Disusun oleh:
Amirotunisa 1707923
Kelas 2A
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini
masih memberikan nafas kehidupan dan anugerah akal, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Proses Islamisasi di Nusa
Tenggara” tepat pada waktunya. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah
ikut membantu hingga dapat disusunnya makalah ini.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Sejarah Islam
Indonesia. Akhirnya penyusun sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku
penyusun dan bagi para pembaca pada umumnya. Akhirnya, tidak ada manusia
yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala kerendahan hati, saran-
saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan dari para
pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya
pada waktu mendatang.
ii
UCAPAN TERIMAKASIH
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
UCAPAN TERIMAKASIH.................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Masuknya Islam di Nusa Tenggara................................................................3
2.2 Perkembangan Masuknya Islam di Wilayah Nusa Tenggara.........................5
2.2.1 Kerajaan Selaparang di Lombok.............................................................5
2.2.2 Kesultanan Bima di Sumbawa.................................................................6
2.3 Keadaan Islam di Wilayah Nusa Tenggara Pada Abad ke19-20....................7
2.4 Pengaruh Islam di Nusa Tenggara..................................................................9
BAB 3 PENUTUPAN...........................................................................................12
3.1 Simpulan.......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................13
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam masuk ke Indonesia sekitar pada abad ke-13 Masehi, dengan bukti
ditemukannya makam dari Sultan Malik as-Saleh. Dengan adanya hal ini
sudah dapat diperkirakan pada abad ke-13 Masehi sudah ada kerajaan yang
bercorak Islam. Sebelumnya, pada abad ke-7 Masehi pun banyak para
pedagang Islam yang melakukan aktivitas perdagangan. Dengan perdagangan
pula Islam mulai menyebar ke berbagai daerah.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses masuknya Islam di wilayah Nusa Tenggara?
2. Bagaimana perkembangan Islam di wilayah Nusa Tenggara?
3. Bagaimana keadaan Islam di wilayah Nusa Tenggara di masa
sekarang?
4. Apa saja pengaruh Islam yang ada di wilayah Nusa Tenggara?
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Masuknya Islam di Nusa Tenggara
Menurut beberapa catatan Islam pertama kali masuk ke wilayah Nusa
Tenggara melalui Bayan yang dilakukan oleh sunan prapen. Sunan Prapen
merupakan keturunan dari salah satu Wali Songo. Berdasarkan letak geografisnya,
Bayan berada di tepi pantai utara Lombok.
Islam menyebar di wilayah Nusa Tenggara bukan hanya karena peran dari
Sunan Prapen saja melainkan raja-raja yang berkuasa di Lombok pun ikut
berperan dalam berkembang Islam di Nusa Tenggara. Bahkan Islam pun semakin
berkembang dengan adanya Tuan Guru.
3
luas ke berbagai daerah di Lombok. Selanjutnya Islam pun mulai menyebar ke
sebelah barat, tengah, serta timur. Karena ditemukannya komunitas wetu telu yang
berada di wilayah-wilayah tersebut. Di Lombok Barat terdapat di Narmada dan
Sekotong, di Lombok Tengah berada di Pegadang, Pujut, dan Rambitan,
sedangkan di Lombok Timur tidak begitu terlalu banyak.
4
abad ke-16. Dalam aktivitas perdagangan terlibat juga pedagang yang berasal dari
berbagai bangsa, berbagai etnik, terdapat pedagang muslim yang juga
menjalankan misi untuk menyebarkan agama Islam. Proses Islamisasi yang
sesungguhnya baru berlangsung pada abad ke-17, yaitu dengan kedatangan para
mubalig dari Melayu, Aceh, Jawa dan Sulawesi Selatan. Selain melalui
perdagangan dan dakwah, saluran perkawinan dan penguasa atau politik cukup
penting.
5
kekuasaannya hingga ke wilayah Sumbawa Barat. Kerajaan Selaparang
juga berusaha memnumbuhkan kejayaannya dengan meningkatkan
kualitas sktor agraris karena wilayah Kerajaan Selaparang yang baru
adalah wilayah perbukitan di pedalaman. Disebutkan jika wilayah
Selaparang yang terdiri dari bukit-bukit memberikan kemudahan bagi
tentara Kerajaan Selaparang untuk memnatau pergerakan yang
mencurigakan sehingga mereka bisa lebih bersiap saat akan terjadi
penyerangan. Selain itu, kejayaan Kerajaan Selaparang juga ditandai
dengan kekuatan tentara lautnya yang tangguh yang berhasil mengusir
Belanda pada tahun 1667-1668 dan mengusir kerajaan Gel-Gel dari Bali
yang akan menyerang Selaparang. Kejayaan ini membuat Selaparang
semakin mudah untuk menyebarkan pengaruhnya termasuk pengaruh
Islam. Islam yang berkembang di wilayah Kerajaan Selaparang adalah
Islam yang mendapat pengaruh dari Jawa, sehingga tidak mengherankan
jika syahadat dan ikrar adat pernikahan di wilayah Selaparang
menggunakan bahasa Jawa, hal tersebut di sebabkan karena datangnya
sunan prapen dari Gresik untuk berdakwah di wilayah Nusa Tenggara
meskipun sebelumnya Selaparang telah mendapat pengaruh Islam dari
Sayyid Zulkarnaen.
6
Gowa yang berlandaskan hukum islam. Gelar Neuhi yang sebelumnya
dipakai untuk menunjukan identitas raja diganti menjadi gelar Gelarang
atau kepala desa. Dalam menjalankan pemerintahan, Sultan Gelarang
dibantu oleh beberapa bidang lain seperti dewan turelli, majelis Hadat, dan
majelis agama yang berisi imam-imam dan kadi. Selanjutnya
perkembangan islam di Kesultanan Bima mendapat pembinaan dari
Pagaruyung (Minagkabau). Ulama-ulama yang terkenal waktu itu adalah
Datuk Iskandar, Datuk Raja Lelo, Datuk Selangkata, Datuk Lelang dan
Datuk Pajang. Karena kalangan kerajaan sudah lebih dulu masuk islam,
membuat masyarakat mereka pun ikut masuk islam sebagai bentuk
penghormatan kepada raja mereka. Oleh karenanya, iman mereka dalam
islam masih sangat tipis dan mudah terguncang.
Meskipun pada awal abad ke-19 islam di Nusa Tenggara berada dalam
masa terpuruknya dikarenakan meletusnya gunung tambora yang meruntuhkan
kerajaan-kerajaan baik kerajaan islam maupun hindu buddha yang berdiri di
kawasan Nusa Tenggara hingga menewaskan lebih dari 85000 jiwa pada saat itu
dan juga penyerangan raja-raja bali pada pertengahan abad ke-19 yang
mengintimidasi umat islam dan memaksa umat islam di nusa tenggara untuk
meningalkan kepercayaannya, tetapi hal tersebut tidak meruntuhkan keimanan
umat islam yang tersisa di kawasan nusa tenggara untuk mempertahankan
7
kepercayaannya, bahkan mereka semakin gencar untuk terus menyebarkan
pengaruh islam.
8
adalah islam yang benar-benar murni dan menjalankan 5 rukun islam yang ada,
sedangkan islam waktu telu adalah islam yang mencampur adukan urusan agama
dengan urusan adat, mereka juga hanya menjalankan 3 rukun islam dan cara
pelaksanaannya pun dinilai menyimpang.
9
Di antaranya terdapat beberapa makam bercorak islami di daerah
kabupaten Dompu yaitu, makam syekh Abdul Salam. Makam raja-raja Dompu,
Makam Doro sweter, makam syekh Yusuf Mansyur, Makam Solokilo, dan
Makam mekar sari. Makam-makam tersebut dipercaya merupakan warisan dari
kehidupan islam di wilayah kabupaten Dompu, diperkuat oleh penelitian I Wayan
Suantika di Situs Dorobata, yang mana di temukan tiga jenis batu nisan yang
berbeda-beda. Dua nisan polos dalam keadaan patah dan sebuah nisan berhias
dalam keadaan utuh. (Sumerata. 2014. Hlm. 233). Sudah kita ketahui bahwa
kebudayaan islam di nusantara tidak serta-merta langsung menghapus kebudayaan
lama tapi mencampurkannya sehingga masyarakat pada di wilayah tersebut
mudah untuk menerima ajaran islam, begitu juga di kabupaten Dompu, dilihat
dari situs Dorobata yang merupakan situs pemakaman raja-raja Dompu, yang
berkaitan dengan hindu-budha yang kemudian dialih fungsikan sebagai
pemakaman-pemakaman islami pada masa kesultanan Dompu tersebut.
Selain itu di wilayah Bima atau bekas daerah kerajaan Bima yang
terbentang luas dari pulau satonda di sebelah barat sampai Alor di sebelah timur,
selain itu terjalinnya hubungan politik dan ekonomi antara kerajaan Bima dengan
kerajaan-kerajaan suku Bugis-Makasar dan kerajaan suku mandar. Pertanian dan
peternakan dikembangkan dan diperluas, tanah yang tidak cocok untuk pertanian
dipergunakan untuk daerah peternakan. Bidang sastra dan seni budaya mengalami
perkembangan yaitu dengan memperkenalkan aksara yang dipelajari dari Gowa
yang kemudian menjadi aksara Mbojo Bima selain itu juga terdapat syair-syair
berbahasa Melayu yang menceritakan sejarah kerajaan Bima. (Nuryani dkk. 2013.
Hlm. 2-3).
10
syukur kepada Allah.(Muhasim. 2016. Hlm. 41-42). Lombok juga terkenal
sebagai daerah seribu masjid, yang memiliki masjid-masjid di hampir seluruh
wilayah Lombok dengan gaya arsitektur yang unik dan salah satunya peninggalan
dari kerajaan-kerajaan islam di Lombok.
Dengan kata lain pengaruh agama islam terhadap daerah nusa tenggara
bisa dilihat dari gaya arsitektur bangunan-bangunan kunonya atau mesjid-mesjid
serta makam-makam ulama yang bercorak islam berdasarkan dari penelitian batu
nisannya. Dalam sosial budaya juga seperti pada aksara Mbojo Bima yang
dipercaya merupakan hasil dari akulturasi budaya Bima dengan agama islam yang
dibawa oleh pedagang-pedagang dari Bugis-Makasar. Serta pola kehidupan
masyarakat nusa tenggara khususnya nusa tenggara barat memiliki umat islam
cukup banyak dan tempat-tempat ibadah seperti mesjid yang tersebar luas, juga
masyarakat nusa tenggara berkehidupan dengan bertani dan beternak yang
dikembangkan sejak masa kerajaan Bima. Pengaruh islam di nusa tenggara barat
hampir sama dengan wilayah nusantara yang lain, yakni dalam bidang arsitektur
atau bangunan, sistem pemerintahan, pola hidup masyarakat, serta budaya dan
sastranya, yang dipadukan dengan adat kebiasaan dari masing-masing daerah
yang kena oleh proses islamisasi.
11
BAB 3
PENUTUPAN
3.1 Simpulan
Masuknya ajaran islam ke kawasan Nusa tenggara diperkirakan pada
sekitar abad ke-16, anggapan tersebut di perkuat dengan beberapa peninggalan
yang terdapat di kawasan Nusa Tenggara, Ajaran islam memasuki kawasan Nusa
tenggara dengan perdagangan serta belajarnya raja-raja kerajaan Nusa Tenggara
dari para alim ulama yang datang ke Nusa Tenggara maupun mereka berkelana ke
Jawa dan Makasar. Hadirnya islam ke Nusa tenggara membuat perubahan pada
sistem pemerintahan kerajaan menjadi islami, yang awalnya kerajaan menjadi
kesultanan dengan perubahan tersebut secara otomatis rakyat dari kesultanan di
kawasan Nusa tenggara menjadi muslim. Perkembangan islam di kawasan Nusa
Tenggara semakin menjadi terutama di kawasan Nusa Tenggara Barat, hingga kini
beberapa daerah di nusa tenggara barat memiliki umat muslim yang lumayan
banyak, terdapat juga lembaga-lembaga pendidikan islami seperti pesantren di
sekitar daerah nusa tenggara barat tersebut, sampai-sampai salah satu daerahnya
yaitu Lombok di sebut dengan pulau seribu mesjid. Selain itu dengan masuknya
islam ke Nusa Tenggara membuat kehidupan masyarakat di kawasan tersebut bisa
lebih maju, seperti dalam bidang sastra, bahasa, corak arsitektur bangunan, dan
sebagainya, yang melebur dengan kebiasaan adat sehingga menghasilkan sebuah
kebudayaan baru yang bercorak islami.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sumerata. I Wayan. (2014). Jejak Peradaban Islam di Situs Dorobata
Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat. [Online]. Forum Arkeologi Vol 27, No
3, November 2014, Hlm. 229-238. Tersedia di:
http://forumarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/fa/article/download/34/26
diakses pada 23 Mei 2018
13
Haris, Tawalinuddin. 2011. Masuknya Islam dan Munculnya Bima
Sebagai Pusat Kekuasaan Islam di Kawasan Nusa Tenggara. Jurnal Al-Qalam”
Volume 17 Nomor 2 Juli-Desember 2011. (Online).
Jurnalalqalam.or.id/index.php/Alqalam/article/viewFile/121/106.
14