Anda di halaman 1dari 11

SESAK NAPAS

Seorang Perempuan berusia 35 tahun datang ke Instalasi gawat darurat puskesmas


dengan keluhan sesak napas disertai nyeri dada sebelah kanan sejak 2 minggu yang lalu,
Sesak napas dan nyeri dirasakan semakin memberat. Sesak semakin bertambah apabila
beraktivitas, misalnya berjalan. Pasien nyaman dengan posisi duduk bila tidur . Sehari-hari
pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Riwayat biopsi eksisi pada mammae dekstra 1
tahun yang lalu diikuti kemoterapi 6 siklus dan radioterapi 33 kali .
Saat di IGD pasien tampak gelisah karena sesak napas, dengan GCS E4V4M4.
Pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah 130/85 mmHg, frekuensi napas 34
kali/menit, denyut nadi 115 kali/menit, dan suhu tubuh 36,8 oC, saturasi 88% tanpa terapi
oksigen. Pada pemeriksaan regio thorax, inspeksi pengembangan dada asimetris, dada
kanan tertinggal. Pemeriksaan palpasi didapatkan fremitus dada kanan melemah
dibandingkan kiri dan perkusi redup di seluruh hemitoraks kanan. Pemeriksaan auskultasi
didapatkan suara dasar vesikuler menurun di sebelah kanan, sedangkan di hemitoraks kiri
dalam batas normal. Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 9.8 g/dl, Leukosit 24.000,
Hematokrit 30%, dan Trombosit 540.000.
Pada pemeriksaan foto rontgen thorax didapatkan gambaran sebagai berikut:

Dokter kemudian melakukan pungsi percobaan didapatkan hasil cairan


serohemoragic. Oleh karena itu, kemudian dokter melakukan torakosintesis untuk
mengurangi sesak pasien. Pasien lalu dirujuk ke Spesialis paru.
Istilah sulit :
- Torakosintesis : prosedur medis untuk menyedot cairan di rongga pleura, yaitu
lapisan tipis yang melapisi paru-paru dan dinding dada.
- Cairan serohemorrhagic : Serohemoragic adalah cairan eksudat atau transudate
yang bercampur dengan darah dari kebocoran plasma kapiler
- · Pungsi : suntikan (tusukan) untuk mengeluarkan cairan atau darah dari
badan
- · Biopsi eksisi : disebut juga biopsi bedah. Prosedur pembedahan dengan
mengambil secara komplit lesi patologis untuk keperluan pemeriksaan
- https://www.scribd.com/embeds/503535296/content?
start_page=1&view_mode=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf

Rumusan masalah:
1. Adakah hubungan jenis kelamin dan usia dengan keluhan pasien?
- Pada efusi pleura tidak ditemukan adanya perbedaan jenis kelamin yang
signifikan antara pria dan wanita.Sedangkan untuk usia ,efusi pleura ini relatif
lebih banyak ditemukan pada usia dewasa muda dan orang tua. Namun efusi
pleura ini sering ditemukan pada anak terutama anak dengan pneumonia

2. Mengapa keluhan pasien semakin memberat saat beraktivitas seperti berjalan?


- Semakin banyak cairan yang menumpuk pada pleura atau semakin berat
tingkat keparahan efusi pleura maka gejala yang ditimbulkan dapat menjadi
lebih berat misalnya sesak akan menjadi lebih berat.
- Saat sesak, maka tubuh akan meningkatkan nadi atau laju jantung sehingga
seringkali terasa berdebar-debar sebagai respon normal tubuh untuk
mengkompensasi sesak yang terjadi. Inilah sebabnya kemungkinan saat
sesak dada juga menjadi terasa berdebar-debar. Seperti pada kasus, pasien
mengalami takikardi

3. Mengapa pasien merasa nyaman bila melakukan posisi duduk saat tidur?
- Pada saat posisi duduk, secara alami gravitasi menarik diafragma ke bawah
sehingga memungkinkan ekspansi dada menjadi lebih lebar, dan ventilasi
paru menjadi lebih besar. Sedangkan pada saat posisi tidur, pergerakan
diafragma tidak bisa maksimal karena tidak ada bantuan dari gravitasi,
sehingga ada risiko terjadi penurunan pengembangan dinding dada. Selain
itu, posisi duduk juga mengurangi risiko statis sekresi pulmonar yang dapat
menyebabkan obstruksi jalur napas. Sehingga apabila diaplikasikan pada
kasus, diketahui bahwa terdapat cairan di rongga pleuranya. Apabila pasien
pada posisi tidur, tidak ada gaya gravitasi yang membantu diafragma
sehingga terjadi penurunan pengembangan dinding dada, menyebabkan
pasien memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami sesak. Selain itu cairan di
pleuranya membuat jalur napas mengalami obstruksi yang menyebabkan
semakin sulit bernapas. Ketika pasien dalam posisi duduk, akan terasa lebih
nyaman dikarenakan diafragmanya terbantu oleh gravitasi dan
meminimalisasi adanya statis cairan di pleuranya sehingga mengurangi risiko
obstruksi jalur napas.

4. Apa hubungan riwayat kemoterapi atau radioterapi pasien dengan keluhan saat
ini?
- Kemoterapi dapat meningkatkan permeabilitas kapiler dengan peningkatan
tekanan hidrostatik dan penurunan tekanan onkotik mikrovaskuler sehingga
peningkatan laju masuknya cairan ke dalam pleura visceral meningkat. Efek
samping dari kemoterapi ini menyebabkan penumpukan cairan di rongga
pleura ditambah lagi dengan peningkatan tekanan sehingga integritas sel
pada dinding cavitas pleura tidak lagi sama seperti dulu
-

5. Apa hubungan riwayat biopsi mammae 1 tahun yang lalu dgn keluhan pasien
saat ini?
● Efusi pleura didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana terdapatnya cairan
yang berlebih jumlahnya di dalam cavum pleura, yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara pembentukan dan reabsorbsi (penyerapan) cairan
pleura ataupun adanya cairan di cavum pleura yang volumenya melebihi
normal dan menimbulkan gangguan jika cairan yang diproduksi oleh pleura
parietal dan visceral tidak mampu diserap oleh pembuluh limfe dan pembuluh
darah mikropleura visceral. Akumulasi cairan pleura melebihi normal dapat
disebabkan oleh beberapa kelainan, antara lain infeksi dan kasus keganasan
di paru atau organ luar paru.
● Efusi pleura akibat keganasan dipastikan dengan adanya sel-sel kanker pada
ruang pleura dan ini diakibatkan oleh keganasan metastatik yang berasal dari
penyebaran langsung sel-sel ganas dari tempat sekitar (seperti pada
keganasan paru, payudara, dan dinding dada), invasi dari vaskularisasi paru
dengan embolisasi dari sel-sel tumor ke pleura viseralis, atau metastasis jauh
hematogen dari tumor ke pleura parietalis.
● Begitu didapatkan pada ruangan pleura, deposit tumor menyebar di sepanjang
membrane pleura parietalis dan menyumbat stomata limfatik yang akan mengalirkan
cairan intraleural (Haas et al., 2007) → kita ketahui pada skenario px memiliki
riwayat biopsi mammae dengan kemoterapi jd ada riwayat ca mammae
● Ada penelitian yang menemukan bahwa MCP-1 merupakan pemicu untuk
terjadinya perubahan permeabilitas vaskuler, penarikan sel-sel mononuklear
ke ruang pleura, dan angiogenesis pada tumor-tumor pleura (Heffner dan
Klein, 2008).
● Pasien dengan kanker juga dapat menyebabkan terjadinya efusi pleura
sebagai efek tidak langsung dari kanker, walaupun tanpa ditemukannya sel-
sel kanker pada ruangan pleura. Efusi jenis ini dikenal dengan nama efusi
paraneoplastik atau paramaligna, yang dapat terjadi dari infiltrasi tumor
kelenjar getah bening mediastinum, emboli paru, sindrom vena cava superior,
atau penurunan tekanan onkotik (Porcel dan Light, 2006).
● Simpulan efusi pleura dapat disebabkan oleh keganasan akibat metastasis
dari ca mamae

6. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik pasien?


- GCS E4V4M4
● E (eye/reaksi membuka mata) → E4, berarti respon buka mata spontan
● V (verbal/bicara) → V4, berarti kacau/confused (dapat bicara dalam kalimat,
tetapi ada disorientasi waktu dan tempat)
● M (motorik/gerakan → M4, berarti reaksi menghindar atau menarik tubuh
untuk menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri
Jumlah nilai GCS = 12, tingkat kesadaran pasien soporo komatus (nilai
GCS 8-12).
[buat lengkapnya liat manual SL Pemeriksaan Neurologi Dasar smt 2]
- TTV
● TD: 130/85 mmHg → pre-hipertensi

● RR: 34 kali/menit → takipnea (normal: 14-20 kali/menit)


● Nadi: 115 kali/menit → takikardia (normal: 60-100 kali/menit)
● Suhu: 36,8*C → normal (normal: 36,5-37,5*C)
● Saturasi O2: 88% tanpa terapi oksigen → rendah (normal: 95-100%)
- Pmx fisik regio thorax
● Inspeksi (keadaan statis/istirahat dan dinamis/respirasi): pengembangan dada
asimetris, dada kanan tertinggal → kelambanan pengembangan atau
keterlambatan gerak salah satu sisi dada bisa terdapat pada kelainan efusi
pleura unilateral, penebalan pleura unilateral, atau tumor (normal:
pengembangan dada simetris)
● Palpasi: fremitus dada kanan melemah dibandingkan kiri → fremitus
menurun karena adanya gangguan hantaran aliran udara dari paru ke dinding
dada seperti pada efusi pleura, tumor mediastinum, penyakit paru obstruktif
kronis, obstruksi bronkus, fibrosis pleura, pneumotoraks, tumor paru, dan
dinding dada yang sangat tebal (normal: Fremitus lebih jelas di daerah
interskapula dibandingkan di lapangan paru bagian bawah. Paru kanan lebih
jelas dibandingkan paru kiri. Fremitus umumnya menurun atau menghilang
di atas prekordium dan di bawah diafragma)
● Perkusi: redup di seluruh hemotoraks kanan → suara redup pada perkusi
menandakan jaringan paru normal terisi oleh konsolidasi (campuran antara
cairan dan sel darah) seperti pada pneumonia (normal: sonor karena jaringan
paru yang mengandung udara)
● Auskultasi: suara dasar vesikuler menurun di sebelah kanan, di
hemitoraks kiri dalam batas normal → suara dasar vesikuler menurun ini
menandakan jika aliran udara menurun (misalnya pada penyakit paru
obstruktif, kelemahan otot) atau terdapat gangguan transmisi suara (misalnya
karena efusi pleura, pneumotoraks, emfisema)
7. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan penunjang pasien?
- Foto thorax
❖ Terdapat ada gambaran cairan di paru kanan.
❖ Cairannya mendesak ke sisi kontralateral (ke paru kiri yang sehat)
❖ Terdapat meniscus sign, yaitu tampak tumpulnya sinus kostofrenikus
akibat adanya penumpukan cairan, normalnya seharusnya sinus
kostofrenikusnya
❖ Terlihat adanya pergeseran jantung dan trakea akibat terdesak oleh
cairan di paru kanan
- Pemeriksaan Lab Darah
❖ Hb 9,8 → dibawah normal, pertanda anemia, mungkin anemia ini disebabkan
oleh penyakit kronis (di kasus Ca mammae). Hal ini bisa terjadi karena
beberapa faktor, bisa karena waktu hidup sel darah merahnya udah berkurang
dari normal (<120 hari), tubuh sudah kesulitan untuk memproduksi sel darah
merah baru, dan lainnya.
❖ Hematokrit 30% (38,8-50) → kurang dari normal. Hal ini dapat menandakan
bahwa jumlah sel darah merah di dalam tubuh sedang berkurang
❖ Leukosit 24.000 (3.500-10.500)→ lebih dari normal, leukositosis.
Leukositosis dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satunya bisa karena
keganasan seperti pada kasus. Faktor lainnya bisa karena adanya infeksi,
penyakit autoimun, mengalami alergi, adanya peradangan, dll.
❖ Trombosit 540.000 (150.000-450.000) → lebih dari normal, trombositosis.
Ini juga bisa diakibatkan oleh keganasan. Infeksi, gangguan sumsum tulang,
juga bisa menjadi faktor lain yang menyebabkan trombositosis.
8. Mengapa didapatkan hasil cairan serohemoragic saat dilakukan pungsi
percobaan pada pasien?
- Analisis efusi pleura biasanya menunjukan cairan serohemoragik dengan
karakteristik eksudat. Cairan serohemorrhagic adalah cairan eksudat atau
transudat yang bercampur dengan darah dari kebocoran plasma kapiler dan
hasil ini biasanya didapatkan ketika melakukan pungsi/thoracentesis. Dengan
ditemukannya cairan serohemorrhagic pada saat dilakukan pungsi,
menunjukkan adanya penumpukan cairan, dan mengarahkan diagnosis pada
efusi eksudat.
- Efusi eksudat sendiri terjadi ketika ada proses peradangan yang
menyebabkan permeabilitas kapiler pembuluh darah pleura meningkat,
sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat/ kuboid/ dan terjadi
pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura.
- Sesuai kasus, hal ini mungkin disebabkan karena riwayat kemoterapi dan
radioterapi yang dilakukan pasien sebelumnya. Kemoterapi dapat
meningkatkan permeabilitas kapiler dengan peningkatan tekanan hidrostatik
dan penurunan tekanan onkotik mirkovaskuler sehingga peningkatan laju
masuknya cairan ke dalam pleura visceral meningkat. Efek samping dari
kemoterapi ini menyebabkan penumpukan cairan di rongga pleura ditambah
lagi dengan peningkatan tekanan sehingga integritas sel pada dinding cavitas
pleura tidak lagi sama seperti dulu. Akhirnya cairan plasma dengan darah
bercampur dan keluar bersamaan dalam bentuk cairan serohemmorrhagic

9. Mengapa dokter melakukan torakosentesis? Dan bagaimana mekanismenya?


- untuk mengaspirasi cairan patologis dari rongga pleura, misalnya pada kasus
efusi pleura, empiema, atau hemothorax.
- Jarum dimasukkan di spatium interkostalis ke dalam rongga dada. Posisi
torakosentesis pada SIC 8/9/10 di linea mid-axilaris, tepati diatas costae
untuk menghindari neurovaskuler intercostalis yang letaknya di sepanjang
tepi bawah setiap costae
- Paling baik dilakukan dengan pasien duduk tegak dan sedikit condong ke
depan dengan lengan ditopang. Klo posisi terlentang, gunakan usg atau ct
buat mandu prosedur.
-
10. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari kasus?
- Efusi pleura
- hemothorax
11. Apa pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan?
a. Pemeriksaan pencitraan atau radiologi berupa foto polos (rontgen) dada atau
CT-Scan atau USG, untuk menemukan tanda-tanda efusi pleura
b. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah, untuk melihat apakah
ada tanda-tanda infeksi serta memeriksa fungsi ginjal dan hati
c. Pengambilan cairan efusi pleura
d. Bronkoskopi, untuk memeriksa apakah ada gangguan di saluran pernapasan

12. Apa tatalaksana farmako dan non farmako sementara yang bisa digunakan?
❖ Non farmako :
➢ Torakosentesis, yaitu tindakan melakukan aspirasi atau “menyedot”
cairan pada rongga pleura
➢ Chest tube atau selang dada, yaitu pemasangan selang ke rongga
pleura untuk mengeluarkan cairan yang ada agar paru-paru dapat
mengembang sempurna
➢ Drainase pleura, yaitu dengan memasang kateter atau selang untuk
mencegah efusi pleura yang berulang
❖ Farmako: Biasanya sesuai penyebab dari efusi pleura tersebut
➢ Obat diuretik, untuk gagal jantung kongestif
➢ Antibiotik, apabila efusi disebabkan oleh penyakit infeksi paru misal
pneumonia
➢ Simptomatis, bisa disesuaikan dengan gejala yang dialami pasien.
LO
1. Faktor risiko
- Merokok dan konsumsi alkohol, mereka ini bisa nyebabin penyakit paru, liver,
dan jantung yang nantinya bisa mengarah ke efusi pleura
- Riwayat kontak dengan asbestos
- Kebocoran dari organ lain: biasanya pada penderita gagal jantung kongestif,
ketika jantung gagal memompa darah secara memadai ke tubuh. Selain itu jg
bisa disebabkan karena penumpukan cairan dalam tubuh yang ngerembes ke
dalam rongga pleura, sebagai akibat dari disfungsi hati/ginjal.
- Kanker : biasanya paling sering dari kanker paru, walaupun kanker lain juga
bisa seperti pada skenario yang berasal dari kanker mammae
- Infeksi : pneumonia dan TB
- Autoimun : lupus atau RA
- Emboli paru : efusi pleura juga bisa terjadi karena penyumbatan arteri di
salah satu paru

2. Manifestasi klinis efusi pleura


Beberapa gejala efusi pleura :
- Nyeri dada, biasanya nyerinya tajam, lebih nyeri kalo disertai sama batuk dan
bernapas dalam
- Batuk kering
- Demam menggigil
- Dyspnea (napas pendek/susah)
- Orthopnea (ketidakmampuan bernapas dengan mudah kecuali orang tersebut
duduk tegak atau berdiri tegak)

3. Perbedaan Sesak napas jantung dan paru


- Klo gasalah, sesak nafas krn jantung itu ga membaik bagaimanapun posisi
pasien. Mengapa? Krn klo sesak nafas krn kelainan di paru itu biasanya pd
posisi tertentu (posisi duduk misal) itu bisa lebih ringan sesaknya krn ada
bantuan gravitasi utk otot diafragmanya berkontraks i(kek kasus). Alesan
lainnya itu, sesak nafas krn paru itu bisa disertai batuk, klo jantung biasanya
nyeri dada sbelah kiri trus biasanya juga ada keringat dingin. Kalo dari
auskultasi biasanya kalo sesak napas jantung itu suara terdengar ronki basah
halus sedangkan kalo paru lebih ke ronki kasar.
- Sesak bunyi ngik-ngik (whistle/seruling) → paru. Kalo sesak terengah2/ngongsrong
(jantung)
- Jantung biasanya ada tanda lidah sianosis, vena jugularis, edema tungkai,
dll.
- Trus kalo jantung itu biasanya dia gaada riwayat dari pulmonary disease tapi
merokok juga bisa jadi salah satu faktor risiko dari cardiac dyspnea.
- Jantung dia lebih sudden. Pulmonary dia gradually/bertahap
- Jantung no sputum, pulmonary yes
- Tapi untuk lebih teparnya dilakukan pemeriksaan penunjang dan dilihat dari
radiologi thorax pasien.

4. Pemeriksaan fisik dan penunjang


- Pemeriksaan fisik
- Biasanya ditemukan tanda peningkatan volume, pada pemeriksaan
dada ditemukan fremitus taktil yang menurun, saat perkusi didapatkan
suara redup (berisi cairan), saat auskultasi ditemukan suara napas
berkurang atau bahkan tidak ada.
- Bisa juga muncul tanda pergeseran mediastinum dan beberapa
temuan lain terkait penyakit sistemik
- Pemeriksaan Penunjang
❖ X-RAY → dipake buat mengkonfirmasi ada/tidak efusi dan membantu buat
merencanakan thoracocentesis. Dari pmx ini juga bisa liat ada pergeseran
mediastinum atau nggak. Mungkin juga ditemukan perpindahan trakea ke
arah sisi ipsilateral.
❖ USG thorax → untuk mendeteksi cairan yang sedikit (5-50 ml) dan 100%
sensitif untuk efusi, dan bisa juga untuk membedakan antara cairan dengan
massa
❖ MRI (Magnetic Resonance Imaging) pada dada → bisa tapi hasilnya kurang
memuaskan dan lebih mahal dari CT atau USG
❖ CT (Computed Tomography) scan thorax → untuk membedakan kumpulan
cairan atau massa, deteksi efusi pleura loculated (adanya fibrosis atau mudah
mengeraknya cairan pleura), dan dapat melihat kondisi pada parenkim
parunya
❖ PET (Positron Emission Tomography) scan thorax → dapat membedakan
efusi pleura ganas dengan jinak termasuk mesothelioma dengan sensitivitas
97% dan spesifitas 88,5%. Kekurangannya, bisa terjadi kondisi false positive
pada kasus infeksi.
❖ Pengukuran pH cairan, protein cairan, albumin dan LDH, glukosa
cairan, trigliserida cairan, pewarnaan dan kultur gram cairan, dan
sitologi cairan. Kalo eksudat biasanya ditandai dengan peningkatan
protein, peningkatan LDh dan penurunan glukosa. LDH cairan pleura
> 1000 U/L biasanya pada Tb, limfoma, dan empiema. Kalo Ph
rendah (<7,2) menunjukkan efusi pleura kompleks. Pada efusi
parapneumonic ada dominasi neutrofilik dalam jumlah sel. Beberapa
penyebab lymphocyte-predominant effusions termasuk keganasan,
limfoma, dan tb.

5. Epidemiologi-etiologi Efusi pleura


- Etiologi
❖ Efusi pleura eksudat (protein-rich) → paling sering terjadi (keganasan, efusi
parapneumonic, TB), jarang terjadi (pankreatitis, emboli paru, RA, pleuritis
autoimun)
❖ Efusi pleura transudat (protein-poor) → sering terjadi (gagal jantung kiri,
sirosis hepar), jarang terjadi (hipoalbumin, dialisis peritoneal, hipotiroid,
sindrom nefrotik)
❖ Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik
❖ Kardiovaskular, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonar,
dan perikarditis
❖ Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses, dan
sindrom meigs
❖ Infeksi yg disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial, dan parasit
❖ Trauma
❖ Lain2, spt LSE (lupus eritematosus sistemik), RA (rheumatoid artritis),
sindrom nefrotik
- Epidemiologi
Efusi pleura sendiri ini bisa dikatakan sebagai penyakit yg paling umum di
antara semua penyakit pleura. Beberapa macam penyakit juga biasanya ikut
membersamai terjadinya efusi pleura, seperti pneumonia, paparan asbes,
penyakit sistemik kayak lupus, RA, atau mungkin manifestasi pleura yang
mempengaruhi organ lain kayak gagal jantung kongestif, pankreatitis, atau
penyakit lokal pada pleura seperti infeksi pleura dan mesothelioma.

6. Patogenesis-patofisiologi Efusi pleura


- Malignancy Pleural Effusion → secara garis besar akibat adanya gangguan absorbsi
cairan pleuranya.
❖ Adanya sel-sel kanker pada ruang pleura yang diakibatkan oleh
keganasan metastatik yang berasal dari penyebaran langsung sel-sel
ganas dari tempat sekitar (seperti pada keganasan paru, payudara,
dan dinding dada), invasi dari vaskularisasi paru dengan embolisasi
dari sel-sel tumor ke pleura visceralis, atau metastasis jauh
hematogen dari tumor ke pleura parietalis.
❖ Deposit tumor menyebar di sepanjang membrane pleura parietalis
dan menyumbat stomata limfatik yang akan mengalirkan cairan
intrapleural.
❖ Cairan intrapleural yang terakumulasi akan membentuk gambaran
efusi pleura.
❖ Cairan intrapleural yang terakumulasi menyebabkan terdesaknya paru,
sehingga terjadi gangguan pengembangan paru → gangguan ventilasi →
Oksigen di tubuh berkurang, CO2 naik → takipneu sebagai respons tubuh
untuk menaikkan kadar oksigen dalam tubuh.
❖ Apabila berlangsung terus menerus, oksigen yang semakin berkurang
menyebabkan bagian otak juga kekurangan oksigen → penurunan kesadaran
(GCS turun)
❖ Kalau cairan intrapleuralnya terlalu banyak, bisa sampai mendesak ke sisi
kontralateral → menggeser mediastinum, mendesak jantung → cardiac
output menurun → HR naik (takikardi) sebagai respons tubuh agar darah
cepat mengalir ke seluruh tubu
- Ada 2 tipe efusi pleura :
- Transudatif : disebabkan karena kebocoran cairanke dalam rongga
pleura. Ini bisa terjadi karena ada peningkatan tekanan di pembuluh
darah/jumlah protein darah yg rendah. Biasanya penyebab paling
umumnya adalah gagal jantung
- Eksudatif : disebabkan karena penyumbatan pembuluh darah atau
pembuluh getah bening, peradangan, infeksi, cedera paru-paru, dan
tumor

7. Tatalaksana farmako dan non farmako,, (mekanisme melakukan terapi non


farmako)
Tujuan dari penatalaksanaan efusi pleura adalah untuk mengeluarkan cairan,
mencegah cairan biar gak numpuk lagi, dan untuk mengobati penyebab
penumpukan cairan.
- Thoracocentesis → bisa dilakuin kalo ada banyak cairan dan penyebabkan nyeri
dada, sesak napas, dan juga saturasi O2 yg rendah. Kalo cairan udah dikeluarin maka
nanti paru bisa mengembang kembali sehingga membuat pernapasan lebih mudah
Penyebab penumpukan cairan juga harus diobati :
- Kalo ada gagal jantung, bisa dikasi diuretik/obat lain untuk ngobatin gagal
jantungnya
- Kalo infeksi : antibiotik
- Kalo dari kanker, liver disease, sakit ginjal : pengobatan bisa diarahin ke
kondisi tersebut. Biasanya kalo orang kena kanker/infeksi, efusinya sering
diobati pake selang dada untuk ngalirin cairan dan mengobati penyebabnya

Thorakosintesis diindikasikan untuk efusi pleura baru yang tidak tau penyebabnya.
Obeservasi dan optimal medical therapy (OMT) tanpa dilakukan thorakosintesis
merupakan hal yang wajar dalam penanganan efusi pleura karena gagal jantung
atau setelah operasi CABG. Namun manifestasi lain (seperti demam, pleuritis;
radang selaput dada) atau kegagalan untuk menanggapi terapi pada pasien harus
segera dipertimbangkan dilakukan thorakosentesis diagnostik.

Tujuan penatalaksanaan pada efusi pleura ganas (maligna) adalah paliasi atau
mengurangi gejala. Pilihan terapi harus tergantung pada prognosis, kejadian efusi
berulang, dan keparahan gejala pada pasien. Thoracentesis terapeutik ulang sesuai
untuk pasien dengan prognosis buruk (<3 bulan) dan, reakumulasi cairan yang
rendah. Kateter pleura yang menetap (WSD) dengan drainase intermiten biasanya
merupakan prosedur pilihan pada efusi pleura ganas. Kateter pleura yang tinggal di
dalam tubuh telah dibuktikan memberikan peredaan gejala yang signifikan, dan 50%
hingga 70% pasien mencapai obliterasi spontan dari rongga pleura (pleurodesis)
setelah 2 hingga 6 minggu. Pleurodesis kimia dengan bedak juga sangat efektif
dengan tingkat keberhasilan 60% hingga 90%, tergantung pada derajat atau
ekspansi paru-paru. Pleurektomi, dan pintasan pleuroperitoneal adalah pilihan
manajemen lain tetapi jarang dilakukan.

8. DD Efusi Pleura
- Hematothorax → akumulasi darah di rongga intrapleura. Penyebabnya bisa banyak,
cuma yang paling sering karena traumatis, misal KLL, kena benda tumpul yang
menyebabkan fraktur costae, dll. Bisa juga pada non-trauma misal pada tumor, dll.
❖ Ketika ada trauma pada thorax, bisa menyebabkan laserasi paru atau
pembuluh darah intercostalis atau arteria mammae interna. Laserasi
ini menyebabkan adanya perdarahan, yang nantinya darahnya akan
terakumulasi di rongga pleura.
❖ Darah yang terakumulasi akan terus bertambah secara progresif,
menyebabkan adanya tekanan pada paru, lalu bermanifestasi menjadi
gangguan pada paru, menyebabkan gangguan ventilasi, yaitu penurunan
kadar oksigen dan kenaikan kadar CO2. Hal ini membuat respons tubuh
berusaha bernapas lebih banyak untuk mendapatkan menaikkan kadar
oksigen dalam tubuh → menjadi takipnea (RR naik)
❖ Selain itu perdarahan juga menyebabkan cardiac output pada jantung
akan menurun. Respons tubuh adalah dengan memompa jantung
lebih cepat agar darah bisa mengalir ke seluruh tubuh, sehingga
menyebabkan takikardi (HR naik). Kurangnya darah mengakibatkan
tekanan darah menurun, lalu aliran darah ke perifer juga menurun.
Sehingga manifestasinya akan terlihat lebih pucat, atau bahkan bisa
sianosis karena darahnya lebih banyak terkandung CO2.
- Empiema → akumulasi nanah/pus di rongga intrapleura. Ketika ada aspirasi bakteri
dari orofaring, bisa menyebabkan kerusakan pada pleuranya.
❖ Ketika ada pleural damage, akan terjadi inflamasi. Inflamasi akan
menyebabkan kemotaksis neutrofil. Akibatnya, terjadi peningkatan
permeabilitas pada pleura akibat sitokin inflamasi. Nanti akan terlihat
gambaran efusi pleura. Fase ini disebut fase eksudatif.
❖ Ketika inflamasi terjadi secara terus menerus, dapat menyebabkan
translokasi bakteri. Hal ini menyebabkan kaskade koagulasi, dan
adanya peningkatan deposit dari pleural fibrin dan fibrin remodelling.
Adanya bakteri juga menyebabkan rendahnya regulasi dari fibrinolitik.
Akibatnya, cairan pada pleura akan tampak menjadi lebih keruh. Fase
ini disebut fase fibrinopurulent
❖ Akumulasi bakteri secara terus menerus akan menyebabkan inflamasi
berulang pada pleura. Hal ini menyebabkan fibroblast kemotaksis,
yang manifestasinya berupa fibrosis pada permukaan pleura. Pada
fase ini akan ditemukan pus pada rongga intrapleuranya, yang
menyebabkan empiema. Fase ini disebut sebagai fase organizing

9. Edukasi dan pencegahan dan Komplikasi


Komplikasi :
- Kerusakan paru
- Infeksi yang berubah jadi abses (empiema)
- Udara di rongga dada (pneumothorax) setelah dilakukan drainase efusi
- Penebalan pleura (jaringan parut pada lapisan paru-paru
Prognosis : tergantung pada penyebab efusi pleura. Efusi yang jinak biasanya bisa
disembuhin tapi kalo penyebabnya keganasan, prognosis nya sangat buruk. Kalo
efusi pleura nggak di drainase bisa menyebabkan dyspnea dan empiema.

10. Kasus kegawatdaruratan paru


Bisa bedain dari jantung atau paru

Anda mungkin juga menyukai