Anda di halaman 1dari 33

CORPORATE RESPONSIBLE AND ETHICS

“Pembahasan Kasus Monopoli Sky Parking Group dan Lippo Group


Pada Sistem Pembayaran Parkir ”

UNIVERSITAS PRASETIYA MULYA


BUSINESS 6K
2021
CORPORATE RESPONSIBLE AND ETHICS
“Pembahasan Kasus Monopoli Sky Parking Group dan Lippo Group
Pada Sistem Pembayaran Parkir ”

Disusun Oleh :

Andrew Johanes Joan 13111810452


Diandra Lutantowidjojo 13111810215
Dyonisius Adianto Sugiarno 13111810182
Naldy Pratama Putera 13111810143
Olivia Taniwijaya 13111810478

UNIVERSITAS PRASETIYA MULYA


BUSINESS 6K
2021
Acknowledgements

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya laporan akhir
yang berjudul “Pembahasan Kasus Monopoli Sky Parking Group dan Lippo Group Pada Sistem
Pembayaran Parkir”. Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan
laporan akhir ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ridha Aditya Nugraha, S.H., LL.M., selaku dosen Corp and Responsibility
Ethics Universitas Prasetiya Mulya yang telah memberikan bimbingan, saran, dan ide
untuk menunjang pembuatan makalah.
2. Ibu Ulya Yasmine Prisandani, S.H., LL.M. selaku dosen International Business Law
Program Universitas Prasetiya Mulya, yang telah bersedia di wawancara sebagai salah
satu narasumber yang mampu memberikan pandangan dari sisi hukum mengenai topik
yang dibawakan dan memberikan masukkan serta saran kepada penulis.
3. Bapak Rudijanto Lutantowidjojo, selaku narasumber yang bersedia untuk
diwawancarai dan memberikan pandangan mengenai topik yang dibawakan dari sisi
konsumen.
4. Orang tua penulis yang banyak memberikan dukungan baik moril maupun materil.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis rinci satu per satu yang telah membantu dalam
proses penyusunan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat beberapa
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Tangerang, 12 Juni 2021


Andrew Johanes Joan, Diandra Lutantowidjojo, Dyonisius Adianto Sugiarno
Naldy Pratama Putera, Olivia Taniwijaya
Executive Summary

Dalam paper ini, penulis akan membahas kasus kebijakan Lippo terkait
keputusannya untuk hanya memperbolehkan penggunaan Ovo sebagai metode
pembayaran parkir dalam properti yang dimiliki Lippo dari sisi etika dan hukum,.
Kelompok menggunakan metode interview dan field survey untuk mencari informasi terkait
kasus tersebut. Batasan masalah dalam paper ini adalah kelompok membahas kasus
metode pembayaran Lippo pada tahun 2018 ketika kebijakan diimplementasikan, Mall dan
Rumah sakit Lippo yang akan dibahas berada pada daerah Tangerang, Jambi dan Cibubur
tepatnya di Lippo Plaza Mall Jambi, Supermall Karawaci, Cibubur Junction, Siloam Hospitals
Lippo Village, dan Siloam Hospitals Jambi. Kelompok menemukan bahwa secara etika Lippo
menyebabkan ketidaknyamanan untuk konsumen serta mengambil kebebasan mereka
dalam bentuk memaksa menggunakan suatu produk. Dari sisi hukum, Lippo telah
melanggar undang-undang terkait pembuatan klausula baku. Konklusi dari paper ini adalah
tindakan/kebijakan yang dilakukan Lippo tidak etis, namun pada saat paper ini ditulis
(tahun 2021), berdasarkan field survey yang dilakukan kelompok, Lippo telah mengambil
kebijakan untuk menyediakan alternatif selain Ovo sebagai penyelesaian masalah.
Daftar Isi

Acknowledgements 3

Executive Summary 4

BAB 1
PENDAHULUAN 7
1.1. Alasan Pemilihan Kasus 7
1.2 Latar Belakang 7
1.2.1 Profil Perusahaan Lippo 7
1.2.1.1 Visi dan Misi Perusahaan 9
1.2.1.2 Kultur dan Nilai Value Perusahaan 9
1.2.2 Profil Perusahaan Sky Parking 10
1.1.2.1 Kultur dan Nilai Value Perusahaan 10
1.3. Batasan Masalah 11

BAB 2 12

IDENTIFIKASI MASALAH 12
2.1. Pembahasan Kasus 12
2.2. Permasalahan Etika yang Muncul 13

BAB 3 14

ANALISA MASALAH 14
3.1. Pandangan yang memihak bahwa kasus Etis 14
3.1.1. Property Rights 14
3.1.2. Negligence 15
3.1.3. Konsumen sudah diinformasikan 16
3.2. Pandangan yang memihak bahwa kasus tidak Etis 17
3.2.1. Property Rights 17
3.2.2. Penyampaian informasi kurang optimal 18
3.2.3. Ethical Concerns 18
3.2.4. Negligence 19
3.3. Pandangan Hukum 20
BAB 4
SUMMARY AND RECOMMENDATION 22
4.1. Kesimpulan 22
4.2. Saran 22

DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 26
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Kasus


Ada beberapa pertimbangan mengapa kelompok tertarik untuk memilih kasus
monopoli Sky Parking Group dan Lippo Group pada sistem pembayaran parkir sebagai
kasus yang dibahas yaitu :

1. Kasus masih relevan


Ovo banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data yang
dilansir oleh katadata.co.id pada bulan Maret tahun 2021, Ovo merupakan dompet
digital ke 2 tertinggi di Indonesia setelah ShopeePay dengan volume transaksi
sebesar 25% selama November 2020 hingga Januari 2021 dengan nilai transaksi
sebesar 24% dan frekuensi pengguna dalam bertransaksi sebanyak 13,5 kali
perbulan. Bahkan di tengah Pandemi Covid-19, jumlah pengguna baru Ovo
meningkat hingga 267%.
2. Kelompok tertarik dengan kejadian yang berhubungan dengan kasus monopoli Sky
Parking Group dan Lippo Group pada sistem pembayaran parkir.
3. Kasus masih tergolong baru, belum ada penyelesaian masalah/ titik terang namun
pada Februari 2021, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah menaikkan
status perkara ke penyelidikan.
4. Kelompok pernah mengalami dampak dari kasus tersebut.

1.2 Latar Belakang

1.2.1 Profil Perusahaan Lippo

Lippo Group merupakan perusahaan yang didirikan oleh Bapak Mochtar


Riady pada tahun 1958, sebelum mendirikan perusahaan tersebut, beliau dipercaya
untuk mengurus toko mertuanya dan dalam tiga tahun beliau berhasil membuat
toko tersebut menjadi yang terbesar di kota Jember. Namun, karena memiliki
cita-cita sebagai banker sedari kecil, menjadikan Bapak Mochtar Riady nekad untuk
pergi ke Jakarta pada tahun 1954 walaupun ditentang oleh keluarganya untuk
belajar serta mencari pengalaman dalam dunia perbankan. Dalam industri
perbankan beliau dikenal ulet dan handal hingga berhasil mengintegrasikan Bank
Buana dan Bank Panin, serta ikut membesarkan Bank BCA, hingga akhirnya
mendirikan Lippo Bank.
Dari industri banking, Lippo Group merambah ke berbagai sektor lainnya.
Lippo Group bergerak di bidang real estate dengan Lippo Karawaci yaitu sebuah
kota mandiri berkelanjutan yang terencana baik dalam lingkungan hijau maupun
infrastruktur, serta Lippo Malls, yang merupakan pemilik dan operator mal, dengan
portofolio lebih dari 60 pusat perbelanjaan yang berlokasi di 29 kota besar di
Indonesia. Dalam industri retail, Lippo Group berhasil menjadi multi format retailer
di Indonesia, meliputi Matahari Department Store, Hypermarket, Books & Beyond
serta beberapa supermarket, convenience stores dan apotek lainnya. Dari industri
hospitality and leisure, Lippo Group memiliki Aryaduta Hotels yang merupakan
grup hotel bintang lima dengan delapan hotel di Indonesia, termasuk Jabodetabek,
Medan, Pekanbaru, Manado, Makassar, dan Palembang. Industri healthcare juga
menjadi sektor yang dimasuki Lippo Group, perusahaan tersebut memiliki Siloam
Hospitals yang hingga saat ini, telah mengoperasikan 24 rumah sakit di seluruh
Indonesia, termasuk fasilitas rumah sakit dan pusat unggulan di bidang onkologi
dan bedah saraf. Pelita Harapan Foundation menjadi bentuk nyata Lippo Group
untuk mewujudkan generasi yang berintelektual dengan keterampilan, pemahaman
dan pengetahuan dari sektor education. Tak sampai di situ, Lippo Group juga
bergerak dalam industri media and news yaitu BeritaSatu Media Group,
telecommunication and multimedia yaitu First Media, sektor digital technologies
dengan membangun e-commerce marketplace venture yaitu mataharimall.com,
financial services seperti Nobu National (Nobu Bank) dan Lippo General Insurance
serta melakukan global investment sehingga aktivitas perusahaannya tidak lagi
hanya di Indonesia, namun juga secara global seperti Singapura, Hong Kong, China,
Macau, Myanmar, Korea Selatan, Jepang, Amerika Serikat, dan Australia dan berhasil
melayani lebih dari 60 juta unique customer setiap tahunnya dan meraih banyak
penghargaan.

1.2.1.1 Visi dan Misi Perusahaan

Visi:
“Growing in Stewardship, Transforming Lives”
Misi :
● Memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia kelas menengah dan atas akan
perumahan, pusat perbelanjaan, pengembangan komersial, kesehatan, hiburan,
perhotelan dan infrastruktur.
● Mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan untuk setiap bisnisnya melalui
portofolio proyek pengembangan yang seimbang dengan tetap menjaga tingkat
pendapatan berulang yang sehat.
● Menyediakan lingkungan hidup kelas satu yang meningkatkan pengalaman fisik,
sosial dan spiritual bagi kliennya, dan untuk menyediakan lingkungan hijau terbaik
untuk setiap proyek pengembangannya.
1.2.1.2 Kultur dan Nilai Value Perusahaan

● Together
Lippo Group mengedepankan teamwork. Selain itu, perusahaan juga lebih fokus terhadap
masyarakat daripada menjual. Lippo Group turut serta melayani negara, masyarakat dan
pelanggan.
● Commitment
Lippo Group fleksibel dalam melakukan pendekatan dan bertanggung jawab atas tindakan
serta pekerjaan yang diambil.
● Ambition
Berupaya untuk melayani perusahaan, karyawan, customers dan stakeholders.
● Inventive
Berfokus untuk melawan status quo. Lippo Group terus mencari ide dan cara baru untuk
meningkatkan customers experience.
● Straight Up
Lippo Group menghargai trust dan perusahaan terus berkomitmen untuk melakukan hal
yang benar untuk customer, dan stakeholders.

1.2.2 Profil Perusahaan Sky Parking

PT Sky Parking Utama, merupakan salah satu operator lahan parkir di Indonesia.
Berawal dari sebuah usaha yang sederhana, perusahaan yang terletak di Ruko Pinangsia,
Blok H No.20, Karawaci Office Park, Lippo Karawaci, telah berkembang menjadi salah satu
perusahaan terkemuka di industri service dengan mengutamakan profesionalisme dan
kesempurnaan produk.

1.1.2.1 Kultur dan Nilai Value Perusahaan

● Analysis
Sebelum memulai, Sky Parking memberikan analisis menyeluruh untuk memastikan
penggunaan area parkir yang optimal. Perusahaan tersebut melakukan kunjungan awal
minimal 1 minggu untuk melakukan penilaian secara keseluruhan.
● Safety & Comfort
Keamanan & Kenyamanan merupakan dua hal terpenting saat mengoperasikan area parkir
mobil. Sky Parking, mempercayai bahwa keselamatan lebih dari sekedar faktor
kenyamanan. Merupakan suatu kewajiban moral bahwa perusahaan dengan penuh
semangat melayani untuk mencapai standar tertinggi.
● Optimization
Sky Parking merumuskan strategi khusus untuk menciptakan alur operasional yang paling
efisien. Jumlah kavling dan gerbang yang dibutuhkan diperhitungkan dengan tepat,
bersama dengan jumlah staf yang tepat yang melayani kavling. Strategi penetapan harga
akan didasarkan pada optimalisasi pendapatan dengan tetap memperhatikan nilai dan
kenyamanan pelanggan.
● Experience
Sky Parking meningkatkan kualitas dan strategi layanannya untuk mencapai tingkat
kepuasan pelanggan tertinggi, termasuk implementasi signage dan arah yang akurat,
pembayaran biaya parkir dimuka opsional untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, zona
VIP & layanan parkir valet, desain seragam unik yang segar, dan akses mudah ke titik
masuk dan keluar.

● Technology
Memanfaatkan teknologi terbaru memungkinkan Sky Parking mencapai efektivitas
operasional. Sistem parkir manless, pembayaran e-money, sistem database yang aman dan
stabil, dan kontrol terintegrasi hanyalah beberapa dari peralatan dan kecanggihan terbaru
yang ditawarkan perusahaan. Sky Parking terus melakukan penelitian dalam upaya
mencapai efisiensi tertinggi.
● Innovation
Inovasi adalah semangat yang dihargai oleh Sky Parking. Melalui berbagai aktivitas seru,
Sky Parking akan mendukung owners untuk menarik lebih banyak pengunjung.
● Quality
Kualitas adalah faktor tanpa kompromi. Feedback dari pelanggan sama pentingnya dengan
pelatihan staf yang intensif dan berkala. Layanan pelanggan hotline, pertanyaan email, situs
web, dan media sosial adalah alat inti untuk melibatkan feedback pelanggan dan alat
terbaik untuk memantau serta mempertahankan standar kualitas tertinggi, sambil
memperhatikan detail dari perawatan staf dan standar layanan lainnya.
● Assurance
Sky Parking sangat mempertimbangkan berbagai pentingnya pelaporan yang jelas dan
ringkas, selain izin perpajakan yang tepat, memberikan ketenangan pikiran kepada owners
sambil menumbuhkan kepercayaan dan kepastian di sepanjang jalan.
1.3. Batasan Masalah

Pembatasan masalah digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan ataupun


pelebaran dari pokok masalah agar lebih lebih terarah dan memudahkan dalam
pembahasan kasus monopoli Sky Parking Group dan Lippo Group pada sistem pembayaran
parkir. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel diambil di Mall dan Rumah sakit Lippo daerah Tangerang, Jambi dan
Cibubur tepatnya di Lippo Plaza Mall Jambi, Supermall Karawaci, Cibubur Junction,
Siloam Hospitals Lippo Village, dan Siloam Hospitals Jambi,
2. Kasus hanya membahas seputar sistem pembayaran parkiran mall/rumah sakit di
bawah naungan Lippo Group pada tahun 2018 ketika sistem pembayaran hanya
menggunakan Ovo.
BAB 2

IDENTIFIKASI MASALAH

2.1. Pembahasan Kasus

Kelompok akan membahas mengenai kasus yang terjadi pada sekitar tahun 2018,
dimana PT lippo karawaci Tbk. bekerja sama dengan sky parking yaitu perusahaan yang
menyediakan layanan tempat dan sistem untuk parkir. PT lippo karawaci Tbk.
menggunakan jasa Sky Parking sebagai vendor parkir di setiap mall, rumah sakit, dan
beberapa kampus yang PT lippo karawaci Tbk. milik seperti lippo mall karawaci, UPH, RS
Siloam, dan lain lan. Kerjasama ini melibatkan perusahaan lain sebagai metode
pembayaran yang digunakan oleh pengguna. Perusahaan yang kami maksud adalah OVO.
Yang menjadi permasalahan besar adalah kerjasama ini tidak memberikan
kebebasan untuk konsumen. Kebebasan apa sih yang dimaksud? PT lippo karawaci Tbk.
melakukan monopoli berupa semua pembayaran parkir di daerah kerjasama ini
mengharuskan konsumen untuk melakukan pembayaran hanya menggunakan OVO dan
tidak memberikan opsi pembayaran lain seperti tunai, flazz, emoney, dan lain-lain.
Hal ini menjadi pembicaraan masyarakat yang tidak sedikit, masyarakat merasa
dirugikan dan mengeluh terhadap kebijakan dari PT lippo karawaci Tbk. Konsumen merasa
dipaksa untuk mengunduh aplikasi OVO hanya agar mereka dapat keluar dari tempat
parkir. Sebagaimana tidak semua orang mungkin memiliki kesulitan untuk mengunduh
aplikasi tersebut di tempat, tidak hanya itu tetapi mungkin saja ada masalah koneksi atau
kesulitan untuk melakukan pengisian ulang atau top up.
Pihak lippo menyiapkan counter khusus untuk konsumen dibantu mendownload
ovo dan karcis khusus untuk keluar. Tetapi yang menjadi permasalahan lainnya, untuk
beberapa konsumen yang terlanjur ada di gerbang keluar harus kembali mencari tempat
parkir dan datang ke counter tersebut. Counter itu pun menjadi suatu masalah dimana
untuk hari-hari yang ramai seperti weekend dapat menyebabkan antrian yang panjang dan
membuat konsumen menunggu lama.

2.2. Permasalahan Etika yang Muncul

2.2.1 Konsumen dipaksa untuk mengunduh aplikasi OVO


Konsumen tidak memiliki pilihan untuk metode pembayaran parkir. Oleh karena itu,
satu-satunya cara agar konsumen dapat keluar dari tempat parkir mereka adalah dengan
mengunduh aplikasi OVO. Berbeda dengan mall lain, mereka memberikan pilihan metode
pembayaran seperti tunai, flazz, emoney, dan lain-lain.

2.2.2 Merepotkan konsumen


Banyak kesulitan yang terjadi jika konsumen baru melakukan pengunduhan saat
mereka mengantri atau berada di gerbang keluar seperti kesulitan dalam mengunduh
aplikasi yang dapat terjadi karena sinyal yang kurang memadai dan kurangnya
pengetahuan tentang teknologi atau gaptek. Selain itu juga tidak semua orang dapat
langsung mengerti user interface atau cara menggunakan aplikasi tersebut atau awam
dengan aplikasi tersebut seperti cara untuk melakukan paymentnya dan cara untuk
pengisian ulang atau top up.

2.2.3 Waktu menunggu dikarenakan macetnya antrian


Hal ini sangat terlihat jelas pada waktu waktu pengunjung yang ramai seperti
weekend, dimana antrian sangatlah panjang dikarenakan beberapa konsumen baru
mengunduh aplikasi OVO saat berada di gerbang parkir. Oleh karena itu beberapa
kendaraan lain merasakan dampak negatifnya juga.

2.2.4 Counter pusat bantuan sumber masalah tambahan


Counter disiapkan dengan tujuan sebagai pusat bantuan. Tetapi, hal yang banyak
terjadi adalah konsumen datang karena mereka sudah datang ke gerbang keluar tetapi
tidak dapat melakukan pembayaran, dan mereka pun harus melukakan parkir kembali dan
datang ke counter tersebut. Hal ini sangat tidak efektif dan merepotkan konsumen yang
harus bolak balik. Selain itu, untuk hari hari yang sangatlah ramai seperti weekend
membuat antrian counter sangatlah ramai. Jelas hal ini merugikan konsumen yang harus
lama-lama menunggu untuk antri hanya untuk membayar karcis keluar mereka.
BAB 3

ANALISA MASALAH

3.1. Pandangan yang memihak bahwa kasus Etis

3.1.1. Property Rights

Property rights atau hak properti merupakan hak kepemilikan atas sesuatu
mengandung pengertian hak untuk mengakses, memanfaatkan, mengelola atas sesuatu,
mengubah atau mentransfer sebagian atau seluruh hak atas sesuatu tersebut pada pihak
lain. Dalam kasus penerapan pembayaran ovo di dalam Mall Lippo yang menggunakan Sky
Parking tidak bisa disalahkan sepenuhnya dikarenakan adanya hak kepemilikan yang
dimiliki oleh pihak Lippo dalam mengelola tempat parkir pusat perbelanjaan yang
dimilikinya. Sehingga lapangan parkir Lippo Mall yang dikelola oleh Sky Parking bisa
bekerjasama dengan OVO dalam sistem pembayaran sepenuhnya.
Di sini Lippo sebagai pemilik bangunan yang sah secara hukum berhak untuk
mengelola bangunan yang dimilikinya dan menerapkan sistem pembayaran jenis apapun
asal tetap mengikuti hukum undang-undang yang berlaku selaku pemilik usaha dan
memenuhi hak konsumen. Jika dilihat dari sudut pandang etika, etika itu adalah living
norms yang dikukuhkan dengan hukum tertulis, pihak Lippo Mall melihat kedepan kalau
misal 10 tahun lagi semua orang sudah menggunakan OVO untuk sistem pembayaran, jadi
bukan sebuah pelanggaran lagi yang dilihat melainkan hanya bagaimana cepatnya hukum
dengan etika berkembang saja. Pertanyaannya apakah Lippo sebagai pemilik usaha
memiliki izin untuk membuat klausula baku? Menurut Ibu Ulya Yasmine pihak Lippo Mall
boleh membuat klausula baku mengenai sistem pembayaran yang hanya dibuka untuk OVO,
asal tidak merugikan konsumen sesuai dengan undang-undang mengenai hak dan
kewajiban yang berlaku dari sisi konsumen maupun pelaku usaha.
“Lippo Mall boleh membuat klausula baku mengenai sistem pembayaran parkirnya,,
tapi gaboleh merugikan konsumen sesuai dengan UU mengenai hak dan kewajiban
yang berlaku dari sisi konsumen maupun pelaku usaha.”

3.1.2. Negligence

Negligence (kelalaian) adalah sebuah kewajiban bagi produsen dan konsumen untuk
bertanggung jawab atas penggunaan produk dan jasa agar tidak merugikan pihak lain.
Dalam suatu kejadian, konsumen dan produsen sama-sama memiliki kesalahan dari point
of view yang berbeda. Dari sini bisa dilihat dari sisi konsumen yang tidak mencari tahu
terlebih dahulu mengenai sistem parkir yang diterapkan di Mall Lippo karena jika dilihat
OVO sudah memberikan sejumlah iklan dalam masa awal penerapannya dan juga promosi
berupa pembayaran hanya Rp 1 untuk penggunaan transaksi melalui aplikasi OVO untuk
pertama kalinya. Menurut berita yang dilansir dari CeritaMedan.com, OVO menerapkan
promo pertama untuk penggunaannya selama 3 bulan dengan tujuan untuk menarik
pengguna. Selain itu jika ditelaah lebih dalam dengan adanya penerapan sistem
pembayaran melalui aplikasi OVO, Lippo sebenarnya sedang menuju ke arah penerapan
pembayaran dengan sistem cashless yang lebih efektif, sehingga untuk membiasakan
pengunjung, Lippo Mall pada awalnya menutup semua alternatif pembayaran untuk parkir
secara tunai dan hanya bisa membayar melalui OVO.

“Sebenernya Lippo menerapkan OVO itu bagus karena mereka mengarahnya ke


cashless kan jadi merubah kebiasaan pengunjung, tetapi kurang gencer aja promosi nya jadi
banyak yang masih tidak tahu dan akhirnya macet di pintu keluar…”

Salah satu pengunjung Lippo Mall yang terkena dampak kemacetan pun juga bisa
memberikan pandangan mengenai sistem pembayaran cashless yang ingin diterapkan oleh
Lippo Mall hanya saja disayangkan oleh beliau promosi nya yang kurang banyak sehingga
masih banyak pengunjung yang tidak mengetahui sistem pembayaran baru ini. Akan tetapi,
setelah dicari kembali promosi yang dilakukan oleh Sky Parking sebenarnya sudah cukup
dilakukan di banyak melalui media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan radio
serta ada beberapa spanduk yang dipasang di sekitar Mall Lippo mengenai pembayaran
menggunakan OVO. Selain itu pengunjung juga didampingi oleh orang yang bisa
mengarahkan penggunaan aplikasi jika ada kesulitan sehingga memang sudah dipikirkan
dengan matang mengenai sistem pembayaran cashless ini.

Source : Lippo Malls Medan : Promo Parkir Hanya Rp1 Seharian - Cerita Medan

3.1.3. Konsumen sudah diinformasikan

Terkait pemberian informasi cashless transaction, Lippo Group telah memberikan


kebijakan tersebut melalui campaign di social media yaitu Instagram. Sehingga Lippo
Group, dapat memperkuat pembelaan bahwa perusahaan telah memberikan informasi
sehingga tidak melanggar hukum, dimana konsumen seharusnya mencari informasi
terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam Mall dan Rumah Sakit milik Lippo Group dan
ketika konsumen telah masuk maka konsumen secara tidak langsung telah menyetujui
kebijakan yang dibuat oleh Sky Parking dan Lippo Group.
Source : Akun Twitter Lippo Mall Kemang @LippoMallKemang Twitter

3.2. Pandangan yang memihak bahwa kasus tidak Etis

3.2.1. Property Rights

Ketika suatu individu atau kelompok memiliki suatu objek, mereka mempunyai hak
untuk menggunakan objek tersebut sesuai dengan keinginan mereka. Hal inilah yang
menjadi salah satu pembenaran keputusan yang diambil oleh Lippo dan Sky Parking. Ovo
merupakan e-wallet yang dimiliki oleh Lippo Group sehingga mereka bebas menggunakan
service tersebut dalam properti mereka.
Pernyataan mengenai penggunaan property rights Lippo harus ditinjau kembali
karena melibatkan pihak lain selain Lippo. Ketika suatu individu atau kelompok
menggunakan objek kepemilikannya, ada batasan yang harus diperhatikan. Kebebasan
property rights harus dibatasi hak-hak pihak-pihak lain juga. JIka penggunaan objek
melanggar hak masyarakat, maka hal tersebut tidak digolongkan sebagai tindakan yang
etis. Dalam kasus ini, keputusan Lippo untuk memaksa konsumen untuk menggunakan ovo
sebagai metode pembayaran melanggar hak konsumen terutama dalam hal kebebasan.
3.2.2. Penyampaian informasi kurang optimal

Suatu produk mengikuti peraturan hukum jika mencantumkan informasi terkait


produk tersebut. Dalam kasus ini informasi memang sudah disediakan oleh Lippo terkait
keputusan pembayaran menggunakan OVO sehingga tidak salah dihadapan hukum, namun
hal tersebut tidak berlaku secara etika. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kelompok,
konsumen tidak mendapatkan informasi tersebut. Konsumen cenderung mengetahui
kebijakan tersebut ketika mereka ingin keluar dari parkiran, bukan sebelum mereka masuk
ke mal atau rumah sakit Lippo. Tentunya penyampaian informasi menjadi salah satu bagian
penting untuk mengambil suatu keputusan ketika menggunakan suatu produk atau
layanan. Konsumen mengatakan bahwa Lippo sebaiknya memperpanjang durasi
penyebaran informasi atau meletakkannya di tempat yang lebih jelas (contoh: daerah dekat
mal/rumah sakit sebelum konsumen masuk).

3.2.3. Ethical Concerns

Dalam suatu transaksi ada beberapa nilai etika yang harus dipenuhi agar transaksi
dapat tergolong sebagai peristiwa yang etis. Salah satu nilai tersebut adalah autonomi
konsumen. Konsumen mempunyai otonomi jika pembeli mempunyai kebebasan untuk
memilih produk yang ingin ia beli/gunakan. Kebebasan ini harus disertai dengan adanya
informasi lengkap terkait produk, tentunya jika konsumen tidak mempunyai informasi yang
cukup, ia tidak akan dapat memilih produk sesuai keinginannya. Autonomi konsumen
penting sebagai indikator bahwa konsumen dihargai sebagai individu dan bukan sebagai
alat untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam kasus pembayaran parkir mall/rumah sakit Lippo, konsumen hanya dapat
melakukan pembayaran dengan Ovo. Ketika konsumen tidak mempunyai Ovo, maka
konsumen tersebut diwajibkan untuk mengunggah aplikasi Ovo agar dapat keluar dari
parkiran. Hal ini telah kelompok konfirmasi dengan salah satu konsumen yang mengalami
kejadian tersebut. Ketika konsumen bertanya apakah terdapat alternatif lain, penjaga
parkiran mengatakan bahwa tidak terdapat metode pembayaran lain selain menggunakan
ovo. Untuk keluar dari parkiran, konsumen tersebut mengunggah aplikasi Ovo di tempat
dengan bantuan penjaga parkir.
Kejadian tersebut menunjukkan adanya pelanggaran hak autonomi dari konsumen.
Ketika Lippo mewajibkan penggunaan ovo sebagai metode satu-satunya untuk membayar
parkiran, kebebasan konsumen untuk memilih alternatif ditarik. Memberikan alternatif
adalah salah satu contoh produsen dapat menghargai hak autonomi konsumen.
Hal lain yang dapat menjadi pembahasan adalah sisi informasi dari hak autonomi
konsumen. Konsumen dapat disebut mempunyai hak autonomi jika mereka mempunyai
informasi terkait produk. Dalam hal ini, ketika kelompok mewawancarai salah satu
konsumen, beliau mengatakan bahwa ketika beliau masuk ke dalam Mal Lippo di Cibubur,
beliau tidak mengetahui kebijakan tersebut (sampai beliau harus bayar parkir). Kejadian
tersebut menunjukkan bahwa informasi tidak dimiliki oleh konsumen mengenai kebijakan
metode pembayaran parkir. Mungkin, jika informasi tersebut tersampaikan dengan baik,
beliau akan memilih untuk pergi ke mall lain, namun informasi tersebut tidak tersampaikan
dengan baik dan beliau mengalami kesulitan dan ketidaknyamanan dengan pilihannya
untuk pergi ke Mall Lippo.

3.2.4. Negligence

Dalam menganalisa kasus terkait marketing, konsep negligence dapat membantu


untuk melihat tanggung jawab dari masing-masing pihak. Konsep negligence berkaitan erat
dengan bagaimana suatu pihak dapat melihat ke depan dan mengambil keputusan yang
sesuai agar hal buruk tidak terjadi di masa depan ataupun mengambil keputusan agar
terjadi hal positif di masa depan. Setiap individu/pihak mempunyai tanggung jawab untuk
melihat ke depan dan mengambil keputusan yang tepat, jika individu tidak berusaha atau
menutup sebelah mata terhadap masa depan maka individu tersebut tidak menjalani
tanggung jawabnya.
Ketika menganalisa kasus dengan konsep negliglence, tanggung jawab pada
produsen lebih besar. Hal tersebut disebabkan oleh pengetahuan produsen terhadap
produk atau jasa yang lebih dalam dibanding konsumen. Produsen mempunyai tanggung
jawab untuk menyampaikan informasi mengenai produk dengan jelas dan mengambil
keputusan/kebijakan dengan pertimbangan dari sisi konsumen.
Kasus kebijakan Lippo untuk hanya menggunakan ovo sebagai metode pembayaran
parkirannya dapat kelompok tinjau dari sisi negliglence. Walaupun Ovo sudah memberikan
informasi terkait keputusan tersebut, masih banyak konsumen yang tidak menerima
informasi tersebut, Responden yang kelompok wawancara mengatakan bahwa sebaiknya
Lippo memperpanjang penyebaran informasi terkait kebijakan ini. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya pengunjung yang datang ke mall Lippo dan banyak diantara pengunjung
tersebut merupakan pengunjung baru, atau mereka yang jarang pergi ke mall. Lippo juga
sebaiknya lebih mengantisipasi kejadian dimana banyak orang masih baru terkait
penggunaan e-wallet. Ketidaknyamanan terjadi kepada konsumen karena tidak adanya
alternatif dan kurangnya penanganan pihak LIppo (parkiran menjadi sangat macet).

3.3. Pandangan Hukum

Hukum merupakan sebuah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat
dengan tujuan mengatur tingkah laku manusia untuk menjaga ketertiban dan keadilan.
Dalam kasus penerapan pembayaran OVO di dalam Mall Lippo yang menggunakan Sky
Parking pada tahun 2018 tentu melanggar hukum yang berlaku. Pelanggaran yang
dilakukan oleh Lippo Group merupakan pelanggaran hukum perlindungan konsumen yang
diatur dalam Pasal 4 Ayat 1 tentang “Hak Konsumen” terkait klausula baku dan pelanggaran
hukum monopoli yang diatur dalam UU No.5 tahun 1999 tentang “Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”. Pelanggaran tersebut dapat dibuktikan
dengan adanya indikasi temuan-temuan nyata di berbagai Mall yang dimiliki oleh Lippo
Group.
Lippo Group juga menerapkan sebuah klausula baku yang artinya Lippo Group telah
membuat aturan dan ketentuan secara sepihak yang bersifat mengikat dan wajib dipenuhi
oleh konsumen. Dimana dalam kasus ini para konsumen hanya diperbolehkan membayar
parkir di berbagai Mall dan rumah sakit milik Lippo Group melalui aplikasi OVO. Hal ini
tentunya membuat konsumen harus menggunakan OVO hanya untuk keluar dari parkiran
saja. Kondisi ini menciptakan sebuah situasi yang menyudutkan konsumen agar
menggunakan OVO secara paksa. Konsumen yang tidak memiliki OVO akan sangat
terganggu kenyamanannya mulai dari membuat account hingga top-up saldonya yang
menyita waktu.
Berbagai temuan nyata dari kasus Lippo Group ini berupa praktek monopoli dimana
Lippo Group menggunakan market powernya dengan melarang usaha lain seperti E-Money,
Flazz, dan lainnya untuk berkompetisi secara sehat dalam pembayaran vendor parkir. Hal
ini membuat Lippo Group memaksakan semua pembayaran menggunakan OVO serta
menguasai 100% market dari Sky Parking. Sedangkan untuk pelanggaran hukum
perlindungan konsumen, Lippo Group membuat para pengunjung Mall Lippo menjadi tidak
nyaman bagi yang tidak memiliki saldo OVO karena pengunjung harus top-up terlebih
dahulu saldo OVO dan bagi yang tidak memiliki akun OVO maka mereka harus membuatnya
terlebih dahulu agar bisa keluar dari parkiran Sky Parking.
BAB 4
SUMMARY AND RECOMMENDATION

4.1. Kesimpulan

Etika merupakan hal yang dianggap masyarakat benar/ salah dalam masyarakat
“living norms and living value”, sedangkan hukum merupakan kodifikasi tertulis tentang apa
yang benar dan salah dalam masyarakat, bukan berarti hal yang dianggap benar dan salah
selalu tertulis/ tidak. Etika dan hukum merupakan hal yang berbeda namun berkaitan dan
saling support satu sama lain sehingga dalam membahas kasus tidak dapat hanya melihat
dari satu sisi. Secara Hukum Lippo Group pada tahun 2018 melanggar Hukum, tepatnya
pada Perlindungan Konsumen dan Monopoli. Perusahaan tersebut, positive indikasi
Monopoli karena bertindak melarang usaha lain (market power) untuk berkompetisi secara
sehat yaitu mendapatkan peluang vendor parkir lain dengan memaksa pembayaran
menggunakan Ovo sehingga Lippo Group menguasai 100% market dari Sky Parking. Hal
tersebut juga diatur dalam UU 5 tahun 1999 tentang “Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat”. Selain itu, perihal Perlindungan Konsumen, Lippo Group
melanggar Pasal 4 ayat 1 hak atas kenyamanan (hak dasar konsumen) terkait Klausula
Baku. Dari segi Ethics, kelompok sepakat bahwa tindakan yang dilakukan oleh Lippo Group
dan Sky Parking Group pada sistem pembayaran parkir bukan merupakan tindakan yang
etis. Kelompok memiliki pandangan bahwa konsumen dirugikan dengan adanya kebijakan
tersebut. Pada, kondisi sekarang Lippo Group telah menyediakan alternatif pembayaran
selain Ovo meskipun masih berupa cashless transactions sehingga sudah melanggar hukum
lagi.

4.2. Saran

Dalam melakukan penggantian dalam kebijakan yang berkaitan dengan konsumen,


sebaiknya pengusaha/ badan usaha menginformasikan dahulu dalam jangka waktu yang
panjang (beberapa bulan) serta menggunakan channel yang luas (misalnya online ads,
membuat baliho dan sebelum pintu parkir, dll) agar konsumen benar-benar mendapatkan
informasi yang diperlukan. Ketika mengimplementasi sistem cashless, pihak produsen dan
konsumen harus dapat melihat lebih jauh ke depan agar resiko dapat diminimalisir seperti:
● Resiko kemacetan karena konsumen yang tidak memiliki Ovo.
● Tidak semua pengguna dapat menggunakan Ovo (kurang paham akan teknologi).
● Dan resiko-risiko lainnya.
Selain itu, Lippo juga dapat melakukan sistem pergantian parallel. Sistem
pembayaran parkir yang awalnya menggunakan tunai dan ingin berganti menjadi cashless
ovo merupakan pergantian yang sangat berbeda oleh karena itu, Pergantian tidak
disarankan untuk melakukan pergantian langsung meniadakan sistem tunai tetapi
membiarkan beberapa gate parkir yang masih melayani tunai dan sisanya cashless ovo.
Sehingga konsumen akan lebih mudah beradaptasi dalam menggunakan sistem cashless
ovo.
DAFTAR PUSTAKA

(n.d.). Retrieved from Sky Parking: http://www.skyparking.co.id/#career

Bisnis, Perusahaan, dan Saham Lippo Group di Indonesia. (2020, Februari 7). Retrieved from
Investor Sadar:
https://investorsadar.com/bisnis-perusahaan-saham-lippo-group-di-indonesia/#se
jarah

Burhan, F. A. (2021, Maret 26). Jumlah Pengguna ShopeePay, OVO, DANA Melonjak hingga
267%. Retrieved from Katadata.co.id:
https://katadata.co.id/desysetyowati/digital/605d9ee9399b9/jumlah-pengguna-sh
opeepay-ovo-dana-melonjak-hingga-267

KrAsia. (2020, June 10). Jumlah Pengguna Baru OVO Meningkat 267% Selama Pandemi: Sesi
Tanya Jawab Bersama CEO Jason Thompson. Retrieved from dailysocial.id:
https://dailysocial.id/post/jumlah-pengguna-baru-ovo-meningkat-267-selama-pan
demi-sesi-tanya-jawab-bersama-ceo-jason-thompson

Lippo. (n.d.). Retrieved from Lippo Homes: https://www.lippohomes.com/

Lippo. (n.d.). About Lippo Karawaci. Retrieved from Lippo Karawaci:


https://www.lippokarawaci.co.id/about-us/about-lippo-karawaci

Lippo Karawaci. (n.d.). Retrieved from Upperline:


https://upperline.id/profile/profile_detail/lippo-karawaci

Lippo. (n.d.). Lippo Group. Retrieved from https://lippogroup.com/

Mengenal Profil Grup Lippo, Rajanya Mal di Indonesia. (2020, September 10). Retrieved from
Bisnis TV:
https://tv.bisnis.com/read/20200910/553/1289672/mengenal-profil-grup-lippo-r
ajanya-mal-di-indonesia

Rosana, F. C. (2020, Februari 14). KPPU Naikkan Status Perkara Ovo dan Sky Parking ke
Penyelidikan. Retrieved from bisnis.tempo:
https://bisnis.tempo.co/read/1307468/kppu-naikkan-status-perkara-ovo-dan-sky-
parking-ke-penyelidikan

Utami, F. A. (2020, Juli 06). Kisah Sukses Pendiri Lippo Group yang Berawal dari Penjaga
Toko. Retrieved from Warta Ekonomi:
https://www.wartaekonomi.co.id/read293326/kisah-sukses-pendiri-lippo-group-y
ang-berawal-dari-penjaga-toko?page=2
LAMPIRAN

Lippo Mall Jambi

Siloam Hospital Jambi


Siloam Karawaci

Lippo Mall Cibubur


Lippo Mall Karawaci

Berita Lippo Mall Karawaci


Screenshot Interview Pengguna

Screenshot Interview Ahli Hukum

Anda mungkin juga menyukai