Anda di halaman 1dari 15

BILANGAN BULAT

A. MATERI
Himpunan bilangan bulat adalah himpunan bilangan yang terdiri dari himpunan bilangan positif (bilangan
asli), bilangan nol, dan bilangan bulat negatif. Bilangan bulat dapat di gambarkan dalam bentuk garis bilangan :

dari gambar di atas kamu akan menemukan bahwa semakin ke kanan, bilangan bulat pada garis bilangan tersebut
semakin besar, sebaliknya semakin ke kiri, bilangan bulat pada garis bilangan semakin kecil. Misalnya:
 -2 terletak di sebelah kiri 0 sehingga -2 < 0;
 0 terletak di sebelah kanan -1 sehingga 0 > -1;
 -5 terletak di sebelah kiri -3 sehingga -5 …. -3;
 -4 terletak di sebelah kanan -6 sehingga -4 …. -6.
INVERS / LAWAN BILANGAN BULAT
 Setiap bilangan bulat mempunyai tepat satu lawan yang juga merupakan bilangan bulat
 Dua bilangan bulat dikatakan berlawanan, apabila dijumlahkan menghasilkan nilai nol.
a + (-a) = 0
Misalnya :
a. Lawan dari 4 adalah -4, sebab 4 + (-4) = 0
b. Lawan dari -7 adalah 7, sebab -7 + 7 = 0
c. Lawan dari -2 adalah 2, sebab -2 + 2 = ….
d. Lawan dari 3 adalah …. , sebab 3 + ( …. ) = 0
e. Lawan dari …. adalah -10, sebab …. + (-10) = 0
f. Lawan dari 0 adalah …. , sebab 0 + …. = 0

SIFAT-SIFAT OPERASI BILANGAN BULAT


1. Penjumlah dan Pengurangan Bilangan Bulat
1.1 Sifat-sifat penjumlahan bilangan bulat
1.1.1. Sifat tertutup : a + b = n jika a dan b adalah bilangan bulat, maka n adalah bilangan bulat.
1.1.2. Sifat komutatif : a + b = b + a
1.1.3. Sifat assosiatif : (a + b) + c = a + (b + c)
1.1.4. Unsur identitas penjumlahan adalah 0 : Suatu bilangan bulat jika dijumlahkan dengan bilangan nol
"0", maka hasilnya adalah bilangan bulat itu sendiri.
1.1.5. Invers/lawan penjumlahan : Jika a adalah bilangan bulat, maka lawan dari a adalah -a yang jika
saling dijumlahkan akan menghasilkan bilangan nol "0". a + (-a) = 0
a. Model a + b = b + a contoh : 24 + 13 = 13 + 24 = 37
b. Model -a + b = b - a, jika b > a contoh : -23 + 26 = 26 - 23 = 3
c. Model -a + b = - (a - b), jika a > b contoh : -24 + 8 = - (24 - 8) = 16
d. Model a + (-b) = a – b contoh : 23 + (-4) = 23 - 4 = 19
e. Model -a + (-b) = - (a + b) contoh : -68 + (-15) = - (68 + 15) = -83

1.2. Sifat-sifat Pengurangan Bilangan Bulat


1.2.1. Sifat Tertutup : Untuk setiap a, b anggota himpunan bilangan bulat, jika a – b = c maka c pasti
anggota bilangan bulat.
1.2.2. Unsur identitas pengurangan adalah 0 : Suatu bilangan bulat jika dikurangkan dengan bilangan nol
"0", maka hasilnya adalah bilangan bulat itu sendiri.
1.2.3. Pengurangan pada bilangan bulat tidak memiliki sifat komutatif dan sifat asosiatif.
a) Model a - (-b) = a + b contoh : 23 - (-33) = 23 + 33 = 56
b) Model -a - b = - (a + b) contoh : -55 - 25 = - (55 + 25) = 80
c) Model -a - (-b) = -a + b = b - a, jika b > a contoh : -22 - (-41) = -22 + 41 = 41 - 22 = 17
d) Model -a - (-b) = -a + b = - (a - b), jika a > b contoh : -43 – (-13) = -43 + 13 = - (43 - 13) = 30
2. Perkalian bilangan bulat
2.1 Sifat-sifat perkalian bilangan bulat :
2.1.1 Bersifat tertutup: Jika a dan  b adalah bilangan bulat, maka a × b akan menghasilkan bilangan
bulat juga.
2.1.2 Sifat komutatif : a × b = b × a
2.1.3 Unsur identitas perkalian adalah 1 : Jika a  adalah bilangan bulat dikalikan dengan 1 maka hasilnya
adalah bilangan itu sendiri. a × 1 = a
2.1.4 Perkalian dengan nol, Jika a adalah bilangan bulat dan dikalikan dengan "0", maka hasilnya adalah
"0". a × 0 = 0
2.1.5 Sifat Assosoatif : a × (b × c) = (a × b) × c
2.1.6 Sifat distributif perkalian terhadap penjumlahan, a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
2.1.7 Sifat distributif perkalian terhadap pengurangan, a × (b - c) = (a × b) - (a × c)

2.2 Sifat-sifat Pembagian Bilangan Bulat


2.2.1 Bersifat Terbuka : Jika a dan  b adalah bilangan bulat, maka a : b belum tentu menghasilkan
bilangan bulat.
2.2.2 Unsur identitas : Jika a  adalah bilangan bulat dibagi dengan 1 maka hasilnya adalah bilangan itu
sendiri.
2.2.3 Pembagian pada bilangan bulat tidak memiliki sifat komutatif dan sifat asosiatif.

Jika a suatu bilangan bulat bila dibagi dengan b bilangan bulat akan menghasilkan bilangan bulat juga jika a habis
dibagi oleh b. Ciri-ciri suatu bilangan bulat habis dibagi oleh bilangan bulat lainnya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Habis
Ciri-ciri
dibagi

2 Digit terakhirnya bilangan genap

3 Jumlah digitnya habis dibagi dengan 3

4 Dua digit terakhirnya habis dibagi 4

5 Digit terakhirnya 0 atau 5

6 Jumlah dari semua digit habis dibagi 3 dan digit satuannya genap

7 M habis dibagi 6, dimana M adalah bilangan yang lebih kecil yang berasal dari bilangan N yang
ditambahkan dua kali pada digit terakhir dari bilangan yang dibentuk dari sisa digit.

8 Tiga digit terakhir habis dibagi dengan 8

9 Jumlah digitnya habis dibagi dengan 9

11 Selisih digit-digit pada tempat ganjil dan tempat genap adalah 0

12 Bilangan yang dibentuk dua digit terakhir habis dibagi 4 dan jumlah digitnya habis dibagi 3

Pola Perkalian Bilangan Bulat Pola Pembagian Bilangan Bulat

(+) x (+) = (+) (+) : (+) = (+)


(+) x (–) = (–) (+) : (–) = (–)
(–) x (+) = (–) (–) : (+) = (–)
(–) x (–) = (+) (–) : (–) = (+)

Apabila dalam suatu operasi hitung campuran bilangan bulat tidak terdapat tanda kurung, pengerjaannya
berdasarkan sifat-sifat operasi hitung berikut.
a. Operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (–) sama kuat, artinya operasi yang terletak di sebelah kiri
dikerjakan terlebih dahulu.
b. Operasi perkalian ( x ) dan pembagian ( : ) sama kuat artinya operasi yang terletak di sebelah kiri dikerjakan
terlebih dahulu.
c. Operasi perkalian ( x ) dan pembagian ( : ) lebih kuat daripada operasi penjumlahan (+) dan pengurangan (–),
artinya operasi perkalian ( x ) dan pembagian (:) dikerjakan terlebih dahulu daripada operasi penjumlahan
(+) dan pengurangan (–).

B. PENERAPAN
Penerapan pada Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
Para peserta seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) pada ujian matematika ditetapkan aturan bahwa
jika siswa menjawab benar suatu butir soal diberi skor 4, jika tidak menjawab diberi skor 0, dan jika menjawab
salah diberi skor -1.Misalnya, jika ada 40 soal. Kamu bisa menjawab 25 soal dan dari jawaban soal tersebut
ternyata yang benar hanya 10 soal. Berapakah nilai kamu jadinya?
Jawab :

C. PEMAHAMAN KONSEP
1. Lengkapi titik-titik berikut dengan tanda ">" atau "<" sehingga diperoleh pernyataan yang benar.
a. 1 ... 3
b. 2 ... 9
c. -3 ... 0
d. -5 ... 10
e. -90 ... -100
2. Tentukan hasil dari penjumlahan dan pengurangan bilangan berikut.
a. 4 + 5 = ….
b. 7 + (-5) = ….
c. 9 - 2 = ....
d. 9 - (-2) = ....
e. -4 - 5 = ….

3. Tentukan hasil kali dan hasil bagi dari bilangan berikut.


a. 5 x 3 = ....
b. -5 x 3 = ....
c. -5 x (-3) = ....
d. 27 : 3 = ....
e. 27 : (-3) = ....
f. -27 : (-3) = ....

D. SOAL ANALISIS
1. Diketahui aturan dari tes masuk ke suatu SMP adalah jawaban benar diberi nilai 4, jawaban salah diberi nilai –
2, dan tidak menjawab diberi nilai nol. Jumlah soal seluruhnya 50.
a. Berapakah nilai tertinggi yang dapat diperoleh?
b. Berapakah nilai terendah yang dapat diperoleh?
c. Berapakah nilai yang didapatkan jika menyelesaikan 40 soal dan 10 soal di antaranya dijawab salah.
d. Berapakah nilai yang didapatkan jika menyelesaikan 50 soal dan 36 soal di antaranya dijawab benar.
e. Berapakah jumlah soal-soal yang dijawab benar jika diketahui nilai yang diperoleh 40 dan sepuluh soal
tidak dijawab.
JAWAB :
2. Persegi ajaib terdiri dari 16 bilangan dari 1 sampai 16 dimana jumlah empat bilangan baik secara vertical,
horizontal maupun diagonal sama. Isilah kotak yang kosong untuk melengkapi persegi ajaib tersebut.

7 12

4 9

5 16

8 11

BILANGAN PECAHAN
A. MATERI
Secara umum, semua bilangan pecahan merupakan bilangan rasional meskipun tidak semua biangan
rasional adalah bilangan pecahan. Hal ini dikarenakan perbedaan dari bilangan rasional yang dapat dituliskan ke
a
dalam bentuk dengan a dan b adalah bilangan bulat dan b tidak sama dengan 0. Tetapi untuk bilangan pecahan
b
a
dapat dituliskan ke dalam bentuk dengan a dan b adalah bilangan bulat, a ≠ b (karena akan menyebabkan angka
b
1), b ≠ 0, dan b ≠ 1. a disebut pembilang dan b disebut penyebut.
Pecahan terdiri dari beberapa bentuk, diantaranya pecahan biasa, pecahan campuran, pecahan desimal, dan
persen.
a
a. Pecahan biasa : Pecahan yang berbentuk , a dan b adalah bilangan bulat, a ≠ b (karena akan
b
menyebabkan angka 1), b ≠ 0.
b. Pecahan campuran : Bilangan yang terdiri dari bilangan bulat dan pecahan biasa.
c. Pecahan desimal : Bilangan yang mengandung koma sebagai pembatas angka satuan dan angka
persepuluhannya.
d. Persen (%) : Bilangan perseratusan

1. Mengubah Bentuk Pecahan Biasa menjadi Bentuk Lainnya


1.1. Pecahan Biasa → Pecahan Campuran
a
Suatu pecahan biasa dapat diubah menjadi pecahan campuran jika a > b.
b
Contoh :
10 10 9 + …. 9 … … …
a) diubah menjadi pecahan campuran : = = + =3+ =3
3 3 3 3 3 3 3
26
b) diubah menjadi pecahan campuran :
8
26 …. + …. … … .. … … . … ...... ….
= = + =… … …+ =….. atau disederhanakan menjadi …..
8 8 8 8 8 ...... ....
6
c) Apakah dapat diubah menjadi pecahan campuran? Jelaskan!
10
1.2. Pecahan Biasa → Pecahan Desimal
Ada beberapa cara mengubah pecahan biasa menjadi pecahan desimal :
a. Mengubah penyebutnya menjadi 10, 100, 1000, dst
Contoh :
2 2 ×....... .......
= = =0,4
5 5 ×....... 10
3 3× ....... .......
= = =.......
4 4 ×....... 100
7 7× ....... .......
= = =..... .
8 8 ×....... .......
15
=.....
12
b. Pembagian pembilang dengan penyebutnya
0, 4
5
2 0,
=5|2→5 → |20 2
=0,4
5 |20 20 - 5
0 → Jadi :

Cobalah pada soal yang lain!

1.3. Pecahan Biasa → Persen


Mengubah pecahan biasa ke bentuk persen dengan cara mengalikan pecahan tersebuh dengan 100%.
Contoh :
2 2
= ×100 %=40 %
5 5
3 3
= × 100 %=........... %
4 4
7
=....................=.......... %
8
15
=....................=.......... %
12

2. Mengubah Bentuk Pecahan Campuran menjadi Bentuk Lainnya


2.1. Pecahan Campuran → Pecahan Biasa
p ( A × q)+ p
Suatu pecahan campuran A = .
q q
Contoh :
2 (3 ×5)+ 2 ...........
3 = =
5 5 ............
1 ...........
12 =
3 ............
2.2. Pecahan Campuran → Pecahan Desimal
2 2 2
3 =3+ =3+.......=3 , ....... ( ubah menjadi pecahan desimal. Lihat 1.2.)
5 5 5
2
5 =.............
3
2.3. Pecahan Campuran → Persen
Pada dasarnya sama seperti 1.3 di halaman sebelumnya, cukup mengalikan pecahan dengan 100% dan
manfaatkan sifat distributif.
p p p
A = A × 100 %=( A ×100 %)+( ×100 %)
q q q
Contoh :
2 2 2 2
3 =3 × 100 %=(3+ ) ×100 %=(3 ×100 %)+( ×100 %)=300 % +....... %=................%
5 5 5 5
3. Mengubah Bentuk Pecahan Desimal menjadi Bentuk Lainnya
3.1 Pecahan Desimal → Pecahan Biasa
Mengubah pecahan desimal menjadi pecahan biasa sangat sederhana, hanya dengan melihat banyaknya
digit di sebelah kanan tanda koma (,). Sebagai contoh pemisalan digit menggunakan huruf a,b,c,d,e, dst
dimana digit yang kita kenal adalah angka 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9.
5
0, 5 = (satu digit kanan koma → persepuluh)
10
15
1, 5 = (satu digit kanan koma → persepuluh)
10
156
1, 56 = (dua digit kanan koma → perseratus)
100
1567
1, 567 = (tiga digit kanan koma → perseribu)
1000
dst…..
*perlu diingat bahwa pecahan biasa harus disederhanakan hingga ke bentuk yang paling sederhana!
5 5:..... ......
0, 5 = masih dapat disederhanakan menjadi =
10 10:.... .....

3.2 Pecahan Desimal → Pecahan Campuran


Ubah dulu pecahan desimal ke bentuk pecahan biasa (lihat 3.1) baru ubah ke pecahan campuran (lihat 1.1)
. Contoh:
......... ..........+.......... ........ ........ ....... .....
2, 25 = = = + =........+ =.........
100 100 100 100 ....... .....
3.3 Pecahan Desimal → Persen
Pecahan desimal dikalikan dengan 100%
0,5 = 0,5 x 100% = ………….%
1,5 = 1,5 x 100% = ………….%
2,25 = ………………………………………... %
3,456 = ………………………………………. %
41,5678 = ……………………………………. %

4. Mengubah Bentuk Persen menjadi Bentuk Lainnya


4.1 Persen → Pecahan Biasa
Mengubah bentuk persen menjadi pecahan biasa adalah dengan mengganti notasi % menjadi perseratus (
1
). Contoh :
100
5 5 :....... 1
5% = = =
100 100 :... 20

2,5 2,5 ×....... 25 25 :......... ........


2,5% = = = = =
100 100 ×..... ........... 1000 :........ ........

4.2 Persen → Pecahan Campuran


Syarat persen dapat diubah menjadi bentuk pecahan campuran adalah : …………………………..
Mengubah persen menjadi pecahan biasa (lihat 4.1.) kemudian mengubah pecahan biasa tersebut menjadi
pecahan campuran (lihat 1.1). Contoh :
125% = ……
250% = ……
4.3 Persen → Pecahan Desimal
Mengubah persen menjadi pecahan biasa (lihat 4.1.) kemudian mengubah pecahan biasa tersebut menjadi
pecahan desimal (lihat 1.2). Contoh :
5% = ….
15% = ….
125% = ……

Operasi Bilangan Pecahan Biasa


a. Penjumlahan dan Pengurangan dengan penyebut sama
3 1 .......
+ =
5 5 5
5 3 .......
− =
7 7 7
b. Penjumlahan dan Pengurangan dengan penyebut berbeda
2 5 ...... ...... ......
+ = + = (penyebut 6 diperoleh dari KPK antara 3 dan 6)
3 6 6 6 6
4 1 ...... ...... ......
− = + =
5 2 ...... ...... ......
c. Perkalian dan Pembagian
2 5 ......
× =
15 6 ......
21 7 21 ...... ......
: = × =
40 8 40 ...... ......

Operasi Bilangan Pecahan Desimal


a. Penjumlahan dan Pengurangan

0,5 + 0,75 =

0,4 - 0,12 =
b. Perkalian dan Pembagian

0,3 x 1,3 =

1,2 : 0,8 =

B. PENERAPAN
1. Pada saat penerimaan siswa baru di sebuah SMP swasta, terdapat 500 pendaftar. Dari jumlah itu, hanya ¾
yang memenuhi kriteria. Berapakah jumlah siswa yang tidak masuk kriteria?
2. Suatu malam, Ayu meletakkan 1 loyang kue bolu di atas meja. Karena ketiduran, kue tersebut di makan
tikus dan kue bolu yang tersisa hanya 3/7 bagian. Berapakah bagian yang di makan tikus?
3. Pak Togar seorang buruh di sebuah perusahaan. Setiap harinya ia menerima gaji Rp80.000,00. Dari gaji
tersebut 1/5 bagian akan digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, 5/8 bagian untuk pendidikan anak-
anaknya dan 3/8 bagian untuk ditabung. Berapakah jumlah uang Pak Togar yang ditabung?

C. SOAL PEMAHAMAN KONSEP


3 1
1. + =¿
5 2
2 1
2. − =¿
3 5
1 5 1
3. 1 × : =¿
15 4 2

4. 0,6 x 0,5 – 1,25 =

D. SOAL DISKUSI
1. Nyatakan penjumlahan berikut dalam pecahan yang paling sederhana
1 1
+
1 1
2+ 3+
2 3
2. Tentukan nilai dari:

(1− 12 ) × (1− 13 ) × (1− 14 ) ×... ×( 1− 2013


1
)

A. Bilangan Berpangkat
Tahukah Anda, berapa jarak antara matahari dan bumi? Ternyata jarak antara matahari dan bumi adalah
150.000.000 km. Penulisan jarak antara matahari dan bumi dapat ditulis dengan bilangan pangkat. Bagaimana
caranya?
Pangkat bilangan bulat dapat berupa bilangan bulat positif, nol, atau negatif.
1. Pangkat Bulat Positif
a. Pengertian Pangkat Bulat Positif
Jika a adalah bilangan riil dan n bilangan bulat positif maka a (dibaca "a pangkat n") adalah hasil kali n
buah faktor yang masing-masing faktornya adalah a. Jadi, pangkat bulat positif secara umum dinyatakan
dalam bentuk
an = a.a.a.a.a.a.a.....a

sebanyak n kali

dengan a disebut bilangan pokok, n disebut pangkat / eksponen, dan a n= bilangan berpangkat.
b. Sifat-sifat eksponen bulat positif
o Sifat Perkalian Bilangan Berpangkat
Jika a bilangan real, m dan n bilangan bulat positif, maka berlaku
a m × an=am +n

Sebanyak m faktor sebanyak n faktor sebanyak m+n factor

o Sifat Pembagian Bilangan Berpangkat


m
m n a m−n
Untuk a ∈ R, a≠ 0 dan m, n bilangan bulat positif yang memenuhi m > n. a ÷ a = n
=a
a

sebanyak m faktor

Sebanyak n faktor sebanyak m-n faktor

o Sifat Pangkat dari Bilangan Berpangkat


Jika a bilangan real, m dan n bilangan bulat positif, maka berlaku
n
( a m ) =am ×n

o Sifat Pangkatdari Perkalian Bilangan


Untuk a, b ∈ R dan n bilangan bulat positif, berlaku:
( a × b )n=an × bn

o Sifat Pangkatdari Pembagian Bilangan


Untuk a, b ∈ R dan n bilangan bulat positif, berlaku:

()
a n an
b
= n
b

2. Pangkat Bulat Negatif dan Nol


a. Bilangan Berpangkat Nol
Untuk a ∈ R dan a ≠ 0 maka a 0=1
Bukti : a 0=a n−n
n
a
¿ n (sifat pembagian pada bilangan berpangkat)
a
¿1
b. Bilangan Berpangkat Negatif
−n 1
Untuk a ∈ R dan a ≠ 0 didefinisikan: a =
an
Definisi ini berasal dari bentuk berikut :
a m ÷ a m+n=am−(m+n) =a−n
m m+n am 1
a ÷a = m n= n
a a a

Pengertian Bentuk Akar

Dalam matematika, bentuk akar adalah bentuk salah satu operasi aljabar yang nilainya merupakan hasil
dari perkalian suatu bilangan yang sama atau bentuk lain untuk menyatakan bilangan berpangkat. Bentuk akar ini
termasuk bilangan irasional atau bilangan yang tidak bisa dinyatakan dalam pecahan a/b, dimana a dan b bilangan
bulat, dan b≠0. Ada tiga bagian dari bentuk akar yang harus kamu ketahui, yaitu lambang bentuk akar. radikan, dan
indeks. Secara umum, bentuk akar dituliskan sebagai berikut:

 Bentuk di atas dibaca “akar pangkat n dari a” → radikal

 √ ❑→ lambang bentuk akar


 n → indeks (pangkat akar)

 a → radikan (bilangan di dalam akar)

Dari bentuk di atas, kamu bisa mengaitkannya dengan pangkat, yaitu:

Sifat-sifat Bentuk Akar

Perlu kamu ketahui, bentuk akar mempunyai beberapa sifat penting, di antaranya yaitu:

📌 Untuk a, b bilangan riil dan n bilangan asli yang sesuai berlaku


📌 Untuk sebarang nilai a dengan a≠0, m bilangan bulat, n bilangan asli dan n ≥ 2, berlaku

a. Sebuah kubus dibatasi oleh n bilangan asli.


Persamaan Linear Satu Variabel

1. Pengertian Persamaan Linear Satu Variabel

Coba kalian perhatikan dua kalimat terbuka di bawah ini.

a. x + 1 = 8

b. y – 5 = 2

Kedua kalimat terbuka di atas menggunakan tanda hubung “=” (sama dengan). Kalimat terbuka seperti itu disebut
persamaan. Pada persamaan di atas, setiap variabelnya berpangkat satu. Persamaan yang demikian disebut
persamaan linear. Karena kedua persamaan linear tersebut juga hanya memiliki satu variabel, yaitu x dan y, maka
persamaan-persamaan yang demikian disebut persamaan linear satu variabel (PLSV).

Persamaan linear satu variabel dengan variabel x dan konstanta b secara umum
memiliki bentuk ax + b = 0.

Persamaan linear adalah kalimat yang memiliki hubungan sama dengan (=) dan
variabelnya berpangkat satu.
Sifat-Sifat Persamaan Linear Satu Variabel
2.

Misalkan A = B adalah persamaan linear dengan variabel x dan c adalah konstanta bukan

nol. Persamaan A = B ekuivalen dengan persamaan-persamaan berikut:

1. A + C = B + C
2. A – C = B – C
3. A x C = B x C
4. A : C = B : C, C ≠ 0

Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel


3.

A. Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel dengan Cara Substitusi

Cara penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel dengan substitusi adalah dengan mengganti variabelnya
dengan nilai-nilai pengganti yang telah ditentukan sehingga persamaan menjadi kalimat benar. Nilai pengganti
yang membuat PLSV bernilai benar disebut penyelesaian dari PLSV atau dapat juga disebut sebagai akar dari
PLSV tersebut.

Contoh
Tentukan penyelesaian dari persamaan x + 16 = 19, x adalah himpunan bilangan cacah dan tentukan
pula akar PLSV serta himpunan penyelesaiannya.
Penyelesaian:
Untuk x = 1, maka 1 + 16 = 17 (salah)
Untuk x = 2, maka 2 + 16 = 18 (salah)
Untuk x = 3, maka 3 + 16 = 19 (benar)
Untuk x = 4, maka 4 + 16 = 20 (salah)
x = 3 merupakan penyelesaian x + 16 = 19
x = 3 merupakan akar PLSV x + 16 = 19
Hp = {3}
Jadi, akar dari PLSV x + 16 = 19 yang merupakan
himpunan penyelesaian adalah x = 3.

Latihan 1

1. Tentukanlah pernyataan yang benar dari soal berikut ini.


a. x + 10 = 12, nilai x yang memenuhi adalah 2
b. 2x – 12 = 12, nilai x yang memenuhi adalah 2
4 1
c. −4=4 , nilai x yang memenuhi adalah
X 2

2. Tentukanlah nilai x yang memenuhi dari persamaan berikut, untuk x adalah bilangan cacah.
a. x + 3 = 7
b. x – 4 = 12
c. 2x = 18
d. 4 = 1 +12x
3. Tentukanlah penyelesaian dari persamaan berikut dengan cara substitusi.
a. 4x + 2 = 2x + 6
b. 3x – 2 = x + 10
c. 2x – 3 = 4x – 15
d. 3x – 2 = x + 6

B. Penyelesaian Persamaan Linear Satu Variabel Menggunakan Persamaan Setara


Selanjutnya, kita akan mempelajari cara menyelesaikan Persamaan Linear Satu Variabel dengan menggunakan
bentuk setara. Untuk itu, perhatikan penjelasan berikut.

Persamaan yang setara adalah persamaan yang mempunyai penyelesaian yang sama.

1. Kedua ruas ditambah atau dikurangi dengan bilangan yang sama


• x + 15 = 21, x diganti dengan 6 menjadi 6 + 15 = 21 (kalimat benar). Penyelesaiannya adalah x = 6.

x + 15 – 15 = 21 – 15 (kedua ruas dikurangi 15)

x=6

Penyelesaiannya adalah x = 6

Jadi, x + 15 = 21 adalah persamaan yang setara dengan x + 15 – 15 = 21 – 15.

• x – 8 = –15, x diganti dengan –7 menjadi –7 – 8 = –15 (kalimat benar). Penyelesaiannya adalah x = –7.

x – 8 + 8 = –15 + 8 (kedua ruas ditambah 8)

x = –7

Penyelesaiannya adalah x = –7
Jadi, x – 8 = –15 adalah persamaan yang setara dengan – 8 + 8 = –15 + 8.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan hal berikut.

Setiap persamaan tetap setara (ekuivalen) jika kedua ruas persamaan ditambah atau dikurangi
dengan bilangan yang sama.

Contoh
1. Tentukan penyelesaian dari x – 5 = 8.
Penyelesaian:
x–5=8
x – 5 + 5 = 8 + 5 (kedua ruas ditambahkan 5)
x = 13
Jadi, penyelesaian persamaan itu adalah 13.
2. Selesaikanlah persamaan 4x – 3 = 3x + 7.
Penyelesaian:
4x – 3 = 3x + 7
4x – 3 + 3 = 3x 7 + 3 (kedua ruas ditambahkan 3)
4x = 3x + 10
4x + (–3x) = 3x + 10 + (–3x) (kedua ruas ditambahkan –3x)
x = 10

Jadi, penyelesaiannya dari 4x – 3 = 3x + 7 adalah 10.

Latihan

1. Tentukan penyelesaian dari setiap persamaan berikut menggunakan bentuk setara.

a) x+5=6
b) w – 11 = 3
c) 16 + m = 16
d) 5 + a = –5
e) –8 = –2 + a
f) 9 = –1 + t
g) –9a + 5 = 4a + 3

2. Untuk menyelesaikan persamaan x + 2 = –5, Andi mengurangi ruas kiri persamaan tersebut dengan 2. Dengan
demikian, Andi memperoleh penyelesaian x = –5. Benarkah penyelesaian yang diperoleh Andi? Jelaskan dan
berikan alasanmu!

2. Kedua ruas dikali atau dibagi dengan bilangan yang sama

 4a = 20, penyelesaiannya dengan kedua ruas dibagi 4.


Persamaan 4a = 20 adalah persamaan yang setara dengan 4a : 4 = 20 : 4
Sehingga, di dapatkan a = 5
1
 x = 5, penyelesaiannya dengan kedua ruas dikali 2.
2
1 1
Persamaan x = 5 adalah persamaan yang setara dengan x ×2 = 5 × 2
2 2
Sehingga, di dapatkan x = 10

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan hal berikut.

Setiap persamaan tetap setara (ekuivalen) jika kedua ruas persamaan dikali atau dibagi
dengan bilangan yang sama.

Contoh
Tentukan penyelesaian dari persamaan-persamaan berikut.
3
1. a=6 2. 5 x=8
5
Penyelesaian
3
1. a=6
5
5 3 5
⟺ × a=6 × ⟺ a=10
3 5 3

Jadi, penyelesaiannya adalah 10


2. 5 x=8
1 1 8
⟺ ×5 x=8 × ⟺ x=
5 5 5
8
Jadi, Penyelesaiannya adalah
5

Latihan

1. Tentukanlah penyelesaian persamaan berikut ini.


a. 3x = 9 f. x2= –4

b. –4x = 12 g. – x3+24= 0

c. –64 = 8x h. 3x – 7 = 20

d.34c = –14 i. 3a – 4 = a

e. –19m =29 j. 2(x + 3) + (3x – 4) = 9

2. Tentukan penyelesaian setiap persamaan berikut.

a. 5(a – 2) = –35
b. 8 + 3(x + 1) = –4
c. x – 2[6 – (1 – 2x)] = 0
d. 4[1 – 3(r + 2)] + 2r = 0
3. Buatlah 5 buah PLSV yang penyelesaiannya adalah 23

4. Tentukan penyelesaian dari persamaanlinear satu variabel berikut.


a. 13t = –12
b. 2x + 3 = 12 – x
c. 5x =12
5. Tentukan penyelesaiannya dengan cara mengalikan atau membagi kedua ruas dengan bilangan yang sama.

a. 4 a=16
b. −5 x=20
1
c. 5 x=
3
d. 2 y−3=24
e. 4 m=10−m

Mari Membaca Buku

Anda mungkin juga menyukai