Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS RISIKO JENIS ASING INVASIF TAMAN NASIONAL KELIMUTU

1Laela Nurahma, 2Gita Abu Rizal, 3Albertus Tamonob, 4Titiek Setyawati, dan 5Sunardi.
1,2,3 PEH Ahli Pertama, Balai Taman Nasional Kelimutu
4, 5 Badan Riset dan Inovasi Nasional

1laelanurahma@gmail.com, 2gitaaburizal@gmail.com,

ABSTRAK
Kawasan Taman Nasional Kelimutu ditetapkan sebagai Kawasan Pelestarian Alam (KPA) berupa
taman nasional sehingga harus menjaga dan melindungi kondisi ekosistem alami dan fungsi fungsi
hidrologinya, termasuk melestarikan satwa dan tumbuhannya serta mengelola pemanfaatan potensi
kawasan secara lestari. Salah satu ancaman terhadap kelestarian alam terutama di dalam kawasan
konservasi adalah jenis asing invasif. Analisis risiko jenis asing invasif dilakukan dengan tujuan untuk
memperoleh acuan dalam melakukan pengendalian yang tepat terhadap jenis tumbuhan invasif yang
mengancam kelangsungan ekosistem dan habitat alami yang ada di dalam kawasan konservasi TN
Kelimutu. Penentuan jenis tumbuhan invasif dianalisis risikonya melalui analisa nilai risiko jenis
tumbuhan invasif, fisibilitas pengelolaan, dan rekomendasi prioritas. Hasil analisis vegetasi
menemukan terdapat 24 jenis tumbuhan invasif di kawasan TN Kelimutu. Hasil analisis risiko
menunjukkan rekomendasi pengelolaan tumbuhan infasif berupa ‘kelola tumbuhan invasif’ untuk
Austroeupatorium inulifolium, ‘cegah penyebaran’ untuk Imperata cylindrica dan ‘monitor’ untuk 22
jenis invasif lainnya.
Kata kunci : jenis asing invasif, analisis risiko, Austroeupatorium inulifolium

PENDAHULUAN Jenis asing atau alien adalah spesies yang


dibawa/terbawa masuk ke suatu ekosistem
Latar Belakang secara tidak alami. Jenis invasif adalah spesies,
Kawasan Taman Nasional Kelimutu baik spesies asli maupun bukan, yang secara
ditetapkan sebagai Kawasan Pelestarian Alam luas mempengaruhi habitatnya, dapat
(KPA) berupa taman nasional berdasarkan menyebabkan kerusakan lingkungan, kerugian
kondisi khusus seperti bentang alam asli yang ekonomi, atau membahayakan manusia. Jenis
mengandung ekosistem yang unik/khas dan asing tidak selalu invasif, jenis invasif belum
keberadaan Danau Kelimutu. Dalam Undang- tentu berasal dari luar/asing. Jenis Asing
Undang Negara Republik Indonesia No. 5 Invasif (JAI) merupakan kombinasi dari spesies
Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya asing dan spesies invasif (CBD-UNEP 2014).
alam dan ekosistemnya, fungsi kawasan Dampak invasif dari jenis asing invasif
konservasi adalah perlindungan sistem (JAI) dapat berubah-ubah dan sangat
penyangga kehidupan, pengawetan dipengaruhi oleh lingkungan, identitas invader
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, dan komunitas atau ekosistem yang diinvasi.
serta pemanfaatan secara lestari sumber daya JAI memiliki pengaruh yang sangat besar
alam hayati dan ekosistemnya. terhadap kelangsungan ekosistem terutama
Berdasarkan fungsi tersebut, maka potensi untuk mengubah sistem hidrologi,
pengelola TN Kelimutu harus menjaga dan siklus hara dan proses lainnya. Hal ini akan
melindungi kondisi ekosistem alami dan fungsi membahayakan mengingat prosesnya berjalan
fungsi hidrologinya, termasuk melestarikan secara terus menerus. Perubahan habitat
satwa dan tumbuhannya serta mengelola akibat dari masuknya JAI ke ekosistem baru
pemanfaatan potensi kawasan secara lestari. merupakan penyebab utama kepunahan jenis
Salah satu ancaman terhadap kelestarian alam selama lebih dari beberapa ratus tahun yang
terutama di dalam kawasan konservasi yang lalu sehingga meningkatkan laju kepunahan
belum menjadi perhatian serius adalah sampai 1.000% (ISSG, 2011). Hal tersebut
masuknya jenis asing invasif (JAI) atau Invasif dimungkinkan karena JAI pada umumnya
Alien Species (IAS) ke dalam kawasan memiliki ciri-ciri yaitu memiliki kemampuan
pengelolaan. reproduksi dan perkembangan yang cepat dan
tinggi, adaptif terhadap berbagai faktor
lingkungan, persebarannya agresif, menjadi 3. Pengendalian jenis tumbuhan invasif yang
agen perubahan pada ekosistem tempat efektif dan mencegah meluasnya
hidupnya, tidak atau belum memiliki musuh penyebaran jenis asing invasif di kawasan
alami, mengancam keberadaan TN Kelimutu.
keanekaragaman hayati lokal, bersifat sebagai
kompetitor dan predator, mampu METODOLOGI
berhibridisasi dan menurunkan sifat genetik ke
keturunannya, umumnya bersifat pemakan Lokasi
segala (omnivora), serta menyebabkan Analisis Risiko Jenis Asing Invasif
kerugian ekonomi, kerusakan lingkungan, dan dilaksanakan pada November 2020 di Kawasan
membahayakan kesehatan manusia. Taman Nasional Kelimutu dengan lokasi
Berdasarkan Peraturan Menteri pengambilan data flora yaitu di Sokoria,
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor Kalameta, Wologai, sekitar Danau Ata Bupu,
P.94/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016, ter- Kelimutu, Toba, dan sekitar Kantor SPTN Wil. I
dapat 180 jenis invasif yang sudah ada di Moni.
Indonesia. Salah satunya adalah jenis Kirinyuh
(Austroeupatorium inulifolium) yang diketahui Inventarisasi dan Analisis Vegetasi
telah masuk dan menginvasi secara masif di TN Tumbuhan
Kelimutu. Diduga, kirinyuh banyak Pengambilan data flora di lapangan
mendominasi tipe ekosistem hutan sub dilakukan menggunakan metode analisis
montana dan saat ini perkembangan kirinyuh vegetasi dan eksplorasi. Analisis vegetasi jenis
telah tersebar hampir di seluruh zona kawasan tumbuhan invasif dilakukan dengan metode
TN Kelimutu, mulai dari zona khusus sampai sistematik sampling menggunakan plot
zona inti, terutama pada bagian barat TN bertingkat berukuran 20 x 20m untuk tingkat
Kelimutu. pohon, 10 x 10m untuk tingkat tiang, 5 x 5m
Dominasi dan invasi JAI harus untuk tingkat pancang, dan 2 x 2m untuk
dikendalikan melalui tata kelola yang baik tingkat herba/tumbuhan bawah. Plot
sehingga hasil pengendalian jenis tumbuhan pengamatan vegetasi diletakkan sepanjang
invasif tersebut dapat mengembalikan kondisi garis transek sepanjang 100m. Identifikasi
alami ekosistem yang terdampak. Salah satu jenis tumbuhan invasif mengacu pada daftar
proses pengendalian jenis tumbuhan invasif jenis yang bersumber dari:
dilakukan melalui analisis risiko jenis a) Spesimen koleksi di Herbarium
tumbuhan asing invasif. Rekomendasi analisis Bogoriense Pusat Penelitian Biologi-LIPI;
risiko akan menjadi acuan dalam program b) Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
pengendalian dan Rencana Pengelolaan Jangka Kehutanan No. 94 Tahun 2016;
Panjang TN Kelimutu. c) Daftar jenis tumbuhan invasif dari
Invasive Species Specialist Group;
Tujuan dan Sasaran d) Daftar jenis tumbuan invasif dari CABI-
Tujuan Analisis Risiko Jenis Asing Invasif Invasive Species Compendium;
adalah memperoleh acuan dalam melakukan e) Pedoman Jenis Tumbuhan Asing Invasif di
pengendalian yang tepat terhadap jenis Indonesia
tumbuhan invasif yang mengancam
kelangsungan ekosistem dan habitat alami Analisis Risiko Jenis Tumbuhan Invasif
yang ada di dalam kawasan konservasi TN Penentuan jenis tumbuhan invasif
Kelimutu. Sasarannya adalah : dianalisis risikonya menggunakan model yang
1. Identifikasi dan pemetaan penyebaran dikembangkan oleh Heibert & Stubbendieck
jenis tumbuhan invasif di kawasan TN (1993); Virtue (2010) yang dimodifikasi oleh
Kelimutu; Tjitrosoedirjo (2015). Analisis risiko mencakup
2. Deteksi dini dan pencegahan penyebaran analisa nilai risiko jenis tumbuhan invasif,
jenis tumbuhan invasif di kawasan TN fisibilitas pengelolaan, dan rekomendasi
Kelimutu; prioritas.
Nilai Risiko Tumbuhan Invasif dianalisis Analisis Vegetasi
dengan menggunakan tabel penilaian. Hasil analisis vegetasi yang dilakukan di
Penilaian 7 (tujuh) lokasi diperoleh 87 jenis tumbuhan
risiko tumbuhan invasif dibagi menjadi: herba, semak hingga jenis pohon dari 44 famili
a) Keinvasifan (K), nilai total yang diperoleh tumbuhan. Famili tumbuhan yang banyak
pada tabel skoring dibagi 15 kemudian ditemukan adalah Euphorbiaceae, Fabaceae,
dikalikan dengan 10 hasilnya dibulatkan Poaceae, Rubiaceae dan Rutaceae. Identifikasi
menjadi satu angka desimal; terhadap jenis tumbuhan invasif juga
b) Dampak (D), nilai total dari tabel skoring dilakukan sebagai bentuk deteksi terhadap
dibagi 19 dikalikan dengan 10 dibulatkan ancaman jenis tersebut. Berdasarkan hasil
menjadi satu angka desimal; identifikasi dari data analisis vegetasi,
c) Potensi Distribusi (PD), nilai total dari diketahui terdapat 24 jenis tumbuhan invasif di
tabel skoring. Taman Nasional Kelimutu.
Berdasarkan hasil analisis vegetasi,
Nilai Risiko Tumbuhan Invasif = K × D × PD diketahui terdapat jenis tumbuhan yang
memiliki nilai SDR tinggi di TN Kelimutu yaitu
Tabel 1. Kategori risiko tumbuhan invasif Eucalyptus urophylla, Glochidion philippicum,
Nilai Risiko Risiko Calliandra calothyrsus, Coffea arabica,
>192 Sangat tinggi Pittosporum ramiflorum, Debregeasia
<192 Tinggi dichotoma, Vaccinium varingiaefolium,
<101 Sedang Melastoma malabathricum dan Litsea resinosa
<39 Rendah di tingkat pancang. Kemudian di tingkat tiang,
<13 Abaikan tumbuhan dengan nilai SDR tinggi yaitu
Eucalyptus urophylla, Hibiscus tiliaceus,
Fisibiltas pengelolaan dibagi menjadi tiga Pittosporum ramiflorum dan Ficus variegata.
kriteria utama, yaitu: Sedangkan pada tingkat pohon, yang memiliki
a) Biaya pengendalian (B), nilai total yang nilai SDR tinggi adalah jenis Eucalyptus
diperoleh pada tabel skoring dibagi 15 urophylla, Casuarina junghuhniana, Macaranga
kemudian dikalikan dengan 10 hasilnya giganteus dan Glochidion philippicum.
dibulatkan menjadi satu angka desimal; Pada kategori vegetasi herba, tumbuhan
b) Distribusi Tumbuhan Invasif (DTI), nilai yang memiliki nilai SDR tinggi adalah
total yang diperoleh pada tabel skoring Austroeupatorium inulifolium, Cyrtococcum
dibagi 12 kemudian dikalikan dengan 10 patens, Imperata cylindrica, Centella asiatica,
hasilnya dibulatkan menjadi satu angka Rubus hirsutus dan Paspalum conjugatum. Tiga
desimal; jenis herba dengan nilai SDR tinggi yang
c) Persistensi Pengendalian (P), nilai total merupakan jenis invasif yaitu
yang diperoleh pada tabel skoring dibagi Austroeupatorium inulifolium, Imperata
11 kemudian dikalikan dengan 10 hasilnya cylindrica dan Centella asiatica.
dibulatkan menjadi satu angka desimal. Summed Dominance Ratio (SDR)
menggambarkan kemampuan suatu jenis
Fisibilitas Pengelolaan = B × DTI × P tertentu untuk menguasai sarana tumbuh yang
ada. Semakin tinggi nilai SDR suatu spesies,
Tabel 2. Kategori fisibilitas pengelolaan maka semakin besar penguasaannya terhadap
tumbuhan invasif faktor biotik dan abiotik yang terdapat di
Nilai Fisibilitas Fisibilitas lingkungan tersebut (Sutriyono et al., 2009;
>113 Tidak Berarti Harahap et al., 2022). Dengan demikian, jenis
<113 Rendah
invasif Austroeupatorium inulifolium, Imperata
<56 Medium
cylindrica dan Centella asiatica menjadi jenis
<31 Tinggi
<14 Sangat Tinggi yang dominan yang perlu diperhatikan dalam
pengelolaan atau pengendaliannya di TN
PEMBAHASAN Kelimutu.
Tabel 3. Jenis Tumbuhan dengan Nilai SDR Tertinggi di TN Kelimutu
Lokasi Herba Pancang Tiang Pohon
Sokoria Austroeupatorium Eucalyptus urophylla, Eucalyptus urophylla Eucalyptus urophylla
inulifolium Glochidion philippicum
Kalameta Austroeupatorium Calliandra calothyrsus, Hibiscus tiliaceus Eucalyptus urophylla
inulifolium Coffea arabica
Wologai Cyrtococcum patens, Pittosporum ramiflorum, Pittosporum ramiflorum Eucalyptus urophylla
Austroeupatorium Glochidion philippicum
inulifolium
Ata Bupu Cyrtococcum patens, Debregeasia dichotoma, Eucalyptus urophylla Casuarina junghuhniana
Imperata cylindrica Glochidion philippicum
Kelimutu Cyrtococcum patens, Vaccinium varingiaefolium, Eucalyptus urophylla Casuarina junghuhniana
Centella asiatica Melastoma malabathricum
Toba Rubus hirsutus, Litsea resinosa Ficus variegata Macaranga giganteus
Cyrtococcum patens
Kantor Seksi Paspalum conjugatum, Pittosporum ramiflorum Pittosporum ramiflorum Eucalyptus urophylla,
Cyrtococcum patens, Glochidion philippicum
Austroeupatorium
inulifolium

Analisis Risiko Austroeupatorium inulifolium memiliki


Analisis risiko dari 24 jenis tumbuhan rekomendasi pengelolaan tumbuhan invasif
invasif yang ditemukan di kawasan TN berupa ‘Kelola Tumbuhan Invasif’ karena risiko
Kelimutu menunjukkan bahwa terdapat 2 invasifnya yang sangat tinggi namun
(dua) jenis tumbuhan yang memiliki risiko fisibilititas pengelolaannya termasuk kategori
invasif sangat tinggi, 10 (sepuluh) jenis rendah. Sebagaimana Austroeupatorium
tumbuhan dengan risiko invasif rendah dan 12 inulifolium, tumbuhan Imperata cylindrica
(dua belas) jenis tumbuhan dengan risiko mempunyai risiko invasif sangat tinggi. Namun,
invasif yang dapat diabaikan. Kemudian karena fisibilitas pengelolaannya masih dalam
melihat nilai fisibilitas pengelolaannya, kategori medium, maka rekomendasi
terdapat 1 (satu) jenis tumbuhan dengan pengelolaan tumbuhan invasifnya termasuk
fisibilitas rendah, 1 (satu) jenis tumbuhan dalam kategori ‘Cegah Penyebaran’.
fisibilitas medium, 2 (dua) jenis tumbuhan Rekomendasi pengelolaan dari 22 (dua puluh
dengan fisibilitas tinggi dan 20 (dua puluh) dua) tumbuhan invasif lainnya termasuk dalam
jenis tumbuhan dengan fisibilitas sangat tinggi. kategori ‘Monitor’ (Tabel 4).
Berdasarkan risiko invasif dan fisibilitas
pengelolaan tersebut, diketahui bahwa

Tabel 4. Rekomendasi Hasil Analisis Risiko Tumbuhan Invasif TN Kelimutu


Spesies Risiko Fisibilitas Pengelolaan Rekomendasi
Artocarpus heterophyllus Lam. Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
Asclepias curassavica L. Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
Asystasia gangetica (L.) T.Anderson Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
Austroeupatorium inulifolium (Kunth) R.M.King & H.Rob. Sangat Tinggi Rendah Kelola IAS
Bidens biternata (Lour.) Merr. & Sherff Rendah Sangat Tinggi Monitor
Calliandra calothyrsus Meisn. Rendah Sangat Tinggi Monitor
Calopogonium mucunoides Desv. Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
Celosia argentea L. Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
Centella asiatica Linnaeus Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
Conyza sumatrensis (S.F.Blake) Pruski & G.Sancho Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
Crotalaria pallida Aiton Rendah Sangat Tinggi Monitor
Cyperus rotundus L. Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
Emilia sonchifolia (L.) DC. ex Wight Diabaikan Tinggi Monitor
Erechtites hieraciifolia (L.) Raf. ex DC. Diabaikan Tinggi Monitor
Hibiscus tiliaceus L. Rendah Sangat Tinggi Monitor
Imperata cylindrica (L.) P.Beauv. Sangat Tinggi Medium Cegah Penyebaran
Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit Rendah Sangat Tinggi Monitor
Melastoma malabathricum L. Rendah Sangat Tinggi Monitor
Morinda citrifolia L. Rendah Sangat Tinggi Monitor
Ricinus communis L. Rendah Sangat Tinggi Monitor
Solanum torvum Sw. Rendah Sangat Tinggi Monitor
Sonchus arvensis L. Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
Stachytarpheta indica (L.) Vahl Rendah Sangat Tinggi Monitor
Tridax procumbens L. Diabaikan Sangat Tinggi Monitor
Sebaran Austroeupatorium inulifolium di Dominansi tumbuhan invasif cenderung
kawasan TN Kelimutu mencapai sekitar 533 ha rendah jika pada daerah tersebut terdapat
yang tersebar di beberapa lokasi. Berdasarkan vegetasi pohon jenis asli. Tumbuhan invasif
analisis vegetasi yang dilakukan, jenis tersebut menyebar secara masif pada lokasi terbuka
sangat dominan dan juga berasosiasi dengan atau mengalami gangguan, baik secara alami
jenis-jenis invasif lainnya seperti Asystasia akibat kebakaran atau akibat aktivitas
gangetica, Imperata cylindrica, Calopogonium manusia.
mucunoides, dan Calliandra calothyrsus.

Gambar 1. Peta RPE Austroeupatorium inulifolium di Taman Nasional Kelimutu

Rekomendasi Pengendalian Tumbuhan tumbuhan invasif di dalam daerah


Invasif pengelolaan. Kegiatan ini juga harus
Berdasarkan analisis risiko, diketahui didukung dengan proses monitoring
rekomendasi pengelolaan tumbuhan pada terhadap perubahan dari distribusi dan
skala lansekap adalah kelola tumbuhan invasif, populasi jenis tumbuhan invasif.
cegah penyebaran dan monitor. Masing-masing c) Monitor merupakan upaya untuk
kategori diuraikan sebagai berikut melakukan deteksi dini, pencegahan, serta
(Tjitrosoedirjo, 2016): pemantauan terhadap pengelolaan
a) Mengelola tumbuhan invasif bertujuan tumbuhan invasif. Monitoring dapat
untuk mereduksi dampak ekonomi, memberikan informasi terkait perubahan
lingkungan dan/atau sosial secara serta dampak yang muncul setelah
keseluruhan akibat dampak dari kegiatan pengendalian berlangsung.
tumbuhan invasif melalui pengelolaan
target. Pengelolaan tumbuhan invasif Pengendalian tumbuhan invasif dapat
memerlukan sumber daya yang memadai dilakukan melalui metode eradikasi mekanis,
baik secara finansial maupun kapasitas herbisida, pemanfaatan agen hayati dan
sumber daya manusia yang dimiliki oleh pembatasan pengelolaan lahan. Pengelolaan
pihak pengelola. tumbuhan invasif bertujuan untuk mereduksi
b) Mencegah Penyebaran bertujuan dampak ekonomi, lingkungan dan/atau sosial
mencegah penyebaran yang terjadi dari secara keseluruhan dari tumbuhan invasif
melalui pengelolaan target. Kegiatan Adapun rekomendasi kegiatan pengendalian,
pengelolaan yang dapat dilakukan TN Kelimutu penelitian dan pemantauan yang perlu
berupa: dilakukan oleh TN Kelimutu antara lain:
a) Penelitian dan pengembangan paket a) Pengamatan karakteristik jenis tumbuhan
Pengelolaan Tumbuhan Invasif secara invasif serta dampaknya terhadap kondisi
Terpadu (PTIT) baik secara mekanik, iklim mikro dan hidrologi;
herbisida/kimiawi dan pengendalian b) Analisis jalur penyebaran jenis tumbuhan
hayati atau kombinasi dari beberapa invasif (spasial);
metode yang dianggap efisien dan c) Analisis sosial ekonomi dampak dari
menekan pertumbuhan propagul munculnya jenis tumbuhan invasif,
tumbuhan invasif; terutama implikasinya bagi komunitas dan
b) Program pengendalian yang berkelanjutan mata pencaharian lokal;
(jangka pendek dan berkesinambungan) d) Mekanisme cost benefit and cost recovery
sehingga tidak ada peluang terjadinya re- untuk pengendalian jenis tumbuhan
invasi; invasif;
c) Kegiatan monitoring tumbuhan invasif e) Pengembangan program pemulihan
yang intensif berupa pemantauan hasil ekosistem
eradikasi maupun kemungkinan
munculnya jenis baru; KESIMPULAN
d) Pencegahan penyebaran jenis tumbuhan Berdasarkan hasil inventarisasi dan
invasif ke areal yang lebih luas; identifikasi lapangan ditemukan 24 jenis
e) Peningkatan kesadaran dan partisipasi tumbuhan invasif. Jenis tersebut tersebar di
masyarakat mengenai jenis tumbuhan; beberapa lokasi kawasan TN Kelimutu
f) Peningkatan kapasitas teknis pegawai sehingga dianggap perlu untuk dikelola dengan
taman nasional dalam menangani dan mempertimbangkan dampak ekologi yang
menanggulangi permasalahan jenis mungkin ditimbulkan oleh invasi jenis asing
tumbuhan invasif. invasif. Hasil analisis risiko merekomendasikan
TN Kelimutu untuk membuat prioritas
pengendalian terhadap jenis Austroeupatorium
inulifolium.

DAFTAR PUSTAKA
[CBD-UNEP]. Convention on Biological present and future. Diversity Distrib. 17:
Diversity-United Nations Environment 837–847.
Programme. Invasive Alien Species. Grotkopp E, M Rejma´ nek. 2007. High seedling
[diunduh 12 februari 2014]. Tersedia relative growth rate and specific leaf area
pada: http://www.cbd.int/html. are traits of invasive species:
[ISSG] Invasive Spesies Specialist Group. Alien phylogenetically independent contrasts
Spesies Database. [diunduh 20 Juli 2015]. of woody angiosperms. American Journal
Tersedia pada: http://www.issg.org/ of Botany. 94: 526-532.
html. Harahap WU, Lubis W, Nurhajijah. 2022.
Bohnet B. 2009. Efficient Parsing of Syntactic Identifikasi Jenis dan Nilai Summed
And Sematic Dependency Structures. In Dominance Ratio (SDR) Gulma di Lahan
Proceeding of CoNLL-09. Kering. RADIKULA : Jurnal Ilmu Pertanian
Gibson MR, Richardson DM, Marchante E, et al. Vol 1 No 1 : 20 -25.
2011. Reproductive biology of Australian Harborne.1999. Phytochemical dictionary:
acacias: important mediator of Handbook of bioactive compounds from
invasiveness?. Diversity Distrib. 17: 911- plants 2nd. London: Taylor and Francis.
933. 221-234 p.
Griffin AR, Midgley S, Bush D, Cunningham P & Heibert RD, Stubbendieck J. 1993. Handbook fo
Rinaudo A. 2011. Global plantings and Ranking Exotic Plants for Management
utilisation of Australian acacias-past, and Control. Natural Resource Report
93/08. Washington DC (US): US Richardson DM, Kluge RL. 2008. Seed banks of
Departement of the Interior, National invasive Australian Acacia species in
Park Service. South Africa: role in invasiveness and
Hood WG, Naiman RJ. 2000. Vulnerability of options for management. Perspect. Plant
riparian zones to invasion by exotic Ecol. Evol. Syst. 10: 161-177.
vascular plants. Plant Ecol. 148:105-114. Richardson DM, Pyšek P, Rejmánek M, Barbour
International Union for Conservation of Nature MG, Panetta FD, West C.J. 2000.
(IUCN). (2011). Strategic plan for Naturalization and invasion of alien
biodiversity 2011–2020. From plants: concepts and definitions. Divers.
www.iucn.org. Accessed on 18 November Distrib. 6: 93-107.
2019. Tjitrosoedirdjo S, Setyawati T, Sunardi,
Invasive Species Specialist Group (ISSG). Subiakto A, Irianto RSB, Garsetiasih R.
(2008). About invasive species. From 2016. Pedoman Analisis Risiko Tumbuhan
http://www.issg.org/is_what_are_they.ht Asing Invasif (Post Border). Bogor (ID) :
m. Accessed on 11 October 2019. FORIS Indonesia.
Morris JA Jr, KW Shertzer, JA Rice. 2011. A Tucker KC, Richadson DM. 1995. An expert
stage-based matrix population model of system for screening potentially invasive
invasive lionfish with implications for alien plants in South African fynbos. J of
control. Biol. Invasions. 13: 7-12. Environmental Management. 44: 309-
Moser KW, Hansen MH, Nelson MD, 338.
McWilliams WH. 2009. Relationship of Virtue JG, Specer RD, Weiss JE, Reichard SE.
invasive groundcover plant presence to 2008. Autralia’s botanic Garden weed
evidence of disturbance in the forest of risk assessment procedure. Plant
the upper Midwest of the United States. Protection Quartery. 23: 166-78.
Di dalam: Kohli RK, Jose S, Pal Singh H, Virtue JG. 2010. South Australia’s weed risk
Batish DR,editor. Invasive Plants and assessment system. Plant Protection
Forest Ecosystems. United State of Quartery. 25: 75-90.
America (US): CRC Press.
Nghiem LTP, Soliman T, Yeo DCJ, Tan HTW,
Evans TA, et al. 2013. Economic and
Environmental Impacts of Harmful Non-
Indigenous Species inSoutheast Asia.
PloS ONE 8(8): e71255. doi:
10.1371/journal.pone.0071255
Richardson DM & Rejma´nek M. 2011. Trees
and shrubs as invasive alien species – a
global review. Diversity and Distributions,
17:788–809.
Richardson DM, Carruthers J, Hui C, Impson
FAC, Miller JT, Robertson MP, Rouget M,
Le Roux JJ, Wilson JRU. 2011. Human-
mediated introductions of Australian
acacias – a global experiment in
biogeography. Divers. Distrib. 17: 771-
787.
Richardson DM, Carruthers J, Hui C, Impson
FAC, Robertson MP, Rouget M, Le Roux JJ,
Wilson JRU. 2011. Human-mediated
introductions of Australian acacias – a
global experiment in biogeography.
Diversity and Distributions, 17:771–787.

Anda mungkin juga menyukai