Anda di halaman 1dari 1

Pendidikan dan Guru

Dunia pendidikan tak akan pernah terlepas dari sumber daya manuisa. Termasuk guru didalamnya yang Guru pun
memiliki dampak besar terhadap perubahan tersebut. Selain guru mentransfer ilmu, menjembatani karakteristik,
berinteraksi dengan siswa. Ada sisi lain yang akan menjadi momok bagi siswa dan guru bilamana tidak terkontrol
terukur dan terarah. Yaitu pemanfaatan sosial media karena teknologi semakin canggih akan ditemukan pula
perilaku menyimpang.

Tahun 2019 bisa dikatakan sebagai tahun terberat dalam dunia pendidikan. Program perencanaan dan
pengembangan yang telah dicanangkan di seluruh Indonesia luluh lantah oleh “Corona Virus 19” Sekolah
melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ). Guru perlu
menemukan formula baru dengan pembelajaran online melalui media Zoom meeting. Google Classroom,
Whatsapp grup, quizziz. Selain itu masih ada timbul permasalahan bagi mereka yang tinggal jauh dari kata “layak”
dalam ketersediannya listrik dan jaringan internet. Ironis akan tetapi itulah kenyataannya. Dengan permasalahan
pendidikan yang begitu kompleks inilah menjadi tolak ukur sekaligus tantangan kita sebagai guru. Lantas apa
yang yang seharusnya kita lakukan sebagai seorang guru?

Orang Jawa menyebut guru adalah sebagai seoarang yang “di gugu lan di tiru” yang kurang lebih artinya
sesorang guru yang bisa menjadi panutan dan bisa menjadi tauladan bagi siswanya. Teringat akan falsafah oleh
Bapak Pendidikan Indonesia Raden Mas Soewardi Surjaningrat atau lebih dikenal dengan Ki Hadjar Dewantara

“ing ngarsa sung tulodho”, Ing madya mangun karsa” “tut wuri handayani”

Didepan memberikan contoh, di tengah memberikan semangat, dibelakang memberikan dorongan moral.

Esensi dari kata tersebut memang akan memiliki persepsi berbeda beda. Secara mendasar kita mengetahui cita
cita yang sebenarnya ingin dicapai melalui pesan tersebut. Merefleksikan diri kembali dengan mengingat
perjuangan masa lalu pahlawan adalah salah satu hal yang cukup membawa kembali tujuan pendidikan itu
sendiri.

Ing ngarsa sung tulodho. di depan memberikan contoh. Guru adalah garda terdepan dalam membentuk karakter
siswa di sekolah setelah orang tua. Dalam diri guru ada cerminan yang mungkin bisa ditiru. Bagaimana kita
bersikap, bertutur kata, membuat kebijakan akan mempengaruhi karakteristik mereka baik secara tersurat
maupun tersirat. Tantangan ini akan menjadi semakin sulit apabila kita runut kebiasaan siswa di generasi Z ini.
Role model yang generasi Z idealkan bukan lagi sesorang yang paling mulia di dunia Nabi Muhammad, bukan
pula seorang pahlawan yang telah berjasa. Ataupun ilmuan yang menemukan penemuan penting. Melainkan
seseorang yang memiliki suara bagus, paras yang tampan, fisik yang sempurna dan mahir berjoget. Memang
tidak salah mengagumi hal itu namun belum sesuai dengan esensi pendidikan mengenai 18 karakter yang perlu
ditanamkan kepada peserta didik, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, dan tanggung jawab.*

Ing madya mangun karsa ditengah memberikan semangat.

Tut wuri handayani di belakang memberikan daya kekuatan

Anda mungkin juga menyukai