Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

HIDRADENITIS SUPPURATIVA

Pembimbing:
dr. Mahdar Johan, Sp.KK

Disusun oleh :
Natasha Vinita Wardoyo
2016-061-134

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
PERIODE 19 MARET 2018 – 21 APRIL 2018
RSUD R. SYAMSUDIN, SH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
HIDRADENITIS SUPPURATIVA

DEFINISI
Hidradenitis suppurativa (HS) berasal dari bahasa Yunani hidros (sweat) dan aden
(glands) disebut juga sebagai Verneuil’s disease atau acne inversa.1 HS adalah penyakit kulit
di folikel rambut yang bersifat kronis, inflamatorik dan rekuren yang umumnya muncul
setelah pubertas dengan lesi inflamasi yang dalam dan nyeri pada area dengan kelenjar
apokrin seperti aksila, inguinal, dan anogenital.2

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi HS bervariasi dari 0,05 – 4,10%. 3 HS lebih sering ditemukan pada perempuan
dengan rasio perempuan banding laki-laki berkisar dari 2:1 sampai dengan 5:1. Rata-rata usia
onset dari HS adalah 23 tahun. HS jarang terjadi pada sebelum pubertas dan setelah
menopause, namun HS dalam bersifat persisten sampai dengan setelah menopause.2

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS

Gambar 1. Patogenesis Hidradenitis Suppurativa3

1
Patogenesis HS terjadi diawali dari infiltrasi limfosit sehingga terjadi inflamasi
perifolikular. Kemudian selanjutnya terjadi oklusi folikular dari folikel rambut terminal
akibat hiperkeratosis dan hiperplasia epitel folikular sehingga memperberat inflamasi dan
terjadi dilatasi perifolikular. Infeksi sekunder juga dapat terjadi dan memperburuk HS.
Seiring dengan progresi inflamasi, terjadi destruksi jaringan sehingga terjadi ruptur folikular
mengeluarkan keratin dan bakteria ke dermis sekitar sehingga terjadi respon kemotaktik dari
neutrofil dan limfosit. Infiltrat inflamasi ini menyebabkan pembentukan abses, destruksi
struktur adneksa kulit. Saat inflamasi reda,tersisa scarring dan tunneling akibat invaginasi
dan struktur kulit yang abnormal.2–4

FAKTOR RISIKO
Genetik
Riwayat keluarga HS terdapat pada 26% pasien.2 HS merupakan penyakit poligenik
dengan kejadian yang bersifat sporadik autosomal dominan dengan defek genetik yang
berperan pada patogenesis HS.
Hormon Androgen
Hubungan antara hormon androgen pada HS masih belum jelas. Terdapatnya adanya
bukti bahwa onset kejadian HS yaitu saat atau setelah pubertas disebabkan karena pengaruh
hormon androgen. HS juga dilaporkan terdapat pada saat postpartum, berhubungan dengan
penggunaan kontrasepsi oral, dan saat periode premenstruasi. Namun pada pasien HS tidak
ditemukan adanya bukti hiperandrogenisme.
Infeksi Bakterial
Peranan infeksi bakteri pada HS seperti pada acne vulgaris, bersifat tidak langsung.
Keterlibatan bakteri bersifat sekunder. Bakteri yang menginfeksi umumnya adalah
Staphylococcus aureus, selain itu Streptococci, bakteri batang gram negatif, dan bakteri
anaerob.2 Bakteri ini walaupun tidak berperan dalam patogenesis primer menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit HS. Bakteri yang berkoloni pada lapisan
dermis kulit pada HS menyebabkan inflamasi yang bersifat kronis jika tidak diatasi.4
Obesitas
Obesitas bukan merupakan faktor penyebab namun seringkali menjadi faktor risiko yang
mengeksaserbasi HS dengan meningkatkan oklusi, gaya gesek dan maserasi. Penurunan berat
badan direkomendasikan untuk membantu mengurangi rekurensi dari perjalanan penyakit ini.

2
Merokok
Penggunaan tembakau lebih sering ditemukan pada pasien HS dibandingkan pada kontrol
yang sehat. Merokok berhubungan dengan kemotaksis sel polimorfonuklear. Penghentian
merokok dapat memperbaiki perjalanan penyakit HS.

MANIFESTASI KLINIS
HS memiliki predileksi yang jelas yaitu pada area tubuh yang memiliki kelenjar apokrin
terutama di bagian lipatan, yaitu di aksila, inguinal, perineal, perianal, lipatan payudara, dan
bokong. Walaupun jarang, HS juga dapat ditemukan pada dada, kulit kepala, retroaurikular,
dan kelopak mata. Onset HS bersifat gradual atau perlahan-lahan dengan derajat keparahan
yang bervariasi. HS bersifat kronik dan rekuren.

Gambar 2. Lokasi Predileksi Hidradenitis Suppurativa

3
Awalnya gejala dapat berupa ketidaknyamanan atau gatal, lalu menjadi papul atau lebih
dalam lagi yaitu nodul, kemudian menjadi pustul. Nodul dapat perlahan-lahan menjadi
peradangan abses yang nyeri. Abses ini dapat ruptur, memproduksi sekret yang purulent,
scarring, dan sinus. Sinus ini melibatkan jaringan yang lebih dalam seperti otot, fascia, atau
organ di dalamnya. Manifestasi klinis ini juga disertai dengan rasa nyeri dan sekret yang
malodor.
Manifestasi klinis HS dibagi berdasarkan tingkat keparahannya menurut
Hurley; Tabel 1. Klasifikasi Hidradenitis Suppurativa menurut Hurley3
Derajat Manifestasi Klinis
Hurley I Lesi inflamasi lokal tanpa scarring
Hurley II Nodul yang terinflamasi, scars, tunnel,
namun masih dipisahkan jaringan kulit
yang sehat
Hurley III Lesi yang berkumpul (coalescence) dengan
tunnels, scars, dan nodul yang terinflamasi

Gambar 3. Derajat Hidradenitis Suppurativa menurut Hurley3

4
Gambar 4. Manifestasi Klinis Hidradenitis Suppurativa

DIAGNOSIS
Diagnosis HS bersifat klinis berdasarkan karakteristik lesi, lokasi predileksi, dan sifat
yang kronis dan rekuren. Diagnosis HS jarang sekali memerlukan biopsi jaringan. Akibat
adanya inflamasi, pasien dengan HS mengalami peningkatan laju sedimentasi eritrosit atau C-
reactive protein (CRP). Jika terdapat adanya infeksi, maka dapat dilakukan pemeriksaan
mikrobiologis untuk mengetahui bakteri yang menginfeksi.

DIAGNOSIS BANDING
Tabel 2. Diagnosis Banding dari Hidradenitis Suppurativa3
Diagnosis Banding Kesamaan Fitur Perbedaan
Acne Kista dengan pus, nodul Distribusi di wajah, punggung,
inflamatorik, scars dada, dan adanya komedon
(whiteheads), lebih superfisial
Folikulitis, furunkel, Nodul dan abses, sekret Etiologi utama adalah agen
karbunkel, abses purulen, dapat terjadi di infeksi, eritema pada sekitar lesi
area lipatan yang fluktuatif, distribusi
sembarang,
respon cepat dengan antibiotik
5
Skrofuloderma Abses dengan sekret purulent, Etiologi utama adalah infeksi
fistula bakteri Mycobacterium, Tuberculin
Test (+)
Granuloma inguinale Lokalisasi di genital dan lipat Ulkus kemerahan, mudah berdarah,
paha histologi: donovan bodies, etiologi
infeksi Klebsiella granulomatis
Lymphogranuloma Lokalisasi di genital dan lipat Pembengkakan pada kelenjar getah
venereum paha bening, etiologi Chlamydia
trachomatis

KOMPLIKASI
Perjalanan penyakit bervariasi menurut derajat keparahan, pada kasus yang ringan dapat
remisi spontan umumnya pada usia > 35 tahun. Pada kasus yang lebih berat, umumnya
progresif dengan morbiditas berhubungan dengan nyeri kronis, sinus dengan sekret, dan
scarring serta fistula.5 Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah limfedema persisten akibat
hambatan atau destruksi rute drainase limfe akibat inflamasi yang rekuren, tindakan
rekonstruksi bedah diperlukan pada komplikasi ini. Karsinoma sel skuamosa (KSS)
dilaporkan terjadi pada 3,2% pasien HS di perianal selama 20-30 tahun, umumnya perubahan
menjadi maligna ini terjadi pada pria pada HS di area genitoanal.2

TERAPI
Tujuan dari terapi HS adalah resolusi dari lesi primer dan mencegah perkembangan lesi
primer menjadi scarring atau membentuk sinus.
Farmakoterapi
Terapi HS didasarkan dari derajat keparahannya menurut Hurley. Terapi pilihan adalah
antibiotik sistemik klindamisin dan rifampicin yang terbukti bermanfaat dengan level of
evidence II dan rekomendasi B.2 Terapi antibiotik sistemik lainnya adalah eritromisin,
tetrasiklin, dan minosiklin. Bukti pendukung bahwa etiologi dari HS adalah bakteri masih
kurang namun infeksi bakteri menjadi salah satu faktor yang memperburuk perjalanan
penyakit HS yang kronis dan rekuren.

6
Tabel 3. Terapi Hidradenitis Suppurativa berdasarkan Klasifikasi Hurley2,5
Derajat HS Prinsip Terapi Terapi
Hurley I Terapi sistemik Eritromisin PO 250 – 500 mg 4x/hari
Tetrasiklin PO 250 – 500 mg 4x/hari
Minosiklin PO 100 mg 2x/hari
Kombinasi:
Klindamisin PO 300 mg 2-3x/hari dan
Rifampisin PO 300 mg 2x/hari
Selama 4 – 12 minggu
Jika terdapat hiperandrogenisme terapi
dengan cyproterone acetate sampai
dengan 100 mg / hari
Hurley II Terapi sistemik dan eksisi lokal Terapi sistemik sama dengan derajat I,
eksisi lokal terbatas pada lesi yang
rekuren
Hurley III Terapi bedah radikal Terapi sistemik sama dengan derajat I,
Infliximab 5 mg/kg 1-2x/hari , USG pada
area yang akan dieksisi dan eksisi luas
pada area yang terkena

Antibiotik topikal hanya bermanfaat untuk lesi yang superfisial (folikulitis, papul, dan
pustul) namun kurang efektif untuk lesi yang profunda (nodul dan abses), antibiotik topikal
yang dapat digunakan ialah solusio klindamisin 1%.4 Kortikosteroid intralesi dengan
triamcinolone 3 – 5 mg dapat bermanfaat bagi pasien dengan lesi yang terisolasi namun tidak
direkomendasikan bagi pasien dengan lesi yang ekstensif dan kronis.2,3 Isotretinoin oral
kurang efektif pada terapi HS yang berat namun dapat diberikan pada awal perjalanan
penyakit untuk mencegah progresivitas oklusi keratin. Terapi simptomatik dapat diberikan
untuk mengatasi nyeri yang menyertai HS seperti analgesik topikal, paracetamol, NSAID,
gabapentin dan pregabalin.1
Infliximab adalah antibodi monoclonal terhadap TNFα yang efektif terhadap HS derajat
Hurley II sampai dengan III terutama jika tidak berhasil dengan terapi lainnya.

7
Perawatan Luka
Perawatan luka diperlukan untuk menjaga lesi tetap kering dan mengurangi friksi
sehingga mengurangi nyeri, bau, dan sekret berlebih. Pemilihan perawatan luka topikal
tergantung dengan tipe lesi HS. Perawatan luka yang ideal adalah yang bersifat absorbent,
memiliki ventilasi, dan tidak menempel.4 Kompres terbuka dapat dilakukan pada lesi HS.6
Terapi Bedah
Prosedur pembedahan termasuk eksisi lokal, insisi drainase, dan eksisi luas. Terapi bedah
menjadi pilihan pada lesi yang tidak responsif dengan terapi medis lainnya. 4 Walaupun dapat
menjadi pilihan, prosedur pembedahan yang mengeksisi banyak jaringan akan menimbulkan
bentuk yang disfiguring dan tidak mencegah terjadinya rekurensi dari HS.3
Edukasi
Untuk mengurangi keluhan dan mencegah rekurensi, pasien dapat diedukasi untuk
mengenakan pakaian yang longgar sehingga mencegah friksi dengan kulit, menjaga hygiene
untuk mencegah infeksi sekunder dan bau yang kurang sedap. Mencukur, mencabut bulu, dan
memakai deodorant dapat dihindari untuk mengurangi iritasi pada kulit dengan HS.
Rekomendasikan untuk menghentikan kebiasaan merokok dan mengurangi berat badan.1,3

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Shah NR. Hidradenitis Suppurativa: A Treatment Challenge. Am Fam Physician. 2005


Oct 15;72(8):1547–52.

2. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA. Hidradenitis Suppurativa/Acne Inversa. In:
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 8th ed. New York: McGraw-Hill
Education; 2012.

3. Saunte DML, Jemec GBE. Hidradenitis Suppurativa: Advances in Diagnosis and


Treatment. JAMA. 2017 Nov 28;318(20):2019.

4. Napolitano M, Megna M, Timoshchuk EA, Patruno C, Balato N, Fabbrocini G, et al.


Hidradenitis suppurativa: from pathogenesis to diagnosis and treatment. Clin Cosmet
Investig Dermatol. 2017 Apr 19;10:105–15.

5. Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP. Hidradenitis Suppurativa. In: Fitzpatrick’s Color
Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology. 7th ed. New York: McGraw-Hill Education;
2013.

6. Menaldi SLS, Bramono K, Indriatmi W. Hidradenitis. In: Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2015.

Anda mungkin juga menyukai