Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

DOSEN PENGAMPU:

ALVA BERIANSYAH,S.IP.,M.I.P

DISUSUN OLEH:

-FENNY SINTIA (H1A120012)

-MAYZURAAH (H1A120016)

-ERLIDA PURBA (H1A120017)

-RONALDO FIRWANDA (H1A120053)

-ZAHARA DWIVA LAYALI (H1A120110)

ILMU PEMERINTAHAN UNIVERSITAS JAMBI TAHUN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Alva
Beriansyah,S.IP.,M.I.P pada matakuliah Keuangan Negara.Selain itu,makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis sendiri.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang te;ah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini banyak terdapat kesalahan dan kekurangan.Untuk itu kami
sangat mengharapkan kepada para pembaca untuk menyampaikan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kebaikan dan kesempurnaan makalah selanjutnya.

Jambi,22 November 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dengan adanya Dana Desa menjadikan sumber pemasukan di setiap desa akan meningkat.
Meningkatnya pendapatan desa yang diberikan oleh pemerintah untuk meningkatkan sarana
pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan
kegiatan lainya yang dibutuhkan masyarakat desa yang diputuskan melalui Musrenbang Desa.
Tetapi dengan adanya Dana Desa juga memunculkan permasalahan baru, yaitu tak sedikit
masyarakat yang mengkhawatirkan tentang pengelolaan Dana Desa. Hal ini berkaitan dengan
kondisi perangkat desa yang dianggap masih rendah kualitas SDM-nya, dan belum kritisnya
masyarakat atas pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDesa) sehingga bentuk
pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat tidak dapat maksimal.

Menurut Undang-Undang Desa, Dana Desa didefinisikan sebagai dana yang bersumber
dari APBN yang diperuntukan bagi Desa yang ditransfer melalui APBD Kabupaten/kota dan
digunakan unuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan, kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APBDesa, adalah rencana


keuangan tahunan pemerintahan Desa yang dibahas dan ditetapkan oleh Kepala Desa bersama
Badan Permusyawaratan Desa melalui Peraturan Desa. Tahun anggaran APBDesa meliputi masa
satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBDesa terdiri
atas bagian pendapatan Desa, belanja Desa dan pembiayaan.

Menurut UU 32/2004 dan PP 72/2005 menyebutkan sumber-sumber pendapatan desa meliputi :

1. Pendapatan asli desa, terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan
partisipasi, hasil gotong royong, dan lain-lain pendapatan asli desa yang sah,

2. bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 1.0% (sepuluh per seratus) untuk
desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa

3. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh
Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh per seratus), yang
pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan alokasi dana desa,

4. bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah


Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan,

5. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat.


1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan APBDes?

2. Bagaimana proses penyusunan APBDes ?

3. Jelaskan contoh ringkasan APBDes suatu desa!

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian APBDes secara komprehensif

2. Untuk memahami dan mengerti bagaimana proses penyusunan APBDes

3. Menjelaskan dan memahami secara detail mengenai ringkasan APBDes dalan suatu desa
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian APBDes

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah peraturan desa yang memuat
sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam kurun waktu satu tahun. APB
Desa terdiri atas bagian pendapatan desa, belanja desa, dan pembiayaan. Rancangan APBDes
dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa.

Pendapatan desa merupakan penghasilan yang diperoleh desa yang bersumber dari pendapatan
asli desa (PAD), pendapatan transfer ataupun pendapatan lain-lain desa. Pendapatan Transfer
Desa Binangun berasal dari Dana Desa (DD), Alokasi Dana Desa (ADD), Bagi Hasil Pajak dan
Retribusi (BHPR) dan Bantuan Keuangan Kabupaten (BKK). Dana desa sebagai salah satu
sumber pendapatan desa, pengelolaannya dilakukan dalam kerangka pengelolaan Keuangan
Desa. Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan, akuntabel, partisipatif, serta
dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Transparan, yaitu prinsip keterbukaan yang
memungkinkan masyarakat mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang
keuangan desa. Akuntabel, yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.Partisipatif, yaitu penyelenggaraan pemerintahan
desa yang mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.Tertib dan disiplin
anggaran, yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada aturan atau pedoman yang
melandasinya.

Belanja desa merupakan pengeluaran yang dilakukan oleh desa baik melalui rekening kas desa
ataupun langsung dibayar ke supplier yang merupakan kewajiban dalam 1 tahun anggaran dan
tidak diperoleh pembayaran kembali serta diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan desa yang
disepakati dalam musyawarah yang meliputi 5 bidang, yakni (1) penyelenggaraan pemerintah
desa, (2) pelaksanaan pembangunan desa, (3) pembinaan kemasyarakatan desa, (4)
pemberdayaan masyarakat desa, dan (5) penanggulangan bencana, keadaan mendesak dan
darurat desa. (RE/BIN)

Menurut UU No.6 Tahun 2014 tentang desa, yang dimaksud dengan desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas 9 wilayah yang berwewenang untuk mengatur dan mengurus
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan praaksara masyarakat, hak asal usul, dan
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI. Pemerintah desa adalah
penyelenggaraan urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
pemerintahan NKRI. Pemerintah desa adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu
perangkat desa sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah desa. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
merupakan lembaga perwujudan dalam demokrasi penyelenggaraan pemerintah desa. Anggota BPD
adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri
dari ketua RW, golongan profesi, pemuka agama, atau tokoh masyarakat lainnya

2.2 Bagaimana proses penyusunan APBDes

Suatu penyusunan anggaran memerlukan suatu tahapan yang harus dilakukan untuk memudahkan dan
dapat memprioritaskan mana kebutuhan yang penting harus didahulukan dan mana kebutuhan yang
bisa ditangguhkan. Tahapan pengadaan APBDes merupakan langkah yang dilakukan oleh aparatur desa
dalam merumuskan dan penyusunan anggaran, dimana pengadaan ini memiliki beberapa tahap yang
harus dilewati, tahapan itu ialah:

A. Perencanaan

Perencanaan dalam hal ini ialah dimana aparatur desa, kepala dusun dari setiap dusun atau banjar (bila
di Bali), PKK merencanakan penyusunan anggaran yang disaksikan oleh Kepala BPD. Dalam perencanaan
ini setiap Kepala Dusun dari masing-masing dusun sebagai wakil dari masyarakat akan memberikan
usulan mengenai daerah mereka, apa yang mereka perlukan dan apa yang mereka butuhkan. Dan
kepala desa akan merumuskan dan memprioritaskan mana yang akan dimasukan dalam penganggaran
dan yang akan direalisasikan

B. Penyusunan

Tahapan ini merupakan tahapan dimana usulan yang diterima dalam proses perencanaan yang telah
dilakukan akan diprioritaskan terlebih dahulu, sehingga usulan yang diterima dalam perencanaan tidak
melebihi dari porsi anggaran yang ditentukan. Hal ini sangat perlu dilakukan agar kepentingan yang
sangat mendesak dapat didahulukan atau diprioritaskan.

C. Pengesahan

Pengesahan merupakan tahap akhir dari pengadaan APBDes itu sendiri dimana Kepala BPD akan
menyetujui rancangan APBDes tersebut yang disaksikan oleh aparatur desa lainnya beserta perwakilan
dari masyarakat yaitu kepala dusun dari masing-masing dusun dan akan dikoreksi kembali oleh BPM.
Bila tahapan penyusunan APBDes telah selesai dilanjutkan ke musrenbang Tingkat Kecamatan dan
diteruskan ke Kota untuk disahkan.Bila terjadi kekurangan atau kesalahan dalam rancangan APBDes
maka akan dikembalikan lagi untuk dirancang ulang dan diperbaiki. Setelah rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) mendapat persetujuan dan disahkan, maka anggaran tersebut
akan dibagi sesuai dengan porsi dan kebutuhannya. Pembagian tersebut berdasarkan seberapa penting
dan seberapa butuh hal tersebut, sehingga APBDes dibagi menjadi 3 pembagian yang memiliki porsi
antara lain:

1. 40% Oprasional Desa Yang termasuk dalam pembagian oprasional desa ialah dimana seluruh
keperluan dan kebutuhan oprasional birokrasi di Desa atau kebutuhan yang menyangkut jalannya
pemerintahan Desa, semua pendanaannya diambil dari 40% APBDes yang sudah dibagi tersebut.
2. 30% Lingkungan Yang termasuk didalamnya ialah dimana semua pembangunan di lingkungan desa
dan semua pembaruan prasarana dilingkungan desa akan dibebankan dalam pembagian ini.

3. 30% Pembinaan Seluruh pembiayaan dalam pembinaan desa akan dibebankan dalam pembagian
anggaran ini dimana pembinaan yang dimaksud ialah, pembinaan yang dilakukan oleh PKK, Pekan Olah
Raga Desa (PORDES), Pekan Olah Raga Kota (PORKOT), serta beberapa kegiatan yang melibatkan
organisasi desa adat yang masih dalam lingkup Desa diantaranya; lomba bale ganjur antara
Desa/Kelurahan hingga tingkat Kota/Kobupaten serta kegiatan karang taruna. Pembagian ini dilakukan
untuk menghindari penyalahgunaan dana anggaran serta meminimalisir adanya kekurangan dana.

Anda mungkin juga menyukai