Anda di halaman 1dari 1

Beranda ▼

(DROP DOWN MENU)

Home PIDANA Penegakan Hukum Dibangun dari Pilar Asu…

Penegakan Hukum Dibangun dari


Pilar Asumsi, Aneh Namun Nyata
LEGAL OPINION
Question: Yan namanya hukum atau proses
persidangan di pengadilan itu, benar-
benar mengesampingkan asumsi?
Maksudnya apa betul, asumsi demikian
ditabukan dalam bukum?

Brief Answer: Hukum justru sarat “asumsi”.


Harus kita akui, bahwa proses peradilan
itu sendiri bernuansa aspek “indirect
evidence” yang tidak lain dilandasi oleh
suatu asumsi (kemudian dijewantahkan
oleh sang hakim sebagai alat bukti
“Persangkaan” ataupun “Petunjuk”.
Hakim yang memeriksa perkara, bukanlah
saksi mata langsung atas suatu perkara
yang disidangkan—karenanya, asumsi tidak
terelakkan.

Sebagai contoh, dalam stelsel


pembuktian hukum acara perdata,
pembuktian bersifat formil semata,
dimana akta otentik diasumsikan benar
adanya sepanjang tidak ada alat bukti
otentik lain yang membantahnya.

Begitu pula dalam cerminan perkara


pidana, mungkin ilustrasi yang paling
tepat mewakili ialah dalam konteks tindak
pidana penadahan, dimana si penadah
dapat dijerat pidana bila dirinya “patut
menduga” bahwa barang yang diterima
olehnya ialah bersumber dari suatu
kejahatan.

Tidak ada yang melihat langsung


kejadian yang sebenarnya, namun putusan
tetap harus dibuat oleh Majelis Hakim
pemutus. Tidak ada yang salah dengan
“berasumsi”, sepanjang asumsi tersebut
dibangun atas dasar nalar yang terjaga
tingkat logisnya—sehingga masih dalam
tataran dapat dipertanggung-jawabkan.
Kita, selaku anggota warga masyarakat,
juga harus senantiasa berasumsi agar
dapat melakukan fungsi preventif demi
kebaikan kita sendiri. Mengapa? Karena
hukum juga berasumsi, bahwa setiap
warga negara “dianggap” tahu hukum.

PEMBAHASAN:

Contoh kasus berikut dapat memudahkan


pemahaman, betapa kehidupan berhukum tidak
pernah dapat dilepaskan dari kegiatan ber-
asumsi, sebagaimana dapat SHIETRA & PARTNERS
rujuk putusan Mahkamah Agung RI perkara
pidana “penadahan” register Nomor 257
K/PID/2016 tanggal 21 Juni 2016, dimana
Terdakwa didakwa  karena telah membeli,
menawarkan, menukar, menerima gadai,
menerima hadiah, atau untuk menarik
keuntungan, menjual, menyewakan,
menukarkan, menggadaikan, mengangkut,
menyimpan atau menyembunyikan sesuatu
benda yang diketahuinya atau sepatutnya harus
diduga diperoleh dari kejahatan, sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam Pasal 480 Ayat
Ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP).

Bermula pada 03 Juni 2014, saat Saksi Agus


Windi Haryanto pulang dari membeli makanan
burung telah melihat burung murai batu milik
Korban yang mempunyai ciri-ciri bulu kepala
hitam, bulu dada berwarna oranye, ekor hitam
panjang, kaki putih, kuku bagian belakang yang
sebelah kanan berwarna hitam dan yang sebelah
kiri berwarna putih yang dititipkan oleh Korban
Saksi Agus Windi Haryanto, kinihilang diambil
orang karena sangkar burungnya telah berpindah
di lantai dan pintunya terbuka.

Pada tanggal 10 Juni 2014, Saksi SUGIYONO


telah membeli burung murai batu dari Terdakwa
di rumah Terdakwa dengan harga
Rp3.000.000,00. Waktu itu Saksi Sugiyono baru
memberikan uang muka sebesar Rp1.400.000,00.
Berlanjut pada tanggal 12 Juni 2014, Terdakwa
mengantarkan burung murai batu yang telah
dibeli oleh Saksi Sugiyono ke rumah Saksi
Sugiyono sembari menerima pelunasannya.

Tanggal 13 Juni 2014, Saksi Sugiyono


menjual burung Murai batu tersebut ke Saksi
Rohariyanto dengan harga Rp5.000.000,00.
Tibalah pada tanggal 16 Juli 2014, saat Saksi
Rohariyanto mengikutkan burung murai batu
yang dibelinya dari Saksi Sugiyono tersebut,
dalam latihan bersama kicauan burung, Korban
melihatnya dan mengenalinya bahwa burung
yang dibawa Saksi Rohariyanto tersebut adalah
burungnya yang telah hilang diambil orang pada
tanggal 03 Juni 2014.

Burung yang dijual oleh Terdakwa ke Saksi


Sugiyono, adalah burung milik Korban yang
dititipkan di rumah Saksi Agus Windi Haryanto,
yang hilang dicuri orang, dan Terdakwa tidak
dapat menjelaskan asal-usul burung yang
dijualnya kepada Saksi Sugiyono.

Terhadap tuntutan pihak Jaksa, yang


kemudian menjadi putusan Pengadilan Negeri
Pati Nomor 95/Pid.B/2015/PN.Pti. tanggal 10
September 2015, dengan amar sebagai berikut:
“MENGADILI :
1. Menyatakan Terdakwa Suparmo al Pram
Wibowo bin Hadi Suprapto terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana: ‘Penadahan’;
2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa
oleh karena itu dengan pidana penjara
selama: 6 (enam) bulan;
3. Menetapkan masa penangkapan dan
penahanan yang telah dijalani Terdakwa
sebelum putusan ini berkekuatan hukum
tetap dikurangkan seluruhnya dari
pidana yang diajtuhkan;
4. Memerintahkan Terdakwa agar tetap
ditahan.”

Dalam tingkat banding, yang menjadi


putusan Pengadilan Tinggi Semarang Nomor
241/PID/2015/PT.SMG tanggal 05 November
2015, dengan amar sebagai berikut:
“MENGADILI :
- Menerima permintaan banding dari Jaksa /
Penuntut Umum dan Penasihat Hukum
Terdakwa;
- Menguatkan putusan Pengadilan Negeri
Pati Nomor 95/Pid.B/2015/PN.Pti. tanggal
10 September 2015 yang dimohonkan
banding tersebut.”

Baik pihak Terdakwa maupun pihak Jaksa,


masing-masing mengajukan upaya hukum kasasi.
Adapun keberatan yang diajukan Jaksa
Penuntut, antara lain bahwa putusan pidana
penjara yang diputuskan Hakim Pengadilan,
dinilai masih terlalu ringan, mengingat:

- Terdakwa berbelit-belit di persidangan


sehingga mempersulit jalannya sidang;

- Terdakwa tidak merasa bersalah;

- Terdakwa tidak menyesali perbuatannya.

Dimana terhadap keberatan-keberatan


demikian, Mahkamah Agung membuat
pertimbangan serta amar putusan sebagai
berikut:
“Mengingat akan Akta Permohonan
Kasasi Nomor ... yang dibuat oleh Panitera
pada Pengadilan Negeri Pati yang
menerangkan, bahwa pada tanggal 02
Desember 2015 Terdakwa mengajukan
permohonan kasasi terhadap putusan
Pengadilan Tinggi tersebut;
“Memperhatikan, Akta Tidak
Menyerahkan Memori Kasasi Nomor ... yang
dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Pati
tanggal 04 Januari 2016 yang menerangkan,
bahwa Terdakwa tidak mengajukan memori
kasasi sebagai Pemohon Kasasi I;
“Menimbang, bahwa putusan
Pengadilan Tinggi tersebut telah
diberitahukan kepada Terdakwa pada
tanggal 02 Desember 2015 dan Terdakwa
mengajukan permohonan kasasi pada
tanggal 02 Desember 2015, namun dalam
tenggang-waktu 14 (empat belas) hari
setelah pernyataan kasasi (sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 248 Ayat (1) dan
Ayat (4), ternyata Pemohon Kasasi I /
Terdakwa tidak mengajukan memori kasasi
(sebagaimana Akta Tidak menyerahkan
Memori Kasasi Nomor 12/Akta Pid.K/2015)
dengan demikian permohonan kasasi dari
Pemohon Kasasi I / Terdakwa tidak
memenuhi syarat formal, oleh karena itu
hak Terdakwa untuk mengajukan kasasi
gugur dan permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi I / Terdakwa dinyatakan tidak dapat
diterima;
“Menimbang, bahwa atas alasan-alasan
kasasi dari Pemohon Kasasi II / Penuntut
Umum tersebut Mahkamah Agung
berpendapat:
a. Bahwa alasan-alasan kasasi Penuntut
Umum tidak dapat dibenarkan, karena
Judex Facti tidak salah menerapkan
hukum dalam mengadili Terdakwa.
Putusan Pengadilan Tinggi Semarang
Nomor 241/Pid/2015/PT.SMg tanggal 5
Nopember 2015 yang menguatkan
Putusan Pengadilan Negeri Pati Nomor
95/Pid.B/2015/PN.Pti. tanggal 10
September 2015 yang menyatakan
Terdakwa terbukti bersalah melakukann
tindak pidana ‘Penadahan’ dan karena
itu Terdakwa dijatuhi pidana penjara
selama 6 (enam) bulan, berdasarkan
pertimbangan hukum yang benar;
b. Berdasarkan fakta persidangan, Terdakwa
terbukti melakukan penadahan terhadap
barang hasil curian berupa burung murai
batu milik korban yang telah dicuri
orang lain dari rumahnya dimana
Terdakwa tidak dapat menunjukkan asal-
muasal burung murai batu tersebut;
c. Bahwa alasan kasasi Penuntut Umum
berkenaan dengan penjatuhan berat-
ringan pidana tidak dapat dibenarkan hal
itu bukan merupakan alasan formal dan
objek pemeriksaan kasasi;
Menimbang, bahwa berdasarkan
pertimbangan di atas, lagi pula ternyata,
putusan Judex Facti dalam perkara ini tidak
bertentangan dengan hukum dan/atau
undang-undang, maka permohonan kasasi
dari Pemohon Kasasi II / Penuntut Umum
tersebut harus ditolak;
“M E N G A D I L I :
- Menyatakan tidak dapat diterima
permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi I
: TERDAKWA  / SUPARMO al PRAM WIBOWO
bin HADI SUPRAPTO tersebut;
- Menolak permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi II / PENUNTUT UMUM PADA
KEJAKSAAN NEGERI PATI tersebut.”

© Hak Cipta HERY SHIETRA.
Budayakan hidup JUJUR dengan menghargai
Jirih Payah, Hak Cipta, Hak Moril, dan Hak
Ekonomi Hery Shietra selaku Penulis.

SHIETRA Silahkan Daftar sebagai KLIEN untuk Update


Ulasan 10/22/2018

‹ Beranda ›
Lihat versi web

RECENT ARTICLES
Cara BALAS DENDAM oleh Korban kepada Pelaku
Kejahatan, ala Buddhisme

PEMERASAN dengan Ancaman PSIKIS, Bisakah Dipidana?

Dalil Berkelit untuk Putusan yang SUMIR, Kasasi sebagai


JUDEX JURE / JURIS, seolah Teks dapat Dipisahkan dari
Konteks

Orang Baik cenderung Disepelekan dan Tidak Dihargai.


Karenanya, jadilah Orang Baik tanpa Membuat Kesan bahwa
Anda adalah Orang Baik

Kiat agar Penggugat dapat Sita Eksekusi Harta


Tersembunyi Milik Tergugat, Mohonkan Izin untuk Melacak
ke dalam Pokok Tuntutan dalam Surat Gugatan

Rekaman Video / Audio secara Tersembunyi, apakah Valid


dan Sah menjadi Alat Bukti di Persidangan?

Kiat bagi Konsumen yang Mengeluhkan Kekecewaan Tanpa


Berpotensi Resiko Dikriminalisasi Pencemaran Nama Baik

Adakah yang Lebih Jahat daripada Kejahatan? Kejahatan


(yang) TERSELUBUNG

Aturan Hukum Perlindungan Konsumen yang Perlu


Diketahui Konsumen untuk Membentengi Diri dari Pelaku
Usaha yang Tidak Bertangggung Jawab ataupun yang
Beritikad Tidak Baik

Contract in Abstracto Vs. Contract in Concreto, Klausula


dalam Perjanjian yang Disimpangi secara Diam-Diam oleh
Salah Satu atau Kedua Belah Pihak

Apakah pihak Klien (Principal Penggugat) Wajib Hadir saat


Persidangan Mediasi di Pengadilan?

Korporasi Profit Oriented Berkedok Yayasan Nirlaba,


Urgensi Punahkan Undang-Undang Yayasan

Contoh Sempurna Asas RETROAKTIF, Peraturan Bisa


Berlaku Surut

Belajar HUKUM KARMA, menjadi ARSITEK ATAS HIDUP


KITA SENDIRI

Kerugian Moril / Immateriel, Subjektif namun Personal dan


Real Sifatnya, hanya saja Tidak Kasat Mata sehingga Sukar
Diukur Hakim di Pengadilan

Manusia ketika Lemah, Jinak. Ketika menjadi Kuat, Ganas


dan Buas. ITULAH "NATURE" MANUSIA, Sejarah yang
Selalu Berulang

Makna PROFESIONAL dan PROFESIONALISME

Asas-Asas Hukum saling Berkonflik, Ketidakpastian Hukum


dalam Ilmu Perundang-Undangan

Memahami Legalisir Dokumen Publik dengan Apostille,


Latar Belakang, Tujuan, dan Contoh

Besar Nominal DWANGSOM, Uang Paksa

Aturan Hukum DWANGSOM, Uang Paksa

Ada yang Tidak Perlu Kita Perdebatkan

Sanksi Denda Materai / Meterai

Anda mungkin juga menyukai