Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIK

MATA KULIAH MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN


TENTANG
IDENTIFIKASI RISIKO, PENILAIAN RISIKO, PENGENDALIAN RISIKO
DI LABORATORIUM KIMIA

DISUSUN OLEH
SATYA HARYO WAHYUDI
NIM: 751335119022

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN GORONTALO
JURUSAN SANITASI LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN
TA. 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK
MATA KULIAH MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN
IDENTIFIKASI RISIKO, PENILAIAN RISIKO, PENGENDALIAN RISIKO
DI LABORATORIUM KIMIA

DISUSUN OLEH:
SATYA HARYO WAHYUDI
NIM. 751335119022

Mengetahui, Pranata Laboratorium
Dosen Pembimbing, Pendidikan,

Rahman Suleman S.KM.,M.Kes Rohani Mustafa, S.T


Nip. 199012122022031001 Nip. 1980032320100012005

Menyetujui
Koordinator Mata Kuliah

Marhamah Yudin, S.KM.,M.Kes


Nip. 199412172020122014

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT.atas segala


rahmat, karunia serta izinnya sehingga penulisan dan penyusunan laporan
Manajemen Risiko Lingkungan ini dapat diselesaikan sesuai dengan
waktu yang tersedia.

Adapun laporan ini adalah “Manajemen Risiko Lingkungan”. Kami


menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya, dikarenakan
kemampuan kami yang terbatas. Meskipun demikian, kami berharap
mudah – mudahan laporan ini ada manfaatnya khususya bagi kami dan
umumnya dosen.

Gorontalo, November 2022


Penyusun

SATYA HARYO WAHYUDI


Nim. 751335119022

iii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER..................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Tujuan Praktik...........................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................3
A. Definisi Risiko...........................................................................3
B. Penerapan Manajemen Risiko ................................................4
BAB III METODOLOGI.........................................................................11
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.............................................11
B. Alat dan Bahan.........................................................................11
C. Prosedur Kerja..........................................................................11
D. Pengumpulan Data...................................................................11
E. Pengolahan dan Analisis Data.................................................12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................13
A. Hasil .........................................................................................13
B. Pembahasan.............................................................................21
C. Keterbatasan Praktik................................................................28
BAB IV PENUTUP................................................................................29
A. Kesimpulan ..............................................................................29
B. Saran .......................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................31
LAMPIRAN............................................................................................32
1. DOKUMENTASI..........................................................................33

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laboratorium merupakan salah satu prasarana pendidikan, yang
dapat digunakan sebagai tempat berlatih para peserta didik dalam
memahami konsep – konsep dengan melakukan percobaan dan
pengamatan. Dengan demikian, laboratorium merupakan bagian yang
integral tak dapat dipisahkan dari suatu pengajaran di dalam kelas.
Keberadaan laboratorium diperlukan untuk memberikan pengalaman
langsung dari aplikasi teori yang diterima melalui kegiatan
laboratorium/praktikum, untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di
kelas (Dedi, 2014).
Berkaitan dengan hal di atas maka peranan laboratorium
menjadi sangat penting, karena laboratorium merupakan pusat proses
belajar mengajar untuk mengadakan percobaan, penyelidikan, atau
penelitian dalam perkuliahan . Dengan demikian laboratorium
mempunyai fungsi sebagai tempat kegiatan penunjang dari kegiatan
kelas, atau sebaliknya kegiatan kelas menjadi penunjang kegiatan
laboratorium (Dedi, 2014).
Dilihat dari fungsinya, pertama laboratorium menjadi tempat bagi
pendidik untuk mendalami konsep, mengembangkan metode
pembelajaran, memperkaya pengetahuan dan keterampilan, dan
sebagainya. Kedua, sebagai tempat bagi peserta didik untuk belajar,
memahami, mengembangkan keterampilan, dan mengaplikasikan
tentang teori yang telah didapat waktu pembelajaran didalam kelas
(Dedi, 2014).
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam
hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan
dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya, dan penyakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja (UU, 2004).

1
Poltekkes Kemenkes Gorontalo sebagai salah satu
lembaga/institusi pendidikan sudah sewajarnya mewujudkan tempat
kerja yang bebas kecelakaan dengan menetapkan tujuan bebas
beragam risiko, baik dari dalam maupun luar laboratorium. Oleh
karena itu, dipandang perlu untuk diadakan kajian lebih lanjut
berkaitan dengan manajemen risiko lingkungan di laboratorium
Jurusan Sanitasi Lingkungan yang diketahui belum memiliki data
manajemen risiko.
B. Tujuan Praktik
1. Mengetahui identifikasi risiko penggunaan laboratorium Kimia
Jurusan Sanitasi Lingkungan.
2. Menentukan penilaian risiko penggunaan laboratorium Kimia
Jurusan Sanitasi Lingkungan.
3. Mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam
meminimalisir risiko (mitigasi risiko) penggunaan laboratorium-
laboratorium Kimia Jurusan Sanitasi Lingkungan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Risiko
Pengertian risiko memiliki beragam arti dan konotasi sesuai
disiplin ilmu yang dipelajari serta hubungannya terhadap ilmu-ilmu
lain. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan risiko
sebagai akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,
membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.
Dalam bahasa Arab risiko diartikan sebagai hadiah yang tidak
diharap-harap datangnya dari surga, sedangkan dalam bahasa Inggris
risiko berasal dari kata risk yang artinya peluang (kemungkinan)
terjadinya bencana atau kerugian. Jika kaitkan pengertian risiko
secara terminologi adalah suatu kejadian atau peristiwa dari
pengambilan keputusan yang bisa atau tidak bisa diantisipasi, dan
sebagian besar memiliki dampak negatif bagi seseorang atau
beberapa orang terhadap suatu tujuan yang ingin dicapai (Supriyono,
2016).
Baik secara etimologi maupun terminologi definisi risiko
dipandang sebagai suatu konsekuensi mau tidak mau yang harus
dihadapi individu pada setiap pengambilan keputusan.
Keberadaannya tidak dapat diprediksi secara jelas sehingga
membutuhkan strategi pengelolaan yang efektif dan masif demi
meminimalisir terjadinya kerugian yang lebih besar baik bagi
perorangan, organisasi maupun badan usaha.
B. Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan
untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengendalikan risiko yang
mungkin terjadi dalam suatu aktivitas atau kegiatan sehingga akan
diperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Dalam proyek
konstruksi sangat sulit untuk menghindari risiko, maka dari itu perlu
diadakannya manajemen risiko karena manajemen risiko sangat

3
mempengaruhi kegiatan dalam proyek konstruksi, apabila
penanganan dalam proyek berjalan dengan baik maka aktivitas yang
dilakukan akan mengalami kemudahan tanpa hambatan yang
dipengaruhi oleh risiko (Darmawi, 2016).
Manajemen risiko merupakan sesuatu yang perlu diperhatikan
dalam sebuah proyek konstruksi karena dapat meningkatkan
efektifitas dan efisiensi selama pekerjaan konstruksi berlangsung, dan
dapat berpengaruh terhadap segi biaya, waktu, kualitas pekerjaan,
teknis pekerjaan, dan evaluasi pada proyek (Darmawi, 2016).
C. Penerapan Manajemen Risiko Lingkungan
Manajemen risiko adalah pendekatan terstruktur untuk
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, yang
terdiri dari aktivitas – aktivitas penilaian risiko, pengembangan strategi
untuk mengatasi risiko yang timbul, serta pengurangan risiko
menggunakan sumber daya manajerial yang ada. Menurut Naji dan Ali
(2017), manajemen risiko adalah proses dimana risiko dapat diterima
atau merancang implementasi tindakan untuk meminimalkan
signifikansi atau probabilitas terjadinya peristiwa buruk, manajemen
risiko mengacu pada strategi, metode, dan alat pendukung untuk
mengidentifikasi dan mengendalikan risiko ke tingkat yang dapat
diterima. Manajemen risiko merupakan pendekatan yang efektif untuk
menangani risiko pada proyek konstruksi dengan cara
mengidentifikasi sumber risiko dan ketidakpastian, menetapkan
pengaruhnya dan mengembangkan respon yang tepat. Manajemen
risiko lingkungan adalah aplikasi sistematis dari kebijaksanaan
manajemen, prosedur dan praktek dalam mengkomunikasikan,
menetapkan keadaan, mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi,
memperlakukan, memonitor, dan meninjau ulang risiko terhadap
lingkungan.

4
1. Menetapkan tujuan
Menetapkan organisasi strategi, dan ruang kebijakan lingkup
manajemen risiko yang akan dilakukan.
2. Identifikasi risiko
Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
3. Analisis risiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas, eksposur
dan konsekuensi yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkat risiko
yang ada.
4. Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar.
Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazards dibuat
tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan
rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat
diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa
harus pengendalian.
5. Pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang
ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan
transfer risiko, dan lain-lain.
6. Monitoring dan review
Monitor dan review terhadap sistem manajemen risiko yang
dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan.
7. Komunikasi dan konsultasi
Komunikasi dan konsultasi pengambil keputusan internal dan
eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang
dilakukan.

5
D. Identifikasi Risiko
Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi terhadap semua risiko
yang ada. Tujuannya adalah untuk membuat daftar risiko secara
komprehensif dari kejadian yang mungkin dapat berdampak pada
setiap tahapan kegiatan. Teknik yang biasa digunakan adalah
checklist, flow charts, brainstorming, dan analisis risiko (Fitra &
Saputra, 2021).
Risiko (risk) adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan
mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab
akibat. Konsep risiko memiliki dua elemen utama yaitu konsekuensi
(consequences) yang kaitannya pada nilai kepentingan serta elemen
lainnya ketidakpastian (uncertainty). tidak pernah ada kesepakatan
universal untuk memahami risiko dengan cara ini, namun ini
merupakan perspektif umum mengenai risiko, yang mencakup
sebagian besar definisi risiko umum lainnya.
Menurut lokobal, (2014), risiko mengarah pada ketidakpastian
tentang terjadinya suatu peristiwa pada suatu waktu tertentu dimana
peristiwa yang terjadi tersebut menyebabkan kerugian, baik kerugian
yang kecil maupun kerugian yang besar. Risiko selalu dikaitkan
dengan hal yang negatif.
Identifikasi risiko adalah sesuai dengan analisis penyebab,
memahami penyebab dari suatu peristiwa risiko adalah pendekatan
yang tepat untuk memahami efek dari peristiwa tersebut, dan
memahami penyebab dan dampaknya merupakan persyaratan untuk
menentukan tindakan mitigasi risiko terbaik. Demikian juga, penilaian
risiko diperlukan dan masuk akal untuk setiap proyek yang kompleks.
Penilaian risiko dapat dianggap sebagai analisis efek dan
memungkinkan evaluator pada risiko yang diidentifikasi. Sebaiknya,
klasifikasi risiko adalah langkah opsional yang masuk akal jika risiko

6
perlu diprioritaskan untuk perawatan lebih lanjut karena sumber daya
yang terbatas (Firmenich,2017)
E. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
metode untuk mengetahui tingkat risiko suatu kegiatan.
Parameter yang digunakan untuk melakukan penilaian risiko adalah
peluang dan akibat. Penilaian risiko telah banyak dilakukan di antara
menggunakan pendekatan metode ranking system metode Hazard
Identification, Risk Assessment and Control (HIRAC) (Hijriani.Y, et al.,
2015).
Risiko tersebut diukur dalam consequences (konsekuensi) dan
likelihood (kemungkinan/probabilitas). Likelihood merupakan
kemungkinan dalam suatu periode waktu dari suatu risiko tersebut
akan muncul. Perhitungan kemungkinan atau peluang yang sering
digunakan adalah frekuensi. Consequence adalah suatu kejadian dari
suatu akibat seperti kerugian. Perhitungan risiko dapat dirumuskan
sebagai perkalian dari Likelihood dan Consequence. Penilaian risiko
mencakup pertimbangan mengenai sumber risiko, konsekuensi, dan
kemungkinan dari risiko tersebut.
Risiko dianalisa dengan mengkombinasikan nilai likelihood
(probabilitas atau frekuensi) dan consequence (dampak atau efek).
Penilaian risiko dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu analisis risiko
kualitatif, semi kualitatif, dan kuantitatif. Pada praktik ini akan
menggunakan analisis secara kualitatif. Analisis kualitatif merupakan
penilaian tingkat risiko dengan menggunakan bentuk kata untuk
menjelaskan besarnya potensi konsekuensi dan kemungkinan
konsekuensi yang akan terjadi. Analisis kualitatif biasanya digunakan
sebagai skrining awal dalam identifikasi risiko yang membutuhkan
analisis lebih lengkap. Selain itu, analisis ini digunakan jika data
numerik atau sumber tidak memadai untuk melakukan analisis
kuantitatif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
(Fitra & Saputra, 2021).

7
F. Mitigasi Risiko
Risk Management merupakan tahap di mana perusahaan dapat
mempertimbangkan strategi alternatif untuk memperkecil atau
mengurangi kemungkinan terjadinya risiko dan konsekuensi atau
akibat yang ditimbulkan. Tahap ini disebut sebagai tahap mitigasi
risiko. Mitigasi adalah aktivitas yang dilakukan untuk
mengeliminasi/mereduksi kemungkinan terjadinya unexpected event,
atau mereduksi konsekuensi/akibat yang meliputi tindakan
pengurangan risiko jangka panjang. Pada tahap mitigasi ini dilakukan
pengidentifikasian risiko, hazard yang dapat terjadi, mekanisme
timbulnya dan mengestimasi tingkat risiko serta memprioritaskan risiko
tersebut (Simamora & Kurniati, 2016). Untuk peningkatan kinerja,
maka seluruh risiko dapat dihilangkan atau diminimalkan dengan cara:
(Dewi, 2012).
1. Pengurangan risiko (Risk Reduction)
Pengurangan risiko dapat dilakukan dengan menghindari
penyebab timbulnya risiko dan meminimalisasi dampak dari risiko
seandainya terjadi.
2. Penerimaan risiko (Risk Retention)
Penerimaan risiko dilakukan karena suatu organisasi dengan
sadar atau sengaja memang ingin menanggung / mempertahankan
risiko dan mengelolanya sendiri.
3. Pembagian risiko (Risk Sharing)
Pembagian risiko yakni dengan cara memindahkan risiko dari
perusahaan ke pihak lain yang bersedia
4. Pengalihan risiko (Risk Transfer)
Pengolahan risiko dapat dilakukan dengan cara penjaminan
asuransi bagi aset rill seperti pegawai / personal, peralatan, dan
kantor. Pengurangan risiko maupun penghilangan risiko dapat

8
meningkatkan kinerja suatu organisasi sehingga dapat berkembang
lebih maju.
Tabel 1. Penilaian Likelihood (Tingkat Frekuensi)
RATING /
KEMUNGKINAN DESKRIPSI
LEVEL
Frequent / Almost Selalu terjadi/ Sering
A (1)
certain
Probable / Likely B (2) Sering terjadi/ Mungkin
Ocasional / Moderate Kadang – kadang dapat
C (3)
terjadi
Unlikely D (4) Mungkin dapat terjadI
Unprobable / Rare E (5) Sangat jarang terjadi

Tabel 2. Penilaian Consequensi/Severity


KEPARAHAN RATING / LEVEL DESKRIPSI
Catastrophic / Menyebabkan kematian,
Ekstrim cacat permanen, serius,
kerusakan lingkungan yang
5 parah, kebocoran B3,
kerugian finansial yang
sangat besar, biaya
pengobatan di atas > 50 juta
Major Hilang hari kerja, cacat
pemanen sebagian,
kerusakan lingkungan yang
4
besar, kerugian financial
yang besar, biaya
pengobatan < 50 juta
Moderate Membutuhkan perawatan
medis, mengganggu
pekerjaan, kerugian financial
3
cukup besar, perlu bantuan
pihak luar, biaya pengobatan
< 10 juta
Minor Penanganan Pertolongan
pertama pada kecelakaan
(P3K), tidak terlalu
2
memerlukan bantuan, baya
financial sedang, biaya
pengobatan < 1 juta
insignificant 1 Tidak mengganggu proses
pekerjaan, tidak ada cedera
atau luka, kerugian financial
kecil, biaya pengobatan

9
kurang < 100 ribu

Tabel 3. Matriks Risiko Lingkungan


Consequence
1 2 3 4 5
Likelihood Negligible / Minor Moderate Major Catastrophi
Insignifican c / Ekstrim
t
1. Almost
H H E E E
certain
2. Likely M H H E E
3. Moderate L M H E E
4. Unlikely L L M H E
5. Rare L L M H H

Tabel 4. Skala Tingkat Risiko


TINGKAT RISIKO DESKRIPSI
Extreme risk / Risiko sangat tinggi
17-25 Tidak dapat ditoleransi perlu penanganan dengan
segera
High Risk / Risiko Tinggi
Tidak diinginkan dan hanya dapat diterima ketika
10-16
pengurangan risiko tidak dapat dilaksanakan, perlu
perhatian khusus dari pihak manajemen
Medium Risk / Risiko sedang
5-9 Diterima dengan persetujuan dan memerlukan
tanggung jawab yang jelas dari manajemen.
Low Risk / Risiko rendah
Diterima dengan persetujuan oleh pihak
1-4
manajemen dan dapat diatasi dengan prosedur
yang rutin

10
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu : 08.00 WITA/ s.d Selesai
Hari/tanggal : Minggu, 30 Oktober 2022
Waktu : 08.00 s/d Selesa
Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Kimia
B. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan praktik adalah alat
tulis dan dokumentasi. Bahan yang digunakan untuk identifikasi risiko
tabel Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA).
C. Prosedur Kerja
1. Melakukan identifikasi dan stratifikasi semua kegiatan pada
masing-masing laboratorium.
2. Menentukan kondisi kegiatan yang dilakukan apakah rutin, non-
rutin atau dalam kondisi emergency.
3. Mengidentifikasi dan menentukan penentuan sumber bahaya,
tindakan bahaya atau kondisi bahaya dari masing-masing
kegiatan pada setiap laboratorium.
4. Melakukan penilaian risiko untuk Likelihood (frekuensi), Severity
(keparahan) atau Consequency, nilai Risk Frekuensi Number
(RFN).
5. Menentukan tingkat risiko berdasarkan skala yang telah
ditetapkan
6. Menentukan upaya mitigasi (pengendalian) risiko yang dilakukan
untuk menurunkan nilai RFN.
D. Pengumpulan Data

11
Data yang dibutuhkan dalam kegiatan praktikum yaitu data
primer. Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh peserta
praktik melalui kegiatan observasi secara langsung dari sumber
pertama yaitu dengan mengidentifikasi risiko yang ada di
Laboratorium Mikrobiologi yang selanjutnya digunakan untuk
mendukung pembuatan laporan akhir kegiatan praktikum.
E. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data primer melakukan melalui pengumpulan data
dengan mengobservasi secara langsung analisis risiko apa saja yang
dapat ditimbulkan oleh alat-alat laboratorium, kemudian dilakukan
perhitungan analisis kualitatif menggunakan tabel penilaian Likelihood
yang dikalikan dengan tabel penilaian Consenquence/Severity verity,
setelah itu dilakukan analisis risiko yang timbul dari penggunaan alat-
alat laboratorium, bahan praktik, kegiatan pada saat praktikum.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran umum laboratorium
Laboratorium kimia jurusan sanitasi lingkungan ini di gunakan
pertama kali sejak tahun 2019 dalam menunjang proses pendidikan
Progran Studi Sarjana Terapan Sanitasi Lingkungan Poltekkes
Kemenkes Gorontalo. Laboratorium ini terletak pada daerah belakang
kampus Poltekkes Kemenkes Gorontalo yang bersebelahan dengan
gedung perpustakaan dan laboratorium terpadu. Laboratorium ini
memiliku 2 lantai, lantai pertama laboratorium Kimia dan lantai ke-dua
laboratorium Mikrobiologi.

Gambar 1. Kondisi ruangan laboratorium Kimia


Adapun kelengkapan sarana dan prasarana yang terdapat di
laboratorium tersebut :
a. Setiap jenis laboratorium memiliki ruangan sebagai berikut :
1) Ruang pengelola laboratorium
2) Ruang praktik peserta didik

13
3) Ruang kerja dan persiapan dosen
b. Jenis dan jumlah peralatan, serta bahan habis pakai
berdasarkan pada kompetensi yang akan dicapai yang
dinyatakan dalam rasio antara alat dengan peserta didik.
c. Adanya Prosedur Operasional Standar (Standard Operating
Prosedures = SOP) atau instruksi kerja. Prosedur ini bersifat
operasional dan mengikat bagi semua pengguna laboratorium.
Jenis SOP/instruksi kerja yang diperlukan adalah :
1) Pedoman pelaksanaan praktikum
2) Prosedur Tetap (protap) pelaksanaan praktikum masing –
masing mata kuliah terkait
3) Dokumentasi berupa absensi peserta didik, absensi
kehadiran dosen/instruktur, objek/materi praktikum.
4) Keamanan dan keselamatan kerja
5) Penggunaan alat laboratorium yang menggunakan arus
listrik. (Alat pecah belah tidak memerlukan SOP)
d. Adanya sistem pelaporan dan dokumentasi dari setiap
kegiatan praktikum di masing – masing laboratorium, baik per-
semester maupun per-tahun.

14
2. Hasil
Tabel 1. Hasil identifikasi penilaian Manajemen Risiko di Laboratorium Jurusan Sanitasi Lingkungan
Frekuensi Keparahan Angka
Jenis
keparahan Level
No kegiatan/kondisi Potensi bahaya Keterangan penilaian
kategori Nilai kategori nilai risiko risiko
lapangan
%(6*8)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 APAR
Menimbulkan cedera
Tidak dapat
parah dan kerugian berat
Letaknya pada memadamkan api High risk
Belum pernah terjadi Unlikely 4 Moderate 3 12
tempat yang salah jika terjadi (tinggi)
ditempat ini dan mungkin
kebakaran
pernah terjadi ditempat lain
Solusi
Pengadaan APAR dengan jumlah yang disesuaikan dengan luas ruangan dan banyaknya barang berharga, laboratorium yang memiliki
beberapa ruangan disarankan mempunyai 2 buah APAR yang terletak dekat dengan ruan gan dan di pintu masuk laboratorium. Untuk
posisi APAR adalah ditempat yang mudah dilihat, mudah dicapai dan mudah diambil, serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan
2 Penyimpanan bahan kimia yang tidak safety
Bisa
Bahan – bahan kimia Medium
menyebabkan Menimbulkan cedera dan Ocasional/
yang terletak di 3 Minor 2 6 risk
bahaya dalam kerugian moderate
sembarang tempat (sedang)
laboratorium
Solusi
Untuk bahan – bahan kimia yang sudah tidak digunakan ditempatkan pada rak atau lemari penyimpanan bahan kimia

15
Frekuensi Keparahan Angka
Jenis
keparahan Level
No kegiatan/kondisi Potensi bahaya Keterangan penilaian
kategori Nilai kategori nilai risiko risiko
lapangan
%(6*8)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3 Kerusakan alat berbahan kaca
Tidak bisa
Alat lab yang rusak
digunakan, dapat Menimbulkan cedera
atau pecah hanya Probable Low risk
menyebabkan parah dan kerugian 2 Minor 2 4
terletak di sembarang /likely (rendah)
bahaya pada terhadap praktikan
tempat
praktikan
Solusi
Untuk alat lab yang rusak seharusnya ditempatkan pada tempat khusu seperti tempat sampah yang tidak memiliki lubang dan di lengkapi
dengan tas plastik.
4 Sambungan listrik tidak safety
Menimbulkan cedera dan
Instalasi tidak teratur kerugian berat Belum Medium
Kebakaran dan Ocasional/
dengan baik dan pernah terjadi ditempat ini 3 Moderate 3 9 risk
kostleting moderate
tidak tertutup dan mungkin pernah (sedang)
terjadi ditempat lain
Solusi
Untuk instalasi listrik seharusnya dibuat dengan kelengkapan yang maksimal, ditutup dan di atur rapih
5 SOP pada alat laboratorium
Menimbulkan kerugian,
Tidak ada panduan Menyebabkan
Belum pernah terjadi Problable Low risk
atau SOP pada alat kerusakan pada 2 Minor 2 4
ditempat ini dan mungkin /likely (rendah)
lab kimia alat
pernah terjadi ditempat lain

16
Frekuensi Keparahan Angka
Jenis
keparahan Level
No kegiatan/kondisi Potensi bahaya Keterangan penilaian
kategori Nilai kategori nilai risiko risiko
lapangan
%(6*8)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Solusi
Sebaiknya untuk penggunaan alat harus dilengkapi dengan SOP atau cara penggunaan
6 Exhaust
Membuat ruangan tidak
Tidak terpelihara
sehat, belum pernah Medium
akibatnya Problable
Tidak di bersihkan terjadi di tempat ini dan 2 Moderate 3 6 risk
membuat alat /likely
mungkin terjadi di tempat (sedang)
cepat rusak
lain.
Solusi
Exhaust sebaiknyaselalu di bersihkan minimal sebulan sekali agar sirkulasi udara dalam ruangan bisa terjaga (bersih dan segar), sehingga
membuat nyaman pengguna ruangan
7 Tata letak alat lababoratorium
Mengganggu
Menyita tempat pemandangan, Sering
Tidak sesuai Problable Low risk
yang ada dalam terjadi dan mungkin 2 Minor 2 4
tempatnya. /likely (rendah)
lab. pernah terjadi di tempat
lain
Solusi
Untuk alat lab yang tidak sesuai pada tempat sebaiknya diletakkan pada tempat yang sesuai fungsinya agar tidak menyita tempat dan
ruangan yang seharusnya masih bisa digunakan untuk meletakkan alat yang lain.

17
Frekuensi Keparahan Angka
Jenis
keparahan Level
No kegiatan/kondisi Potensi bahaya Keterangan penilaian
kategori Nilai kategori nilai risiko risiko
lapangan
%(6*8)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
8 Kebersihan laboratorium
Menimbulkan
Lantai, dinding Membuat ketidaknyamanan, belum Frequent /
Low risk
bangunan, alat yang bangunan tidak pernah terjadi di tempat ini Almost 1 Minor 2 2
(rendah)
tidak bersih terpelihara dan mungkin terjadi di certain
tempat lain.
Solusi
Untuk kebersihan laboratorium seharusnya selalu dibersihkan dan memelihara alat – alat lab agar saat kita menggunakan laboratorium
tidak menimbulkan rasa ketidaknyamanan kepada pengguna laboratorium.
9 Pendingin ruangan/AC
Menimbulkan
Pendingin ruangan Menyebabkan Frequent /
ketidaknyamanan, sering Insignific Low risk
yang tidak berfungsi kerusakan pada Almost 1 1 1
terjadi dan dapat ant (rendah)
dengan maksimal. alat certain
menyebabkan kerugian
Solusi
Untuk pendingin ruangan agar terpelihara dengan baik seharusnya para penggunaka ac setelah di gunakan sebaiknya dimatikan agar
mesin atau alat pendingin dapat terpelihara dan tidak cepat rusak.

18
Frekuensi Keparahan Angka
Jenis
keparahan Level
No kegiatan/kondisi Potensi bahaya Keterangan penilaian
kategori Nilai kategori nilai risiko risiko
lapangan
%(6*8)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
10 IPAL laboratorium
Air limbah
Menimbulkan kerusakan
laboratorium
pada lingkungan dan
yang tidak diolah Frequent /
Tidak tersedianya ipal merusak pemandangan, Low risk
dapat mencemari Almost 1 Major 4 4
di laboratorium belum pernah terjadi dan (rendah)
lingkungan jika certain
mungkin pernah terjadi di
tidak diolah
tempat lain.
dengan baik.
Solusi
Sebaiknya untuk laboratorium disediakan ipal agar pengolahan air limbah dari laboratorium dapat terkendali dan tidak mencemari
lingkungan serta tidak merusak pemandangan.
11 Limbah B3
Menimbulkan cedera
Tidak di sediakan Membahayakan parah dan membahayakan
Medium
tempat pembuangan pengguna kesehatan, belum pernah Problable
2 Moderate 3 6 risk
khusus atau tidak di laboratorium dan terjadi dan mungkin /likely
(sedang)
pilah lingkungan pernah terjadi di tempat
lain
Solusi
Sebaiknya sebelum limbah dibuang melakukan pemilahan atau sediakan tempat sampah khusus limbah B3 agar tidak tercampur dengan
limbah lainnya.

19
Frekuensi Keparahan Angka
Jenis
keparahan Level
No kegiatan/kondisi Potensi bahaya Keterangan penilaian
kategori Nilai Kategori nilai risiko risiko
lapangan
%(6*8)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
12 Kotak P3K
Tidak dapat
melakukan
Tidak pernah terjadi dan
Tidak tersedia kotak pertolongan Problable Low risk
mungkin pernah terjadi di 2 Minor 2 4
P3K pertama jika /likely (rendah)
tempat lain
terjadi
kecelakaan kecil
Solusi
Perlunya menyediakan kotak P3K di tempatkan pada tempat yang mudah terlihat, mudah di jangkau, mudah di ambil, agar jika terjadi
kecelakaan dapat melakukan pertolongan pertama
13 Generator/genset
Tidak dapat
membangkitkan Belum pernah terjadi dan
Tidak disediakan Unprobable/ High risk
listrik jika terjadi mungkin pernah terjadi di 5 Minor 2 10
pembangkit listrik Rare (tinggi)
pemadaman tempat lain
listrik
Solusi
Perlunya pengadaan generator agar ketika melakukan praktikum pengujian atau pemeriksaan yang memerlukan 1-2 hari bisa di lanjutkan
dan mendapatkan hasil yang maksimal.

20
B. Pembahasan
Dari hasil observasi yang dilakukan Minggu 30 Oktober 2022
terkait penilaian risiko kecelakaan kerja di Poltekkes Kemenkes
Gorontalo berkaitan dengan manajemen risiko lingkungan di
Laboratorium Jurusan Sanitasi Lingkungan, mendapatkan hasil hasil
dengan penilaian pada tahap proses manajemen risiko terkait
Identifikasi, Analisis, dan Pengendalian. Didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Identifikasi risiko
Pada hasil Hasil identifikasi penilaian Manajemen Risiko di
Laboratorium kimia Jurusan Sanitasi Lingkungan di dapatkan 13
Aspek penilaian yakni sebagai berikut:
a. APAR
APAR yang ada di laboratorium kimia tida terletak pada
tempatnya sehingga tidak dapat memaksimalkan penggunaan
apar jika terjadi kebakaran, seharusnya peletakan APAR di
sesuaikan dengan SOP yang ada di Laboratorium.
b. Bahan kimia yang tidak safety
penyimpanan bahan kimia yang tidak safety dapat
menyebabkan kerugian pada praktikan saat berada dalam lab
karena bisa saja dapat membahayakan bagi praktikan. Untuk
bahan – bahan kimia yang sudah tidak digunakan ditempatkan
pada rak atau lemari penyimpanan bahan kimia
c. Alat berbahan kaca
Kerusakan alat berbahan kaca yang terletak di sembarang
tempat dapat menyebabkan risiko kecelakaan pada praktikan
jika tida berhati – hati. Untuk alat lab yang rusak seharusnya di
tempatkan pada tempat khusu seperti tempat sampah yang
tidak memiliki lubang dan dilengkapi dengan tas plastik.

21
d. Sambungan listrik tidak safety
Sambungan listrik atau kabel – kabel yang tidak tertata rapi
dapat menyebabkan bahaya dan kerugian pada praktikan saat
berada dalam lab, karena instalasi listrik tidak tertutup dan tidak
tertata rapih. Untuk instalasi listrik seharusnya dibuat dengan
kelengkapan yang maksimal, ditutup dan di atur rapi agar
meminimalisir kerugian yang akan terjadi.
e. SOP pada alat laboratorium
Pada alat laboratorium vortex mixer tidak dilengkapi
dengan SOP, akibatnya penggunaan alat ini bisa menyebabkan
kerusakan atau kerugian jika praktikan salah mengoperasikan
alat yang tidak dilengkapi dengan SOP.
f. Exhaust
Tidak dibersihkan dengan baik, tidak terpelihara sehingga
membuat alat cepat rusak. Membuat ruangan tidak sehat,
Exhaust sebaiknya selalu dibersihkan minimal sebulan sekali
agar sirkulasi udara dalam ruangan tetap bersih dan segar,
sehingga membuat nyaman pengguna ruangan.
g. Mikroskop dan incubator
Tidak sesuai tata letak sehingga menyita tempat yang ada
dalam ruangan. Diletakkan pada tempat sesuai fungsinya agar
tidak menyita tempat dan ruangan yang seharusnya masih bisa
digunakan untuk meletakkan alat yang lain. Mikroskop dan
Incubator hanya diletakkan pada Laboratorium Mikrobiologi.
h. Kebersihan laboratorium
Lantai, dinding bangunan, alat-alat laboratorium yang tidak
bersih, membuat bangunan tidak terpelihara sehingga
menimbulkan ketidaknyamanan praktikan.
i. Pendingin Ruangan/AC
Tidak berfungsi dengan maksimal, sehingga tidak dapat
digunakan saat mendinginkan ruangan, maka dapat diperbaiki

22
ataupun diganti dengan yang baru agar mendukung kegiatan
yang ada di laboratorium dan membuat nyaman pengguna
ruangan.
j. IPAL
Tidak terdapat IPAL, hal ini dapat mencemari lingkungan,
membuat tekstur atau kandungan tanah menjadi rusak.
Perlunya disediakan IPAL agar sisa-sisa air limbah yang
digunakan saat praktikum dapat diolah dengan baik sehingga
tidak mencemari lingkungan.
k. Kotak P3K
Tidak disediakan Kotak P3K di Laboratorium, maka ketika
terjadi kecelakaan tidak dapat dilakukan pertolongan pertama
ketika terjadi kecelakaan. Perlunya menyediakan Kotak P3K
ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat, mudah
dijangkau, mudah diambil.
l. Generator/Genset
Tidak tersedia Generator/Genset. Ketika terjadi
pemadaman listrik tidak dapat dilakukan praktikum. Perlunya
pengadaan Generator agar ketika melakukan praktikum
pengujian ataupun pemeriksaan yang memerlukan 1-2 hari bisa
dilanjutkan dan mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Penilaian Risiko
Pada hasil Hasil identifikasi penilaian Manajemen Risiko di
Laboratorium Jurusan Sanitasi Lingkungan di dapatkan 13 Aspek
penilaian yakni sebagai berikut:
a. APAR
Setelah dilakukan analisis risiko menggunakan tabel
penilaian Likelihood dan tabel penilaian Consequence/Severity,
untuk APAR mendapatkan nilai rating pada tingkat Frekuensi 4
yakni sering terjadi dan tingkat keparahan mendapatkan rating
3 yakni penanganan pertolong pertama pada risiko

23
kecelakaaan. Sehingga apabila dikalikan nilai Frekuensi dan
nilai keparahan didapatkan 12 termasuk dalam skala tingkat
risiko High Risk (risiko tinggi).
b. Bahan kimia yang tidak safety
Setelah dilakukan analisis risiko menggunakan tabel
penilaian Likelihood dan tabel penilaian Consequence/Severity,
untuk Bahan kimia yang tidak safety mendapatkan nilai rating
pada tingkat Frekuensi 3 yakni sering terjadi dan tingkat
keparahan mendapatkan rating 2 yakni penanganan pertolong
pertama pada risiko kecelakaaan. Sehingga apabila dikalikan
nilai Frekuensi dan nilai keparahan didapatkan 6 termasuk
dalam skala tingkat risiko Medium Risk (risiko sedang).
c. Alat berbahan kaca
Setelah dilakukan analisis risiko menggunakan tabel
penilaian Likelihood dan tabel penilaian Consequence/Severity,
Alat berbahan kaca mendapatkan nilai rating pada tingkat
Frekuensi 2 yakni sering terjadi dan tingkat keparahan
mendapatkan rating 2 yakni penanganan pertolong pertama
pada risiko kecelakaaan. Sehingga apabila dikalikan nilai
Frekuensi dan nilai keparahan didapatkan 4 termasuk dalam
skala tingkat risiko Low Risk (risiko rendah).
d. Sambungan listrik tidak safety
Setelah dilakukan analisis risiko menggunakan tabel
penilaian Likelihood dan tabel penilaian Consequence/Severity,
Sambungan listri tidak safety mendapatkan nilai rating pada
tingkat Frekuensi 3 yakni sering terjadi dan tingkat keparahan
mendapatkan rating 3 yakni penanganan pertolong pertama
pada risiko kecelakaaan. Sehingga apabila dikalikan nilai
Frekuensi dan nilai keparahan didapatkan 9 termasuk dalam
skala tingkat risiko Medium Risk (risiko sedang).

24
e. SOP pada alat laboratorium
Setelah dilakukan analisis risiko menggunakan tabel
penilaian Likelihood dan tabel penilaian Consequence/Severity,
SOP pada alat laboratorium mendapatkan nilai rating pada
tingkat Frekuensi 2 yakni sering terjadi dan tingkat keparahan
mendapatkan rating 2 yakni penanganan pertolong pertama
pada risiko kecelakaaan. Sehingga apabila dikalikan nilai
Frekuensi dan nilai keparahan didapatkan 9 termasuk dalam
skala tingkat risiko Low Risk (risiko rendah).
f. Exhaust
Setelah dilakukan analisis risiko menggunakan tabel
penilaian Likelihood dan tabel penilaian Consequence/Severity,
Exhaust mendapatkan nilai rating pada tingkat Frekuensi 2
yakni sering terjadi dan tingkat keparahan mendapatkan rating
6 yakni penanganan pertolong pertama pada risiko
kecelakaaan. Sehingga apabila dikalikan nilai Frekuensi dan
nilai keparahan didapatkan 6 termasuk dalam skala tingkat
risiko Medium Risk (risiko sedang).
g. Tata letak Alat Laboratorium
Setelah dilakukan analisis risiko menggunakan tabel
penilaian Likelihood dan tabel penilaian Consequence/Severity,
Tata letak Alat Laboratorium mendapatkan nilai rating pada
tingkat Frekuensi 2 yakni sering terjadi dan tingkat keparahan
mendapatkan rating 2 yakni penanganan pertolong pertama
pada risiko kecelakaaan. Sehingga apabila dikalikan nilai
Frekuensi dan nilai keparahan didapatkan 4 termasuk dalam
skala tingkat risiko Low Risk (risiko rendah).
h. Kebersihan laboratorium
Setelah dilakukan analisis risiko menggunakan tabel
penilaian Likelihood dan tabel penilaian Consequence/Severity,
Kebersihan laboratorium mendapatkan nilai rating pada tingkat

25
Frekuensi 1 yakni sering terjadi dan tingkat keparahan
mendapatkan rating 2 yakni penanganan pertolong pertama
pada risiko kecelakaaan. Sehingga apabila dikalikan nilai
Frekuensi dan nilai keparahan didapatkan 2 termasuk dalam
skala tingkat risiko Low Risk (risiko rendah).
i. Pendingin Ruangan/AC
Setelah dilakukan analisis risiko menggunakan tabel
penilaian Likelihood dan tabel penilaian Consequence/Severity,
Pendingin Ruangan/AC mendapatkan nilai rating pada tingkat
Frekuensi 1 yakni sering terjadi dan tingkat keparahan
mendapatkan rating 1 yakni penanganan pertolong pertama
pada risiko kecelakaaan. Sehingga apabila dikalikan nilai
Frekuensi dan nilai keparahan didapatkan 1 termasuk dalam
skala tingkat risiko Low Risk (risiko rendah).
j. IPAL
Setelah dilakukan analisis risiko menggunakan tabel
penilaian Likelihood dan tabel penilaian Consequence/Severity,
IPAL mendapatkan nilai rating pada tingkat Frekuensi 1 yakni
sering terjadi dan tingkat keparahan mendapatkan rating 4
yakni penanganan pertolong pertama pada risiko kecelakaaan.
Sehingga apabila dikalikan nilai Frekuensi dan nilai keparahan
didapatkan 4 termasuk dalam skala tingkat risiko Low Risk
(risiko rendah).
k. Kotak P3K
Setelah dilakukan analisis risiko menggunakan tabel
penilaian Likelihood dan tabel penilaian Consequence/Severity,
Kotak P3K mendapatkan nilai rating pada tingkat Frekuensi 2
yakni sering terjadi dan tingkat keparahan mendapatkan rating
2 yakni penanganan pertolong pertama pada risiko
kecelakaaan. Sehingga apabila dikalikan nilai Frekuensi dan

26
nilai keparahan didapatkan 4 termasuk dalam skala tingkat
risiko Low Risk (risiko rendah).
l. Generator/Genset
Setelah dilakukan analisis risiko menggunakan tabel
penilaian Likelihood dan tabel penilaian Consequence/Severity,
Generator/Genset mendapatkan nilai rating pada tingkat
Frekuensi 5 yakni sering terjadi dan tingkat keparahan
mendapatkan rating 2 yakni penanganan pertolong pertama
pada risiko kecelakaaan. Sehingga apabila dikalikan nilai
Frekuensi dan nilai keparahan didapatkan 10 termasuk dalam
skala tingkat risiko High Risk (risiko tinggi).
3. Mitigasi Praktik
Pada hasil identifikasi penilaian Manajemen Risiko di
Laboratorium Jurusan Sanitasi Lingkungan dijelaskan
menggunakan skala tingkat risiko, dengan hasil sebagai berikut:
a. High Risk atau Risiko Tinggi
Yang termasuk kedalam skala tingkat risiko High Risk atau
Risiko Tinggi yakni: APAR dan Generator/Genset. APAR
perlunya disediakan tempat penyimpanan/lemari khusus,
Generator/Genset perlunya pengadaan untuk mendukung
praktikum ketika terjadi pemadaman listrik.
b. Medium Risk atau Risiko Sedang
Yang termasuk kedalam skala tingkat risiko Medium Risk
atau Risiko Sedang yakni: Penyimpanan bahan kimia yang tidak
safety, sambungan listrik tidak safety, exhaust, limbah B3.
Penyimpanan bahan kimia yang tidak safety perlunya disediakan
tempat khusus, sambungan listrik tidak safety perlunya diperbaiki
ataupun diganti, exhaust perlunya dibersihkan, dan limbah B3
perlunya dilakukan pemilahan saat dibuang.

27
c. Low Risk atau Risiko Rendah
Yang termasuk kedalam skala tingkat risiko Low Risk atau
Risiko Rendah yakni: Kerusakan alat berbahan kaca, vortex
mixer, mikroskop dan incubator, kebersihan laboratorium,
pendingin ruangan/AC, IPAL, dan kotak P3K. Kerusakan alat
berbahan kaca perlunya disediakan tempat penyimpanan, vortex
mixer perlunya disediakan SOP, mikroskop dan incubator
perlunya dipindahkan pada Laboratorium Mikrobiologi,
kebersihan laboratorium perlunya dijaga kebersihan/terpelihara,
pendingin ruangan/AC perlunya diganti ataupun diperbaiki, IPAL
perlunya dibuat/disediakan, dan kotak P3K perlunya disediakan.
C. Keterbatasan praktik
Keterbatasan dalam melakukan Praktikum di Laboratorium
Mikrobiologi kali ini tidak terdapat Sumber Daya Manusia (SDM) yang
melakukan kegiatan di dalam Laboratorium sehingga dalam proses
observasi Manajemen Risiko di Laboratorium Kimia belum
terlaksanakan dengan efektif dalam menggambarkan risiko dari setiap
kegiatan di laboratorium Kimia.

28
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi risiko, penilaian risiko, dan
pengendalian risiko pada laboratorium Kimia Jurusan Sanitasi
Lingkungan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari hasil observasi yang telah dilakukan di Laboratorium Jurusan
Sanitasi Lingkungan terkait penilaian Manajemen Risiko, maka
didapatlah 13 aspek identifikasi risiko penggunaan Laboratorium
yakni: APAR, penyimpanan bahan kimia yang tidak safety,
kerusakan alat berbahan kaca, sambungan listrik tidak safety,
vortex mixer, exhaust, mikroskop dan incubator, kebersihan
laboratorium, pendingin ruangan/AC, IPAL, limbah B3, kotak P3K
dan generator/genset.
2. Penilaian risiko yang termasuk kedalam skala tingkat risiko High
Risk atau Risiko Tinggi yakni: APAR dan Generator/Genset. Yang
termasuk kedalam skala tingkat risiko Medium Risk atau Risiko
Sedang yakni: Penyimpanan bahan kimia yang tidak safety,
sambungan listrik tidak safety, exhaust, limbah B3. Yang termasuk
kedalam skala tingkat risiko Low Risk atau Risiko Rendah yakni:
Kerusakan alat berbahan kaca, vortex mixer, mikroskop dan
incubator, kebersihan laboratorium, pendingin ruangan/AC, IPAL,
dan kotak P3K.
3. Risiko penggunaan alat laboratorium yang paling berisiko tinggi
sebanyak 2 yakni pada Alat APAR yang ada di laboratorium kimia
tida terletak pada tempatnya sehingga tidak dapat
memaksimalkan penggunaan apar jika terjadi kebakaran,
seharusnya peletakan APAR di sesuaikan dengan SOP yang ada
di Laboratorium. Dan Generator Tidak tersedia Generator/Genset.
Ketika terjadi pemadaman listrik tidak dapat dilakukan praktikum.
Perlunya pengadaan Generator agar ketika melakukan praktikum

29
pengujian ataupun pemeriksaan yang memerlukan 1-2 hari bisa
dilanjutkan dan mendapatkan hasil yang maksimal.
B. Saran
1. Melengkapi peralatan laboratorium terutama perlengkapan APAR,
kotak P3K yang diperlukan dan penting untuk laboratorium.
2. Membuat SOP dan tata tertib yang tegas dan di tempat yang
mudah dilihat seperti dinding yang dekat dengan alat, agar dapat
dilihat cara penggunaan SOP secara optimal
3. Melakukan pelatihan kepada mahasiswa saat menggunakan
peralatan laboratorium terkait keadaan darurat seperti kecelakaan
kerja, dan lain-lain.

30
DAFTAR PUSTAKA

Dedi, Gunawan, 2014. Pengaruh Pengelolaan Laboratorium Terhadap


Efektivitas Pemanfaatan Laboratorium Mekanika Tanah Dalam
Proses Perkuliahan Praktik Penyelidikan Tanah, Universitas
Pendidikan Indonesia.

Herman drmawi, Suryani, 2016. Manajemen Risiko. Jakarta, Bumi Aksara.


2016. Ed. 2, cet. 1

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi ke-V

R.A. Supriyono, 2016. Manajemen Risiko, Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press, Hal.1

Undang-Undang RI. nomor 40 tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial


Nasional

31
LAMPIRAN

32
DOKUMENTASI

Gambar 1. APAR tidak Gambar 2. Penyimpanan bahan


terdapat kimia yang tidak safety
tempat/penyimpanan khusus.

Gambar 3. Kerusakan alat Gambar 4. Stop Kontak Listrik


berbahan kaca. yang tidak safet

Gambar 5. Alat vortex mixer Gambar 6. Exhaust tidak


tidak terdapat SOP. terpelihara.

Gambar 7. Incubator tidak Gambar 8. Kebersihanlaboratorium


sesuai tata letak. yang tidak terpelihara.

33
Gambar 9. AC yang sudah Gambar 10. Tidak tersedia IPAL.
tidak berfungsi.

Gambar 11. Tidak disediakan


Gambar 12. Tidak tersedia Kotak
tempat pembuangan khusus
P3K.
atau tidak dipilah Limbah B3.

Gambar 13. Tidak tersedia Generator/Genset.

34

Anda mungkin juga menyukai