Anda di halaman 1dari 21

Aspek Akuntansi

Manajemen
dalam Riset
Akuntansi
Keperilakuan
K E LOMPOK 3 :

KOMA N G K RISHN A YOG A N TA RA (2 2 913110 0 2 )


G D E HE RRY SU G IA RTO A S A N A (2 2 913110 0 4 )
Pendahuluan
Pada awal perkembangannya, desain riset dalam bidang akuntansi manajemen masih sangat
sederhana, yaitu hanya memfokuskan pada masalah- masalah perhitungan harga pokok
produk. Seiring dengan perkembangan teknologi produksi, permasalahan riset diperluas
dengan diangkatnya topik mengenai penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, dan
masalah harga transfer. Meskipun demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat normatif.

Pada tahun 1952 Argyris menerbitkan risetnya, desain riset akuntansi manajemen mengalami
perkembangan yang signifikan dengan dimulainya usaha untuk menghubungkan desain sistem
pengendalian manajemen suatu organisasi dengan perilaku manusia. Sejak saat itu, desain riset
lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi
oleh para pelaku organisasi.
Berbagai Perspektif Teoritis
1. Teori Atribusi
2. Teori Harapan (Expectancy Theory)
3. Teori Tujuan (Goal Theory)
4. Teori Keagenan
5. Integrasi Pendekatan
MOTIVASI INTRINSIK
DAN EKSTRINSIK,
SERTA PARTISIPASI
DALAM
PENGANGGARAN:
ANTECENDENTS DAN
KONSEKUENSI

BERNARD WONG-ON-WING

LAN GUO

GLADIE LUI
PENDAHULUAN
Berdasarkan teori motivasi dari Lepper et al. (1973), Deci (1975), Lepper dan Greene (1978), serta Deci dan Ryan (1985),
mereka mengusulkan dan menguji motivasi berbasis model partisipasi penganggaran. Kemudian model tersebut
berkembang menjadi Self-Determination Theory oleh Ryan and Deci (2000) serta Gagné and Deci (2005) yang
memaparkan tentang adanya otonomi motivasi ekstrinsik dan kontrol motivasi ekstrinsik.

Penelitian ini dipengaruh beberapa faktor, antara lain:


1) mengingat masih adanya literatur penelitian tentang motivasi,
2) kebanyakan studi tidak menjelaskan secara eksplisit tentang asumsi yang mereka gunakan untuk partisipasi
penganggaran,
3) penelitian tentang partisipasi penganggaran secara umum menelaah perspektif dari perusahaan dan individu karyawan.
Penelitian ini meneliti partisipasi penganggaran dari perspektif individu. Hal ini untuk mengintegrasikan asumsi-asumsi
dalam partisipasi penganggaran ke dalam kerangka tunggal teori motivasi. Model diuji dengan menggunakan survey
terhadap para manajer bank internasional. Penelitian ini memberikan implikasi secara empiris dan praktis.
TEORI -TEORI YANG DIGUNAKAN
1. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
2. Alasan Berpartisipasi Dalam Penganggaran
3. A Motivation-Based Model Of Participation In Budgeting
METODOLOGI
Partisipan:
Survei dilakukan terhadap 101 manajer pada bank internasional skala besar di Hongkong.
Pengukuran Variabel:
Komitmen organisasi diukur dengan item pernyataan positif yang disusun oleh Mowday et al. (1979).
Environmental dynamism diukur dengan instrument yang disusun oleh Duncan (1972). Partisipasi
penganggaran diukur dengan instrument yang disusun oleh Milani (1975). Kinerja diukur dengan
intrumen pengendalian diri yang dikembangkan oleh Mahoney et al. (1963, 1965). Motivasi untuk
berpartisipasi dalam penganggaran menggunakan skala yang dikembangkan oleh Ryan and Connell
(1989) dan Vallerand (1997).
KESIMPULAN
Komitmen organisasi dan Motivasi
H1a: Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap motivasi intrinsik
Diterima
H1b: Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap otonomi motivasi ekstrinsik
Diterima
H1c: Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kontrol motivasi ekstrinsik
Diterima
H1d: Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap partisipasi penganggaran
Diterima
Dinamisme lingkungan dan Motivasi
H2a: Dinamisme lingkungan berpengaruh positif terhadap motivasi intrinsik
Ditolak
H2b: Dinamisme lingkungan berpengaruh negatif terhadap otonomi motivasi ekstrinsik
Diterima
H2c: Dinamisme lingkungan berpengaruh positif terhadap kontrol motivasi
Ditolak
H2d: Dinamisme lingkungan berpengaruh positif terhadap partisipasi penganggaran
Ditolak (berpengaruh negatif)

Motivasi dan Partisipasi Penganggaran


H3a: Motivasi intrinsik berpengaruh positif terhadap partisipasi penganggaran
Diterima
H3b: Otonomi motivasi ekstrinsik berpengaruh positif terhadap partisipasi penganggaran
Diterima
H3c: Kontrol motivasi berpengaruh positif terhadap partisipasi penganggaran
Ditolak
Motivasi dan Kinerja
H4a: Motivasi intrinsik berpengaruh positif terhadap kinerja
Diterima
H4b: Otonomi motivasi ekstrinsik berpengaruh positif terhadap kinerja
Diterima
H4c: Kontrol motivasi berpengaruh negative terhadap kinerja
Diterima

Partisipasi Penganggaran dan Kinerja


H4d: Partisipasi penganggaran berpengaruh positif terhadap kinerja
Diterima
Jessen L. Hobson
(University of Illinois at
PENENTU PENILAIAN MORAL Urbana-Champaign)
Mark J. Mellon (University
MENGENAI KELONGGARAN ANGGARAN: of South Florida)
Douglas E. Stevens
(Georgia State University)
EKSPERIMENTAL PEMERIKSAAN
SKEMA GAJI DAN PERSONAL NILAI BEHAVIORAL RESEARCH IN
ACCOUNTING Vol. 23, No. 1
2011 pp. 87–107
About research
Penelitian ini melakukan penilaian moral mengenai
kenjangan anggaran (budgetary slack) yang dibuat
oleh partisipan pada akhir eksperimen penganggaran
partisipatif di mana harapannya untuk anggaran yang
benar akan hadir.

12
Kesenjangan anggaran (budgetary slack) dapat
menimbulkan dilema moral karena memungkinkan
bawahan untuk mengekstrak kelebihan sumber
daya melalui cara menipu, dan perilaku tersebut
melanggar norma sosial umum (Merchant 1995)

Kenjangan anggaran (budgetary slack) tidak etis,


dan penilaian moral ini menyebabkan mereka
mengurangi kelonggaran dalam anggaran mereka
(Douglas dan Wier 2000; Steven 2002).

Variabilitas dalam penilaian moral, yang merupakan


karakteristik dilema moral (Thorne 2000),
1
3
Penelitian ini untuk mengatasi kesenjangan tersebut
dalam literatur dengan memeriksa efek skema
pembayaran dan nilai-nilai pribadi pada penilaian
moral tentang senjangan anggaran (budgetary
slack).

1
4
Hypothesis development
H1: Bawahan yang menetapkan anggaran di bawah skema
pembayaran skema kompensasi (slack-inducing) akan
lebih mungkin untuk menilai kesenjangan anggaran yang
signifikan tidak etis daripada bawahan yang menetapkan
anggaran di bawah skema pembayaran yang mendorong
kebenaran.
H2: Bawahan yang menghargai nilai-nilai tradisional akan
lebih cenderung menilai tugas yang signifikan
kesenjangan anggaran menjadi tidak etis.
H3: Bawahan yang menghargai tanggung jawab akan lebih
cenderung menilai anggaran yang signifikan kesenjangan
anggaran menjadi tidak etis.
H4: Bawahan yang menghargai empati akan lebih cenderung
menilai kesenjangan anggaran yang signifikan menjadi
tidak etis.

15
Experimental method
Pengujian hipotesis menggunakan setting eksperimental (Stevens 2002). Eksperimen menggunakan metode dari ekonomi eksperimental dan perilaku psikologi.

Sehari sebelum sesi


eksperimen yang
Data untuk penelitian ini Dalam setiap sesi eksperimen, dijadwalkan, peserta datang
hingga lima peserta datang ke ke lab komputer untuk
berasal dari 104 laboratorium komputer dan menyelesaikan Jackson
sukarelawan mahasiswa penyelesaian tugas Personality Inventory-
eksperimental terkomputerisasi Revised (Jackson 1994)
yang terdaftar di
di bilik pribadi. Tugas produksi berupa 300 pertanyaan
akuntansi tingkat atas di terkomputerisasi diperlukan benar/salah yang mengukur
universitas Midwestern di peserta menerjemahkan angka 15 skala atau atribut
dua digit menjadi huruf kepribadian. Peserta dibayar
Amerika Serikat. $3 untuk menyelesaikan JPI-
menggunakan kode numeric.
R bersama dengan
penghasilan lainnya, yang
rata-rata sekitar $9, pada
akhir sesi eksperimental.

16
conclusion
Hasil penelitian menemukan bahwa peserta yang
menetapkan anggaran di bawah skema pembayaran
yang mendorong slack, dan oleh karena itu membangun
tingkat senjangan anggaran yang relatif tinggi, menilai
senjangan anggaran yang signifikan rata-rata tidak etis,
sedangkan peserta yang menetapkan anggaran di
bawah skema pembayaran yang mendorong kebenaran
tidak.

1
7
skema pembayaran yang mendorong slack
menghasilkan kerangka moral dengan menetapkan
kepentingan ekonomi sendiri terhadap norma-norma
sosial umum seperti kejujuran atau tanggung jawab.

18
Hasil lainnya menunjukkan bahwa peserta yang
mendapat nilai tinggi dalam nilai-nilai tradisional dan
empati pada kuesioner kepribadian pra-eksperimen
JPI-R lebih cenderung menilai senjangan anggaran
yang signifikan sebagai tidak etis.

19
Hasil ini menunjukkan bahwa insentif
keuangan berperan dalam menentukan
kerangka moral dari pengaturan
penganggaran dan bahwa nilai-nilai pribadi
berperan dalam menentukan bagaimana
individu menanggapi kerangka moral
tersebut.

20
THANK YOU
Krishna Yogantara, Komang 08113809707

yogantara.2291311002@student.unud.ac.id

Herry Sugiarto Asana, Gde 082144120806

herry.sugiarto@triatmamulya.ac.id

2
1

Anda mungkin juga menyukai