Anda di halaman 1dari 12

Analisis Numerik

BAB II
Sistem Bilangan Dan Kesalahan

2.1. Sistem Bilangan


Sistem Bilangan (Numeral System) adalah sistem tulisan untuk mengungkapkan angka,
yaitu notasi matematis untuk mewakili nomor dari satu set tertentu, menggunakan angka atau
simbol-simbol lainnya secara konsisten.
- Simbol ’11’ harus ditafsirkan sebagai simbol biner untuk tiga, simbol desimal untuk sebelas
atau simbol untuk nomor lainnya dalam basis yang berbeda.
- Simbol ’11’ dan ’XI’ adalah simbol yang berbeda tetapi dapat mempunyai tafsir yang sama
yaitu sebagai representasi angka ’sebelas’ jika simbol ’11’ sebagai simbol desimal, sedangkan
simbol ’XI’ sebagai simbol angka Romawi.
- Nomor yang mewakili angka disebut nilainya.

2.2. Penyajian Bilangan Bulat


Dalam penggunaan bilangan bulat yang sering dilakukan adalah bilangan bulat berdasarkan
sistem bilangan desimal.
Jadi, misalnya bilangan 123 dapat dinyatakan sebagai :
123 = 1.100 + 2.10 + 3.1
= 1.102 + 2.101 + 3.100

2345 = 2.1000 + 3.100 + 4.10 + 5.1


= 2.103 + 3.102 + 4.101 + 5.100

Angka 10 dari sistem tersebut di sebut Basis. Setiap bilangan bulat dinyatakan sebagai suatu
persamaan polinomial dalam basis 10 dengan notasi berikut :

STMIK BANJARBARU 6
Analisis Numerik

Namun sistem bilangan pada komputer menggunakan Sistem Biner (Binary System) yang
mempunyai basis 2 dan koefisien bilangan bulatnya mempunyai angka 0 atau 1.

Contoh :
- 112 = 1.2121 + 1.2020 = 3
- 11012 = 1.23 + 1.22 + 0.21 + 1.20 = 13
8 + 4 + 0 + 1

Konversi bilangan bulat dari basis β ke dalam basis 10 jika diketahui koefisien-koefisien an,..…,a0
dari polinom dari suatu bilangan β.
Hitung bilangan-bilangan bn, bn-1, b0 secara rekursif (berulang) :

Contoh :
Bilangan Biner 11012 dapat dihitung dengan :
b3 = a3 = 1
b2 = a2 + b3 β = 1 + 1.2 = 3
b1 = a1 + b2 β = 0 + 3.2 = 6
b0 = a0 + b1 β = 1 + 6.2 = 13
Jadi 11012 = 13

Bilangan Biner 100002 dapat dihitung dengan :


b4 = 1
b3 = 0 + 1.2 = 2
b2 = 0 + 2.2 = 4

STMIK BANJARBARU 7
Analisis Numerik

b1 = 0 + 4.2 = 8
b0 = 0 + 8.2 = 16
Jadi 100002 = 16

Untuk Bilangan Oktal 7218 dapat dihitung dengan :


b2 = 7
b1 = 2 + 7.8 = 2 + 56 = 58
b0 = 1 + 58.8 = 1 + 464 = 465
Jadi 7218 = 465

2.3. Penyajian Bilangan Pecahan


Jika x merupakan bilangan nyata positif, maka bagian integralnya x I merupakan bilangan
bulat terbesar yang kurang daripada atau sama dengan x.
Bilangan pecahan dapat juga ditulis sebagai suatu pecahan desimal (decimal fraction).
Ada bilangan pecahan tertentu yang pecahannya dikatakan berakhir (to terminate), seperti :
1
=0,25=2. 10−1 +5. 10−2
4
merupakan suatu pecahan desimal yang berakhir.
Sedangkan :
1 −1 −2 −3
=0,333 … .=3. 10 +3. 10 +3.10 +¿….
3
bukan merupakan suatu pecahan desimal yang berakhir.

Bilangan pecahan x antara 0 s/d 1 dalam sistem bilangan desimal didefinisikan :

Bilangan pecahan x secara umum dalam sistem bilangan didefinisikan :

Contoh :

STMIK BANJARBARU 8
Analisis Numerik

0,62510 = 6.10-1 + 2.10-2 + 5.10-3


Untuk Bilangan Biner dibentuk menjadi pecahan dengan menggunakan Basis 2, seperti contoh
berikut :
(0,101)2 = 1.2-1+ 0.2-2 + 1.2-3
1 1 1
= (1. 1 ) + (0. 2 ) + (1. 3 )
2 2 2
1 1 1
= (1. ) + (0. ) + (1. )
2 4 8
= 0,5 + 0 + 0,125
= 0,625

Untuk menghasilkan suatu pecahan yang merupakan pecahan biner (Binary Fraction) didapatkan
dengan bagian integral dengan menggunakan 2xF – bF.
Contoh :
Pecahan Desimal ke Biner :
- A = 0,625 diperoleh :
2 (0,625) = 1,25 => b1 = 1 (awal)
2 (0,25) = 0,5 => b2 = 0
2 (0,5) = 1,0 => b3 = 1 (akhir)
Dan semua bk selanjutnya adalah 0, sehingga 0,625 = (0,101)2
- C = 0,84375 diperoleh :
2 (0,84375) = 1,6875 => b1 = 1 (awal)
2 (0,6875) = 1,375 => b2 = 1
2 (0,375) = 0,75 => b3 = 0
2 (0,75) = 1,5 => b4 = 1
2 (0,5) = 1,0 => b5 = 1 (akhir)
Dan semua bk selanjutnya adalah 0, sehingga 0,84375 = (0,11011)2
- X = 5,625 diperoleh :
5/2 = 2 sisa = 1 (akhir)
2/2 = 1 sisa = 0
1/2 =0 sisa = 1 (awal)

STMIK BANJARBARU 9
Analisis Numerik

2 (0,625) = 1,25 => b1 = 1 (awal)


2 (0,25) = 0,5 => b2 = 0
2 (0,5) = 1,0 => b3 = 1 (akhir)
Sehingga 5,625 = (101,101)2

2.4. Pendekatan dan Kesalahan


- Kesalahan atau error atau galat adalah besarnya perbedaan atau selisih antara nilai taksiran
(hampiran/aproksimasi) dengan nilai sesungguhnya (eksak) yang diakibatkan oleh proses
pengukuran atau penggunaan aproksimasi.
- Besarnya kesalahan atas suatu nilai taksiran dapat dinyatakan secara kuantitatif dan
kualitatif.
- Besarnya kesalahan yang dinyatakan secara kuantitatif disebut Kesalahan Absolut.
- Besarnya kesalahan yang dinyatakan secara kualitatif disebut dengan Kesalahan Relatif.

a. Kesalahan Numerik
Kesalahan dalam Metode Numerik :
- Kesalahan Pembulatan (round of error)
Kesalahan pembulatan adalah kesalahan yang disebabkan pembulatan.
Contoh: 0,4  0 0,5  1
- Kesalahan Pemotongan (truncation error)
Kesalahan yang ditimbulkan pada saat dilakukan pengurangan jumlah angka signifikan.
Contoh: 0,4123454  0,41235
(7 angka signifikan) (5 angka signifikan)
- Kesalahan dari Perhitungan Numerik
Kesalahan yang timbul karena adanya proses pendekatan.

b. Hubungan Kesalahan dan Penyelesaian


- Rumus hubungan kesalahan dan penyelesaian adalah :

STMIK BANJARBARU 10
Analisis Numerik

= nilai eksak (nilai yang sebenarnya)


𝑥 = nilai pendekatan yang dihasilkan dari metode numerik
𝑒 = nilai kesalahan numerik
- Kesalahan fraksional adalah prosentase antara kesalahan dan nilai sebenarnya.

- Kesalahan fraksional berdasarkan nilai pendekatan yang diperoleh yaitu e pada waktu ke n

adalah selisih nilai pendekatan ke n dan ke n-1

c. Kesalahan Absolut dan Relatif


- Kesalahan absolut menunjukkan besarnya perbedaan antara nilai eksak dengan nilai
perkiraan.

- Kesalahan absolut tidak menunjukkan besarnya tingkat kesalahan, tetapi hanya sekedar
menunjukkan selisih perbedaan antara nilai eksak dengan nilai perkiraan.
- Kesalahan relatif menunjukkan besarnya tingkat kesalahanantara nilai perkiraan dengan
nilai eksaknya yang dihitung dengan membandingkan kesalahan absolut terhadap nilai
eksaknya.

= nilai eksak (nilai yang sebenarnya)


𝑒 = nilai kesalahan mutlak
∈ = nilai kesalahan relatif
- Semakin kecil kesalahan relatifnya, maka nilai perkiraan yang diperoleh akan semakin baik.

Contoh :

STMIK BANJARBARU 11
Analisis Numerik

1. Pak Adi membeli kabel listrik sepanjang 30 meter dari sebuah toko alat-alat elektronika. Setelah
sampai rumah, Pak Adi mengukur kabel yang baru dibelinya menggunakan meteran gulung, dan
ternyata panjang kabelnya hanya 29,97 meter.
Berapa kesalahan absolut dan kesalahan relatif hasil pengukuran yang dilakukan oleh Pak Adi ?

2. Pengukuran panjang jembatan dan pensil memberikan hasil 9.999 cm dan 9 cm. Apabila panjang
yang benar (eksak) adalah 10.000 cm dan 10 cm. Hitung kesalahan absolut dan relatif !

Penyelesaian :
1. - Diketahui :

= 30 meter
x = 29,97 meter
- Kesalahan Absolut :

e = | 30 – 29,97| = 0,03 meter


- Kesalahan Relatif

0,03
∈= ∗100 %=0,1 %
30
2. - Kesalahan Absolut :

Jembatan : = | 10.000 - 9.999 | = 1 cm

Pensil : = | 10 - 9 | = 1 cm
- Kesalahan Relatif

Jembatan : |= 10.000
1
|∗100 %=0,01 %
Pensil : |= 101 |∗100 %=10 %
Kedua kesalahan absolut adalah sama yaitu 1 cm tetapi kesalahan relatif pensil adalah jauh
lebih besar daripada kesalahan relatif jembatan.

STMIK BANJARBARU 12
Analisis Numerik

STMIK BANJARBARU 13
Analisis Numerik

LATIHAN SOAL :
1. Tentukan konversi bilangan berikut :
a. 5308 = (……….)2
b. 18710 = (……….)2
c. 10228 = (……….)10
d. 1011012 = (……….)8
e. 53010 = (……….)8

2. Pak Budi membeli Pertamax di sebuah SPBU dan membayar Pertamax yang dibeli sebesar Rp.
35,000 dengan harga Pertamax Rp. 1,000/liter. Pada meteran pengeluaran Pertamax di SPBU
tersebut menunjukkan angka 34,782 liter. Berapa persentase (%) tingkat kesalahan yang harus
ditanggung dan berapa rupiah kerugian Pak Budi akibat kecerobohan petugas di SPBU dalam
menagih pembayaran Pertamax tersebut.

~~ SELAMAT MENGERJAKAN ~~

STMIK BANJARBARU 14
Analisis Numerik

d. Kesalahan Pemotongan
Kesalahan pemotongan biasanya juga terjadi timbul akibat keterbatasan komputer atau pada
kalkulator dalam merepresentasikan bilangan desimal.
Contoh:
Kalkulator/komputer dalam menyajikan bilangan   1/3 = 0.3333… yang tidak pernah tepat 1/3. 
- Untuk perhitungan tiga desimal, 1/3 = 0.333
Terdapat galat pembulatan = 0.000333…
- Untuk perhitungan 6 desimal, 1/3 = 0.333333
Terdapat galat pembulatan = 0.000000333…
1 1 1
Deret + + +… konvergen (sebuah deret tak terhingga mempunyai jumlah tertentu) ke nilai
2 4 8
satu. Jika hanya diambil 10 suku pertama, maka diperoleh hampiran
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1023
+ + + + + + + + + =
2 4 8 16 32 64 128 256 512 1024 1024
Umumnya fungsi  f(x) yang ada di matematika tidak dapat dikerjakan secara eksak dengan cara
yang sederhana.Sebagai contoh untuk menentukan nilai f(x) = cos(x) , ln(x) atau exp(x) tanpa
menggunakan alat bantu adalah hal yang sangat susah. Salah satu cara yang digunakan untuk
mencari nilai f(x) adalah dengan menggunakan fungsi pendekatan yaitu polinomial. Diantara
polinomial-polinomial yang banyak digunakan adalah polynomial / Deret Taylor.

Contoh :

Tentukan fungsi f(x) = sin(x) ke dalam deret Taylor di sekitar x0 = 1.


Penyelesaian :
Langkah pertama harus menentukan turunan sin(x) terlebih dahulu :
f(x) = sin(x), f’’’(x) = -cos(x),
f’(x) = cos(x), f (4)(x) = sin(x),
f’’(x) = -sin(x), dan seterusnya
maka :

STMIK BANJARBARU 15
Analisis Numerik

2 3 4
h h h
f(x) = sin(x) = sin ( 1 ) +h cos ( 1 )− sin ( 1 ) − cos ( 1 ) + sin ( 1 ) +…
2 6 24
f(x) = 0,8415 + 0,5403 h – 0,4207 h2 – 0,0901 h3 + 0,0351 h4 + …

Kasus khusus adalah bila fungsi diperluas di sekitar x0 = 0, maka deretnya dinamakan deret
Maclaurin, yang merupakan deret Taylor baku.

Contoh :

Untuk menentukan fungsi f(x) = sin(x) ke dalam deret Maclaurin di sekitar x0 = 0, harus
menentukan turunan sin(x) terlebih dahulu.
Penyelesaian :
Langkah pertama menentukan turunan sin(x) terlebih dahulu :
f(x) = sin(x), f’’’(x) = -cos(x),
f’(x) = cos(x), f (4)(x) = sin(x),
f’’(x) = -sin(x), dan seterusnya
2 3 4
x x x
f(x) = sin(x) = sin ( 0 ) + x cos ( 0 ) + −sin ( 0 ) + −cos ( 0 )+ sin ( 0 )+ …
2! 3! 4!
2 3 4
x x x
f(x) = sin(x) = 0+ x ( 1 )− (0)− (1)+ (0)+…
2! 3! 4!
3 5
x x
f(x) = sin(x) = x− + +…
3! 5!

Untuk menentukan deret Maclaurin dari f(x) = cos(x), harus menentukan turunan cos(x) terlebih
dahulu :
f(x) = cos(x), f “’(x) = sin(x),
f ‘(x) = -sin(x), f (4)(x) = cos(x),
f’’’(x) = -cos(x), dan seterusnya.
Deret Maclaurin dari cos(x) adalah :

STMIK BANJARBARU 16
Analisis Numerik

2 3 4 5
x x x x
f(x) = cos(x) = cos 0 + x(−sin 0 )+ (−cos 0 )+ sin 0 + cos 0 + ¿
( ) ( ) ( ) ( ) ( )
2! 3! 4! 5!
x2 x3 x4 x5 x6
f(x) = cos(x) = cos ( 0 )−x sin ( 0 )− cos ( 0 )+ sin ( 0 )+ cos ( 0 )− sin ( 0 )− cos ( 0 ) +…
2! 3! 4! 5! 6!
x2 ( ) x3 ( ) x4 ( ) x5 ( ) x6
f(x) = cos(x) = 1−x 0 − 1 + 0 + 1 − 0 − (1)+ …
( )
2! 3! 4! 5! 6!
x 2 x 4 x6
f(x) = cos(x) = 1− + − +…
2! 4! 6!

Contoh Soal :
Hitunglah hampiran nilai cos(0,2) dengan deret Maclaurin sampai suku orde n = 6.
Penyelesaian :
Cos (x) = cos(0,2)  1 – 0,22 /2! + 0,24 /4! - 0,26 /6!
Cos (x) = cos(0,2)  1 – 0,22 /2 + 0,24 /24 - 0,26 /720
Cos (x) = cos(0,2)  1 – 0,04 /2 + 0,0016 /24 - 0,000064 /720
Cos (x) = cos(0,2)  1 – 0,02 + 0,0000667 - 0,0000001
Cos (x) = cos(0,2)  0,9800666

STMIK BANJARBARU 17

Anda mungkin juga menyukai