
lembaga tersebut akan langsung dibubarkan oleh jepang. Tetapi setelah jepang
hengkang, semangat menyebarkan Islam pun muncul kembali dan semakin
menggebu, pada tahun 1960 madrasah dan pesantren telah menyebar ke seluruh
wilayah Nusa Tenggara, terlebih setelah runtuhnya orde lama, para pengikut islam
waktu telu telah bertaubat dan ikut melaksanakan islam waktu lima. Dan sejak itu
pun penyebaran dan perkembangan islam terus berlanjut dan konsisten hingga
saat ini.

2.4 Pengaruh Islam di Nusa Tenggara


Penyebaran islam di wilayah nusantara merata hingga ke wilayah timur
atau lebih tepatnya ke wilayah nusa tenggara atau dulu sering disebut dengan
kepulauan Sunda kecil. Pengaruh islam terhadap wilayah nusa tenggara bisa kita
lihat dengan peninggalan-peninggalan yang berada di daerah Sumbawa, Bima,
Dompu, dan beberapa daerah lainnya. Pengaruh tersebut baik mempengaruhi
sistem pemerintahan, struktur masyarakat, maupun kehidupan sosial masyarakat
di pulau nusa tenggara, yang akan kami uraikan dalam beberapa paragraf di
bawah ini.

Seperti di daerah Dompu sebuah kabupaten yang berada di pulau sumbawa


nusa tenggara barat yang sudah terpengaruh agama islam sejak abad ke-16,
pendapat itu dipertegas oleh Suryanto yang mengatakan bahwa, agama islam
masuk ke Dompu pada abad ke-16 yang ditandai oleh perubahan dari sistem
kerajaan menjadi kesultanan dan sultan Syamsudin menjadi sultan Dompu
pertama yang memeluk agama islam. Sejak itu islam menjadi agama resmi di
wilayah kesultanan Dompu. (Soeryanto. 2013 hlm. 32-33 dan dikutip oleh
Sumerata. 2014. Hlm. 230).

9
Di antaranya terdapat beberapa makam bercorak islami di daerah
kabupaten Dompu yaitu, makam syekh Abdul Salam. Makam raja-raja Dompu,
Makam Doro sweter, makam syekh Yusuf Mansyur, Makam Solokilo, dan
Makam mekar sari. Makam-makam tersebut dipercaya merupakan warisan dari
kehidupan islam di wilayah kabupaten Dompu, diperkuat oleh penelitian I Wayan
Suantika di Situs Dorobata, yang mana di temukan tiga jenis batu nisan yang
berbeda-beda. Dua nisan polos dalam keadaan patah dan sebuah nisan berhias
dalam keadaan utuh. (Sumerata. 2014. Hlm. 233). Sudah kita ketahui bahwa
kebudayaan islam di nusantara tidak serta-merta langsung menghapus kebudayaan
lama tapi mencampurkannya sehingga masyarakat pada di wilayah tersebut
mudah untuk menerima ajaran islam, begitu juga di kabupaten Dompu, dilihat
dari situs Dorobata yang merupakan situs pemakaman raja-raja Dompu, yang
berkaitan dengan hindu-budha yang kemudian dialih fungsikan sebagai
pemakaman-pemakaman islami pada masa kesultanan Dompu tersebut.

Selain itu di wilayah Bima atau bekas daerah kerajaan Bima yang
terbentang luas dari pulau satonda di sebelah barat sampai Alor di sebelah timur,
selain itu terjalinnya hubungan politik dan ekonomi antara kerajaan Bima dengan
kerajaan-kerajaan suku Bugis-Makasar dan kerajaan suku mandar. Pertanian dan
peternakan dikembangkan dan diperluas, tanah yang tidak cocok untuk pertanian
dipergunakan untuk daerah peternakan. Bidang sastra dan seni budaya mengalami
perkembangan yaitu dengan memperkenalkan aksara yang dipelajari dari Gowa
yang kemudian menjadi aksara Mbojo Bima selain itu juga terdapat syair-syair
berbahasa Melayu yang menceritakan sejarah kerajaan Bima. (Nuryani dkk. 2013.
Hlm. 2-3).

Terutama di wilayah Lombok yang mayoritas di huni oleh suku sasak,


mayoritas menganut agama islam. Suku sasak mempunyai kebiasaan seminggu
sekali untuk melakukan dakwah islamiah, di tempat-tempat peribadatan. Selain itu
Lombok juga dikenal sebagai pusat pondok pesantren terbesar di Nusa Tenggara
Barat. Suku sasak juga memiliki kebudayaan yang terpengaruh oleh nilai-nilai
islami, minimal mengawali aktivitas dengan mengucap “Bismillah” dan
mengakhirinya dengan mengucap “Alhamdulillah”, yang tak lain sebagai rasa

10
syukur kepada Allah.(Muhasim. 2016. Hlm. 41-42). Lombok juga terkenal
sebagai daerah seribu masjid, yang memiliki masjid-masjid di hampir seluruh
wilayah Lombok dengan gaya arsitektur yang unik dan salah satunya peninggalan
dari kerajaan-kerajaan islam di Lombok.

Dengan kata lain pengaruh agama islam terhadap daerah nusa tenggara
bisa dilihat dari gaya arsitektur bangunan-bangunan kunonya atau mesjid-mesjid
serta makam-makam ulama yang bercorak islam berdasarkan dari penelitian batu
nisannya. Dalam sosial budaya juga seperti pada aksara Mbojo Bima yang
dipercaya merupakan hasil dari akulturasi budaya Bima dengan agama islam yang
dibawa oleh pedagang-pedagang dari Bugis-Makasar. Serta pola kehidupan
masyarakat nusa tenggara khususnya nusa tenggara barat memiliki umat islam
cukup banyak dan tempat-tempat ibadah seperti mesjid yang tersebar luas, juga
masyarakat nusa tenggara berkehidupan dengan bertani dan beternak yang
dikembangkan sejak masa kerajaan Bima. Pengaruh islam di nusa tenggara barat
hampir sama dengan wilayah nusantara yang lain, yakni dalam bidang arsitektur
atau bangunan, sistem pemerintahan, pola hidup masyarakat, serta budaya dan
sastranya, yang dipadukan dengan adat kebiasaan dari masing-masing daerah
yang kena oleh proses islamisasi.

11
BAB 3

PENUTUPAN
3.1 Simpulan
Masuknya ajaran islam ke kawasan Nusa tenggara diperkirakan pada
sekitar abad ke-16, anggapan tersebut di perkuat dengan beberapa peninggalan
yang terdapat di kawasan Nusa Tenggara, Ajaran islam memasuki kawasan Nusa
tenggara dengan perdagangan serta belajarnya raja-raja kerajaan Nusa Tenggara
dari para alim ulama yang datang ke Nusa Tenggara maupun mereka berkelana ke
Jawa dan Makasar. Hadirnya islam ke Nusa tenggara membuat perubahan pada
sistem pemerintahan kerajaan menjadi islami, yang awalnya kerajaan menjadi
kesultanan dengan perubahan tersebut secara otomatis rakyat dari kesultanan di
kawasan Nusa tenggara menjadi muslim. Perkembangan islam di kawasan Nusa
Tenggara semakin menjadi terutama di kawasan Nusa Tenggara Barat, hingga kini
beberapa daerah di nusa tenggara barat memiliki umat muslim yang lumayan
banyak, terdapat juga lembaga-lembaga pendidikan islami seperti pesantren di
sekitar daerah nusa tenggara barat tersebut, sampai-sampai salah satu daerahnya
yaitu Lombok di sebut dengan pulau seribu mesjid. Selain itu dengan masuknya
islam ke Nusa Tenggara membuat kehidupan masyarakat di kawasan tersebut bisa
lebih maju, seperti dalam bidang sastra, bahasa, corak arsitektur bangunan, dan
sebagainya, yang melebur dengan kebiasaan adat sehingga menghasilkan sebuah
kebudayaan baru yang bercorak islami.

12
DAFTAR PUSTAKA
Sumerata. I Wayan. (2014). Jejak Peradaban Islam di Situs Dorobata
Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat. [Online]. Forum Arkeologi Vol 27, No
3, November 2014, Hlm. 229-238. Tersedia di:
http://forumarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/fa/article/download/34/26
diakses pada 23 Mei 2018

Nuryani. I. dkk. (2013). Tinjauan Historis Pengaruh Perkembangan


Agama Islam Terhadap Kerajaan Bima. [Online]. PESAGI: Jurnal Pendidikan
dan Penelitian Sejarah. Fkip Universitas Lampung, Vol 1, No 3, 2013 hlm. 1-12.
Tersedia di: http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=287159&val=7228&title=TINJAUAN%20HISTORIS%20PENGARUH
%20PERKEMBANGAN%20AGAMA%20ISLAM%20TERHADAP
%20KERAJAAN%20BIMA diakses pada 23 Mei 2018

Muhasim. (2016). Pengaruh Islam Terhadap Budaya Kerja Suku Sasak.


[Online]. PALAPA: Jurnal Study Keislaman dan Ilmu Pendidikan, Vol 4, No 1,
Mei 2016, hlm. 21-43. Tersedia di:
http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/palapa/article/download/
2259/1684 diakses pada 23 Mei 2018

Wacana,Lalu dkk.1978. Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Upaya
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.

Widyatmaka, dkk.1978. Sejarah Daerah Nusa Tenggara Timur. Jakarta:


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Upaya
Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.

Mulyawan, Iwan. 2009. Perkembangan Islam di Lombok.Yogyakarta :


Universitas Negeri Sunan Kalijaga

Zakaria, Fathurahman. 1998. Mozaik Budaya Orang Mataram.Mataram :


Yayasan Sumurman Al-Haidy

13
Haris, Tawalinuddin. 2011. Masuknya Islam dan Munculnya Bima
Sebagai Pusat Kekuasaan Islam di Kawasan Nusa Tenggara. Jurnal Al-Qalam”
Volume 17 Nomor 2 Juli-Desember 2011. (Online).
Jurnalalqalam.or.id/index.php/Alqalam/article/viewFile/121/106.

14

Anda mungkin juga menyukai