Anda di halaman 1dari 4

Pengenalan Klon Tanaman Karet

Tanaman karet yang seragam dapat diperoleh dari bahan tanam hasil okulasi.
Bibit yang baik diperoleh dari semaian batang bawah yang dianjurkan dengan
menggunakan sumber mata okulasi dari kebun entres yang baik dan murni.
Kemurnian kebun entres harus dipelihara terus menerus dengan melakukan
pemurnian setiap dua tahun sekali. Teknik yang digunakan yaitu dengan mengenal
ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh masing-masing klon melalui latihan yang cukup
intensif. Ciri-ciri yang spesifik dari masing-masing klon merupakan tampilan
genetik yang dimilikinya, yaitu dengan melihat secara morfologi dari tanaman
muda (umur 6-18 bulan) dan tanaman dewasa (umur ±5 tahun) (Budiman, 2012).

Tidak ada klon yang sesuai untuk semua lokasi, setiap klon dirakit dari tetua mereka yang
memiliki sifat unggul di satu lokasi namun kurang optimal di lokasi lainnya, dengan kata lain
satu klon akan tumbuh dan berproduksi optimal pada agroekosistem yang sesuai dengan sifat-
sifatnya (Budiman, 2012).

a) Klon penghasil lateks


Klon-klon yang tergolong dalam kelompok ini memiliki potensi hasil
lateks tinggi sampai sangat tinggi, sedangkan potensi kayunya kecil sampai
sedang. Klon-klon ini sangat cocok ditanam jika tujuannya adalah untuk
mendapatkan produksi lateks yang tinggi, biasa digunakan oleh perusahaanperusahaan besar
yang berorientasi pada hasil lateks untuk keperlua
pabriknya, contohnya klon-klon dalam golongan ini adalah: BPM 24, BPM
107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260 (Budiman, 2012).
b) Klon penghasil lateks kayu
Kelompok ini dicirikan dengan potensi hasil lateks yang sedang sampai
tinggi serta hasil kayunya yang tinggi. Klon-klon jenis ini sangat dianjurkan
untuk petani karena selain untuk mendapatkan produksi lateks yang tinggi,
juga dapat diambil kayunya untuk biaya peremajaan. Perusahaan yang
mengembangkan perkebunan karet berbasis HTI atau Hutan Tanaman
Industri juga sangat tertarik dengan klon-klon ini, beberapa contoh klon yang
tergolong dalam kelompok ini adalah: AVROS 2037, BPM 1, RRIC 100, PB
330, PB 340, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, IRR 118 (Budiman,
2012).
c) Klon penghasil kayu
Ciri dari kelompok ini adalah potensi kayunya yang sangat tinggi
sedangkan potensi lateksnya rendah. Biasanya klon-klon jenis ini tumbuh
tinggi besar sehingga potensi kayunya sangat tinggi. Klon-klon ini bisa
menjadi pilihan jika tujuan penanamanya untuk penghijauan dan untuk
diambil kayunya. Contohnya adalah: IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78
(Budiman, 2012)

Persilangan Tanaman Karet

Program pemuliaan karet pada saat ini lebih diarahkan pada perbaikan kualitas
dan produktivitas tanaman. Klon unggul baru merupakan syarat utama agar komoditas karet
tetap menguntungkan di dalam persilangan global baik pada masa
ini maupun masa mendatang. Terdapat dua cara untuk menghasilkan klon unggul, yaitu:
a) Menyeleksi segregan dari sumber–sumber keragaman genetik yang ada.
b) Menyediakan keragaman genetik baru melalui persilangan buatan.
Kedua cara tersebut saling berkaitan satu sama lain, karena sumber tetua pada
persilangan juga berasal dari sumber genetik yang terpilih. Salah satu tujuan
program pemuliaan karet adalah mendapatkan klon dengan produktivitas tinggi
serta tahan terhadap serangan penyakit. Klon merupakan suatu komponen
teknologi di dalam peningkatan produktivitas tanaman. Kesalahan memilih klon
akan memberikan dampak kerugian selama satu siklus tanaman karet 25-30 tahun

Hibridisasi
Hibridisasi bertujuan untuk menciptakan populasi baru dimana sebagian
besar individu anggotanya memiliki sifat keturunan yang baik. Persilangan
buatan adalah suatu teknik penggabungan antara bunga jantan dan bunga betina
pada klon yang berbeda. Pengetahuan tentang morfologi bunga, pemeliharaan
tanaman tetua dan teknik persilangan sangat penting di dalam perakitan klon
karet unggul.

Kastrasi
Tanaman karet merupakan tanaman berumah satu (monoceous). Tetapi
bunga jantan dan bunga betina terpisah pada bunga yang berbeda sehingga
sebelum disilangkan kastrasi pada kedua bunga perlu dilakukan agar tidak
terjadi persilangan sendiri (selfing). Kastrasi adalah proses membuka mahkota
bunga betina dan membuang bunga jantan disekitar bunga betina. Kastrasi
dilakukan sehari sebelum penyerbukan. Malai yang baik disilangakan adalah
yang berumur 15 hari setelah inisiasi pembungaan atau ada bunga yang mekar
antara 4-6 bunga. Kastrasi dilakukan dengan dua tahap yaitu:
1) Tahap pertama adalah pembuangan bunga betina yang sudah mekar. Pada
bunga betina dipilih malai yang tumbuh normal, sehat, dan tidak terinfeksi
hama-penyakit serta bunga sudah mampu untuk dibuahi (reseptif). Sepertiga malai sekunder
mulai dari pangkal malai primer dibuang atau dipotong
karena bagian ini lebih didominasi oleh bunga jantan. Pada malai sekunder
yang tersisa, bunga yang sudah mekar dibuang dengan menggunakan
gunting kecil.

2) Tahap kedua adalah pemotongan bunga jantan. Sebaiknya pemotongan


dapat dilakukan pada pagi hari, sebelum pukul 07.00, pada tahap ini bunga
betina yang pada tahap pertama belum mekar. Bunga-bunga yang akan
mekar inilah yang akan disilangkan. Saat melakukan pemotongan bunga
jantan didekat areal bunga betina harus dilakukan dengan hati-hati agar
tidak menyerbuki bunga betina yang akan disilangkan. Cara
memotong/membuang bunga jantan disekitar bunga betina dengan
menggunakan gunting kecil. Bunga betina yang akan disilangkan disisakan
di satu malai sebanyak 4 sampai 6 bunga.
Okulasi Tanaman Karet
Perbanyakan tanaman karet dalam hal ini tidak lagi bisa dilakukan secara
konvensional. Perbanyakan dengan cara konvensional seperti menggunakan biji
akan membutuhkan waktu yang lama dan sifat dari tanaman baru yang dihasilkan
akan berbeda dengan tanaman induk. Oleh karena itu metode perbanyakan vegetatif
menjadi jawaban masalah ini. Perbanyakan vegetatif adalah pengembangbiakan
yang dilakukan secara tidak kawin yaitu menggunakan organ vegetatif dari tanaman
(Sumarsono, 2002).

Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif


dengan menempel mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat
bergabung (kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari
setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi yang baik. Prinsip
okulasi adalah penggabungan batang bawah dengan batang atas, yang berbeda
adalah umur batang bawah dan batang atas yang digunakan sehingga perlu teknik
tersendiri untuk mencapai keberhasilan okulasi. Kebaikan yang diharapkan dari
batang bawah secara umum adalah sifat perakaran yang baik, sedangkan dari batang
atas adalah produksi lateks yang baik (Simanjuntak, 2010)

Anda mungkin juga menyukai