Disusun Oleh:
Fadhila Rahmi
Yusnita
Albi Mustaqim
Muhammad Samsul
Nita
Segala puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa ilmu dan amal. Serta kesehatan
yang masih dapat kita rasakan walaupun dalam kondisi dunia yang sedang tidak
baik-baik saja. Shalawat beserta salam kita hadiahkan kepada Muhammad SAW,
semoga kelak kita mendapat syafaat nya di yaumil mahsyar.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran pembaca demi
kesempurnaan makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat untuk peneliti dan pembaca.
Penyusun
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................I
DAFTAR ISI....................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................III
B. Tujuan Pembahasan...........................................................................................................IV
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................1
3........................................................................................................
Sifat-sifat Allah QS ,al-Anbiya(21):23.as- Sajadah(32):9-10
Kesimpulan...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui pengertian Sifat-sifat Allah
`3
BAB II
PEMBAHASAN
Sifat yaitu ciri-ciri atau keadaan yang melekat pada sesuatu. Dzat
dalam konteks ini yaitu sesuatu yang diberi sifat. Allah SWT adalah dzat
yang mempunyai sifat-sifat. Sifat-sifat Allah terdiri dari sifat wajib, sifat
mustahil, dan jaiz.
Sifat-sifat wajib bagi Allah itu terbagi menjadi empat bagian yaitu:
Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Dzat Allah. Maksudnya sesuatu
yang tidak bisa diterima oleh akal jika Allah tidak disifatkan dengan sifat ini. Atau bisa
4
juga dikatakan sifat untuk menentukan adanya Allah, di mana Allah menjadi tidak
mungkin ada tanpa adanya sifat tersebut, dikarenakan Wujud Allah
1. itu adalah Ghaib itu yang membuat Sifat ini tidak bisa diterima oleh akal sehat
manusia. Sifat nafsiyah ini hanya ada satu, yaitu Wujud (ada).Wujud (Ada). Dalil Aqli
sifat Wujud adanya semesta alam yang kita lihat sudah cukup dijadikan sebagai alasan
adanya Allah, sebab tidak masuk akal seandainya ada sesuatu yang dibuat tanpa ada yang
membuatnya. Dalil naqli sifat Wujud yaitu QS. As-Sajdah : 4
“Allah adalah Zat yang menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arasy. ( Bersemayam di
atas Arsy ialah salah satu sifat yang wajib diimani sesuai dengan keagungan Allah dan
kesucian-Nya. ) Bagimu tidak ada seorang pun pelindung dan pemberi syafaat selain Dia.
Maka, apakah kamu tidak memperhatikan?”
2. Sifat Salbiyah, yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya, yakni sifat-sifat
yang tidak sesuai, tidak layak dengan kesempurnaan Dzat-Nya. Sifat salbiyah ini ada
lima yaitu :
Qidam (Dahulu) Sifat Allah ini menandakan bahwa Allah sebagai Pencipta lebih
dulu ada daripada semesta alam dan isinya yang Ia ciptakan. Wajib meyakini
bahwa tidak ada yang mendahului keberadaan Allah subhanahu wa ta'ala. Dalil
naqli sifat Qidam yaitu QS. Al-Hadid : 3
ْ ُه َو اَأْل َّو ُل َواآْل ِخ ُر َوالظَّا ِه ُر َوا ْلبَا ِطنُ ۖ َوه َُو بِ ُك ِّل ش
َي ٍء َعلِي ٌم
‘Mahaawal’ ialah yang telah ada sebelum segala sesuatu ada, sehingga tidak
ada yang mendahului-Nya. ‘Mahaakhir’ iyalah yang akan hidup selamanya
5
setelah segala sesuatu musnah. ‘Mahazahir’ ialah yang begitu jelas wujudnya
melalui alam semesta yang ia ciptakan dan pembuktian logika dan rasa. Dan
‘Mahabatin’ ialah zat dan hakikat-Nya yang tidak bisa dijangkau baik oleh
mata, akal, dan khayal.)
Baqa (Kekal) Allah itu bersifat kekal, mustahil bagi Allah bersifat fana (binasa).
Wajib meyakini bahwa Allah itu kekal abadi keberadaan-Na tidak berakhir. Dalil
naqli sifat Baqa ini yaitu QS. Ar-Rahman : 26-27
6. Qiyamuhu bi nafsihi (berdiri sendiri) Artinya bahwa Allah SWT itu berdiri
dengan zat sendiri tanpa membutuhkan bantuan yang lain. Maksudnya,
keberadaan Allah SWT itu ada dengan sendirinya tidak ada yang mengadakan
atau menciptakan. Seperti Allah menciptakan alam semesta dan isinya ini
sendiri hal ini membuktikan bahwa Allah itu berdiri sendiri tanpa bantuan dari
yang lain. Dalil naqli sifat Qiyamuhu bi nafsihi yaitu QS. Al-Ankabut : 6
ََن ا ْل َعالَ ِمين ِ َو َمنْ َجا َه َد فَِإنَّ َما يُ َجا ِه ُد لِنَ ْف
ِ س ِه ۚ ِإنَّ هَّللا َ لَ َغنِ ٌّي ع
“Siapa yang berusaha dengan sungguh-sungguh (untuk berbuat kebajikan),
sesungguhnya dia sedang berusaha untuk dirinya sendiri (karena manfaatnya
kembali kepada dirinya). Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakaya (tidak
6
memerlukan suatu apa pun) dari alam semesta.”
7. Wahdaniyah (keesaan)
Artinya bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa, baik itu esa zat-Nya
sifat-Nya maupun perbuatan-Nya. Esa zat-Nya maksudnya zat Allah itu bukanlah
hasil dari
Ilmu (mengetahui) Artinya Allah memiliki pengetahuan atau kepandaian
yang sangat sempurna ilmu Allah tidak terbatas dan tidak pula dibatasi.
Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang
tampak maupun yang gaib. Allah mengetahui hal yang tidak diketahui oleh
manusia seperti jodoh, ajal, isi atau pikiran manusia itu sendiri dalil naqli
sifat ilmu yaitu QS. Al-An’am : 59,
Sama’ (mendengar) Allah mendengar setiap suara yang ada di alam semesta
ini. Tidak ada yang terlepas dari pendengaran Allah SWT walaupun suara itu
7
lemah dan pelan seperti suara bisikan hati dan jiwa manusia. Dalil naqli sifat sama
yaitu QS. Al-Hujurat : 1,
َ َ هَّللا َ ۚ ِإنَّ هَّللاDسولِ ِه ۖ َواتَّقُوا
س ِمي ٌع َعلِي ٌم ِ يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تُقَ ِّد ُموا بَيْنَ يَد
ُ َي هَّللا ِ َو َر
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah mendahului Allah dan
Rasul-Nya *698) dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS.49.Al-Ḥujurāt : 1)
Bashar (melihat) Allah bersifat Maha Melihat mustahil Allah itu 'Amaa (buta).
Allah SWT melihat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Segala sesuatu
yang ada di alam semesta ini baik kecil maupun besar, tampak atau tidak tampak
pasti semuanya terlihat oleh Allah SWT. Dalil naqli sifat Bashar yaitu QS. Al-
Hujurat : 18,
ِ ت َواَأْل ْر
ِ َض ۚ َوهَّللا ُ ب
َصي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون َّ ِإنَّ هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َغ ْي َب ال
ِ س َما َوا
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS.49.Al-Ḥujurāt : 18)
ُ ا َء هَّللاD ش َ وD ْ Dَا ُموا ۚ َولDDَضا َء لَ ُه ْم َمش َْوا ِفي ِه وَِإ َذا َأ ْظلَ َم َعلَ ْي ِه ْم ق َ صا َر ُه ْم ۖ ُكلَّ َما َأ
َ ق يَ ْخطَفُ َأ ْب
ُ يَ َكا ُد ا ْلبَ ْر
َي ٍء َق ِدي ٌر
ْ صا ِر ِه ْم ۚ ِإنَّ هَّللا َ َعلَ ٰى ُك ِّل ش َ س ْم ِع ِه ْم َوَأ ْب َ لَ َذه
َ َِب ب
“Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu)
menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu. Apabila gelap menerpa mereka,
mereka berdiri (tidak bergerak). Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia
menghilangkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. 2.Al-Baqarah : 20)
‘Aliman (Maha Mengetahui) Allah mengetahui segala hal yang telah terjadi
maupun yang belum terjadi, Allah pun dapat mengetahui isi hati dan pikiran
manusia. Dan Allah mengetahui apa yang terjadi di alam semesta ini, hal yang
tidak bisa diterima oleh akal manusia. Dalil naqli sifat ‘Aliman ialah QS. An-
Nisa : 176,
اDDفُ َمDص ْ ِا نDDهُ ُأ ْختٌ فَلَ َهDَ ٌد َولDَهُ َولDَس ل َ ستَ ْفتُونَكَ قُ ِل هَّللا ُ يُ ْفتِي ُك ْم فِي ا ْلكَاَل لَ ِة ۚ ِإ ِن ا ْم ُرٌؤ َهلَكَ لَ ْي ْ َي
َ Dَا ِن ِم َّما تDDَا ال ُّثلُثDDا ا ْثنَتَ ْي ِن فَلَ ُه َمDDَِإنْ َكانَتDَ ٌد ۚ فDَا َولDDا ِإنْ لَ ْم يَ ُكنْ لَ َهDDتَ َر َك ۚ َوه َُو يَ ِرثُ َه
ْركَ ۚ وَِإنD
ِ ظِّ اُأْل ْنثَيَ ْي ِن ۗ يُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ْم َأنْ تD ُل َحDلذ َك ِر ِم ْث
ِّلDلُّوا ۗ َوهَّللا ُ بِ ُكDَض َّ ِسا ًء فَل
َ َِكانُوا ِإ ْخ َوةً ِر َجااًل َون
َي ٍء َعلِي ٌم
ْ ش
“Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalālah).191) Katakanlah, “Allah
9
memberi fatwa kepadamu tentang kalālah (yaitu,) jika seseorang meninggal dan
dia tidak mempunyai anak, tetapi mempunyai seorang saudara perempuan,
bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya.
Adapun saudara laki-lakinya mewarisi (seluruh harta saudara perempuan) jika
dia tidak mempunyai anak. Akan tetapi, jika saudara perempuan itu dua orang,
bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Jika mereka (ahli waris
itu terdiri atas) beberapa saudara laki-laki dan perempuan, bagian seorang
saudara laki-laki sama dengan bagian dua orang saudara perempuan. Allah
menerangkan (hukum ini) kepadamu agar kamu tidak tersesat. Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (QS. An-Nisa : 176)
Hayyan (Maha Hidup) Allah adalah Dzat Yang Hidup, Allah tidak akan pernah
mati, tidak akan pernah tidur ataupun lengah. Dalil naqli sifat hayyan yaitu Al-
Furqān : 58,
10
Bashiran (Maha Melihat) Allah selalu melihat gerak-gerik kita. Oleh karena itu
hendaknya kita selalu berbuat baik. Allah bisa melihat hal yang tidak bisa dilihat
oleh manusia baik itu kebaikan maupun keburukan. Dalil naqli sifat Basiran yaitu
QS. Al-Hujurat : 18,
ِ ت َواَأْل ْر
ِ َض ۚ َوهَّللا ُ ب
َصي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون َّ ِإنَّ هَّللا َ يَ ْعلَ ُم َغ ْي َب ال
ِ س َما َوا
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang gaib di langit dan di bumi. Allah
Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Hujurat : 18)
11
Untuk memperkuat keterangan bahwa Allah Maha Suci dari sifat-sifat
yang tidak layak bagi Tuhan, maka dalam ayat ini Allah menyebutkan
kekuasaan-Nya yang mutlak atas segala makhlukNya, sehingga tidak
seorangpun berwenang untuk menanyakan, memeriksa atau meminta
pertanggungjawaban-Nya atas setiap perbuatan-Nya. Bahkan ditegaskan,
bahwa manusia lah yang akan diminta pertanggungjawabannya atas setiap
perbuatannya. Hal ini disebabkan Allah lah Hakim dan Penguasa yang
sebenarnya. Allah menciptakan segala sesuatu senantiasa berdasarkan ilmu dan
hikmah-Nya yang tinggi, serta kasih sayang dan keadilan-Nya kepada
hambaNya.
Munasabah Ayat
Dalam hubungan ini, Allah telah berfirman dalam ayat lain
QS. Al-Hijr : 92-93, yakni “Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka
semua, tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu.
Dan dalam QS. Al-Mu’minun : 88, yakni “Dia mnutfah itu, sehingga berbentuk
manusia. Kemudian ditiupkan roh ke dalamnya. Dengan demikian bergeraklah
janin yang kecil itu. Setelah nyata kepadanya tanda-tanda kehidupan, Allah
menganugerahkan kepadanya pendengaran, penglihatan, akal, perasaan dan
sebagainya. Manusia pada permulaan hidupnya di dalam rahim ibu, sekalipun
telah dianugerahi mata, telinga, dan otak tetapi ia belum dapat melihat,
mendengar, dan berpikir. Hal itu baru diperolehnya setelah ia lahir dan semakin
lama panca inderanya dapat berfungsi dengan sempurna. Pada akhir ayat ini,
Allah mengatakan bahwa hanya sedikit manusia yang mau mensyukuri nikmat
Allah yang telah dilimpahkan kepadanya.
QS..As-Sajdah : 10
12
ٍ ض َأِإنَّا لَفِي َخ ْل
َق َج ِدي ٍد ۚ بَ ْل ُه ْم بِلِقَا ِء َربِّ ِه ْم َكافِرُون ِ ضلَ ْلنَا فِي اَأْل ْر
َ َوقَالُوا َأِإ َذا
“Mereka berkata, “Apakah apabila kami telah lenyap (hancur) di dalam
tanah, kami akan (kembali) dalam ciptaan yang baru?” (Mereka dihidupkan
kembali untuk menerima balasan Allah SWT pada hari kiamat). Bahkan
(bukan hanya itu), mereka pun mengingkari pertemuan dengan Tuhannya.”
Al-Asmā’u al-¦usnā terdiri atas dua kata, yaitu Asmā yang berarti nama-nama, dan
Husna yang berarti baik atau indah. Jadi, al-Asmā’u al-¦usnā dapat diartikan sebagai nama-
nama yang baik lagi indah yang hanya dimiliki oleh Allah Swt. Sebagai bukti keagungan-
Nya. Kata al-Asmā’u al-¦usnā diambil dari ayat al-Qur’ān Q.S. Tāhā/20:8. Yang artinya,
13
“Allah Swt. Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Dia memiliki al-Asmā’u al-¦usnā (nama-nama
baik)“.
Asmaul Husna artinya nama-nama Allah yang paling baik paling luas dan
paling dalam pengertiannya. Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama 100 kurang
1 barangsiapa menghafalnya masuklah dia ke surga (riwayat al-Bukhari dan Muslim
dari abu Hurairah). Jumlah 99 itu tidaklah berarti batas jumlah sesungguhnya, nama
Allah itu tidak terbatas. Dalam Al-Qur’an, nama Allah lebih dari jumlah angka
tersebut. Nama-nama itu merupakan sifat dari Dzat Allah yang Maha Esa, bukan zat
Tuhan yang dikira orang musyrikin. Mengenai Asmaul Husna yang 99 itu juga
diriwayatkan oleh at Tirmidzi dan Al Hakim. Terjemahan nama-nama Allah
sesungguhnya tidak dapat diterjemahkan secara tepat. Terjemahan ini sekedar untuk
menjelaskan maknanya sesuai dengan keterbatasan bahasa Indonesia. Allah
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menyebutkan nama-nama yang paling
baik ini dalam berdoa dan berdzikir. Karena dengan berdoa dan berdzikir mereka
selalu ingat kepada Allah dan iman mereka bertambah hidup dan subur dalam jiwa
mereka. Allah memerintahkan pula kepada orang-orang yang beriman agar mereka
meninggalkan perilaku orang-orang yang menyimpangkan pengertian nama-nama
Allah dari pengertian yang sebenarnya. Misalnya dengan memberikan takwil atau
memutarbalikkan pengertian sehingga mengaburkan kesempurnaan yang mutlak
14
dari sifat-sifat Allah. Mereka yang berbuat demikian kelak akan ditimpa azab Allah.
Penyimpangan atau penyelewengan dari nama-nama Allah yang Maha Sempurna
itu bermacam-macam bentuknya antara lain :
1. Memberikan nama kepada Allah dengan nama yang tidak terdapat dalam Al-
Qur’an ataupun dalam hadis Rasul yang shahih. Semua ulama sepakat bahwa nama
dan sifat Allah itu harus didasarkan atas penjelasan Al-Qur’an dan hadis Rasul
(tauqifi).
2. Menolak nama-nama dan sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
Dzatnya, atau menolak untuk menisbahkan suatu perbuatan kepada Allah karena
memandang yang demikian itu tidak patut bagi kesucian-Nya atau mengurangi
kesucian-Nya. Mereka yang menolak ini memandang diri mereka seolah-olah
lebih mengetahui dari Allah dan rasul-Nya, mana yang layak dan mana yang tidak
layak bagi Allah.
3. Menamakan sesuatu selain Allah dengan nama yang hanya layak bagi Allah.
4. Memutarbalikkan nama dan sifat-sifat Allah dengan penafsiran sendiri sehingga
keluar dari pengertian dan maksud yang sebenarnya, seperti paham yang mengatakan
bahwa sifat-sifat Allah sama dengan sifat manusia, seperti mendengar, melihat,
berkata-kata, punya muka, tangan, kak,i tertawa, marah, senang dan sebagainya.
Kendati Allah memiliki sifat mendengar, melihat, dan sebagainya namun
mendengarnya Allah tidak sama dengan mendengarnya makhluk, melihatnya Allah
tidak sama dengan melihatnya makhluk. Atau paham yang memberikan takwil
terhadap sifat-sifat Allah sedemikian rupa sehingga sifat Allah itu tidak memiliki arti
sama sekali.
5. Mempersekutukan Allah dengan sembahan selain Allah dalam segi nama yang
khusus untuk Allah. Seperti memakai lafal Allah untuk sebuah berhala atau kata
Rabbul ‘alamin.
Dalam ayat lain dijelaskan bahwa al-Asmā’ul Husnā merupakan amalan yang
bermanfaat dan mempunyai nilai yang tak terhingga tingginya. Berdoa dengan
menyebut al-Asmā’ul Husnā sangat dianjurkan menurut ayat tersebut.
15
ِ ش َها َد ِة ا ْل َكبِي ُر ا ْل ُمتَ َع
ال ِ عَالِ ُم ا ْل َغ ْي
َّ ب َوال
“(Allahlah) yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata. (Dia) Yang Mahabesar
lagi Mahatinggi.”
Ayat ini menjelaskan bahwa dialah Tuhan Yang mengetahui yang gaib, yang tampak,
dan yang tidak bisa diketahui oleh panca indra manusia. Ilmu pengetahuan telah membuktikan
bahwa ada makhluk yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, karena kecil sekali. Iya
baru dapat dilihat dengan mikroskop dan teleskop, seperti bakteri dan virus yang dapat
menularkan bermacam-macam penyakit yang sulit sekali untuk diberantas, atau sampai
sekarang belum ditemukan obat pembasminya. Bakteri dan virus itu termasuk tentara Allah,
yang tidak dapat diketahui berapa jumlahnya melainkan oleh Allah sendiri, yang diterangkan
dalam firmannya QS. Al-Muddatsir : 9, yang artinya, “Dan tidak ada yang mengetahui bala
tentara Tuhanmu kecuali dia sendiri.” (QS. Al-Muddatsir : 9)
Dalam ayat ini diterangkan bahwa seandainya gunung-gunung itu diberi akal,
pikiran, dan perasaan seperti yang telah dianugerahkan kepada manusia kemudian
diturunkan Al-Qur’an kepadanya, tentulah gunung-gunung itu tunduk kepada Allah,
bahkan hancur lebur karena takut kepadanya. Akan tetapi Al-Qur’an bukan untuk
gunung, melainkan untuk manusia.
Sungguh indah metafora ini membandingkan manusia yang kecil dan
lemah dengan gunung yang begitu besar tinggi dan keras, dikatakan bahwa gunung
itu akan tunduk di hadapan wahyu Allah dan akan hancur karena rasa takut. Ayat ini
16
merupakan suatu peringatan kepada manusia yang tidak mau menggunakan akal,
pikiran dan perasaan yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka. Mereka lebih
banyak terpengaruh oleh hawa nafsu dan kesenangan hidup di dunia sehingga hal itu
menutup akal dan pikiran mereka karena takut kehilangan pengaruh dan kedudukan,
maka mereka tidak akan mau mengikuti kekebenaran. Betapa tingginya nilai Al-
Qur’an sehingga tidak semua makhluk Allah dapat memahami dengan baik maksud
dan tujuannya, untuk memahaminya harus memenuhi syarat-syarat tertentu antara
lain :
ilmu yang memadai, menggunakan akal pikiran, membersihkan hati
nuraninya, dan niat yang setulus-tulusnya.
QS. Al-Ḥasyr : 22
ش َها َد ِة ۖ ُه َو ال َّر ْح ٰ َمنُ ال َّر ِحي ُم ِ ه َُو هَّللا ُ الَّ ِذي اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل ه َُو ۖ عَالِ ُم ا ْل َغ ْي
َّ ب َوال
“Dialah Allah Yang tidak ada tuhan selain Dia. (Dialah) Yang Mengetahui
yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
(QS. Al-Ḥasyr : 22)
QS. Al-Ḥasyr : 23
ۚ ُز ا ْل َجبَّا ُر ا ْل ُمتَ َكبِّ ُرDْؤ ِمنُ ا ْل ُم َه ْي ِمنُ ا ْل َع ِزيDDاَل ُم ا ْل ُمDالس ُ دDُ ُك ا ْلقDُِه َو هَّللا ُ الَّ ِذي اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل ُه َو ا ْل َمل
َّ ُّوس
َش ِر ُكون ْ ُس ْب َحانَ هَّللا ِ َع َّما ي ُ
“Dialah Allah Yang tidak ada tuhan selain Dia. Dia (adalah) Maharaja,
17
Yang Mahasuci, Yang Mahadamai, Yang Maha Mengaruniakan keamanan,
Maha Mengawasi, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa, dan Yang Memiliki
segala keagungan. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS.
Al-Ḥasyr : 23)
Ayat ini menerangkan Dialah Allah, Tuhan yang Esa yang memiliki segala
sesuatu yang ada dan mengurus segalanya menurut yang dikehendaki-Nya Yang
Maha Suci dari segala macam bentuk cacat dan kekurangan. Yang Maha
Sejahtera, Yang Maha Memelihara keamanan, keseimbangan, dan kelangsungan
hidup seluruh makhluk-Nya, Maha Perkasa tidak menganiaya makhluk-Nya, tetapi
tuntutan-Nya sangat keras, Dia Maha Besar dan Maha Suci dari segala apa yang
dipersekutukan dengan-Nya.
QS. Al-Ḥasyr : 24
“Dialah Allah Yang Maha Pencipta, Yang Mewujudkan dari tiada, dan
Yang Membentuk rupa. Dia memiliki nama-nama yang indah. Apa yang di langit
dan di bumi senantiasa bertasbih kepada-Nya. Dialah Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana.” (QS. Al-Ḥasyr : 24)
Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah Pencipta seluruh makhluk-Nya, Dia
yang mengadakan seluruh makhluk dari tidak ada kepada ada, yang membentuk
makhluk sesuai dengan tugas dan sifatnya masing-masing. Dia mempunyai sifat-
sifat yang indah, nama yang agung yang tidak dipunyai oleh makhluk lain selain
dari Dia. Kepada-Nya bertasbih dan memuji segala yang ada di langit dan di bumi
sebenarnya yang penting dalam berdoa adalah keikhlasan hati, kekhusyukan, dan
ketundukan kepada Allah dengan membaca ayat-ayat itu diharapkan ketiganya
muncul sehingga doa itu diterima Allah.
18
Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah dari Nabi
bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, 100 kurang 1 barangsiapa
yang menghafal, menghayati, dan meresapi niscaya akan masuk surga (riwayat Al
Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud dengan menghayati dan meresapinya di sini
ialah, benar-benar memahami sifat-sifat Allah itu, merasakan keagungan,
kebesaran, dan kekuasaan-Nya atas seluruh makhluk, dan merasakan kasih
sayang-Nya hal itu menimbulkan ketundukan, kepatuhan dan kekhusukan pada
setiap orang yang melakukan ibadah kepada-Nya.
Sifat-sifat Allah SWT adalah hal yang wajib untuk kita pelajari jteladani. Sifat-
sifat ini bisa dijumpai pada Asmaul Husna yang merupakan nama-nama indah
dan baik dari Allah SWT. Masing-masing asmaul husna ini mewakili sifat Allah
SWT Yang Maha Sempurna. Selain itu, sifat-sifat Allah SWT juga bisa dijumpai
pada Sifat Wajib, Sifat Jaiz dan Sifat Mustahil-Nya.
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan mempelajari sifat-sifat Allah SWT,
antara lain sebagai berikut:
1. Semakin mendekatkan diri dengan Allah SWT sehingga keimanan pun semakin kuat.
2. Mendapatkan rahmat, kemuliaan dan pahala di sisi Allah SWT.
3. Senantiasa mengingat Allah SWT dengan semua sifat Maha Sempurna-Nya
19
4. Menjadikan diri kaya akan ilmu terlebih mengenal Allah SWT dan sifat-sifat-Nya adalah semulia-
mulianya ilmu pengetahuan.
5. Dengan mengenal Allah SWT lewat sifat-sifat-Nya, seseorang akan memiliki pedoman dan
petunjuk dalam berperilaku sehari-hari yang membawa pada kemuliaan.
6. Mempelajari sifat-sifat Allah SWT secara tidak langsung akan melatih ingatan seseorang sehingga
menjadi lebih kuat dan baik.
QS.Al-Maidah(5):76
ض ًّرا َواَل َن ْف ًعا ۚ َوٱهَّلل ُ ه َُو ٱل َّسمِي ُع ْٱل َعلِي ُم ُ ِون ٱهَّلل ِ َما اَل َي ْمل
َ ك لَ ُك ْم َ قُ ْل َأ َتعْ ُب ُد
ِ ون مِن ُد
Artinya: Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak
dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Tafsir Jalaly
Katakanlah, "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah) selain-Nya (sesuatu yang
tidak dapat memberi mara bahaya kepadamu dan tidak pula memberi manfaat?" Dan
Allahlah Yang Maha Mendengar) terhadap perkataan-perkataanmu (lagi Maha Mengetahui)
tentang tindak-tandukmu; kata istifham/kata tanya di sini menunjukkan keingkaran.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://www.republika.co.id/berita/qpg06i320/5-manfaat-
mengetahui-nama-dan-sifat-allah-swt
https://tafsirq.com/5-Al-Ma%27idah/ayat-76
https://www.99.co/blog/indonesia/sifat-wajib-allah/
21
22