Anda di halaman 1dari 5

Laporan Hasil Wawancara

Kewirausahaan

Oleh :

1. Anisatul Munadziroh (5)


2. Nisrina Nahilatun Nadifah (23)
3. Siti Nur Fadilah (28)
4. Yasyifa Nadia Pangestuti (31)

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 BLITAR


Jl. Raya Gaprang No.32, Kec. Kanigoro, Kabupaten Blitar, Telp (0342) 804047
www.man1blitar.sch.id Email : mantlogo@yahoo.co.id
Tahun Pelajaran 2022/2023
OBSERVASI

 Mengapa Memilih Usaha Ini?


Usaha yang kami pilih adalah usaha rumah makan,karena mudah untuk
menemukan pengusaha rumah makan yang sukses di wilayah Kota Blitar.
Rumah Makan Es Mini 2 Kota Blitar menarik perhatian kami karena
tempatnya yang terkenal dan telah menjadi langganan banyak orang/ intansi,
bahkan dari luar kota.

 Mengapa Memilih Narasumber Itu?


Awalnya, kami memilih Bapak Anwar Sani (pemiliik rumah makan)
sebagai narasumber karena beliau memiliki banyak pengalaman dan wawasan.
Namaun, karena suatu urusan, beliau tidak bisa menepati janji wawancaranya.

Posisi Bapak Anwar Sani sebagai narasumber digantikan oleh anak


bungsunya, Mbak Earlike. Wawancara berlangsung dengan lancar karena
Mbak Earlike sangat mengetahui seluk beluk usaha orang tuanya.
PELAKSANAAN

 Lokasi, Hari, Tanggal, Dan Waktu


Wawancara dilaksanakan di Rumah Makan Es Mini 2, Jl. Dr. Wahidin no. 14
Kota Blitar, pada Hari Minggu, 11 September 2022, jam 12 siang.

 Percakapan Dalam Wawancara

Saya : Usaha apa yang sedang anda jalankan?

Narasumber : Usahanya ini rumah makan dan catering.

Saya : Kapan usaha ini dimulai?

Narasumber : Awalnya buka di jl. Kelud no. 14 pada tahun 25 September


1975. Kenapa dinamakan Es Mini? Karena awal mula sejarahnya bangunan
rumah makan ini kecil sekitar 4×6 meter, sewa kios pemerintah, sehingga
dinamakan Es Mini. Namun selain itu, ada filosofi juga kalau Es Mini itu
adalah singkatan dari nama Ibu (Mamik) dan Bapak (Sani) pemilik usaha ini.
Jadi, ada dua arti dari ‘Mini; itu sendiri.

Saya : Adakah kendala ketika memulai usaha ini?

Narasumber : Dulu, yang memulai usaha adalah Bu Mamik, yang tidak ada
background warung atau tidak ada dunia permasakan. Yang bisa memasak
justru Pak Sani, karena ketika Pak Sani SMK, beliau bekerja paruh waktu di
warung saudaranya. Kemampuan memasakanya itu diturunkan ke Bu Mamik
ketika mereka berdua menikah. Pak Sani membukakan usaha untuk Bu Mamik
agar mereka bisa menambah penghasilan. Jadi, kendala awal ketika memulai
usaha adalah ketika harus memberikan ilmu baru kepada Bu Mamik sehingga
beliau bisa membuat masakan yang siap dijual dan memiliki cita rasa yang
khas.
Pada tahun 1975, sudah ada hak paten bahwa Pak Sani adalah pencetus es
campur pertama di Indonesia. Awalnya, Pak Sani berpikir bagaimana ketika
seseorang makan, sseorang itu sudah memenuhi semua gizi (4 sehat 5
sempurna). Beliau berkali-kali mencoba membuat sesuatu yang berbahan buah
dan susu, hingga jadilah es campur seperti yang dikenal saat ini. Produknya
cepat diterima oleh penduduk lokal karena sebelumnya tidak ada yang
membuat produk seperti itu. Jadi, kendala keduanya adalah ketika membuat
sesuatu yang baru, yang sekiranya bisa diterima dan disukai oleh masyarakat.
Kendala lainnya adalah produknya yang mahal dibandingkan dengan teh/ kopi
yang pada saat itu harganya relatif murah. Jadi, kami harus merubah mindset
orang bahwa es campur kami dengan teh adalah sesuatu yang berbeda. Es
campur kami harganya mahal karena bisa memenuhi kebutuhan tubuh,
sedangkan teh tidak.
Ketika itu, muncul banyak sekali pesaing yang menjual produk yang sama,
namun dengan harga yang jauh lebih murah. Namun, Pak Sani tidak
mempermasalahkan itu, karena kami memiliki rahasia yaitu pada sirupnya
yang tidak semua orang tahu. Oleh karena itu, konsumen akan loyal pada kita
karena kita memiliki produk dengan rasa yang khas dan kualitas yang baik.
Jadi, kendala selanjutnya adalah bagaimana mempertahankan konsumen.
Karena sejatinya mencari konsumen itu mudah, cukup dengan membuka
sesuatu yang baru. Tapi yang sulit adalah bagaimana cara supaya konsumen
loyal, tidak hanya datang sekali dua kali, tapi datang terus.
Untuk saat ini, kendalanya adalah bagaimana cara mempertahankan supaya
terus dikenal masyarakat sementara ada banyak warung yang mungkin
menjual makanan dengan harga yang lebih murah.

Saya : Apakah pernah gagal dalam usaha ini?

Narasumber : Alhamdulillah belum, karena kita selalu ada inovasi. Kalau


warung sepi, Alhamdulillah kita masih ada catering, dimana cetering itu sudah
mask ke kabupaten dan kota. Jadi, kalau ada acara-acara di kantor kabupaten
atau kantor kota, seringkali makanannya ambil dari kita. Tapi hal itu juga
menjadi boomerang bagi kita. Karena jika dulunya jam 7 sudah buka,
sekarang tidak bisa. Sekarang pasti bukanya di atas jam 9 pagu, karena
paginya kita pakai untuk melayani pesanan-pesanan kantor. Itu juga menjadi
kendala bagi kita, karena kalau kita sepi, kita bingung mencari konsumen.
Tapi kalau terlalu ramai, kita juga bingung.

Saya : Faktor apa yang mendorong keberhasilan usaha?

Narasumber : Kita selalu membuat menu-menu baru, dan juga kita membuat
sesuatu yang berbeda. Misalya kita selalu menghindari penggunaan ayam
sayur. Ayam sayur itu ayam yang jika diberi makan, dia cepat gemuk karena
ddiperi manipulasi obat-obat obatan. Dan ayam itu tidak baik bagi kesehatan.
Oleh karena itu, kita selalu menggunakan ayam kampung yang tidak
membahayakan kesehatan. Itulah yang membuat kita berbeda. Itu juga
menjadi faktor keberhasilan kita, karena ketika di tempat tempat lain susah
mencari ayam kampung, kita di Blitar ini bisa dikatakan masih nomor satu.

Saya : Produknya dijual ke mana saja ?

Narasumber : Tentunya produk dijual di Blitar kota dan kabupaten.


Kebetulan saya adalah anaknya yang mempromosikan melalui website atau
e-commerce

Anda mungkin juga menyukai